RENCANA PENGEMBANGAN DESA PESISIR (RPDP)
DESA KARANGSEWU, KEC. GALUR, KAB. KULON PROGO
PROGRAM PENGEMBANGAN DESA PESISIR TANGGUH (PDPT)
TAHUN 2012 - 2016
PEMERINTAH KABUPATEN KULON PROGO
DINAS KELAUTAN PERIKANAN DAN PETERNAKAN
Jl. Purbowinoto No. 118 Pengasih, Kulon Progo 55652 Telp. (0274) 773126PEMERINTAH KABUPATEN KULON PROGO KECAMATAN GALUR
DESA KARANGSEWU
PERATURAN DESA KARANGSEWU NOMOR : 02 TAHUN 2012
TENTANG
REVIEW RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA KARANGSEWU TAHUN 2009 – 2013
KEPALA DESA KARANGSEWU
Menimbang : a. bahwa pelaksanaan pembangunan harus berkesinambungan serta berorientasi pada pemenuhan hajad hidup masyarakat dengan tidak meninggalkan kaidah serta aturan yang ada;
b. bahwa agar pembangunan dapat dilaksanakan dengan tertib maka perlu adanya perencanaan;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan b, perlu menetapkan Peraturan Desa Karangsewu tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa Karangsewu Tahun 2009-2013.
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor : 15 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah Daerah Kabupaten dalam Lingkungan Daerah Istimewa Yogyakarta yang telah diubah dengan Undang-undang Nomor : 18 Tahun 1951 tentang Perubahan Undang-undang Nomor 15 Tahun 1950 Republik Indonesia untuk penggabungan Daerah-daerah Kabupaten Kulon Progo dan dikarta dalam Lingkungan Daerah Istimewa Yogyakarta menjadi satu Kabupaten dengan nama Kulon Progo;
2. Undang-undang Nomor : 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundangan;
3. Undang-Undang Nomor : 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang telah diubah dengan Undang-undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menjadi Undang-undang;
4. Peraturan Pemerintah Nomor : 32 Tahun 1950 tentang Penetapan mulai berlakunya Undang-Undang Tahun 1950 Nomor : 12, 13, 14 dan 15 dari hal Pembentukan Daerah Daerah Kabupaten di Djawa Timur/Tengah/Barat dan Daerah Istimewa Yogjakarta;
5. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa;
6. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 66 Tahun 2007 tentang Perencanaan Pembangunan Desa;
7. Peraturan Daerah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 5 Tahun 1985 tentang Sumber Pendapatan dan Kekayaan Desa, Pengurusan dan Pengawasannya jo. Peraturan Daerah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 9 Tahun 2001;
8. Peraturan Daerah Kabupaten Kulon Progo Nomor 5 Tahun 2007 tentang Pedoman Organisasi dan Tata Kerja Pemerintahan Desa;
9. Peraturan Daerah Kabupaten Kulon Progo Nomor 6 Tahun 2007 tentang Badan Permusyawaratan Desa;
10. Peraturan Daerah Kabupaten Kulon Progo Nomor 7 Tahun 2007 tentang Produk Hukum Desa;
11. Peraturan Daerah Kabupaten Kulon Progo Nomor 10 Tahun 2007 tentang Sumber Pendapatan Desa;
Dengan Persetujuan Bersama
BADAN PERMUSYAWARATAN DESA KARANGSEWU dan
KEPALA DESA KARANGSEWU
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : PERATURAN DESA TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA KARANGSEWU TAHUN 2009-2013
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1 Dalam Peraturan Desa ini yang dimaksud dengan :
1. Desa adalah Desa Karangsewu.
2. Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa.
3. Pemerintah Desa adalah Kepala Desa dan Perangkat Desa sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Desa.
4. Kepala Desa adalah Kepala Desa Karangsewu.
5. Badan Permusyawaratan Desa yang selanjutnya disingkat BPD adalah Badan Permusyawaratan Desa Karangsewu.
6. Keuangan Desa adalah semua hak dan kewajiban dalam rangka penyelenggaraan Pemerintahan desa yang dapat dinilai dengan uang termasuk di dalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban desa.
7. Peraturan Desa adalah peraturan perundang-undangan yang dibuat oleh Badan Permusyawaratan Desa bersama Kepala Desa.
8. Rencana Pembangunan Jangka Menengah yang selanjutnya disingkat (RPJMDes) adalah dokumen perencanaan untuk periode 5 (lima) tahun yang memuat arah kebijakan pembangunan Desa, kebijakan umum, program, dan program Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), lintas SKPD, dan program prioritas kewilayahan, disertai dengan rencana kerja.
9. Rencana Kerja Pembangunan Desa yang selanjutnya disingkat (RKP-Desa) adalah dokumen perencanaan untuk periode 1 (satu) tahun merupakan penjabaran dari RPJMDES yang memuat rancangan kerangka ekonomi desa, dengan mempertimbangkan kerangka pendanaan yang dimutakhirkan, program prioritas pembangunan desa, rencana kerja dan pendanaan serta prakiraan maju, baik yang dilaksanakan langsung oleh pemerintah desa maupun yang ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat dengan mengacu kepada Rencana Kerja Pemerintah Daerah dan RPJMDES.
10. Daftar Usulan Rencana Kegiatan Pembangunan Desa yang selanjutnya disingkat (DURKP-Desa) adalah daftar yang merupakan usulan kegiatan pembangunan Desa yang menggunakan dana yang sudah jelas sumbernya baik dari APBN, APBD (Propinsi, Kabupaten/Kota), APB Desa, Swadaya dan Kerjasama dengan Pihak ketiga.
11. Pembangunan Partisipatif adalah suatu sistem pengelolaan pembangunan desa bersama-sama secara musyawarah, mufakat, dan gotong royong yang merupakan cara hidup masyarakat yang telah lama berakar budaya di wilayah Indonesia.
12. Musyawarah Perencanaan Pembangunan Desa yang selanjutnya disingkat (MUSRENBANGDES) adalah forum musyawarah tahunan yang dilaksanakan secara partisipatif oleh para pemangku kepentingan desa (pihak berkepentingan untuk mengatasi permasalahan desa dan pihak yang akan terkena dampak hasil musyawarah) untuk menyepakati rencana kegiatan di desa 5 (lima) dan 1 (satu) tahunan.
13. Lembaga Kemasyarakatan Desa atau disebut dengan nama lain adalah lembaga yang dibentuk oleh masyarakat sesuai dengan kebutuhan dan merupakan mitra pemerintah desa dalam memberdayakan masyarakat.
14. Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa yang selanjutnya disingkat (APBDes) adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan desa yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah desa dan Badan Permusyawaratan Desa, dan ditetapkan dengan Peraturan Desa.
BAB II
RENCANA PEMBANGUNAN DESA
Pasal 2
(1) Perencanaan pembangunan desa disusun dalam periode 5 (lima) tahun.
(2) Perencanaan pembangunan 5 (lima) tahun sebagai dimaksud pada ayat (1) merupakan RPJMDesa.
(3) RPJMDesa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) memuat arah kebijakan keuangan desa, strategi pembangunan desa, dan program kerja desa.
Pasal 3
(1) RPJMDesa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) dijabarkan dalam RKP-Desa untuk jangka waktu 1 (satu) tahun.
(2) RKP-Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat kerangka ekonomi desa, prioritas pembangunan desa, rencana kerja dan pendanaannya baik yang dilaksanakan langsung oleh pemerintah desa maupun ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat dengan mangacu pada rencana kerja pemerintah desa.
Pasal 4
(1) Rencana pembangunan desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 disusun untuk menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan dan pengawasan. (2) Rencana pembangunan desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) didasarkan pada :
pemberdayaan, parsitipatif, berpihak pada masyarakat, terbuka, akuntabel, selektif, efisien dan efektif, keberlanjutan, cermat, proses berulang serta pengalian informasi.
Pasal 5
RPJMDesa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) bertujuan untuk ;
a. mewujudkan perencanaan pembangunan desa sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan keadaan setempat;
b. menciptakan rasa memiliki dan tanggung jawab masyarakat terhadap program pembangunan desa;
c. memelihara dan mengembangkan hasil-hasil pembangunan di desa; dan
d. menumbuhkembangkan dan mendorong peran serta masyarakat dalam pembangunan desa. Pasal 6
RKP-Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) bertujuan untuk ;
a. menyiapkan Daftar Usulan Rencana Kegiatan Pembangunan Desa (DURKP-Desa) tahunan yang sifatnya baru, rehab maupun lanjutan kegiatan pembangunan untuk dilaporkan kepada Bupati melalui Camat sebagai bahan dasar RKP Daerah Kabupaten;
b. menyiapkan DURKP-Desa tahunan untuk dianggarkan dalam APB-Desa, APBD Kabupaten, APBD Propinsi, APBN, pihak ketiga maupun swadaya masyarakat.
BAB III PENGORGANISASIAN
Pasal 7
(1) Penyusunan RPJMDesa dilakukan dalam forum musyawarah perencanaan pembangunan desa. (2) Peserta forum musrenbang Desa terdiri atas :
a. Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa (LPM-Desa) membantu pemerintah Desa dalam menyusun RPJMDES dan RKP-Desa;
b. Fasilitator, Tokoh Masyarakat dan Tokoh Agama sebagai nara sumber;
c. Rukun Tetangga, Rukun Warga, Dukuh dan lainnya termasuk masyarakat sebagai anggota.
BAB IV PENDANAAN
Pasal 8 Perencanaan pembangunan Desa bersumber dari dana : a. APBN;
b. APBD Propinsi; c. APBD Kabupaten; d. APB-Desa;
BAB V PENUTUP
Pasal 9
Hal-hal lain yang belum diatur dalam Peraturan RPJMDesa ini, akan diatur dengan Keputusan Kepala Desa.
Pasal 10 Peraturan Desa ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Desa ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Desa Karangsewu.
Peraturan Desa ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan, dan akan dibetulkan apabila di kemudian hari terdapat kekeliruan.
Ditetapkan di : Karangsewu Pada tanggal : 6 Agustus 2012 Kepala Desa Karangsewu,
Cap. TTD
SUDARSANA, SH
Salinan sesuai dengan aslinya Yang menyalin : Sekretaris Desa Karangsewu,
M. BUSTAMI ROZIE
Diundangkan di Desa Karangsewu Pada Tanggal 6 Agustus 2012 Sekretaris Desa Karangsewu,
M. BUSTAMI ROZIE
BERITA DAERAH DESA KARANGSEWU KECAMATAN GALUR KABUPATEN KULON PROGO
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadlirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat yang dilimpahkan
kepada kita semua. Penyusunan Dokumen Rencana Pengembangan Desa Pesisir (RPDP) ini
sudah terselesaikan dengan baik. Dokumen ini didasarkan pada perencanaan dari bawah
dengan penelusuran masalah yang ada di Desa Karangsewu dan pencermatan potensi yang
ada sehingga ditemukan masalah, potensi dan pemecahan masalah yang akhirnya
merupakan himpunan perencanaan kegiatan pembangunan yang ada di Desa Karangsewu
selama 5 tahun yang tertuang dalam dokumen Rencana Pengembangan Desa Pesisir
(RPDP) Tahun 2012-2016.
Rencana Pengembangan Desa Pesisir merupakan rencana yang tidak terpisahkan dari
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJM Desa). Dengan selesainya RPDP
Desa Karangsewu maka ke depan Pemerintahan Desa Karangsewu telah mempunyai
dokumen perencanaan desa pesisir tangguh sebagai dasar dalam perencanaan
pembangunan tahunan Desa Karangsewu.
Kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam penyusunan RPDP ini, kami ucapkan
terima kasih dan penghargaan yang tinggi. Kritik dan saran dari semua pihak demi
penyempurnaan dokumen RPDP ini sangat kami harapkan.
Karangsewu, 6 Agustus 2012
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...
i
KATA PENGANTAR ...
ii
DAFTAR ISI...
iii
DAFTAR TABEL ...
iv
DAFTAR GAMBAR ...
v
BAB 1. PENDAHULUAN ...
1
1.1. Latar Belakang ...
1
1.2. Dasar Hukum Penyusunan RPDP ...
2
1.3. Pengertian ...
2
1.3.1. Rencana Pengembangan Desa Pesisir (RPDP) ...
2
1.3.2. Sasaran Penyusunan RPDP ...
3
1.3.3. Proses Penyusunan RPDP ...
3
1.3.4. Tujuan dan Manfaat ...
4
BAB 2. GAMBARAN UMUM WILAYAH ...
7
2.1. Deskripsi Umum ...
7
2.1.1. Sejarah Desa ...
7
2.1.2. Letak Geografis dan Administrasi ...
7
2.1.1. Topografi dan Penggunaan Lahan ...
8
2.1.2. Sosial Ekonomi ...
10
2.2. Dampak Perubahan Iklim Di Desa Karangsewu ...
10
BAB 3. METODE PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN DESA PESISIR 2012 – 2016 ..
12
BAB 4. KETERKAITAN DENGAN RENCANA LAIN ...
14
BAB 5. RENCANA PENGEMBANGAN DESA PESISIR ...
15
5.1. Fokus Perencanaan ...
15
5.2. Perencanaan Pengembangan Desa Karangsewu ...
17
BAB 6. PEMANTAUAN DAN EVALUASI ...
26
6.1. Konsep Pemantauan dan Evaluasi ...
26
6.2. Rantai Pemantauan dan Evaluasi...
27
6.3. Pengukuran Kinerja ...
28
5.2. Evaluasi ...
30
DAFTAR TABEL
Tabel 5.1. Uraian Lima Bina Program sebagai Fokus Perencanaan ... 15
Tabel 5.2. Tabel Identifikasi permasalahan ...
18
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Peta Administrasi Desa Karangsewu ... 8
Gambar 3.1. Model Pengembangan Desa Pesisir Tangguh ...
13
Gambar 4.1. Alur keterkaitan rencana pengembangan desa ...
14
Gambar 5.1. Fokus Pengembangan kegiatan PDPT ...
13
Gambar 6.1. Tujuan pemantauan dan evaluasi ...
26
Gambar 6.2. Rantai proses pemantauan dan evaluasi ...
28
Gambar 6.3. Pentingnya pendekatan indikator dalam pengukuran kinerja ...
28
1
Bab 1.
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Bahwa berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah yang merupakan pengganti Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999,
Desa atau yang disebut dengan nama lain yang selanjutnya disebut Desa adalah kesatuan
masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yuridis, berwenang untuk mengatur
dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat istiadat
setempat yang diakui dan/atau dibentuk dalam Sistem Pemerintahan Nasional dan berada
di Kabupaten/Kota, sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945. Landasan Pemikiran dalam pengaturan mengenai desa adalah
keanekaragaman, partisipasi, otonomi, demokrasi dan pemberdayaan masyarakat.
Berdasarkan pola pemikiran dimaksud, bahwa yang berwenang mengurus
kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang
diakui/atau dibentuk dalam sistem Pemerintahan Nasional dan Berada di
Kabupaten/Kota, maka sebuah desa diharuskan mempunyai perencanaan yang matang
berdasarkan partisipasi dan transparansi serta demokrasi yang berkembang di desa, maka
desa diharuskan mempunyai Rencana Pengembangan Desa Pesisir (RPDP) ataupun
Rencana Kerja Pembangunan Desa (RKP-Desa).
Rencana Pengembangan Desa Pesisir (RPDP) Desa Karangsewu ini merupakan
rencana strategis desa dalam kurun waktu 5 (lima) tahun untuk mencapai tujuan dan
cita-cita desa. Rencana Pengembangan Desa Pesisir (RPDP) tersebut nantinya akan menjadi
dokumen perencanaan yang akan menyesuaikan perencanaan tingkat Kabupaten.
Program ini apabila dapat dilaksanakan dengan baik, maka kita akan memiliki sebuah
perencanaan yang memberi kesempatan kepada desa untuk melaksanakan kegiatan
perencanaan pembangunan yang sesuai dengan prinsip-prinsip Pemerintahan yang baik
(Good Governmance) seperti : parsitipatif, transparan dan akuntabilitas.
2
1.2. Dasar Hukum Penyusunan RPDP
1. Undang-Undang Nomor : 15 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah Daerah
Kabupaten dalam Lingkungan Daerah Istimewa Yogyakarta;
2. Undang-undang Nomor : 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan
Perundangan;
3. Undang-undang Nomor : 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah;
4. Peraturan Pemerintah Nomor : 32 Tahun 1950 tentang Penetapan mulai berlakunya
Undang-Undang Tahun 1950 Nomor : 12, 13, 14 dan 15 dari hal Pembentukan Daerah
Daerah Kabupaten di Djawa Timur/Tengah/Barat dan Daerah Istimewa Yogyakarta;
5. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa;
6. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 66 Tahun 2007 tentang Perencanaan
Pembangunan Desa;
7. Peraturan Daerah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 5 Tahun 1985 tentang
Sumber Pendapatan dan Kekayaan Desa, Pengurusan dan Pengawasannya;
8. Peraturan Daerah Kabupaten Kulon Progo Nomor 5 Tahun 2007 tentang Pedoman
Organisasi dan Tata Kerja Pemerintahan Desa;
9. Peraturan Daerah Kabupaten Kulon Progo Nomor 6 Tahun 2007 tentang Badan
Permusyawaratan Desa;
10. Peraturan Daerah Kabupaten Kulon Progo Nomor 7 Tahun 2007 tentang Produk
Hukum Desa;
11. Peraturan Daerah Kabupaten Kulon Progo Nomor 10 Tahun 2007 tentang Sumber
Pendapatan Desa;
1.3. Pengertian
1.3.1. Rencana Pengembangan Desa Pesisir (RPDP)
Partisipasi masyarakat dalam sebuah kegiatan pembangunan merupakan
pengejawantahan dari undang-undang No. 32 yang secara eksplisit tertuang dalam pasal
63-66. Partisipasi masyarakat desa dalam pelaksanaan pembangunan desa meliputi
tahapan perencanaan, pelaksanaan, pengembangan yang ditandai dengan tingginya rasa
turut memiliki dan tanggungjawab untuk memelihara dan melestarikannya. Secara
mendasar tujuan penyusunan RPDP adalah seperti tersebut di atas yaitu menumbuhkan
partisipasi aktif masyarakat dalam setiap proses pembangunan di desanya. Sehingga
3
ketika partisipasi itu muncul maka akan melahirkan perasaan merasa memiliki dari
masyarakat terhadap hasil pembangunan di desanya, secara umum masyarakat akan
turut bertanggungjawab terhadap hasil pembangunan tersebut untuk selalu menjaga,
merawat dan melestarikan keberadaannya.
Disamping itu keberadaan RPDP dapat digunakan sebagai gambaran konkret
tentang program-program yang akan dilaksanakan dalam jangka 5 tahun sehingga dapat
dijadikan arahan bagi desa untuk menentukan prioritas terpenting dari pembangunannya
sehingga proses pembangunan di desa tepat sasaran dan tidak salah perencanaan serta
selalu berkesinambungan. Disamping sebagai arah bagi pembangunan desa dokuman
RPDP dapat digunakan sebagai alat dan sarana kontrol bagi pelaksanaan pembangunan
yang ada di desa. Masyarakat dapat memanfaatkan dokumen RPDP tersebut untuk
mengetahui program pembangunan desa dan untuk mengevaluasi kinerja Pemerintah
Desa. Dengan demikian maka fungsi kontrol masyarakat dapat tumbuh dengan baik
sehingga pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh aparat desa sedini mungkin dapat
terdeteksi dan terselesaikan.
1.3.2. Sasaran Penyusunan RPDP
Masyarakat merupakan bagian terpenting dari pembangunan karena setiap proses
pembangunan yang dicanangkan baik oleh pemerintah maupun non pemerintah pasti
melibatkan peran serta masyarakat baik secara langsung maupun tidak langsung dan
kemudian pemanfaatan dari hasil pembangunan tersebut adalah masyarakat itu sendiri.
Sasaran dari Rencana Pengembangan Desa Pesisir adalah peran aktif masyarakat dalam
proses pembangunan karena yang lebih mengetahui kebutuhan akan pembangunan
adalah masyarakat itu sendiri sehingga hasil-hasil dari pembangunan itu dapat dirasakan
oleh masyarakat, terutama masyarakat miskin, tepat sasaran dan tidak salah perencanaan
sehingga tidak berdampak buruk bagi masyarakat dan lingkungan tempat pembangunan
itu digulirkan.
1.3.3. Proses Penyusunan RPDP
RPDP Desa Karangsewu disusun dalam rangka menentukan arah kebijakan
pembangunan jangka 5 (lima) tahun desa yang didasarkan pada jaring aspirasi masyarakat
dan dirumuskan melalui musyawarah bersama masyarakat dan tokok-tokoh masyarakat.
4
RPDP Desa Karangsewu merupakan produk dokumen perencanaan pembangunan yang
dihasilkan komponen desa yang terdiri dari Kepala Desa beserta Perangkat Desa dibantu
oleh kader desa, Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa (LPMD), serta tokoh
masyarakat dan dikontrol oleh Badan Permusyawaratan Desa (BPD).
Proses penyusunan RPDP Desa Karangsewu ini dilaksanakan sejak Februari sampai
Agustus 2012 sehingga perumusan RPDP atau pembangunan lima tahunan ini adalah
untuk tahun 2012 sampai dengan 2016. Setiap tahun akan dilaksanakan review dalam
bentuk monitoring dan evaluasi secara partisipatif yang melibatkan seluruh komponen
desa baik masyarakat secara umum, tokoh masyarakat, perangkat desa dan BPD. Hasil
review tersebut dapat dijadikan sarana kontrol bagi pelaksana pembangunan di desa
termasuk juga di dalamnya mengenai kinerja di tingkat SDM pelaksananya. RPDP dapat
dijadikan acuan pemberian rekomendasi untuk proses pembangunan pada tahun
berikutnya. Dari evaluasi apabila dipandang perlu untuk melakukan revisi atau perbaikan
datanya maka akan dilakukan pembaharuan data berdasarkan informasi maupun
perhitungan-perhitungan.
Dalam hal ini, RPDP Desa Karangsewu memiliki kedudukan yang sangat penting
bagi proses pembangunan. Bagi aparat Desa dokumen RPDP dapat digunakan sebagai
acuan dalam peletakan kebijakan-kebijakan pembangunan desa dan bagi masyarakat
dokumen ini berfungsi sebagai sarana kontrol bagi pelaksana pembangunan dan
merupakan salah satu dari bentuk legitiminasi masyarakat dalam penentuan kebijakan
desa.
1.3.4. Tujuan dan Manfaat
Penyusunan Dokumen Rencana Pengembangan Desa Pesisir (RPDP) Desa
Karangsewu ini mempunyai tujuan dan manfaat sebagai berikut :
Tujuan :
a. Agar Desa memiliki dokumen perencanaan pembangunan desa dalam lingkup skala
desa yang berkesinambungan dalam waktu 5 (lima) tahun dengan menyelaraskan
kebijakan pembangunan Kecamatan maupun Kabupaten.
b. Sebagai dasar/pedoman Pembuatan Rencana Kegiatan Pembangunan Desa
Karangsewu.
5
d. Disusun rencana pembangunan jangka 5 (lima) tahun yang dijabarkan dalam Rencana
Kerja Pembangunan Desa.
Manfaat :
a. Lebih menjamin kesinambungan pembangunan.
b. Sebagai rencana induk pembangunan desa yang merupakan acuan Pembangunan
Desa.
c. Memberi arah seluruh kegiatan pembangunan di desa.
d. Menampung aspirasi kebutuhan masyarakat yang dipadukan dengan program
pembangunan dari Pemerintah.
e. Dapat mendorong pembangunan swadaya dari masyarakat.
1.3.5. Ruang Lingkup
Dokumen Rencana Pengembangan Desa Pesisir Karangsewu 2012 – 2016 terdiri
dari tujuh bab sebagai berikut:
Bab 1 Pendahuluan, terdiri dari latar belakang, dasar hukum penyusunan, maksud dan
tujuan, arahan perencanaaan dan pemanfaatan, serta ruang lingkup perencanaan.
Bab 2 Gambaran Umum Wilayah, mengulas tentang deskripsi umum desa (letak
geografis dan administrasi, topografi dan penggunaan lahan, dan kondisi sosial-
ekonomi), dampak perubahan iklim yang dirasakan, serta permasalahan yang ada.
Bab 3 Metode Penyusunan Rencana Pengembangan Desa Pesisir 2012 – 2016, yang
menjelaskan mengenai kerangka perencanaan yang disusun, pendekatan yang
digunakan, unit analisis, serta alur proses penyusunannya.
Bab 4 Keterkaitan Dengan Rencana Lain, menjelaskan sinergitas dengan program dan
rencana kerja daerah, kementrian/lembaga negara lain.
Bab 5 Rencana Pengembangan Desa Pesisir, menjelaskan fokus perencanaan, spirit nilai
yang dijadikan dasar dalam perencanaan, serta rencana pengembangan itu sendiri
yang terdiri lima rencana program, yaitu rencana program bina manusia, bina
usaha, bina sumberdaya, bina lingkungan dan infrastruktur, serta bina siaga
bencana dan adaptasi perubahan iklim.
6
Bab 6 Pengendalian Perencanaan Pengembangan Desa Pesisir membahas tentang
konsep pengendalian serta pengukuran kinerja.
7
Bab 2.
GAMBARAN UMUM WILAYAH
2.1.
Deskripsi Umum
2.1.1 Sejarah Desa
Desa Karangsewu merupakan penggabungan tiga Kalurahan yaitu Imorenggo, Wonopeti
dan Kempleng pada Tahun 1949. Lurah pertama dijabat oleh H. Muh. Dawam Rozie dan
berturut-turut setelahnya adalah H. Aminuddin, H. Sastro Wiyono, R. Hery Suwignyo dan
terakhir Sudarsana, SH.
H. Muh. Dawam Rozie memimpin Desa Karangsewu pada periode Tahun 1949 s.d. 1953.
Pada masa kepemimpinannya, beliau dikenal dengan kedispilinannya dan menitikberatkan pada
pembangunan pertanian. Pada masa ini, perubahan positif terutama pada sistem dan fungsi
saluran air.
H. Sastro Wiyono al. H. Aminuddin memimpin Desa pada periode Tahun 1953 s.d. 1988.
Prestasi yang menonjol pada masa ini adalah diperolehnya Juara I Nasional Kejuaraan
Kelompok Tani Ternak yang diperoleh Kelompok Ternak Wahana Andhini Bakti di Bedoyo.
Selain itu, beliau juga memimpin pembangunan Balai Desa Karangsewu dan perbaikan sarana
dan sistem pengairan pertanian.
R. Hery Suwignyo merupakan Kepala Desa periode Tahun 1990 s.d. 2000. Pada masa ini
perencanaan pembangunan gedung serba guna mulai dilaksanakan. Realisasi dari perencanaan
ini adalah sudah dibangunnya pondasi bangunan. Melalui proyek PDKMK, Jalan Boro Bedoyo
dilakukan perbaikan dengan melakukan pengaspalan. Pada Proyek PDMKE, dibangun sarana
pintu air otomatis di Kali Galur. Sarana ini diperlukan untuk mengatasi banjir yang sering terjadi
di bulak (perladangan) dan sawah di sekitar Kali Galur. Prestasi yang menonjol pada masa ini
adalah Juara I tingkat Propinsi LombaKUBE dari Pedukuhan VII Wonopeti.
Pemimpin Desa pada Tahun 2002 s/d 2012 adalah Sudarsana, SH. Pembangunan
tersebut diantaranya adalah penyelesaian pembangunan gedung serba guna yang dimulai dan
perbaikan saran jalan dan irigasi. Program lain yang berjalan adalah kegiatan PNPM pada 2007
s.d. 2010. Program PNPM ini berupa pengerasan Jalan Siliran – Kempleng, Pengaspalan Jalan
Bedoyo – Gupit, Pembangunan sarana irigasi dan air serta pembangunan jalan rabat beton di
8
Pedukuhan 14 – 16 sepanjang 1,1 km. Pada Tahun 2009 – 2010 mendapatkan alokasi bantuan
dari PNPM Kelautan Perikanan berupa bantuan kelembagaan dan usaha kelompok budidaya
ikan dan pengolahan hasil perikanan.
2.1.2 Letak Geografis dan Administrasi
Desa Karangsewu terletak di Kecamatan Galur Kabupaten Kulon Progo. Desa ini terletak di
wilayah paling selatan diantara desa-desa di Kabupaten Kulon Progo. Batas wilayah desa yakni :
a. Barat : Desa Bugel
b. Timur : Desa Nomporejo
c. Utara : Desa Tirtorahayu
d. Selatan : Samudera Hindia
9
Secara administratif Desa Karangsewu memiliki luas wilayah sebesar 926,2 ha dan terdiri
dari 17 pedukuhan yaitu, Pedukuhan Boro I, Boro II, Bedoyo III, Gupit IV, Siliran V, Siliran VI,
Wonopeti VII, Mabeyan VIII, Sorogaten IX, Sorogaten X, Bapangan XI, Sewugalur XII, Dalen XIII,
Kempleng XIV, Kempleng XV, Barongan XVI, dan Imorenggo XVII.
Berdasarkan data kependudukan Pemerintahan Desa, jumlah penduduk Desa Karangsewu
yang tercatat secara administrasif, terdiri dari 2.094 KK dengan jumlah total 8.233 jiwa. Jumlah
penduduk berjenis kelamin laki-laki 3.966 jiwa, sedangkan berjenis kelamin perempuan
berjumlah 4.267 jiwa. Desa Karangsewu mempunyai luas 927 Ha, maka dengan jumlah
penduduk 8.233 jiwa didapatkan ratio kepadatan penduduk 889/Km. Desa Karangsewu
termasuk Desa dengan struktur penduduk usia muda sehingga pertumbuhan penduduknya
masih tergolong tinggi, diperlukan kebijakan pembangunan di bidang kependudukan terutama
Keluarga Berencana yang lebih intensif, di sisi lain kelompok usia 15 - 50 tahun yang merupakan
kelompok penduduk terbanyak merupakan golongan yang produktif yang merupakan potensi
bagi pembangunan desa.
2.1.3 Topografi dan Penggunaan Lahan
Desa Karangsewu terletak di kawasan tepi pantai dengan kondisi topografi yang landai
dan datar. Elevasi ketinggian rata-rata Desa Karangsewu adalah 2-7 meter diatas permukaan
laut. Bagian selatan dari Desa Karangsewu berbatasan langsung dengan Samudera Hindia,
dengan sedikit terdapat gumuk-gumuk pasir (sand dunes) diantara lahan pasir ini. Lahan pasir
ini terutama terdapat di Dukuh IV Gupit, Dukuh V Siliran, Dukuh VI Siliran dan Dukuh XVII
Imorenggo. Karangsewu merupakan wilayah pesisir alluvial dengan material penyusun tanah
berupa pasir bercampur dengan tanah regosol serta grumusol. Penyebaran jenis tanah tersebut
membuat wilayah desa menjadi cocok untuk budidaya tanaman pertanian, karena tingkat
kesuburan yang cukup baik selain juga material tambahan yang merupakan sedimentasi dari
vulkan gunung Merapi yang terendapkan lewat aliran sungai Progo.
Penggunaan lahan Desa Karangsewu yang mayoritas merupakan lahan pertanian terdiri
dari permukiman, sawah, kebun, ladang, tanah pasir. Potensi sumberdaya alam adalah
pertanian dan pertambangan dengan komoditas diantaranya tanaman padi, kelapa, sengon
laut, mangga, pisang, melon, semangka, sirih, jeruk, buah naga, dan lain sebagainya.Kondisi
pola penggunaan lahan yang ada di Karangsewu terluas berupa tegalan/pekarangan, yang
diikuti dengan sawah pengairan teknis.
10
2.1.4 Sosial Ekonomi
Perspektif sosial masyarakat Desa Karangsewu dipengaruhi oleh agama dan budaya
jawa dan kondisi kehidupan era pembangunan ini, kehidupan bermasyarakat masih memelihara
budaya gotong-royong yang telah tertanam sejak nenek moyang mereka ada hingga sekarang,
tetapi kehidupan modern yang ada sekarang menjadikan orang lebih mengutamakan dirinya
sangat mempengaruhi. Hal ini tercermin dalam berbagai kegiatan masyarakat dalam
bergotong-royong biasanya mereka banyak datang dalam acara tersebut tetapi waktu/lamanya
bergotong-royong terlihat tidak seperti dulu, sekarang mereka lebih memperhitungkan waktu.
Ada beberapa problematika sosial di Desa Karangsewu terkait dengan perubahan jaman
dan pembangunan antara lain :
1. Hilangnya kesenian wayang dan kerawitan di Desa Karangsewu yang dahulunya merupakan
Desa yang mempunyai kesenian tersebut, hal ini disebabkan peralatan kerawitan yang
sudah tidak ada dan minat generasi muda yang sangat kurang.
2. Adanya konflik kepentingan antara Pemerintah dengan warga penggarap tanah PA yang
merupakan tanah pasir dengan kandungan mineral biji besi, disatu sisi warga bertahan
untuk tidak memperbolehkan penambangan pasir besi di tanah garapan mereka dilain sisi
pemerintah berupaya menggali potensi pasir besi yang akan meningkatkan PAD pemerintah
setempat. Keadaan ini sangat tidak nyaman bagi warga dan pemerintah dalam berbagai hal.
3. Mulai berkurangnya semangat gotong-royong akibat kehidupan modern yang
mengutamakan kepentingan pribadi.
2.2
Dampak Perubahan Iklim di Desa Karangsewu
Perubahan iklim yang terjadi telah dirasakan di berbagai belahan dunia. Hal ini dapat
dirasakan dari pergantian musim yang terjadi. Saat ini pergantian musim telah mengalami
perubahan waktu, dan hampir sulit untuk diprediksikan. Sebagai contoh adalah musim kemarau
yang panjang, musim dingin yang lebih panjang dari biasanya maupun sebaliknya dan
pergantian musim lainnya. Untuk di Indonesia perubahan iklim ditandai dengan pergeseran
musim hujan dan musim kemarau. Musim kemarau yang lebih panjang dari waktu normalnya
dapat berdampak pada menurunnya produktivitas pertanian dan mempengaruhi ketersediaan
pangan. Sebagaimana diketahui, bahwa sebagian besar lahan pertanian di Indonesia
merupakan lahan pertanian yang menggantungkan kebutuhan airnya pada air hujan. Jika hujan
11
tak datang tepat waktu, maka akan mempengaruhi produktivitas tanaman pertanian yang
mana sangat membutuhkan air untuk pertumbuhannya. Demikian juga sebaliknya, jika musim
penghujan lebih panjang dari biasanya maka akan mempengaruhi sektor yang lain dan bahkan
bisa mengakibatkan terjadinya bencana, seperti banjir, tanah longsor dan lain sebagainya.
Wilayah pesisir juga merupakan salah satu wilayah yang rentan terhadap dampak
perubahan iklim. Perubahan iklim telah mengakibatkan kenaikan paras muka air laut. Kenaikan
muka air laut ini mengakibatkan terkikisnya wilayah pesisir melalui abrasi dan semakin
menggerus wilayah daratan.
Dampak yang dapat dirasakan masyarakat akibat adanya perubahan iklim antara lain :
Adanya peningkatan suhu udara baik di darat maupun di laut.
Sering terjadi pasang tinggi yang lebih lama dari biasanya pada bulan purnama.
Semakin berkurangnya hasil tangkapan di daerah tangkapan sebelumnya.
Musim gelombang kuat (musim barat) terasa lebih lama dari biasanya, sehingga
menyulitkan nelayan untuk kembali melaut.
Banjir pasang sering terjadi, sehingga membanjiri pemukiman warga.
Hasil tangkapan nelayan di laut menurun.
Abrasi telah terjadi di sepanjang pantai laut selatan. Nelayan Karangsewu sendiri selama
ini berangkat melaut melalui pantai Trisik yang terletak di wilayah desa Banaran karena belum
tersedianya Tempat Pelelangan Ikan (TPI) di Desa karangsewu. Pantai Trisik yang menjadi lokasi
pemberangkatan dan pendaratan perahu milik nelayan juga mengalami abrasi yang
mengakibatkan bibir pantai menjadi curam sehingga menyulitkan nelayan dalam menambatkan
perahu. Padahal nelayan harus menambatkan perahu ke daratan tertinggi untuk menghindari
terjangan gelombang besar yang sering terjadi. Abrasi di Pantai trisik sendiri sudah berlangsung
sejak tahun 2009. Abrasi yang terus menggerus bibir pantai mengakibatkan semakin dekatnya
jarak pantai dengan pemukiman nelayan.
Dampak perubahan iklim yang dirasakan masyarakat tersebut memiliki pengaruh yang
cukup signifikan terhadap pola hidup dan kesejahteraan masyarakat di lokasi terdampak. Untuk
itu, dengan dampak perubahan iklim yang semakin nyata dirasakan oleh masyarakat, maka
perlu kiranya dirumuskan suatu perencanaan yang tepat dan implementatif dalam upaya untuk
bisa beradaptasi terhadap dampak perubahan iklim.
12
Bab 3.
METODE PENYUSUNAN RENCANA PENGEMBANGAN DESA
PESISIR KARANGSEWU 2012 - 2016
Model Pengembangan Desa Pesisir Tangguh (PDPT) sendiri terdiri atas tiga bagian, yaitu
: (1) rencana pengembangan desa pesisir; (2) penguatan kapasitas kelembagaan; dan (3)
pencapaian kegiatan sebagai tujuan PDPT. Untuk menghasilkan Rencana Pengembangan Desa
Pesisir dilakukan dengan menggunakan kombinasi pendekatan top down dan bottom up.
Pendekatan top down dilakukan dengan memperhatikan perencanaan yang dibuat oleh
pemerintah kabupaten/kota, antara lain seperti Rencana tata Ruang Wilayah (RTRW), Rencana
Strategis Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (WP3K), Rencana Zonasi WP3K, Rencana
pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD), Rencana Pengelolaan WP3K di
Kabupaten/Kota dan, Rencana Aksi Pengelolaan WP3K di Kabupaten/Kota. Penyusunan
rencana pengembangan desa pesisir dengan pendekatan bottom up dilakukan dengan
memperhatikan masukan masyarakat hasil dari Participation Rural Appraisal (PRA) dan Focus
Group Discussion (FGD).
Penyusunan rencana pengembangan dibatasi dalam kurun waktu tertentu sesuai
dengan target yang telah ditentukan. Rencana Pengembangan Desa Pesisir ini kemudian
digunakan sebagai salah satu referensi dalam penyusunan rencana detail kegiatan
pengembangan desa pesisir yang dijabarkan dalam lima fokus pengembangan kegiatan, yaitu
Bina Kesiapsiagaan terhadap Bencana dan Perubahan Iklim, Bina Lingkungan dan Infrastruktur,
Bina Sumberdaya, Bina Manusia dan Bina Usaha. Ilustrasi singkat mengenai penjelasan di atas
dapat dilihat pada Gambar 3.1
13
14
Bab 4.
KETERKAITAN DENGAN RENCANA LAIN
Tingkatan (hierarki) pemerintahan merupakan salah satu pertimbangan dalam
penyusunan RPJP Daerah. Sesuai dengan arahan dalam Surat Edaran Menteri Dalam Negeri
Nomor 050/2020/SJ tanggal 11 Agustus 2005 perihal Petunjuk Penyusunan Dokumen RPJP
Daerah dan RPJM Daerah, diatur ketentuan mengenai RPJP Daerah Provinsi yang mengacu pada
RPJP Nasional, RPJP Daerah Kabupaten/Kota mengacu pada RPJP Daerah Provinsi.
Seperti yang di amanatkan dalam Undang-Undang No 27 Tahun 2007, Rencana
Pengembangan Desa 2011 – 2015 merupakan bagian yang tak terpisahkan dari RPJP Daerah
Kabupaten Kulon Progo. Dengan demikian diharapkan dapat terwujud keselarasan dan
konsistensi gerak langkah dan pencapaian pembangunan antara Pemerintah Pusat, Provinsi dan
Kabupaten/Kota seperti yang tertera pada gambar 4.1 berikut.
15
Bab 5.
RENCANA PENGEMBANGAN DESA PESISIR
KARANGSEWU
5.1. Fokus Perencanaan
Untuk mewujudkan ketangguhan desa diperlukan kebijakan berupa fokus pengembangan
kegiatan yang berorientasi pada penyelesaian masalah-masalah pokok yang dihadapi
masyarakat desa pesisir. Adapun fokus pengembangan kegiatan yang dimaksud, dapat dilihat di
Gambar 5.1
Gambar 5.1 Fokus Pengembangan kegiatan PDPT
Fokus perencanaan meliputi lima aspek bina program, yakni bina manusia, bina usaha, bina
sumberdaya, bina lingkungan dan infrastruktur, serta bina siaga bencana dan perubahan iklim.
Kelima aspek ini merupakan cerminan dari aktivitas yang dijalankan oleh masyarakat menuju
ketangguhan dan kesejahteraan desa pesisir. Adapun uraian ke lima bina yang dimaksud dapat
dilihat pada Tabel 5.1 di bawah ini.
Tabel 5.1. Uraian Lima Bina Program sebagai Fokus Perencanaan Desa Pesisir
Bina Program
Uraian
1.
Manusia
• Investasi pada “human capital”, penekanan pada
bidang pendidikan dan kesehatan
16
baik formal maupun informal
• Memperluas dan meningkatkan kerjasama untuk
efisiensi
• Memperbaiki budaya kerja, gotong royong,
tanggung jawab, disiplin, dan hemat
• Menghilangkan sifat negatif, boros, konsumtif
2.
Usaha
• Meningkatkan keterampilan usaha, perluasan mata
pencaharian alternatif, pengelolaan bisnis skala kecil
dan penguasaan teknologi
• Meningkatkan dan mempermudah akses terhadap
sumberdaya, teknologi, modal, pasar, dan informasi
pembangunan
• Membangun kemitraan dengan pelaku usaha
• Membangun sistem insentif administrasi serta
pendanaan formal dan informal
Bina Program
Uraian
3.
Bina Sumberdaya
• Memperkuat kearifan lokal dalam pengelolaan
sumberdaya
• Revitalisasi hak ulayat dan hak masyarakat lokal
• Menerapkan MCS dengan prinsip partisipasi
masyarakat lokal
• Menerapkan teknologi ramah lingkungan,
mendorong pengembangan teknologi asli
(indegenous technology)
• Merehabilitasi habitat, konservasi dan memperkaya
sumberdaya
4.
Lingkungan dan
Infrastruktur
• Meningkatkan peran masyarakat dalam mengelola
dan menata lingkungan
• Membangun infrastruktur (jalan, listrik, air bersih,
sanitasi)
• Meningkatkan perencanaan dan pembangunan
secara spasial di pesisir
• Melakukan rehabilitasi vegetasi pantai dan
mengendalikan pencemaran
5
Siaga Bencana dan
Perubahan Iklim
• Melakukan usaha-usaha pengurangan risiko
bencana, perencanaan tanggap darurat dan
rehabilitasi pada tingkat masyarakat.
• Memperkuat kearifan lokal dalam antisipasi
bencana
• Menyusun rencana aksi desa pengurangan risiko
bencana, mengadakan penyadaran masyarakat,
gladi yang reguler, latihan tanggap darurat, akses
data dan informasi bencana, dan aktivitas lain
terkait penanggulangan bencana.
• Membangun sarana dan prasarana penanggulangan
bencana (jalur evakuasi , shelter , struktur pelindung
terhadap bencana, fasilitas kesehatan, cadangan
17
strategis desa, dan lain-lain
Penyusunan Rencana Pengembangan Desa Pesisir ini menggunakan pendekatan pembangunan
berbasis komunitas yang memaksimalkan partisipasi masyarakat dan bertumpu pada
sumberdaya lokal yang dimiliki masyarakat desa pesisr dan juga melibatkan pemangku
kepentingan lainnya, seperti: perguruan tinggi, praktisi, dan birokrasi.
5.2 Perencanaan Pengembangan Desa Karangsewu
Perencanaan pengembangan Desa Karangsewu disusun berdasarkan kebutuhan yang
dirasakan warga dan fokus program (manusia, usaha, sumberdaya, lingkungan dan
infrastruktur, dan kesiagaan bencana alam dan perubahan iklim) dalam kurung waktu 5 (lima)
tahun. Dengan kata lain, bentuk program merupakan akumulasi kebutuhan dan harapan yang
disesuaikan dengan fokus program pembangunan desa pesisir tangguh.
Proses penyusunan dokumen Rencana Pengembangan Desa Pesisir dilakukan melalu
musyawarah desa dalam bentuk Forum Group Discussion (FGD) dengan melibatkan perwakilan
kelompok masyarakat. FGD tersebut dihadiri oleh tokoh-tokoh masyarakat, tokoh Agama, RT /
RW, Pemerintah Desa beserta BPD dalam rangka penggalian gagasan. Dari penggalian gagasan
tersebut dapat diketahui permasalahan yang ada di Desa dan kebutuhan apa yang diperlukan
oleh masyarakat sehingga aspirasi seluruh lapisan masyarakat bisa tertampung. Sebagai wakil
dari masyarakat BPD berperan aktif membantu pemerintah Desa dalam menyusun program
Pembangunan. Pemerintah Desa beserta BPD merumuskan program Pembangunan Desa,
dalam hal ini menyusun program pembangunan yang sifatnya mendesak dan harus dilakukan
dengan segera dalam arti menyusun skala prioritas.
Proses yang dilakukan dalam penyusunan dokumen RPDP adalah membuat daftar
masalah dan potensi desa, kemudian dilakukan pengelompokan masalah, penentuan peringkat
masalah, pengkajian tindakan pemecahan masalah, dan penentuan peringkat tindakan.
Berdasarkan daftar masalah tersebut kemudian disusun bentuk program yang akan
dilaksanakan termasuk di dalamnya adalah perencanaan waktu pelaksanaan program kegiatan.
Dengan demikian perencanaan pengembangan Desa Karangsewu, dibagi ke dalam empat
bagian, meliputi: (1) perencanaan bina program manusia; (2) perencanaan bina program usaha
dan sumberdaya; (3) perencanaan bina program lingkungan dan infrastruktur; dan (4)
perencanaan bina program siaga bencana dan perubahan iklim.
18
Berdasarkan hasil musyawarah warga desa Karangsewu, permasalahan desa
Karangsewu dapat diklasifikasikan dalam 5 bidang permasalahan utama yang diklasifikasikan
dalam 5 bina yaitu Bina Manusia, Bina Usaha, Bina Sumberdaya, Bina Lingkungan dan
Infrastruktur, dan Bina Siaga Bencana dan Perubahan Iklim. Dari kelima bina tersebut,
musyawarah warga desa merumuskan harapan-harapan untuk lima tahun kedepan yang
diperjelas dengan program riil yang betul-betul mengacu pada titik permasalahan yang ada di
lapangan.
Berikut ini adalah tabel skenario secara umum identifikasi permasalahan dan pola
penanggulangan ke depan :
Tabel 5.2. Tabel Identifikasi permasalahan
1. Bina Manusia
No.
Masalah
Penyebab Permasalahan
Dukungan
Potensi
Gagasan
Kebutuhan
a.
Rendahnya tingkat
pendapatan
penduduk.
Lemahnya kualitas
SDM.
Minimnya kemampuan
permodalan
Sebagian besar masih
mengandalkan
pendapatan dari
sektor pertanian
(budidaya tanaman
konvensional) belum
ke agrobisnis
Jumlah
angkatan
kerja yang
cukup
tinggi.
Desa
Karangsewu
dilewati
jalur
selatan P.
Jawa
Laut /
pantai
sepanjang
2,5 km.
Pelatihan
kewirausahaan
Pelatihan
Manajemen
industri kecil
Pelatihan
agrobisnis
Kemitraan
dengan pihak
swasta
b.
Pengangguran
masih tinggi
Ketrampilan tng kerja
diberbagai sektor yang
Jumlah
angkatan
Pelatihan
kewirausahaan
19
masih rendah
Tidak adanya industri
berskala sedang/ besar
Sebagian angkatan kerja
masih gengsi untuk
bekerja di sektor
pertanian
kerja yang
cukup
tinggi.
Desa
Karangsewu
dilewati
jalur
selatan P.
Jawa
Laut /
pantai
sepanjang
2,5 km.
Pelatihan
Manajemen
industri kecil
Pelatihan
agrobisnis
Kemitraan
dengan pihak
swasta
Kurangnya tenaga
pendidik PNS di
Sekolah Dasar
swasta.
Kebijakan pemerintah
yang tidak mengangkat
PNS guru SD swasta
Guru Tidak
Tetap (GTT)
Komite
Sekolah
Pemberian Bantuan
kepada Sekolah
Swasta.
Kenakalan remaja
Kurangnya perhatian
ortu kepada anak
Kurangnya sarana
untuk kegiatan remaja
Tokoh
Masyarakat
Tokoh
Agama
Sekolah
Orang tua
Intensifkan
pembinaan mental
anak/pemuda mel.
tokoh masy., agama
Pencurian
Masih adanya mental
sebagian kecil masy. yang
kurang baik.
Tokoh
Masyarakat
Tokoh
Agama
Sekolah
Pembinaan bagi
anak yang punya
riwayat mencuri
Adanya pro dan
kontra rencana
penambangan pasir
Sosialisasi yang
benar-benar sampai pada semua
pihak selama ini masih
Tokoh
Masyarakat
Tokoh
Sosialisasi yang
benar-benar
20
besi yang berakibat
hubungan antar
warga kurang
harmonis
tersumbat oleh suatu
kondisi yang tidak
kondusif.
Agama
Pihak
Investor
pihak
2. Bina Usaha
No.
Masalah
Penyebab Permasalahan
Dukungan
Potensi
Gagasan
Kebutuhan
a.
Belum adanya
ruang/sarana
perdagangan yang
mendukung
pengembangan
usaha
Dana kas desa yang
tidak besar
Belum ada pihak lain
yang bersedia
membangun/bekerjasa
ma
Lahan kas
desa yang
berada di
dekat jalan
jalur
selatan
Permintaan
calon
pengguna
sudah ada
Pembuatan kios
desa yang
berdekatan
dengan Jalan
Deandels
b.
Minimnya usaha
dibidang perikanan
kelautan
Ketrampilan
masyarakat yang
terbatas
Keterbatasan modal
usaha
Kurangnya kreatifitas
masyarakat
Desa
Karangsewu
dilewati
jalur
selatan P.
Jawa
Laut /
pantai
sepanjang
2,5 km.
Pelatihan usaha
pengolahan hasil
perikanan
Pelatihan
pemasaran
Bantuan
permodalan
3. Bina Sumberdaya
21
Potensi
Kebutuhan
Abrasi pantai
Tidak tersedia struktur
bangunan pelindung
pantai
Kurangnya vegetasi
pantai
Laut /
pantai
sepanjang
2,5 km.
Penanaman
vegetasi pantai,
misal : cemara
udang
4. Bina Lingkungan dan Infrastruktur
No.
Masalah
Penyebab Permasalahan
Dukungan
Potensi
Gagasan
Kebutuhan
2.2.1
Saluran irigasi
banyak yang belum
permanen dan
setiap MT banyak
sedimen yang
mengganggu aliran
irigasi.
Banyak saluran air yang
belum permanen
Banyak warga masy yang
kurang sadar buang
sampah di sungai.
APBDes
Bantuan
Instansi
terkait
PNPM
Tokoh
Masyarakat
Pembersihan sal.
air secara rutin.
Petugas rutin
perawat saluran
air
Pembangunan
sal. air (Bangket)
b.
Jalan Desa dan
Pedukuhan yang
belum beraspal /
diperkeras
Kemampuan Pem. Desa
yang belum dpt
menjangkau semua ruas
jalan untuk diperkeras
APBDes
Bantuan
Instansi
terkait
PNPM
Tokoh
Masyarakat
Perkerasan jalan
Pengaspalan
jalan
Cor blok jalan
pedukuhan
c.
Gedung Olahraga /
Serbaguna
Desa belum punya
sarana/gedung
olahraga/gedung serba
guna yang memadai
APBDes
Swadaya
masyarakat
Bantuan
pihak lain
Pembangunan
Gedung
Olahraga/serbag
una
d.
Jembatan /
Gorong2 banyak
yang kurang baik
Banyak sarana jembatan
yang sudah tua dan
kondisinya rusak.
APBDes
Swadaya
Rehabilitasi
jembatan dan
gorong-gorong
22
kondisinya. (Jembt.
Barongan, Grg2
Sewugalur,
Wonopeti dll
masyarakat
Bantuan
pihak lain
desa.
e.
Sawah yang tidak
terjangkau irigasi
(Candi dan Kitiran)
Sarana irigasi berupa
talangtidak ada sejak
1984
APBDes
Swadaya
masyarakat
Bantuan
pihak lain
Pembuatan talang
air menuju bulak
candi / kitiran
f.
Tidak tersedia
Tempat Pelelangan
Ikan (TPI)
Dana pembangunan TPI
yang cukup besar.
Dana kas desa yang
terbatas
Belum ada pihak lain
yang bersedia
membangun/
Bekerjasama
Laut /
pantai
sepanjang
2,5 km.
APBDes
Bantuan
instansi
terkait
PNPM
Merintis
pembangunan
TPI.
5. Bina Siaga Bencana dan Perubahan Iklim
No.
Masalah
Penyebab Permasalahan
Dukungan
Potensi
Gagasan
Kebutuhan
a.
Kualitas jalan jalur
evakuasi yang
belum memadai
Kemampuan Pem. Desa
yang belum dpt
menjangkau semua ruas
jalan untuk diperbaiki
APBDes
Bantuan
Instansi
terkait
PNPM
Swadaya
Masyarakat
Perkerasan/ Rabat
beton/ Pengaspalan
jalan jalur evakuasi
b.
Tidak tersedianya
plang petunjuk
arah jalur evakuasi
Dana kas desa yang
terbatas
Belum ada pihak lain
APBDes
Bantuan
Instansi
Pengadaan plang
penunjuk arah jalur
evakuasi.
23
yang bersedia
membangun/
Bekerjasama
terkait
PNPM
Swadaya
Masyarakat
c
Tidak tersedianya
papan informasi
kebencanaan
Dana kas desa yang
tidak besar
Belum ada pihak lain
yang bersedia
membangun/
Bekerjasama
APBDes
Bantuan
Instansi
terkait
PNPM
Swadaya
Masyarakat
Pengadaan papan
informasi
kebencanaan.
d.
Tidak tersedianya
shelter
penampungan
Dana kas desa yang
tidak besar
Belum ada pihak lain
yang bersedia
membangun/
Bekerjasama
APBDes
Bantuan
Instansi
terkait
PNPM
Swadaya
Masyarakat
Pembangunan
shelter
penampungan.
e.
Tidak tersedianya
alat pendeteksi
tsunami atau
bencana alam
lainnya.
Dana kas desa yang
tidak besar
Belum ada pihak lain
yang bersedia
membangun/
bekerjasama
APBDes
Bantuan
Instansi
terkait
PNPM
Swadaya
Masyarakat
Pengadaan alat
pendeteksi tsunami
atau bencana alam
lainnya.
f.
Tidak tersedianya
fasilitas
penyelamatan diri,
misal : pelampung
Dana kas desa yang
tidak besar
Belum ada pihak lain
yang bersedia
membangun/
bekerjasama
APBDes
Bantuan
Instansi
terkait
PNPM
Swadaya
Pengadaan fasilitas
penyelamatan diri.
24
Masyarakat
Hasil review RPDP memunculkan sejumlah masalah-masalah baru yang berhasil
tercover maupun masalah lama yang sampai saat ini belum teratasi dengan kebijakan
pembangunan desa maupun instansi yang berwenang mengakomodasi usulan kegiatan
masyarakat. Penyusunan RPDP ini bertujuan agar terwujud perencanaan pembangunan desa
yang terarah dan sesuai rencana, melibatkan partisipasi masyarakat, meningkatkan
kesejahteraan rakyat dengan mengoptimalkan potensi desa teutama di bidang kelautan
perikanan selain juga sektor pertanian, pariwisata dan sektor lain yang mendukung.
Demi tercapainya azas "adil dan merata", pembangunan dilaksanakan bertahap dan
bergantian antara wilayah tersebut dan pada pelaksanaan pembangunan harus melibatkan
warga masing-masing wilayah agar tercipta rasa saling memiliki meskipun pembangunan
tersebut berlokasi di wilayah pedukuhan lain. Selain azas "adil dan merata" Pemerintah Desa
juga lebih mengutamakan hal-hal yang bersifat darurat atau membutuhkan penanganan yang
tidak bisa ditunda. Arah kebijakan pembangunan Desa Karangsewu mengacu kepada skala
priotas dan azas manfaat berdasarkan usulan prioritas dari masyakat yang dihimpun dalam
“Musrembangdes”. Adapun arah kebijakan pembangunan DesaKarangsewu sebagai berikut :
1. Pembangunan di Desa Karangsewu diprioritaskan kepada pembangunan dan
perbaikan sarana dan prasarana.
2. Setiap ada kegiatan pembangunan, pengadaan material dan perekrutan tenaga kerja
di utamakan dari wilayah Desa Karangsewu.
3. Berusaha mandat kepada Lembaga Pemberdayan Masyakat Desa (LPMD) untuk
bekerja sama dengan Tim Pelaksana Kegiatan (TPK) untuk melaksanakan
pembangunan yang ada di Desa.
4. Memberikan keleluasaan kepada Badan Permusyawaratan Desa untuk mengawasi
setiap kegiatan pembangunan di Desa.
5. Memberikan mandat sepenuhnya kepada Lembaga, Ketua RW/RT, dan warga
Masyarakat untuk mengelola dan memanfaatkan fasilitas yang ada sesuai fungsinya.
Program pembangunan desa untuk Desa Karangsewu mengacu pada Skala Prioritas
Usulan dari masyarakat dengan mengacu pada tingkat partisipasi dan kesiapan swadaya yang
25
disiapkan oleh masyarakat. Adapun program pembangunan desa Karangsewu secara garis
besar dapat dilihat di lampiran.
26
Bab 6.
PEMANTAUAN DAN EVALUASI PERENCANAAN
6.1. Konsep dan Definisi Pemantauan dan Evaluasi
Pemantauan (monitoring) dan Evaluasi (evaluation) adalah suatu proses yang tidak dapat
dipisahkan dengan perencanaan dan implementasi dari sebuah program kegiatan atau program
kerja. Dengan demikian, Pemantauan dan Evaluasi (PE) adalah salah satu unit kegiatan penting
dalam konteks rencana strategis karena salah satu keluaran rencana strategis adalah indikasi
program yang merupakan turunan dari stratagi yang telah ditetapkan.
Secara umum, tujuan PE adalah mengukur (measurement) dan menduga (assessment) kinerja
dari sebuah program agar dapat mengelola hasil (outcomes) dan keluaran (outputs) program
tersebut dengan lebih efisien (UNDP, 2002).
Dengan demikian kata kunci penting dalam tujuan PE ini adalah kinerja program (perfomances)
yang didefinisikan sebagai kemajuan atau hasil yang telah dicapai. Secara tradisional, tujuan
dari PE menitikberatkan pada perkiraan input dan implementasi dari sebuah program, namun
dalam konteks modern, PE lebih memfokuskan diri pada proses pengukuran dan pendugaan
dari faktor-faktor yang berkontribusi terhadap kinerja yang sedang diteliti.
Secara standar, tujuan PE terdiri dari empat unsur utama seperti yang disajikan pada Gambar
6.1 berikut ini.
Meningk atk an akun tabi lita s da n kem ampua n repo sisi Membuat keputusan yang berbasis informasibela jar da ri penga lam an membangun kapasitas Meningk atk an akun tabi lita s da n kem ampua n repo sisi Membuat keputusan yang berbasis informasi
bela jar da ri penga lam an membangun kapasitas
Gambar 6.1. Tujuan pemantauan dan evaluasi (diadopsi dari UNDP, 2002 dalam Adrianto,
27
Sementara itu, per definisi, pemantauan (monitoring) adalah sebuah fungsi atau proses yang
berkelanjutan dengan tujuan utama menyediakan indikasi awal dari kemajuan atau
kemunduran dari kinerja sebuah program kepada pihak pengelola (manajemen).
Ada delapan prinsip pemantauan yang baik (good principles of monitoring) yaitu (UNDP, 2002):
(1) fokus pada hasil dan follow-up-nya; (2) disain pemantauan yang baik; (3) kunjungan reguler
terhadap program yang dipantau; (4) melakukan analisis reguler terhadap setiap pencapaian
hasil; (5) dilakukan dengan prinsip partisipatif; (6) dilakukan dengan menggunakan pendekatan
indikator dan pengembangan garis dasar (baselines) program; (7) menduga relevansi dan
keberhasilan dari setiap titik pencapaian hasil dari program; dan (8) menjadikan setiap proses
pemantauan sebagai pembelajaran (lesson learned).
Sedangkan menurut definisinya, evaluasi (evaluation) adalah upaya atau proses selektif yang
bertujuan untuk memperkirakan kemajuan (progress) dari sebuah program secara sistematik
dan berorientasi pada hasil (UNDP, 2002).
Ruang lingkup dari evaluasi mencakup empat hal yaitu (1) status hasil (outcomes status) yaitu
apakah hasil sudah dicapai atau belum dan apabila belum apakah terdapat kemajuan untuk
mencapai hasil yang sudah diperkirakan; (2) faktor yang berpengaruh (underlying factors) yaitu
sebuah analisis terhadap faktor-faktor yang berpengaruh terhadap hasil; (3) kontribusi
pengelola (proponent contribution) yaitu kontribusi dari pengelola terhadap proses pencapaian
hasil; dan (4) strategi kemitraan (partnership strategy) yaitu apakah dalam evaluasi dilakukan
proses kemitraan antara pengelola dengan seluruh stakeholder yang terlibat dalam program
yang sedang dievaluasi serta efektivitas pelaksanaannya.
6.2. Rantai Pemantauan dan Evaluasi
Dalam konteks proses, rantai pemantauan dan evaluasi (PE) secara diagram dapat digambarkan
seperti yang dapat dilihat pada Gambar 6.2.
Rantai PE yaitu terdiri dari rantai ruang lingkup input (scope of inputs), ruang lingkup keluaran
(scope of outputs), ruang lingkup hasil (scope of outcomes), dan ruang lingkup dampak (scope of
impacts) dari sebuah program yang sedang mendapatkan perlakuan PE. Dengan demikian,
rantai proses PE dimulai dari pendugaan dan estimasi input yang diperlukan dalam
implementasi sebuah program yang telah direncanakan di mana prinsip dasar dari estimasi
input ini adalah azas efisiensi.
28
Proses ini kemudian dilanjutan dengan menentukan prakiraan keluaran yang diharapkan, hasil
program sekaligus dampak yang dapat ditimbulkan dari implementasi sebuah program.
Gambar 6.2. Rantai proses pemantauan dan evaluasi
6.3. Pengukuran Kinerja
Salah satu faktor penting dalam PE adalah pengukuran kinerja dari sebuah program yang telah
ditetapkan. Dalam konteks rencana pengembangan desa pesisir tangguh, maka pengukuran
kinerja ini dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan indikator seperti yang dapat
dilihat secara diagram pada Gambar 6.3. Indikator yang digunakan harus dapat diukur, mudah
pengukurannya dan jumlahnya tidak terlalu banyak proporsional terhadap tujuan pengukuran
kinerja itu sendiri.
Sistem Rating (Pemeringkatan) Pengukuran Efisiensi
PERFORMANCE MEASUREMENT
Langkah kunci dalam pemilihan indikator
Perencanaan indikator PEMILIHAN INDIKATOR
Pelibatan stakeholders
Pemanfaatan indikator dalam monitoring PENGGUNAAN INDIKATOR Sistem Rating (Pemeringkatan)
Pengukuran Efisiensi
PERFORMANCE MEASUREMENT
Langkah kunci dalam pemilihan indikator
Perencanaan indikator PEMILIHAN INDIKATOR
Pelibatan stakeholders
Pemanfaatan indikator dalam monitoring PENGGUNAAN INDIKATOR
Gambar 6.3. Pentingnya pendekatan indikator dalam pengukuran kinerja
Peningkatan pendapatan Penciptaan lapangan kerja
baru Tenaga ahli (experts)
Perlengkapan (equipments) Dana (funds)
SCOPE OF INPUTS
Studies completed People trained
SCOPE OF OUTPUTS SCOPE OF OUTCOMES
Kondisi kesehatan meningkat Angka harapan hidup meningkat SCOPE OF IMPACTS Peningkatan pendapatan Penciptaan lapangan kerja
baru Tenaga ahli (experts)
Perlengkapan (equipments) Dana (funds)
SCOPE OF INPUTS
Studies completed People trained
SCOPE OF OUTPUTS SCOPE OF OUTCOMES
Kondisi kesehatan meningkat Angka harapan hidup meningkat