• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab ini merupakan rangkuman dari seluruh isi kertas karya ini yang dibuat dalam bentuk saran dan kesimpulan.

DAFTAR PUSTAKA

BAB II

URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN

2.1 Pengertian Pariwisata

Pariwisata merupakan suatu perjalanan yang dilakukan seseorang untuk sementara waktu dari suatu tempat ke tempat lain dengan meninggalkan tempatnya semula dengan suatu perencanaan dan bukan bermaksud untuk mencari nafkah ditempat yang dikunjunginya, tetapi untuk menikmati kegiatan pertamasyaan atau rekreasi untuk memenuhi keinginan yang beraneka ragam. Menurut Undang-undang No. 9 Tahun 1990 menyatakan: ”...Pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk dengan pengusahaan objek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait dibidang tersebut”. Secara Etimologi pariwisata berasal dari bahasa Sansekerta yang terdiri dari dua kata yaitu “pari” yang berarti banyak atau berkeliling, sedangkan pengertian “wisata” berarti kunjungan untuk melihat, mendengar, menikmati, dan mempelajari sesuatu.

Pariwisata adalah perjalanan yang dilakukan manusia untuk bersenang-senang tanpa unsur paksaan dengan maksud bukan untuk mencari nafkah di tempat yang dituju tetapi untuk menikmati pelayanan dan fasilitas disuatu daerah yang dikunjungi.

Pengertian pariwisata menurut Prof. Salah Wahab (dalam Yoeti, 1982:107) menyatakan :

A purposeful human activity that serves as a link between people either within one same country or beyond the geographical limits or states. It involves the temporary displacement of people to another region region, country or continent for the satisfaction of varied needs other than exercising a remunderated function. Suatu aktivitas manusia yang dilakukan secara sadar yang mendapat pelayanan secara bergantian diantara orang-orang dalam suatu

negara itu sendiri atau di luar negeri, meliputi pendiaman orang-orang dari daerah lain untuk sementara waktu mencari kepuasan yang beraneka ragamdan berbeda dengan apa yang dialaminya, dimana ia memperoleh pekerjaan tetap.

Dari beberapa uraian pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan sementara waktu dari suatu tempat ke tempat lain dengan maksud bukan untuk mencari nafkah ataupun menetap di tempat yang dikunjungi, akan tetapi untuk menikmati perjalanan tersebut sebagai rekreasi atau untuk memenuhi keinginan yang beragam tanpa adanya suatu paksaan dan dilakukan perorangan maupun kelompok.

2.2 Pengertian Wisatawan

Wisatawan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari dunia pariwisata.

Jika ditinjau dari arti kata “wisatawan” berasal dari kata “wisata”, maka sebenarnya tidaklah tepat sebagai pengganti kata “tourist” dalam bahasa Inggris. Kata “wisata”

berasal dari dari bahasa Sansekerta, yang berarti “perjalanan” yang disamakan dengan kata “travel” dalam bahasa Inggris. Sehingga wisatawan sama artinya dengan kata traveler. Menurut A.J Norwal (dalam Nyoman S. Pendit, 1999 : 38) menyatakan:

Wisatawan merupakan seseorang yang memasuki wilayah negeri asing dengan maksud tujuan apapun, asalkan bukan untuk tinggal permanen atau untuk usaha-usaha yang teratur melintasi perbatasan, dan yang mengeluarkan uangnya di negeri yang dikunjunginya, uang mana telah diperolehnya bukan di negeri tersebut melainkan di negara lain.

Wisatawan dapat diartikan sebagai orang yang melakukan wisata atau perjalanan ke suatu daerah atau negara dengan meninggalkan tempat tinggalnya sehari-hari selama lebih dari 24 jam dan kurang dari 6 bulan dengan berbagai maksud

kecuali untuk tujuan mencari nafkah. Sehingga wisatawan dikelompokkan menurut sifatnya oleh Kusumaningrum (2009:18) menyatakan:

1. Wisatawan modern idealis, wisatawan yang sangat menaruh minat pada budaya multinasional serta eksplorasi alam secara individual

2. Wisatawan modern materialis, wisatawan dengan golongan Hedonisme (mencari keuntungan) secara berkelompok

3. Wisatawan tradisional idealis, wisatawan yang menaruh minat pada kehidupan sosial budaya yang bersifat tradisional dan sangat menghargai sentuhan alam yang tidak terlalu tercampur oleh arus modernisasi

4. Wisatawan tradisional materialis, wisatawan yang berpandangan konvensional, mempertimbangkan keterjangkauan, murah, dan keamanan.

Secara umum, dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa wisatawan merupakan orang-orang yang berkunjung ke suatu daerah atau negara dengan tujuan untuk bersantai, menyegarkan pikiran, dan menikmati alam dan fasilitas di daerah yang dikunjunginya bukan untuk mencari nafkah dengan kurun waktu kurang dari 6 bulan.

2.3 Pengertian Daya Tarik Wisata

Daya tarik wisata merupakan segala sesuatu ciptaan manusia yang memiliki keunikan yang beranekaragam dan layak dipertunjukkan untuk dikunjungi wisatawan.

Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan menyatakan: “...daya tarik wisata adalah sebagai segala sesuatu yang memiliki keunikan, kemudahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau kunjungan wisatawan”.

Secara umum, daya tarik wisata dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang merupakan ciptaan manusia yang dapat dilihat, dipelajari, dan dinikmati oleh

wisatawan. Ada 3 hal yang menjadi salah satu faktor pendukung daya tarik wisata menurut Yoeti (1985 : 164) menyatakan:

1. Something to see, artinya di daerah tujuan wisata terdapat daya tarik khusus di samping atraksi wisata yang menjadi interestnya.

2. Something to do, artinya selain banyak yang dapat disaksikan, harus terdapat fasilitas rekreasi yang membuat wisatawan betah tinggal di objek itu.

3. Something to buy, artinya di tempat wisata harus tersedia fasilitas untuk berbelanja souvenir atau hasil kerajinan untuk oleh-oleh.

Dari penjelasan diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa daya tarik wisata merupakan segala sesuatu yang mempunyai daya tarik, keunikan dan nilai yang tinggi, yang menjadi tujuan wisatawan datang ke suatu daerah sebagai hal-hal yang dapat dinikmati, dilihat, dan dipelajari oleh wisatawan.

2.4 Pengertian Produk Wisata

Produk merupakan suatu barang atau jasa yang dihasilkan melalui suatu proses. Pariwisata sebagai sebuah industri menghasilkan jasa-jasa atau service sebagai produk yang dibutuhkan oleh para wisatawan pada khususnya. Produk pariwisata adalah berbagai jenis komponen daya tarik wisata, fasilitas pariwisata dan aksesibilitas yang disediakan bagi dan/atau yang dijual kepada wisatawan. Komponen tersebut saling mendukung secara sinergik dalam suatu kesatuan sistem untuk terwujudnya pariwisata. Artinya, semua jasa dan/atau produk industri lain yang dibutuhkan wisatawan mulai dari berangkat meninggalkan tempat kediamannya, hingga pulang ke rumah tempat tinggalnya. Pengertian produk industri pariwisata menurut Burkart dan Medlik (dalam Yoeti, 2002 : 128) menyatakan :

The tourist product may be seen as a composite product, as an amalgam of attractions, transport, accommodation and of entertainment. Artinya bahwa

produk industri pariwisata merupakan suatu susunan produk yang terpadu, yang terdiri dari objek wisata, atraksi wisata, transportasi (angkutan), akomodasi dan hiburan, di mana tiap unsur dipersiapkan oleh setiap

2. Fasilitas yang diperlukan ditempat tujuan tersebut, seperti akomodasi, restoran, bar, entertainment, dan rekreasi.

3. Transportasi yang menghubungkan negara asal wisatawan dengan daerah tujuan wisata seperti transportasi ditempat tujuan ke objek-objek wisata.

Produk wisata merupakan suatu bentuk yang nyata dan tidak nyata dalam suatu kesatuan rangkaian perjalanan yang hanya dapat dinikmati apabila seluruh rangkaian perjalanan tersebut dapat memberikan pengalaman menarik dan pengalaman yang baik bagi wisatawan.

2.5 Pengertian Kebudayaan

Kata kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta, yaitu “buddhayah” yang merupakan bentuk jamak dari kata “Buddhi” yang “artinya budi dan akal”, jadi kebudayaan dapat diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan akal. Menurut Edwards B. Tailor (1871:1) mengatakan: ”...Kebudayaan adalah keseluruhan yang kompleks yang meliputi pengetahuan, keyakinan, kesenian, moral, hukum, kebiasaan istiadat, serta lain beberapa kekuatan dan bebeerapa rutinitas yang diperoleh manusia sebagai anggota orang-orang”.

Kebudayaan merupakan hasil cipta, rasa, dan karsa manusia dalam memenuhi keperluan hidupnya yang meliputi pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, serta kebiasaan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1996:149) menyatakan:

“…Budaya adalah pikiran, akal budi, adat istiadat. Sedangkan kebudayaan adalah hasil kegiatan dan penciptaan batin (akal budi) manusia, seperti kepercayaan, kesenian, dan adat istiadat”.

Pengertian kebudayaan merupakan segala sesuatu yang merupakan hasil cipta manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yang kompleks dan dapat diterima masyarakat sekitarnya untuk diwariskan kepada generasi berikutnya. Sedangkan menurut Selo Soemardjan dan Soelaeman Soenardi (1964:113) menyatakan :

Kebudayaan sebagai semua hasil karya, cipta, dan rasa masyarakat. Karya masyarakat menghasilkan teknologidan kebudayaan kebendaan atau kebudayaan jasmaniah (material culture) yang diperlukan oleh manusia untuk menguasai alam sekitarnya agar kekuatan serta hasilnya dapat diabdikan untuk keperluan masyarakat.

Kebudayaan adalah kekayaan khas tiap-tiap bangsa dan negara, dan dapat menjadi daya tarik wisata yang kuat. Banyak pula kebudayaan yang dapat dikemas dan dipertunjukkan tanpa mengurangi keindahannya. Para wisatawan hanya sekedar mengetahui dan menyaksikan pertunjukan tersebut apabila yang diketahui oleh wisatawan hanya pada taraf tiruan atau duplikat dari objek aslinya.

2.6 Jenis-jenis Kebudayaan

Kebudayaan dapat mengatur supaya manusia dapat mengerti bagaimana seharusnya bertindak, berbuat menentukan sikapnya apabila mereka berhubungan dengan oranglain. Oleh karena itu ada banyak jenis-jenis kebudayaan, berdasarkan wujudnya menurut Soekanto (2012:151) menyatakan :

1. Kebudayaan yang bersifat abstrak, terletak di dalam pikiran manusia tidak dapat diraba atau difoto, misalnya imajinasi dan khayalan

2. Kebudayaan bersifat konkret, wujudnya berpola tindakan atau aktivitas manusia di dalam masyarakat yang dapat diraba dan dinikmati, misalnya belajar, bermain, bicara.

Jenis kebudayaan terdiri dari beberapa bagian, namun keseluruhan merupakan suatu hasil cipta, rasa dan karsa manusia dalam bentuk yang berbeda-beda tergantung dari hasil kebudayaan tersebut diciptakan. Ada 3 wujud kebudayaan menurut Koentjaraningrat (1979:186) menyatakan:

Pertama, wujud kebudayaan sebagai ide, gagasan, nilai atau norma, yang tidak dapat dilihat oleh indera penglihatan karena terdapat dalam pikiran manusua.

Kedua, wujud kebudayaan sebagai aktifitas atau pola tindakan manusia dalam masyarakat atau disebbut dengan sistem sosial. Wujud kebudayaan ini merupakan sistem sosial konkret karena dapat dilihat pola-pola tindakannya dengan indera penglihatan. Ketiga, wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia atau disebut dengan kebudayaan fisik. Wujud kebudayaan ini bersifat konkret karena merupakan benda-benda dari segala hasil ciptaan, karya, tindakan, aktifitas, atau perbuatan manusia dalam masyarakat.

Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa jenis budaya ada yang bersifat abstrak atau kebudayaan yang tidak dapat diraba karena bersifat imajinasi, dan ada juga kebudayaan yang bersifat konkret atau kebudayaan yang dapat diraba karena berupa benda sebagai hasil ciptaan dan karya manusia.

2.7 Hubungan Kebudayaan dengan Pariwisata

Hubungan antara kebudayaan dengan pariwisata secara umum adalah nilai dan pemeliharaan, termasuk pengawasan serta bimbingan kekayaan kebudayaan.

Pelestarian terhadap benda-benda, monumen sejarah dan segala warisan budaya dan hasil peninggalan bersejarah harus dirancang dan dijaga. Pembentukan desain produk pariwisata hendaknya diaplikasikan juga kepada kehidupan sehari-hari dan kepada

wisatawan, serta menjaga keaslian dan keindahan kebudayaan. Menurut Pendit (1999:228) menyatakan :

Hubungan kebudayaan dan pariwisata dinyatakan dalam bentuk penggunaan kekayaan kebudayaan untuk maksud-maksud atraksi, seperti pertunjukan, pameran, demonstrasi, pesta (festival), dan sebagainya dalam berbagai cabang kesenian yang dalam keseluruhan aktivitasnya memberikan kesempatan kerja berkarya bagi sang seniman, pengatur, penyelenggara teknis, organisator, pelaksana administratif dan sebagainya.

Secara ekonomi, hubungan kebudayaan dengan pariwisata dinyatakan dalam bentuk penggunaan kekayaan kebudayaan untuk membentuk atraksi-atraksi baik living attraction (seni tari, ritual adat) maupun non-living attraction (arsitektur bangunan, peninggalan historis) yang disuguhkan ke dalam suatu pameran, festival, event, yang dapat memberikan kesempatan kerja bagi seniman, penyelenggara, serta masyarakat Samosir yang bekerja dalam industri pendukung pariwisata, yakni hotel, homestay, restoran, dan transportasi.

Pariwisata dan kebudayaan tidak dapat dipisahkan begitu saja, karena secara umum adanya hal penting yang mencakup di dalamnya :

1. Identitas

Kebudayaan mengandung cipta, rasa dan karsa yang sesungguhnya menjadi nilai khusus, memberikan efek daya tarikbagi setiap pengunjung. Kebanyakan pengunjung mancanegara tertarik berkunjung ke suatu daerah karena mereka menganggap budaya di tempat yang akan mereka kunjungi berbeda dengan budaya yang mereka miliki. Kebudayaan sebagai identitas dimana melalui kebudayaan seseorang dapat dikenal melalui instrumen yang ditunjukkan seperti gaya hidup, bahasa, perilaku, bahasa, dan adat istiadat.

2. Ciri khas

Seseorang akan menganggap suatu budaya itu unik apabila budaya yang dimiliki berbeda, tidak diketahui, dan tak sama dengan budaya yang ia miliki.

Melekatnya ciri khas terhadap suatu suku bangsa/etnis tertentu akan menjadi nilai tambah (value added) yang menjadi bahan pertimbangan bagi seseorang untuk berkunjung ke suatu daerah.

Masyarakat Samosir kaya akan budaya yang diwariskan dari generasi ke generasi mereka berikutnya. Kebudayaan tersebut beraneka ragam dan dapat dijadikan sebagai daya tarik wisata di Kabupaten Samosir, misalnya budaya yang terdapat pada rumah adat Batak. Melestarikan rumah adat Batak dapat diwujudkan dengan cara menjadikannya sebagai penginapan bagi wisatawan. Hal ini akan menambah keunikan dan daya tarik tersendiri bagi wisatawan, tanpa menghilangkan nilai dan makna yang terkandung di dalam rumah adat tersebut. Ataupun dengan mengaplikasikan gaya dan arsitektur bangunan rumah adat pada pembangunan hotel, restoran, dan penginapan lainnya di Kabupaten Samosir. Dengan demikian, kebudayaan suku Batak tidak akan hilang tetapi melalui hal tersebut akan menambah devisa bagi penduduk Samosir.

BAB III

GAMBARAN UMUM KABUPATEN SAMOSIR

3.1 Letak Geografis Kabupaten Samosir

Secara geografis Kabupaten Samosir terletak pada 2˚21’38” LU dan 98˚24’00 - 99˚01’48” BT. Luas wilayahnya ± 1.444,25 km², yaitu seluruh daratan Pulau Samosir yang dikelilingi oleh Danau Toba. Batas wilayah Kabupaten Samosir adalah sebagai berikut :

1. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Toba Samosir

2. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Karo dan Kabupaten Simalungun 3. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Tapanuli Utara dan Kabupaten

Humbang Hasundutan

4. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Dairi dan Kabupaten Pakpak Barat.

Topografi wilayah Kabupaten Samosir umumnya adalah berbukit-bukit, bergelombang, hingga pegunungan dengan ketinggian antara 904 m – 2.157 m di atas permukaan laut. Menurut para ahli, struktur tanahnya adalah labil dan berada pada lajur gempa tektonik dan vulkanik.

Letak Kabupaten Samosir sebagai salah satu daerah tujuan wisata di Provinsi Sumatera Utara memiliki keuntungan geografis bagi sektor pariwisata, karena berada di tengah Danau Toba sebagai objek wisata yang terkenal. Kabupaten Samosir terdiri dari 9 kecamatan, dimana 6 kecamatan berada di Pulau Samosir, dan 3 kecamatan di daerah lingkar luar Danau Toba tepat pada punggung pegunungan Bukit Barisan,

yaitu Kecamatan Harian, Nainggolan, Onan Runggu, Palipi, Pangururan, Ronggur Ni Huta, Sianjurmula-mula, Simanindo, dan Sitio-tio, (BPS Kabupaten Samosir 2015).

Table 3:1

Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, dan Kepadatan Penduduk di Kabupaten SamosirTahun 2015 Kondisi geografis Kabupaten Samosir yang memiliki kekayaan potensi alam

dan budaya hampir di semua bidang, yang paling menonjol adalah di bidang Pariwisata. Selain kekayaan pemandangan alamnya yang sangat indah, beberapa potensi wisata lain seperti tempat atau benda seni budaya peninggalan leluhur suku Batak. Keunikan letak geografis Samosir ini akan lebih menunjang sector pariwisatanya, apabila lebih dilestarikan dan didukung oleh pemerintah terutama masyarakat setempat memiliki sadar wisata yang tinggi.

3.2 Transportasi ke Daerah Tujuan Wisata

Kampung Siallagan atau Huta Siallagan merupakan salah satu daerah tujuan wisata di Kabupaten Samosir yang terkenal dengan rumah adat Batak Toba.

Kampung Siallagan terletak di Desa Ambarita, Kecamatan Simanindo, Kabupaten Samosir. Penduduk desa ini masih melestarikan dan menggunakan rumah Batak sebagai tempat tinggal mereka, meskipun bangunan rumah Batak yang ditempati tidak seperti bangunan aslinya lagi. Akan tetapi, penduduk desa Siallagan ini tidak meninggalkan nilai-nilai dan makna yang ada pada rumah adat Batak aslinya.

Perkampungan Siallagan (Huta Siallagan) ini dihuni oleh beberapa keluarga yang terkait dalam satu kerabat. Akses perjalanan dari Medan menuju Huta Siallagan dapat ditempuh melalui tiga rute, yaitu rute melalui Parapat dan rute melalui Tele : 1. Akses dari Medan-Siantar-Parapat -Tomok-Huta Siallagan.

Apabila melalui rute ini, dari Medan menuju Siantar menggunakan angkutan umum Sejahtera, ALS, Paradep Trans dengan tarif ongkos Rp. 30.000 per orang.

Kemudian dari Siantar menuju Tomok dengan kapal penumpang umum menggunakan pelabuhan Tigaras yang beroperasi setiap jam dengan waktu tempuh 30 menit, dan kapal Ferry KMP Tao Toba dengan menggunakan pelabuhan Tiga Raja (dapat membawa 25 unit kendaraan minibus, barang, dan penumpang). Kapal ferry Tiga Raja ini beroperasi 5 trip satu hari setiap 3 jam, dengan waktu tempuh satu jam dari Ajibata dan Parapat menuju Tomok pulang pergi. Tarif ongkos apabila menggunakan kapal ferry atau kapal penumpang Rp. 10.000 per orang. Setelah itu, menuju huta Siallagan dari Tomok dapat menggunakan angkutan umum, misalnya :

Danau Toba Wisata, CV. Karya Agung, dan PSN dengan tarif atau ongkos perjalanan sekitar Rp. 15.000 per orang.

2. Akses dari Medan-Berastagi-Kabanjahe-Merek-Tigaras-Simanindo-Kampung Siallagan.

Melalui rute ini, dari Medan menuju Tigaras menggunakan angkutan umum seperti : ALS, Paradep Trans, Sejahtera dengan tarif ongkos Rp. 30.000. Melalui Tigaras menuju Simanindo, tersedia kapal penumpang umum dengan waktu tempuh 25 menit. Kemudian untuk menuju ke huta Siallagan, dapat menggunakan angkutan umum yang tersedia, antara lain : PSN, CV. Karya Agung, Danau Toba Wisata dengan tarif ongkos Rp. 15.000

3. Akses dengan jalan darat dari Medan-Berastagi-Sidikalang-Tele-Pangururan-Simanindo-Huta Siallagan.

Melalui rute ini dari Medan menuju Huta Siallagan dengan menggunakan angkutan umum Sampri dan banyak juga taksi yang tersedia seperti : Bintang Samosir, Posroha, dan Merpati. Apabila menggunakan Sampri dikenakan tarif Rp.

75.000 dan menggunakan taksi dengan tarif Rp. 100.000 per orang.

Kondisi jalan menuju objek wisata Huta Siallagan masih relatif kurang, disebabkan karena pembangunan jalan yang belum merata ke setiap daerah. Jalan menuju objek wisata ini sudah lebar, tetapi secara keseluruhan masih banyak lubang-lubang ditengah jalan dan masih belum di aspal. Meskipun demikian, untuk menuju objek wisata ini telah dapat dilalui oleh angkutan umum. Sedangkan untuk sarana perhotelan atau penginapan wisatawan belum tersedia, untuk memperoleh penginapan

cukup dengan waktu 10 menit menuju Tuktuk. Daerah ini telah menyediakan banyak fasilitas hotel dan penginapan lainnya dengan harga yang terjangkau.

Sarana akomodasi di Kabupaten Samosir untuk mendukung kepariwisataan yang tersedia tahun 2014 adalah sebanyak 82 usaha, terdiri dari 6 usaha hotel bintang 1 dan 2 dengan jumlah kamar sebanyak 405 kamar dan 792 fasilitas tempat tidur.

Selain itu, 76 hotel non berbintang dengan jumlah kamar sebanyak 1.301 kamar dan 2.128 fasilitas tempat tidur, (BPS Kabupaten Samosir 2015).

Tabel 3:2

Statistik Hotel dan Pariwisata Kabupaten Samosir 2015

Sarana Tahun

Akomodasi lainnya 958 1.278 1.301

Jumlah tempat tidur

Hotel berbintang 908 802 792

Akomodasi lainnya 1.809 2.211 2.128

Tingkat hunian kamar %

Hotel berbintang 23,35 17,15 15,50

Hotel berbintang dan akomodasi lainnya 19,76 14,85 12,99 Sumber: BPS Kabupaten Samosir, Samosir Dalam Angka 2015

Kabupaten Samosir dari segi pariwisata sebenarnya masih pilihan nomor satu bagi wisatawan yang ingin berlibur keprovinsi Sumatera Utara, terbukti dari pencatatan kunjungan wisatawan dan data pengunjung hotel pada tabel di atas yang semakin meningkat. Keindahan dan daya tarik daerah Samosir sebenarnya bukan hanya karena dikelilingi oleh Danau Toba. Pegunungan Bukit Barisan dan hamparan

sawah yang luas menjadi daya tari sendiri bagi para wisatawan yang mengunjungi Samosir. Selain itu, Samosir juga kaya akan kebudayaan seperti rumah adat Batak yang unik, tari tortor, pakaian adat, hasil kerajinan tangan bertenun atau ulos menjadi keunikan tersendiri.

3.3 Sistem Kekerabatan

Suku Batak memperhitungkan hubungan keturunan secara patrilineal, yaitu kelompok kekerabatan yang dihitung dari garis keturunan ayah, satu kakek atau satu nenek moyang. Kaum laki-laki menjadi penentu dalam membentuk hubungan kekerabatan. Perhitungan hubungan berdasarkan satu ayah dalam suku Batak disebut sa ama, sedangkan satu kakek atau atau satu nenek moyang yang jauh disebut sa ompu. Garis hubungan kekerabatan suku Batak dengan kaum kerabatnya dapat ditunjukkan hingga generasi ke 20 ke atas. Keluarga sa ompu dapat disebut kelompok kekerabatan klen kecil, termasuk semua kerabat patrilineal yang dikenal kekerabatannya. Kelompok kekerabatan yang terkecil pada suku Batak disebut ripe, yaitu orang Batak yang telah menikah dan tinggal bersama orang tua suaminya dalam satu rumah. Sedangkan kelompok kekerabatan yang besar adalah marga, yang dapat disebut klen besar patrilineal (kelompok berdasarkan hubungan kekerabatan yang berasal dari satu nenek moyang dan melalui garis keturunan ayah).

Marga pada suku Batak menunjukkan nama dan asal nenek moyang, misalnya apabila seseorang memiliki marga Pandiangan Pande berarti ia keturunan dari seorang nenek moyang bernama raja Pandiangan dan Pande adalah anaknya. Sistem kekerabatan pada perkawinan suku Batak umumnya tidak hanya mengikat seorang

laki-laki dengan seorang perempuan, tetapi juga mengikat dalam suatu hubungan tertentu yaitu antara kaum kerabat dari pihak laki-laki (paranak) dengan kaum kerabat perempuan (parboru).

Perkawinan yang ideal menurut suku Batak adalah antara seorang laki-laki dengan anak perempuan dari saudara laki-laki ibunya (marpariban). Sebelum pelaksanaan adat perkawinan, pihak laki-laki atau paranak akan melakukan kunjungan lamaran ke rumah pihak perempuan (marhusip) yang kemudian kedua pihak akan melakukan acara marhata sinamot dan penentuan hari pelaksanaan perkawinan. Selanjutnya, pihak keluarga perempuan akan mengadakan suatu musyawarah untuk membagikan sinamot kepada seluruh anggota keluarga yang

Perkawinan yang ideal menurut suku Batak adalah antara seorang laki-laki dengan anak perempuan dari saudara laki-laki ibunya (marpariban). Sebelum pelaksanaan adat perkawinan, pihak laki-laki atau paranak akan melakukan kunjungan lamaran ke rumah pihak perempuan (marhusip) yang kemudian kedua pihak akan melakukan acara marhata sinamot dan penentuan hari pelaksanaan perkawinan. Selanjutnya, pihak keluarga perempuan akan mengadakan suatu musyawarah untuk membagikan sinamot kepada seluruh anggota keluarga yang

Dokumen terkait