Bab ini merupakan bab terakhir dalam tugas akhir ini yang berisikan kesimpulan dari pembahasan bab-bab sebelumnya dan juga beberapa saran sebagai bahan masukan dalam mengelola penerimaan dan pengeluaran kas perusahaan dimasa yang akan datang.
BAB II
PROFIL PT TELKOM KANDIVRE I MEDAN
A.Sejarah Ringkas
Cikal bakal berdirinya TELKOM berawal dari Repelita V, dimana pemerintah merasakan perlunya percepatan pembangunan telekomunikasi, karena sebagai infrastruktur diharapkan dapat memacu pembangunan sektor lainnya. Selain hal tersebut penyelenggaraan telekomunikasi membutuhkan manajemen yang profesional, oleh sebab itu perlu menyesuaikan bentuk perusahaan. Untuk itu berdasarkan peraturan pemerintah No 25 Tahun 1991, maka bentuk perusahaan umum (perum) dialihkan menjadi perusahaan persero (persero), sebagaimana dimaksudkan dalam undang-undang No 9 tahun 1989. Sejak itu berdirilah perusahaan perseroan (persero) Telekomunikasi Indonesia atau Telkom.
Mengantisipasi era globalisasi, seperti ditetapkannya perdagangan bebas baik internasional maupun regional, maka Telkom pada tahun 1955 melaksanakan tiga program besar secara stimultan. Program-program tersebut adalah restrukturisasi internal, penerapan Kerja Sama Operasi (KSO) dan persiapan Go Publik / Internasional atau dikenal dengan Initial Public Offering. Restrukturisasi internal meliputi bidang usaha sekaligus pengorganisasiannya. Bidang usaha Telkom dibagi tiga, yaitu bidang usaha utama, bidang usaha terkait, dan bidang usaha pendukung. Bidang usaha utamanya adalah menyelenggarakan jasa telepon lokal dan jarak jauh dalam negeri, sedangkan usaha terkait termasuk Sistem
Telepon Bergerak Seluler (STBS), sirkit langganan, teleks, penyewaan transponder satelit , VSAT dan jasa nilai tambah tertentu.
Bidang usaha terkait ini ada yang diselenggarakan Telkom dan ada juga yang diselenggarakan bekerja sama dengan pihak ketiga melalui usaha patungan, sedangkan bidang usaha pendukung adalah bidang usaha yang tidak langsung berhubungan dengan pelayanan jasa telekomunikasi, namun keberadaannya mendukung kelancaran bidang utama dan bidang terkait. Bidang pendukung dimaksud adalah pelatihan, sistem informasi, atelir, property, riset teknologi dan informasi.
Untuk menampung bidang-bidang usaha tersebut, maka sejak 1 juli 1995 Telkom telah menghapuskan strutur Wilayah Usaha Telekomunikasi (Witel) dan secara defacto meresmikan dimulainya era divisi. Sebagai pengganti Witel, bisnis bidang utama dikelola oleh tujuh Divisi Regional dan Divisi Network. Divisi Regional jasa telekomunikasi diwilayahnya masing-masing, sedangkan Divisi Network menyelenggarakan jasa telekomunikasi jarak jauh dalam negeri melalui pengoperasian jaringan transmisi jalur utama nasional.
Sampai dengan tahun 1995 jasa-jasa Telekomunikasi yang sudah beroprasi meliputi jasa telepon dalam negeri termasuk penyediaan telepon umum baik koin maupun kartu, jasa telepon bergerak seluler, jasa satelit seperti jasa penyewaan transponder satelit melalui proyek satelit Telkom dan pengelolaan stasiun bumi untuk hubungan telekomunikasi dan jasa lainnya seperti VSAT, email, calling cards, telex, telegram, dan faksimili.
Divisi regional Telkom mencakup wilayah-wilayah yang dibagi sebagai berikut : a. Divisi Regional I, Sumatera
b. Divisi Regional II, Jakarta dan sekitarnya c. Divisi Regional III, Jawa Barat
d. Divisi Regional IV, Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta e. Divisi Regional V, Jawa Timur
f. Divisi Regional VI, Kalimantan
g. Divisi Regional VII, kawasan timur Indonesia yang meliputi Sulawesi, Bali, Nusantara, Maluku dan Irian Jaya.
Masing – masing divisi dikelola oleh suatu tim manajemen yang terpisah berdasarkan prinsip desentralisasi serta bertindak sebagai pusat investasi (Divisi Regional) dan pusat keuntungan (Divisi Network dan divisi lainnya) serta mempunyai laporan keuangan internal yang terpisah. Sedangkan divisi-divisi pendukung terdiri dari Divisi pelatihan, Divisi Properti, dan Divisi Sistem Informasi. Beralihnya kebijakan sentralisasi ke kebijakan dekonsentrasi dan desentralisasi kewenangan, maka struktur dan fungsi kantor pusat juga mengalami perubahan. Berdasarkan organisasi Divisional ini, maka kantor pusat diubah menjadi Kantor Perusahaan, dan semula sebagai pusat investasi disederhanakan menjadi pusat biaya (Cost Center). Berlakunya kebijakan dekosentrasi menjadikan jumlah sumber daya manusia kantor perusahaan yang menjadi lebih sedikit.
B. Struktur Organisasi dan Personalia
Struktur organisasi merupakan hal yang sangat penting dalam sebuah perusahaan, karena struktur organisasi akan memberikan gambaran dan penjelasan tentang batasan tugas, wewenang, dan tanggung jawab dari setiap pemegang jabatan sehingga akan jelas pembagian tugas dari setiap jabatan. Hal ini dimaksudkan agar kesimpang siuran dalam pelaksanaan aktivitas di perusahaan dapat dihindari. Dengan demikian struktur organisasi yang jelas di dalam suatu perusahaan akan membuat pelaksanaan tugas atau pekerjaan berjalan dengan baik dan lancar.
Kegunaan dari struktur organisasi adalah : 1.Mempermudah pelaksanaan kerja,
2.Membagi kegiatan kerja yang khusus pada tiap-tiap bagian, 3.Mempermudah pelaksanaan tugas-tugas rutin,
4.Mempermudah pengawasan oleh pihak atasan,
5.Mencegah adanya penumpukan pekerjaan pada suatu bagian saja, 6.Pengaturan pembagian tugas-tugas rutin,
7.Mempermudah kerjasama dalam penyelesaian suatu pekerjaan sesuai rencana.
Dalam membuat strutur organisasi harus sesuai dengan tujuan organisasi, agar dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara efisien dan efektif. Demikian juga halnya dengan PT Telkom Kandivre I Medan, untuk meningkatkan kualitas pelayanannya dan mengantisipasi tantangan dan peluang bisnis yang semakin bersaing, maka perlu dibentuk struktur organisasi yang tepat.
Ciri-ciri struktur organisasi adalah:
a. Tugasnya tertentu dan jangka waktunya terbatas, b.Tugas kepemimpinan dilaksanakan secara kolektif, c. Hal dan tanggung jawab semua anggota semua sama.
Untuk lebih jelasnya struktur organisasi PT Telkom Kandivre I Medan dapat dilihat pada lampiran 1.
C.Uraian Tugas 1. Kandivre I
Berwenang dan bertanggung jawab atas pencapaian visi, misi dan sasaran Divisi Regional I Sumatera, serta memperhatikan penyelenggaraan pelayanan jasa telekomunikasi dalam geografis sumatera.
2. Deputy GM Infrastructure
Bertanggung jawab mengkordinir bidang–bidang Network, Akpel, Network Planning, IT Operation dan Material Management.
3. Senior Advisor (SA) Network dan SA Akpel
Bertugas untuk menganalisis dan mengevaluasi serta memberikan usul, saran, pertimbangan kepada DGM Infrastructure mengenai Network dan Akpel (Akses Pelanggan).
4. Bidang Pemasaran
Bertanggung jawab atas pencapaian target pemasaran dan target pendapatan dengan memfokuskan pada pelanggan bisnis dan mass market.
5. Bidang Pelayanan Warung Telekomunikasi, Telum dan Interkoneksi Bertanggung jawab atas pertumbuhan bisnis Telum dan Wartel, peningkatan efisiensi pengelolaan bisnis wartelkom, peningkatan availability telum, realisasi hak–hak DIVRE I dalam implementasi interkoneksi, peningkatan performansi sistem interkoneksi, penciptaan situasi kerjsama dengan operator / mitra yang saling menguntungkan, pengembangan bisnis yang terkait dengan telum, wartel dan interkoneksi, serta penyesuaian regulasi interkoneksi, telum dan wartel yang menguntungkan DIVRE I
6. Bidang Network
Bertanggung jawab atas terjaminnya kualitas pelayanan network dan elemen network yang ada di seluruh wilayah DIVRE I agar memenuhi standar yang di tergetkan melalui pengelolaan operasi dan pemeliharaan yang konsisten dan terpola.
7. Bidang Akses Pelanggan
Bertanggung jawab atas pengelolaan kebijakan operasi, pemeliharaan, analisis, atau evaluasi dan pengembangan akses pelanggan.
8. Bidang Network Planning
Bertanggung jawab atas perencanaan perluasan dan relokasi perangkat sistem telekomunikasi dari sisi sentral sampai dengan akses pelanggan dengan tetap menjamin standar kualitas yang berlaku.
9. Bidang IT Operations
Bertanggung jawab atas pembuatan strategi operasi bidang teknologi informasi dan pengelolaan / pemeliharaan teknologi informasi serta pembangunan kompetensi sumber daya TI di lingkungan DIVRE I.
10.Bidang Material Management
Bertanggung jawab atas perencanaan dan pengendalian persediaan, pengadaan, evaluasi dan pembinaan supplier, penerimaan pengeluaran, administrasi persediaan, transfer dan distribusi material, assets management, problem notification, spare part planning, replacemen dan repairing management serta analisis dan evaluasi.
11.Bidang Sumber Daya Manusia
Bertanggung jawab atas penyediaan SDM yang berkualitas, penciptaan lingkungan kerja yang baik untuk mendukung semua unit organisasi.
12.Bidang Keuangan
Bertanggung jawab atas penyediaan dukungan operasional keuangan kepada seluruh unit kerja, penyelenggaraan akuntansi, pengelolaan pendapatan dan mengendalikan keuangan serta strategi dalam pencapaian keuangan DIVRE I.
13.Bidang Perencanan dan Pengendalian
Bertanggung jawab atas peningkatan kekuatan dan kecepatan perolehan data, peningkatan efesiensi proses evaluasi, peningkatan ketajaman analisis, serta pencapaian proses perencanaan yang efisiensi dan akurat.
14.Bidang Internal Auditor
Bertanggung jawab atas proses audit internal (audit special, audit operasional, audit financial dan EDP) di seluruh jajaran DIVRE I Sumatera.
15.Sekretariat Divisi
Bertanggung jawab atas pengelolaan kesekretariatan, public relation, dukungan internal serta hukum dan perikatan.
16.Safety dan Security
Bertanggung jawab atas pengelolaan sistem keselamatan dan pengamanan manusia, perangkat telekomunikasi serta kesulurahan sumber daya (asset) perusahaan di lingkungan kerja area dimana terdapat perangkat telekomunikasi di lingkungan Divisi regional I Sumatera.
D. Jaringan Usaha / Kegiatan
Jasa Telekomunikasi yang disediakan Telkom berdasarkan Undang- Undang nomor 9 tahun 1989 dibagi dalam dua kelompok yaitu jasa telekomunikasi dasar dan bukan dasar. Pengelompokan ini pun belum dilaksanakan secara tegas, mengingat teknologi telekomunikasi dan informasi berkembang dengan pesat. Bisnis utama layanan Telkom yang dikenal masyarakat adalah menyediakan PSTN (Public Swicth Telephone Network) dan untuk masa mendatang akan beralih ke bisnis informasi dan telekomunikasi.
Jenis jasa telekomunikasi yang sudah beroprasi sampai tahun 1995 meliputi jasa telepon dalam negeri, jasa interkoneksi dengan penyelenggaraan lain, jasa telepon bergerak seluler, jasa satelit dan jasa lainnya. Jasa telepon dalam negeri merupakan kegiatan usaha Telkom yang memberikan pendapatan besar. Komposisi pendapatan jasa ini meliputi biaya pasang, biaya abodemen (langganan) bulanan dan biaya pemakaian telepon untuk panggilan lokal dan jarak jauh. Kontribusi pendapatan terbesar berasal dari biaya pemakaian telepon. Pelayanan jasa telepon negeri ini juga termasuk penyediaan telepon umum, baik kartu maupun koin. Disamping memperoleh pendapatan dari pelanggan untuk jasa telepon dalam negeri, Telkom juga menerima pendapatan interkoneksi dari penyelenggaraan telekomunikasi lainnya, yakni dari penyelenggaraan telekomunikasi internsional dan STBS (Sistem Telepon Bergerak Seluler ).
Pendapatan interkoneksi di antaranya diperoleh dari indosat dan satelindo. Selain pendapatan interkoneksi, Telkom juga berpartisipasi dalam penyelenggaraan STBS, melalui usaha patungan ataupun dengan pola bagi hasil.
Sementara itu penyewaan transponder Satelit palapa, mulai tahun 1996 akan beralih ke Satelindo. Namun Telkom terus melanjutkan jasa penyewaan transponder satelit melalui proyek satelit Telkom-1 dan pengelolaan stasiun bumi untuk hubungan telekomunikasi melalui sistem satelit komunikasi.
Mulai tahun 2001 kegiatan usaha produk jasa infocom untuk menyediakan layanan penuh (full service and network provider) di bidang informasi dan komunikasi. Produk ini dikenal pula dengan sebutan PMVIS yaitu kelompok produk Phone-Net, Mobile-Net, View-Net, Internet dan Service net.
Phone (P) Net untuk layanan berbasis telephone yang meliputi : layanan dasar telephony, jasa tambah (value added service) atau VAS, Mobile (M) Net untuk layanan komunikasi bergerak yang meliputi: seluler, cordless dan Global Mobile Personal Comunication Service by Satelite (GMPCS). View (V) Net untuk layanan visual yang memiliki fasilitas konten, seperti Video On Demand (VOD), Direct Broadcasting System (DBS), Cable TV dan TV broadcast. Internet (I) Net untuk layanan data dan layanan yang berbasis internet protocol, meliputi: akses (connectionless) serta layanan data baik yang bersifat permanen (dedicatet) maupun berbasis switch (PSDN: Paket Swicth data Network). Service (S) Net untuk service yang bersifat pelayanan ke pelanggan, meliputi bisnis koperasi, overseas, call center, billing, costumer care dan excess capacity (workforce, circuit, dan transponder).
Pembentukan organisasi Kantor Divisi Regional I Sumatera ini berdasarkan surat keputusan Direksi PT Telekomunikasi Indonesia Nomor KD/56/PS/150/PRORES/1994, tanggal 15 September 1994.
Lima pilar bisnis Telkom sebagai berikut :
a. Fixed Phone (TELKOM Phone)
1. Personal Line 2. Corporate Line 3. Wartel dan Telum
b. Mobile Phone (TELKOMSEL)
1. Prepaid Services (SIMPATI) 2. Postpaid Services (HALO)
c. Network dan Interconnection (TELKOM Intercarier)
1. Interconnection Services 2. Netweork Leased Services d. Data dan Internet
1. Leased Channel Service (TELKOM Link)
2. Internet Service (TELKOM Net)
3. Volp Service (TELKOM Save dan Globar 017)
4. SMS Service (From TELKOMSEL, TELKOM Flexi, TELKOM
e. Fixed Wireless Aceces (TELKOM Flexi)
1. Prepaid Services (Flexi Trendy) 2. Postpaid Services (Flexi Classy)
E. Kinerja Usaha Terkini
Adapun kinerja usaha PT Telkom selama tahun 2009 adalah sebagai berikut :
1. Telkom sambut baik kehadiran operator baru SLI, 2. Telkom kembali bukukan prestasi internasional,
3. Telkom membantu enam buah server untuk validasi dan tabulasi nasional KPU,
4. Telkom luncurkan speedy beda kecepatan,
5. Telkom dan Telkom Malaysia Berhad jalin kerja sama untuk kembangkan bisnis internasional,
6. Telkom raih top brand award 2009,
7. Telkom bantu komunikasi di lembaga permasyarakatan, 8. Kinerja layanan jaringan tetap mobilitas terbatas, 9. Kinerja layanan jaringan tetap sambungan internasional, 10.Kinerja layanan jaringan telepon tetap lokal,
11.Telkom kembali raih penghargaan bergengsi yaitu Gold Award kepada Plasa Telkom dan Best Good CorporateGovernance Award Non Financial Sector, 12.Laporan pencapaian standar kualitas layanan jasa telepon dasar pada jaringan
SLJJ,
13.Untuk meningkatkan jumlah pelanggan Telkom luncurkan empat produk baru Flexi yaitu flexi dahsyat, flexi community, flexi add on dan flexi kios.
F. Rencana Kegiatan
Adapun rencana kegiatan PT Telkom selama tahun 2009 adalah sebagai berikut :
1. PT Telkom pada tahun ini mengincar pendapatan call center dari anak usahanya, PT Infomedia Nusantara, naik 16 persen dibandingkan target pendapatan tahun lalu yang sebesar 900 miliar, kedepannya Telkom akan menjadikan call center ini menjadi one stop service, dimana dengan hanya menelpon call center Telkom masyarakat bisa mendapatkan berbagai informasi yang ada,
2. Target harga saham PT Telkom untuk 12 bulan kedepan Rp 7.250 per unit. Proyeksi ini berdasarkan kinerja Telkom yang tumbuh signifikan beberapa tahun yang lalu,
3. Kejar target pelanggan, flexi siap bangun ratusan BTS (Base TranceiverStation). BTS layanan flexi akan dibangun di wilayah timur Indonesia. Pembangunan itu untuk mendukung target tiga juta Satuan Sambungan Flexi (SSF) pada tahun ini.
4. PT Telkom mengoptimalkan kualitas jaringan dan layan flexi untuk mencapai jumlah pelanggan yang ditargetkan sebanyak 16,5 juta hingga akhir 2009 mendatang,
5. PT Telkom berencana menambah kualitas layanan dan jaringan, dan juga berencana menambah content dari layanan Flexi, seperti Flexi mills, RBT (Ring Back Tone) dan program layanan lainnya.
6. PT Telkom berencana meningkatkan 3 sampai 4 juta pelanggan, sementara itu untuk lini bisnis global system for mobile communication (GSM), Telkom berharap dapat meraih sekitar 50 persen pertumbuhan pelanggan,
7. PT Telkom menargetkan pertumbuhan 3-4 juta pelanggan. Sementara itu, untuk lini bisnis global system for mobile communications (GSM), Telkom berharap dapat meraih sekitar 50 persen pertumbuhan pelanggan.
BAB III
TOPIK PENELITIAN
A. Pengertian Sistem dan Sistem Akuntansi
Sistem akuntansi terdiri dari metode pencatatan yang diciptakan untuk mengidentifikasi, menghimpun, menganalisis, mengelompokkan dan melaporkan transaksi satuan usaha dan untuk menyelenggarakan pertanggungjawaban aktual dan kewajiban yang bersangkutan dengan transaksi tersebut. Kebijakan dan prosedur sebagai tambahan terhadap lingkungan pengendalian perusahaan dan sistem akuntansi yang telah diciptakan oleh manajemen untuk memberikan keyakinan memadai bahwa tujuan tertentu suatu perusahaan akan tercapai.
Sebelum membahas sistem akuntansi lebih lanjut berikut ini pengertian sistem dan sistem akuntansi yaitu :
Sistem adalah sekelompok unsur yang erat hubungannya satu dengan yang lainnya yang berfungsi bersama sama untuk mencapai tujuan tertentu.
Sistem akuntansi adalah organisasi, formulir, catatan dan laporan yang dikoordinasi sedemikian rupa untuk menyediakan informasi keuangan yang dibutuhkan oleh manajemen guna memudahkan pengelolaan perusahaan.
Dari definisi sistem akuntansi tersebut unsur suatu sistem akuntansi pokok adalah : formulir, catatan yang terdiri dari jurnal, buku besar, dan buku pembantu serta laporan.
Suatu sistem akuntansi terdiri dari beberapa elemen yaitu : 1. Formulir
Formulir merupakan sutu urusan pokok dalam sistem akuntansi yang dapat digunakan untuk mencatat transaksi pada saat terjadinya guna menjadikan bukti tertulis dari transaksi yang terjadi dan dapat digunakan untuk melakukan pencatatan lebih lanjut seperti faktur penjualan dan bukti kas keluar.
2. Buku catatan
Di dalam sistem akuntansi terdapat beberapa buku yang digunakan untuk melakukan pencatatan transaksi yaitu :
a. Jurnal
Jurnal merupakan buku catatan pertama yang digunakan untuk mencatat, mengklasifikasikan dan meringkas data keuangan.Dalam jurnal ini data keuangan untuk pertama kalinya diklasifikasikan menurut golongannya sesuai informasi yang disajikan dalam laporan keuangan. Dalam jurnal ini juga terdapat kegiatan peningkatan data diposting ke rekening yang bersangkutan ke dalam buku besar.
b. Buku besar
Buku besar merupakan catatan akhir (books of final entry).Buku besar ini dapat dipisahkan menjadi dua yaitu buku besar umum dan buku besar pembantu. Rekening dalam buku besar disediakan sesuai dengan dokumen-dokumen,informasi yang disajikan dalam laporan. Rekening dalam buku besar ini disatu pihak dapat dipandang sebagai wadah untuk menggolongkan
data keuangan di pihak lain yang digunakan sebagai informasi keuangan untuk penyajian laporan keuangan.
c.Laporan
Hasil akhir dari proses akuntansi adalah laporan keuangn yang bisa berupa neraca, laba rugi, laba ditahan, harga pokok produksi, biaya pemasaran, harga pokok penjualan, daftar umur piutang, dan lain sebagainya.
3. Prosedur- prosedur
Prosedur-prosedur adalah sekelompok pekerjaan dimana satu dengan yang lainnya mempunyai hubungan erat yang saling berkaitan dan sulit untuk dipisahkan sendiri-sendiri. Jika salah satu prosedur diubah maka biasanya prosedur yang lainnya akan terpengaruh sehingga perlu adanya pertimbangan.
Untuk melindungi kas dari pencurian dan penyalahgunaan, perusahaan harus mengendaikan kas mulai dari diterimanyan hingga disetorkan ke bank. Prosedur semacam itu disebut pengendalian preventif (preventive control), prosedur yang dirancang untuk mendeteksi pencurian atau penyalahgunaan kas disebut pengendalian detektif (detective control). Pengendalian detektif yang bersifat preventif karena para karyawan akan berupaya menghindarkan pencurian atau penyalahgunaan bila mereka mengetahui bahwa hal semcam itu biasa terungkap.
B. Sistem Akuntansi Penerimaan Kas
Pada sistem akuntansi penerimaan kas yang menjadi perhatian adalah pemisahan fungsi antara orang yang mencatat penerimaan dengan orang yang menerima kas tersebut, serta kelengkapan formulir yang mendukung dalam sistem akuntansi penerimaan kas. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh penulis mengenai sistem penerimaan kas yang dilaksanakan oleh PT Telkom Kandivre I Medan, maka penulis berpendapat bahwa perusahaan sudah menerapkan sistem akuntansi penerimaan kas yang baik serta mengikuti aturan yang berlaku, dan dapat dikatakan baik karena :
1. Dari sistem pencatatan penerimaan kas yang dilaksanakan oleh bagian akuntansi yaitu mencatat penerimaan pada saat uang tersebut diterima, kemudian kas tersebut diserahkan kepada kasir. Jadi bagian kasir dipisahkan dengan bagian akuntansi,
2. Formulir-formulir dan catatan sehubungan dengan penerimaan kas yang digunakan oleh PT Telkom sudah memenuhi persyaratan yang diterapkan, juga termasuk didalamnya aspek pengawasan,
3. Penggunaan bukti-bukti yang telah dirancang dengan baik dimana bukti-bukti itu merekam terjadinya transaksi atas penerimaan kas yang dirancang sedemikian rupa ataupun dibuat secara sederhana dan mudah dimengerti cara pemakaiannya,
4. Pencatatan bukti dilakukan dengan segera.
Jika penerimaan kas tersebut telah dibuktikan dengan bukti, maka pencatatannya dalam pembukuan dilakukan dengan segera oleh kasir sampai proses selanjutnya diserahkan kepada bagian akuntansi untuk diproses,
5. Bukti setor bank serta daftar penerimaan uang harian diserahkan kepada bagian akuntansi sehingga dapat dicek kebenarannya,
6. Faktor-faktor pendukung yang dimiliki seperti adanya struktur organisasi, sistem autorisasi (sistem autorisasi adalah proses pengolahan oleh orang yang berkompeten dalam pengeluaran kas, dalam hal ini adalah kepala bagian keuangan dan tahap yang lebih besar lagi adalah manajer cabang), pegawai yang mampu dan lain-lain,
Dapat dikatakan bahwa sistem akuntansi penerimaan kas yang ada pada perusahaan ini telah berjalan dengan baik, hal ini dapat dilihat dari setiap jenis penerimaan kas yang langsung diterima oleh perusahaan dan langsung disetor ke kasir. Ini memungkinkan tidak adanya kesempatan bagi karyawan untuk melakukan tindakan yang dapat merugikan perusahaan. Mengenai penggunaan dokumen yang ada pada perusahaan, perusahaan telah merancangnya dengan baik, dimana dokumen itu digunakan untuk merekam terjadinya transaksi penerimaan kas.
Pengawasan yang dilakukan terhadap penerimaan kas ini juga sudah memadai, dimana terlihat adanya pengawasan dari dalam perusahaan itu sendiri yang dilakukan oleh kepala bagian keuangan sebagai internal control.
• Prosedur Penerimaan Kas
Prosedur penerimaan kas melibatkan beberapa bagian dalam perusahaan agar transaksi penerimaan kas tidak berpusat pada satu bagian saja. Hal ini perlu untuk menghindari penyelewengan dan dapat memenuhi prinsip-prinsip pengawasan intern atas kas. Sistem pengawasan intern atas penerimaan kas harus didukung oleh bukti penerimaan dan bukti penerimaan itu disetor secara utuh dengan segera kapada bank. Adapun berbagai alasan yang membuat prosedur kas dan transaksi penerimaan kas itu penting adalah :
Adapun prosedur penerimaan kas PT Telkom adalah sebagai berikut : 1. BKM : Bukti Kas Masuk,
2. DPUH : Daftar Penerimaan Uang Harian, 3. Langganan menyerahkan uang kepada kasir,
4. Kasir menyiapkan bukti kas masuk bernomor urut, rangkap tiga dan didistribusikan sebagai berikut :
• Lembar asli untuk langganan
• Lembar kedua untuk bagian akuntansi sesudah diverifikasi • Lembar ketiga untuk arsip kasir, urut nomor.
5. Kasir membuat daftar penerimaan uang harian rangkap tiga dan didistribusikan sebagai berikut :
• Lembar asli untuk bagian akuntansi
• Lembar kedua untuk kepala bagian keuangan sesudah diverifikasi • Lembar ketiga untuk arsip kasir, urut nomor.
6. Penerimaan uang harian dan didistribusikan sebagai berikut : • Lembar asli untuk kasir (bersama DPUH diarsir urut tunggal) • Lembar kedua untuk kepala bagian akuntansi (langsung dari Bank) • Lembar ketiga untuk Bank.
7. Bagian piutang memposting buku kas ke dalam buku pembantu piutang dsan mengarsipkan bukti kas masuk.
8. Bagian buku besar mencatat daftar penerimaan uang harian ke dalam jurnal dan setiap periode memposting jurnal penerimaan kas ke dalam buku besar. Daftar penerimaan uang harian disimpan dalam arsip urut tunggal.
Sumber penerimaan kas PT Telkom diklasifikasikan menjadi dua yaitu pendapatan usaha dan pendapatan non usaha. Pendapatan usaha jumlahnya material dan merupakan pendapatan utama perusahaan diperoleh dari jasa-jasa telekomunikasi yang diselenggarakan oleh Telkom. Pendapatan non usaha