• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab ini berisi tentang kesimpulan dari hasil penelitian dan saran-saran untuk pengembangan sistem selanjutnya.

9 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Landasan Teori

Pada landasan teori akan dibahas secara mendalam hal-hal yang mendukung penelitian ini terkait Sistem Pendukung Keputusan meliputi pengertian SPK, tujuan SPK, komponen SPK, tahapan pengambilan keputusan, metode SPK, dan metode TOPSIS yang akan digunakan dalam penelitian ini. Akan dibahas juga tentang kredit, Technology Acceptance Model (TAM), sistem informasi berbasis web, basis data, MySQL. Semua pembahasan dalam sub bab berikut terkait dengan penelitian “Sistem Pendukung Keputusan Pemberian Kredit Pinjaman Uang Tunai Menggunakan metode TOPSIS”.

2.1.1. Sistem Pendukung Keputusan

Pembahasan sistem pendukung keputusan meliputi: pengertian sistem pendukung keputusan, tujuan sistem pendukung keputusan, komponen sistem pendukung keputusan, karakteristik sistem pendukung keputusan, tahapan pengambilan keputusan yang akan dijelaskan sebagai berikut:

2.1.1.1. Pengertian Sistem Pendukung Keputusan

Konsep sistem pendukung keputusan pertama kali diungkapkan pada tahun 1970-an oleh Scott Morton. Menurut Morton (1971) yang mendefinisikan SPK

10 sebagai sistem berbasis komputer yang membantu para pengambil keputusan untuk menggunakan data dan berbagai model untuk memecahkan masalah-masalah yang tidak terstruktur.

Untuk menghasilkan keputusan yang baik di dalam sistem pendukung keputusan, perlu didukung oleh informasi dan fakta-fakta yang berkualitas antara lain:

a) Aksesbilitas

Aksesbilitas berkaitan dengan kemudahan mendapatkan informasi, informasi akan lebih berarti bagi pemakai jika informasi tersebut mudah didapat, karena akan berkaitan dengan aktifitas dari nilai informasinya.

b) Kelengkapan

Kelengkapan berkaitan dengan isi informasi, dalam hal ini isi informasi tidak menyangkut hanya volume tetapi juga kesesuaian dengan harapan pemakai sehingga sering kali kelengkapan ini sulit diukur secara kuantitatif. c) Ketelitian

Ketelitian berkaitan dengan tingkat kesalahan yang mungkin di dalam pelaksanaan pengolahan data dalam jumlah besar. Dua tipe kesalahan yang sering terjadi yaitu berkaitan dengan perhitungan.

11 d) Ketepatan

Ketepatan berkaitan dengan kesesuaian antara informasi yang dihasilkan dengan kebutuhan pemakai. Sama halnya dengan kelengkapan, ketepatan pun sangat sulit diukur secara kuantitatif.

e) Ketepatan Waktu

Ketepatan waktu dalam penyampaian dan aktualisasi berkasitan dengan kualitas informasi. Misal informasi yang berkaitan dengan perencanaan harian akan sangat berguna kalau disampaikan setiap dua hari sekali. f) Kejelasan

Kejelasan berkaitan dengan bentuk atau format penyampaian informasi. Bagi seorang pimpinan, informasi yang disajikan dalam bentuk grafik, histogram, atau gambar biasanya akan lebih berarti dibandingkan dengan informasi dalam bentuk kata-kata yang panjang. g) Fleksibilitas

Fleksibilitas berkaitan dengan tingkat adaptasi dari informasi yang dihasilkan terhadap kebutuhan berbagai keputusan yang akan diambil dan terhadap sekelompok pengambil keputusan yang berbeda.

12 2.1.1.2. Tujuan Sistem Pendukung Keputusan

Sistem pendukung keputusan memiliki beberapa tujuan diantaranya (Jogiyanto, 2008):

a) Membantu manajer dalam pengambilan keputusan atas masalah tidak terstruktur.

b) Membantu manajemen mengambil keputusan bukan menggantikannya.

c) Meningkatkan efektivitas pengambilan keputusan yang dilakukan oleh manajer.

2.1.1.3. Komponen Sistem Pendukung Keputusan

Sistem pendukung keputusan terdiri dari 4 komponen utama yaitu (Subakti, 2002) :

a) Manajemen Data

Merupakan komponen SPK yang menyediakan data bagi sistem, data yang telah disimpan dalam Database Management System (DBMS) sehingga dapat diambil dan diekstraksi dengan cepat.

b) Manajemen Model

Melibatkan model finansial, statistikal, atau berbagai model kuantitatif lainnya, sehingga dapat memberikan ke sistem suatu kemampuan analistis, dan manajemen software yang diperlukan.

13 c) Subsistem Dialog

User dapat berkomunikasi dan memberikan perintah pada SPK melalui subsistem ini. Ini berarti menyediakan antarmuka.

d) Manajemen Pengetahuan

Mendukung subsistem lain untuk bertindak sebagai komponen yang berdiri sendiri.

Gambar 2.1 Komponen SPK (Subakti, 2002)

2.1.1.4. Tahapan Pengambilan Keputusan

Untuk menghasilkan keputusan yang baik, ada beberapa tahapan proses yang harus dilalui dalam pengambilan keputusan sebagai berikut: (Herbert dalam Kadarsah, 2002):

14 a) Tahap Penelusuran

Tahap ini pengambil keputusan mempelajari kenyataan yang terjadi, sehingga kita bisa mengidentifikasi masalah yang terjadi biasanya dilakukan analisis dari sistem ke subsistem pembentuknya sehingga didapatkan keluaran berupa dokumen pernyataan masalah.

b) Tahap Desain

Tahap ini pengambil keputusan menemukan, mengembangkan, dan menganalisis semua pemecahan yang mungkin yaitu melalui pembuatan model yang bisa mewakili kondisi nyata masalah. Dari tahap ini didapatkan keluaran berupa dokumen alternatif solusi. c) Tahap Pemilihan

Pada tahap ini pengambil keputusan memilih salah satu alternative pemecahan yang dibuat pada tahap desain yang dipandang sebagai aksi yang paling tepat untuk mengatasi masalah yang sedang dihadapi. Dari tahap ini didapatkan dokumen solusi dan rencana implementasinya.

d) Tahap Implementasi

Pengambil keputusan menjalankan rangkaian aksi pemecahan yang dipilih di tahap pemilihan. Implementasi yang sukses ditandai dengan terjawabnya

15 masalah yang dihadapi, sementara kegagalan ditandai masih adanya masalah yang sedang dicoba untuk diatasi. Dari tahap ini didapatkan laporan pelaksanaan solusi dan hasilnya.

2.1.2. Multiple Attribute Decision Making (MADM)

Multiple Attribute Decision Making (MADM) adalah suatu metode yang digunakan untuk mencari alternatif optimal dari sejumlah alternatif dengan kriteria tertentu. MADM menentukan nilai bobot untuk setiap atribut, kemudian dilanjutkan dengan proses perangkingan yang akan menyeleksi alternatif yang sudah diberikan. (Mahanani, 2011).

Pada dasarnya, ada 3 pendekatan untuk mencari nilai bobot atribut, yaitu pendekatan subyektif, pendekatan obyektif dan pendekatan integrasi antara subyektif dan obyektif. Pada pendekatan subyektif, nilai bobot ditentukan berdasarkan subyektifitas dari para pengambil keputusan, sehingga beberapa faktor dalam proses perangkingan alternatif bisa ditentukan secara bebas. Pada pendekatan obyektif, nilai bobot dihitung secara matematis sehingga mengabaikan subyektifitas dari pengambil keputusan. (Kusumadewi, 20016)

MADM dilakukan melalui 2 langkah, yaitu: pertama, melakukan agregasi terhadap keputusan-keputusan yang tanggap

16 terhadap semua tujuan pada setiap alternatif. Kedua, melakukan perangkingan alternatif-alternatif keputusan tersebut berdasarkan hasil agregasi keputusan (Kusumadewi, 2006). Salah satu metode dari MADM adalah metode Technique for Order Preference by Similarity to Ideal Solution (TOPSIS) yang akan dipakai dalam penelitian ini dan dibahas pada bagian selanjutnya

2.1.3. Metode TOPSIS

Topsis didasarkan pada konsep dimana alternatif terpilih yang terbaik tidak hanya memiliki nilai terdekat dari solusi ideal positif, namun juga memiliki nilai terjauh dari solusi ideal negatif (Kusumadewi, 2006). Secara umum, prosedur TOPSIS mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:

a) Membuat matriks keputusan yang ternormalisasi

b) Membuat matriks keputusan yang ternormalisasi terbobot

c) Menentukan matriks solusi ideal positif dan matriks solusi ideal negatif

d) Menentukan perbedaan antara nilai setiap alternatif dengan matiks solusi ideal positif dan matriks solusi ideal negatif

17 TOPSIS membutuhkan rating kerja setiap alternatif atau 𝐴 pada setiap kriteria atau yang ternormalisasi seperti pada rumus di bawah ini.

= 𝑥

√∑𝑚= 𝑥 ; dengan i= 1, 2, …, m; dan j= 1, 2, …, n

dimana:

= matriks ternormalisasi [i] [j]

= matriks keputusan [i] [j]

Solusi ideal positif 𝐴+dan solusi ideal negatif 𝐴 dapat

ditentukan berdasarkan rating bobot ternormalisasi ( ) sebagai:

= ; dengan i= 1, 2, …, m; dan j= 1, 2, …, n

𝐴+ = +, +, … , + ;

𝐴 = , , … , ;

dimana:

= matriks ternormalisasi terbobot [i] [j]

= vektor bobot [i]

+ = max jika j adalah atribut keuntungan

min jika j adalah atribut biaya

18 max jika j adalah atribut biaya

j = 1,2,…,n

Perbedaan nilai antara alternatif 𝐴 dengan solusi ideal positif dapat dilihat pada rumus berikut:

+ = √∑( +− )

=

dimana:

+ = perbedaan nilai alternatif 𝐴 dengan solusi ideal positif

+ = solusi ideal positif [i]

= matriks normalisasi terbobot [i] [j]

i = 1, 2, …, m

Perbedaan nilai antara alternatif 𝐴 dengan solusi ideal negatif dapat dilihat pada rumus berikut:

= √∑( − )

=

= perbedaan nilai alternatif 𝐴 dengan solusi ideal negatif

= solusi ideal negatif [i]

19 i = 1, 2, …, m

Nilai preferensi untuk setiap alternatif 𝑉 dapat dilihat pada rumus berikut:

𝑉 =

+ +

dimana:

𝑉 = kedekatan tiap alternatif terhadap solusi ideal

+ = perbedaan nilai alternatif 𝐴 dengan solusi ideal positif

= perbedaan nilai alternatif 𝐴 dengan solusi ideal negatif

Nilai 𝑉 yang lebih besar menunjukkan bahwa alternatif 𝐴 lebih dipilih

2.1.4. Kredit

Dalam Undang-Undang Pokok Perbankan No 7 Tahun 1992, kredit diartikan sebagai penyediaan uang atau tagihan yang dapat disamakan dengan itu berdasarkan kesepakatan pinjam meminjam xantara pihak bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melaksanakan dengan jumlah bunga sebagai imbalan.

2.1.4.1. Unsur-Unsur Kredit

Pada dasarnya pemberian kredit didasarkan atas kepercayaan, yang berarti bahwa pemberian kepercayaan oleh pemberi kredit, dimana pinjaman yang diberikan

benar-20 benar sudah diyakini akan dapat dibayar kembali oleh penerima kredit sesuai dengan syarat-syarat yang telah disetujui bersama. Berdasarkan hal-hal tersebut dapat diketahui unsur-unsur dalam pemberian kredit adalah:

a) Kepercayaan, yaitu keyakinan dari si pemberi kredit bahwa pinjaman yang diberikannya baik dalam bentuk uang, barang, atau jasa akan benar-benar diterimanya kembali dalam jangka waktu yang akan datang.

b) Waktu, yaitu suatu masa yang memisahkan antara pemberian pinjaman dengan pengembalian pinjaman yang akan diterimanya pada masa yang akan datang. c) Resiko, yaitu suatu tingkat resiko yang akan dihadapi

sebagai akibat dari adanya jangka waktu yang memisahkan antara pemberian pinjaman dengan pengembalian pinjaman yang akan diterimanya kemudian hari.

d) Balas jasa, yaitu keuntungan yang diperoleh bank atas adanya kegiatan pemberian pinjaman dana kepada nasabah.

21 2.1.4.2. Tujuan Kredit

Jenis kredit dari segi tujuan pemakaiannya adalah:

a) Kredit Produktif

Merupakan kredit yang digunakan untuk meningkatkan usaha atau produksi atau investasi. Kredit ini diberikan untuk menghasilkan barang dan jasa. Artinya kredit ini digunakan untuk diusahakan sehingga menghasilkan sesuatu baik berupa barang maupun jasa.

b) Kredit Konsumtif

Merupakan kredit yang digunakan untuk keperluan konsumsi atau dipakai secara pribadi. Dalam kredit ini tidak ada pertambahan barang dan jasa yang dihasilkan, karena memang untuk digunakan atau dipakai oleh seseorang atau badan usaha.

2.1.5. Teknologi yang Digunakan

Dalam mengimplementasikan metode TOPSIS menjadi sebuah sistem pendukung keputusan pemberian kredit uang tunai, penulis menggunakan beberapa teknologi yakni PHP, dan MySQL. PHP digunakan untuk menerapkan algoritma TOPSIS ke dalam program. MySQL penulis menggunakannya untuk proses menyimpan basis data.

22 2.1.5.1. PHP (Profesional Home Page)

PHP merupakan bahasa standar yang digunakan dalam dunia web site. PHP adalah bahasa program yang berbentuk script yang diletakkan di dalam server web. (Nugroho, 2004). PHP dikembangkan sepenuhnya untuk bahasa server-side scripting yang menyatu dengan tag-tag HTML. Maksud dari server-side scripting adalah perintah-perintah yang diberikan akan sepenuhnya dijalankan diserver namun disertakan pada dokumen HTML. PHP menawarkan konektifitas yang baik dengan beberapa basis data antara lain oracle, MySQL, splod, Sybase, postgreSql.

a. Kelebihan PHP

PHP mempunyai beberapa kelebihan, antara lain:

 Cara koneksi dan query ke database yang sederhana.

 Dapat bekerja pada sistem operasi berbasis windows, linux, Mas OS, dan varian UNIX.  Biaya yang dibutuhkan untuk menggunakan PHP

tidak mahal, bahkan gratis.

 Mudah digunakan karena memiliki fitur dan fungsi khusus untuk membuat web dinamis.

23  Waktu eksekusi yang lebih cepat dibandingkan dengan bahasa pemrograman web lainnya yang berorientasi pada serverside scripting.

 Akses ke sistem database yang lebih fleksibel dan mudah seperti pada MySQL.

b. Kelemahan PHP

PHP memiliki beberapa kelemahan, antara lain:

 PHP tidak memiliki multiple inheritance atau kemampuan untuk mewarisi dua atau lebih kelas induk.

 Konsekuensi atas kepraktisan dan kemudahannya instalasi default pada PHP banyak memiliki kelemahan kemanan.

2.1.5.2. MySQL

MySQL merupakan Relational Database Management System (RDBMS) atau server database yang mengelola database dengan cepat dan menampung data dalam jumlah sangat besar dan dapat di akses oleh banyak user. (Raharjo, 2011). Sebagai basis data server, MySQL dapat dioperasikan pada berbagai platform antara lain linux dan windows.

24 MySQL memiliki beberapa keuntungan dibandingkan dengan basis data lainnya, yaitu:

1. MySQL merupakan sistem manajemen basisdata yang open source, yaitu software bersifat gratis atau bebas digunakan oleh perseorangan atau instansi tanpa harus membeli lisensi.

2. MySQL dapat diakses melalui protokol ODBC (Open Database Connectivity). Hal ini membuat mySQL dapat diakses oleh banyak software.

3. Semua klien dapat mengakses server dalam satu waktu tanpa harus menunggu yang lain untuk mengakses basis data.

4. MySQL dapat menyimpan data berskala besar.

2.1.6. Technology Acceptance Model

Technology Acceptance Model (TAM) atau Model Penerimaan Teknologi merupakan salah satu teori tentang penggunaan sistem teknologi informasi yang dianggap berpengaruh dan umumnya digunakan untuk menjelaskan penerimaan individual terhadap penggunaan sistem teknologi informasi (Jogiyanto, 2008). TAM pertama dikembangkan oleh Davis (1985).

Dalam TAM, penerimaan pengguna dalam penggunaan sistem informasi dipengaruhi oleh dua konstruk, yaitu kegunaan (perceived

25

usefulness) dan kemudahan penggunaan (perceived ease of use). Selain itu, dalam TAM juga tidak terdapat konstruk norma subjektif (subjectif norm) dan kontrol perilaku (perceived behavioral control). TAM memiliki 5 konstruk utama, yaitu: (1) Perceived usefulness (kegunaan), (2) Perceived ease of use (kemudahan penggunaan), (3) Attitude toward using technology (sikap), (4) Behavioral intention to use (intensi), dan (5) Actual technology use (penggunaan teknologi sesungguhnya). Model TAM dapat dilihat seperti gambar berikut.

Gambar 2.2 Technology Acceptance Model (Jogiyanto, 2008)

Penelitian Terdahulu

Sebagai bahan perbandingan dalam penelitian, perancangan, dan pembuatan Sistem Pendukung Keputusan Pemberian Kredit Pinjaman Uang Tunai Menggunakan Metode TOPSIS (Studi Kasus KSP Mekar Sai Bandar Lampung). Pada penelitian sebelumnya yang berjudul “Penerapan Metode TOPSIS Untuk Pemberian Bonus Karyawan Berprestasi pada PT.

26 Deltoed Laboratories” (Pujiastuti, 2010). Penelitian ini di dalamnya membahas tentang pembuatan aplikasi sistem pemberian bonus bagi karyawan dengan metode TOPSIS sebagai solusi untuk mengefektifkan perhitungan pemberian bonus karyawan berdasarkan tingkat kecakapan pekerjaannya. Data yang diperoleh berdasarkan petunjuk penilaian prestasi kerja yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Kriteria yang ditetapkan adalah tanggung jawab, kualitas pekerjaan, kecakapan kerja, kerjasama, keuletan, kejujuran, loyalitas, moral, kedatangan, ketepatan waktu. Pemberian nilai untuk masing-masing kriteria penilaian dimulai dari rentang nilai 1 sampai 4. Nilai 1 buruk, nilai 2 sedang, nilai 3 baik, nilai 4 baik sekali. Penggunaan metode TOPSIS dirasa mampu mengurutkan karyawan yang layak mendapat bonus. Sistem yang dibangun mampu memberikan rekomendasi kepada perusahaan secara otomatis mengenai karyawan yang layak diberikan bonus dan dapat mengurangi kendala yang terjadi selama ini sehingga PT. Deltomed Laboratories dapat menjalankan kegiatan operasional perusahaan secara lebih efektif dan efisien.

Penelitian lain yang pernah dilakukan tentang “Penerapan metode TOPSIS pada Sistem Pendukung Keputusan Seleksi Mahasiswa Penerima Beasiswa” (Mahanani, 2011). Aplikasi sistem pendukung keputusan ini membantu dalam penyeleksian mahasiswa penerima beasiswa rutin dengan menggunakan metode TOPSIS. Kriteria yang dipakai adalah penghasilan orang tua perbulan, pengeluaran mahasiswa perbulan, biaya studi anak yang menjadi tanggungan orang tua, biaya kuliah mahasiswa per semester,

27 IPK, rekomendasi wali studi, dan wawancara. Metode TOPSIS akan melakukan perhitungan dan perakngkingan setiap mahasiswa berdasarkan jarak nilainya dengan nilai terbaik dan nilai terburuk setiap kriteria melalui perbandingan berpasangan antar mahasiswa pada kriteria yang sama. Metode TOPSIS dalam prosedur perhitungannya akan melakukan perkalian antara matriks perbandingan berpasangan antar mahasiswa pada kriteria yang sama dengan bobot keputusan masing-masing kriteria. Penggunaan aplikasi ini akan membantu dalam menentukan mahasiswa yang berhak dan layak menerima beasiswa rutin berdasarkan kriteria-kriteria yang telah ditentukan.

Penelitian lain yang pernah dilakukan dan berkaitan dengan pemberian kredit berjudul “Sistem Pendukung Keputusan Kelayakan Pemberian Kredit (Studi Kasus pada BKM Artha Kawula)” (Kurniawan, 2010). Pada penelitian ini sistem menggunakan metode AHP untuk membantu memutuskan nasabah yang akan dipilih, Kriteria yang digunakan adalah harga barang jaminan, kualitas barang jaminan, jumlah pinjaman, gaji nasabah. AHP digunakan sebagai perhitungan yang nantinya akan memberikan gambaran yang jelas dan rasional kepada pengambil keputusan tentang keputusan yang dihasilkan. Hasil pengujian aplikasi cukup baik, sesuai dengan data-data yang berkaitan dengan permohonan kredit. Sistem yang dihasilkan dapat memberikan kemudahan bagi manajer dalam menilai kelayakan calon kreditor dan aplikasi yang user friendly, dimana user hanya perlu memasukkan data-data permohonan kredit

28 kemudian sistem yang akan mengolah data-data tersebut dan menghasilkan suatu keputusan dalam persetujuan pengajuan kredit.

Di bandingkan dengan beberapa penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan SPK menggunakan metode TOPSIS dan SPK kelayakan kredit, penelitian ini akan membangun sebuah sistem pendukung keputusan pemberian kredit pinjaman uang tunai kepada anggota KSP Mekar Sai Bandar Lampung menggunakan metode TOPSIS. Kriteria yang dipakai adalah Jaminan, Pekerjaan, Penghasilan, Tujuan Pinjaman, dan Status Tempat Tinggal. Metode TOPSIS akan melakukan perhitungan dan perangkingan setiap anggota yang mengajukan pinjaman kredit uang tunai berdasarkan jarak nilainya dengan nilai terbaik dan nilai terburuk setiap kriteria melalui perbandingan berpasangan antar anggota pada kriteria yang sama. Metode TOPSIS dalam perhitungannya akan melakukan perkalian antar matriks dengan perbandingan berpasangan antar anggota yang sama dengan bobot keputusan masing-masing kriteria. Penggunaan sistem pendukung keputusan ini diharapkan dapat membantu dalam menentukan anggota yang layak untuk memperoleh pinjaman kredit uang tunai. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini berupa urutan alternatif saran atau pilihan anggota yang layak memperoleh pinjaman kredit. Hasil tersebut dapat memberikan pertimbangan penilaian kepada pihak KSP Mekar Sai untuk menentukan solusi terbaik dalam menentukan anggota yang layak memperoleh pinjaman kredit uang tunai.

29 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Gambaran Umum

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan anggota koperasi yang layak untuk mendapatkan pinjaman kredit dalam kriteria yang sesuai. Kriteria yang diperlukan dalam penentuan adalah . Data kriteria tersebut diolah untuk menghasilkan output hasil akhir perhitungan berupa rekomendasi calon nasabah. Maka dari itu sistem diharapkan mampu membantu tim kredit koperasi dalam menentukan menyeleksi anggota koperasi yang layak diberikan kredit.

Metodologi Pengumpulan Data

Metode yang digunakan dalam pemrolehan data yang akan digunakan untuk membangun sistem ini antara lain:

1. Observasi (Pengamatan Langsung), pengumpulan data yang dilakukan pada tahap ini dengan mengadakan pengamatan secara langsung terhadap sistem yang ada pada KSP Kopdit Mekar Sai Bandar Lampung.

2. Wawancara, teknik pengumpulan data dengan cara berkomunikasi secara langsung dengan bagian kredit pada KSP Kopdit Mekar Sai Bandar Lampung guna mendapatkan data dan keterangan yang diperlukan.

30 3. Studi Literatur, tahap ini dilakukan dengan mengumpulkan dan membaca jurnal-jurnal ilmiah yang telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya dan berbagai sumber referensi yang berkaitan dengan penelitian ini.

Metodologi Pengembangan Sistem

Membangun sistem pendukung keputusan pemberian kredit uang tunai menggunakan metode TOPSIS dilakukan dengan menggunakan metode FAST (Framework for the Application of System Thinking) menurut (Whitten, 2000). Pengembangan sistem dalam metode FAST terdapat 7 fase, sebagai berikut:

1. Definisi Ruang Lingkup

Pada tahap ini dilakukan pengumpulan informasi yang akan diteliti tingkat kemungkinan dan ruang lingkup proyek yaitu dengan menggunakan kerangka PIECES (Performance, Information, Economics, Control, Efficiency, Service). Hal ini dilakukan untuk menemukan inti dari masalah-masalah yang ada, kesempatan untuk meningkatkan kinerja organisasi, dan kebutuhan-kebutuhan baru yang dibebankan oleh pihak manajemen.

2. Analisis Masalah

Pada tahap ini akan diteliti tahap-tahap yang muncul pada sistem yang ada sebelumnya. Hasil dari tahapan ini adalah peningkatan

31 performa sistem yang akan memberikan keuntungan dari segi bisnis perusahaan.

3. Analisis Kebutuhan

Pada tahap ini akan dilakukan pengurutan prioritas dari kebutuhan-kebutuhan bisnis yang ada. Tujuan dari tahapan ini adalah mengidentifikasi data, proses dan atar muka yang diinginkan pengguna dari sistem yang baru.

4. Desain Logikal

Tujuan dari tahapan ini adalah mentransformasikan kebutuhan-kebutuhan bisnis dari fase analisis kebutuhan-kebutuhan kepada sistem model yang akan dibangun. Dengan kata lain fase ini menjawab pertanyaan-pertanyaan seputar penggunaan teknologi (data, process, interface) yang menjamin usability, reability, completeness, performance dan

quality yang akan dibangun di dalam sistem. 5. Analisis Keputusan

Pada tahap ini akan mempertimbangkan beberapa kandidat dari perangkat lunak dan keras yang nantinya akan dipilih dan dipakai dalam implementasi sistem sebagai solusi dari problems dan

requirements yang sudah didefinisikan pada tahapan-tahapan sebelumnya.

6. Desain Fisik

Tahapan ini bertujuan untuk mentransformasikan kebutuhan bisnis yang dipresentasikan sebagai desain logikal menjadi desain fisik yang nantinya akan dijadikan sebagai acuan dalam membuat sistem yang akan dikembangkan.

32 7. Pengujian

Setelah membuat desain fisik, maka akan dimulai untuk mengkonstruksi dan melakukan tahapan uji coba terhadap sistem yang memenuhi kebutuhan bisnis dan spesifikasi desain. Basis data, program aplikasi dan antar muka akan mulai dibangun pada tahap ini. Setelah itu dilakukan uji coba terhadap keseluruhan sistem. Tujuan pengujian adalah menemukan kesalahan-kesalahan terhadap sistem tersebut dan kemudian dapat diperbaiki. Pengujian sistem dilakukan dengan 3 tahap, yaitu:

a. Tahap Validasi

Tahap validasi yaitu tahap pengujian terhadap proses-proses dalam sistem yang dibuat untuk memastikan bahwa sistem sudah berjalan dengan baik. Uji coba proses yaitu dengan mencoba seluruh proses yang ada di dalam sistem apakah sudah berjalan dengan benar. Uji coba tersebut menggunakan uji coba perangkat lunak. Kemudian mencocokan hasul perhitungan metode TOPSIS secara manual, dan kemudian mencocokan hasil perhitungan metode TOPSIS menggunakan sistem yang telah dibuat. Hasil yang akan didapatkan yaitu perhitungan secara manual harus sama dengan hasil perhitungan yang ada di sistem.

33 b. Pengujian oleh Pengguna

Tahap pengujian terhadap pengguna yaitu tahap pengujian sistem yang telah dibuat kepada pengguna dan tujuan yang diharapkan. Proses pengujian dilakukan dengan menguji sistem kepada responden yaitu tim kredit yang ada di KSP Mekar Sai Bandar Lampung dengan jumlah responden 7 orang.

Dokumen terkait