• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab ini merupakan penutup yang berisi kesimpulan berdasarkan uraian pembahasan dan saran sebagai bahan masukan guna meningkatkan efektifitas sistem pengawasan intern aktiva tetap pada PT. Agung Sumatera Samudera Abadi dalam menunjang kemajuan perusahaan yang akan datang.

BAB II

PROFIL PERUSAHAAN

A. Sejarah Ringkas PT. Agung Sumatera Samudera Abadi

PT. Agung Sumatera Samudera Abadi secara legalitas berdiri pada tanggal 25 Januari 1997 sesuai dengan akta pendirian perseroan Terbatas No. 12 dihadapan Purnama, SH Notaris di Sibolga. Namun Usaha ini berjalan secara komersil sejak tahun 1987 dimulai dari usaha perorangan yang dirintis langsung oleh Bapak Ali Udin Pohan yang saat ini menjabat sebagai Direktur perusahaan dan pemegang saham mayoritas.

Usaha ini bergerak dalam bidang usaha perdagangan ikan sekaligus cold storage. PT. Agung Sumatera Samudera Abadi Medan berkedudukan di Jl. Sei Padang No. 58 Medan. Lokasi usaha berada di Jl. Gatot Subroto No. 110 Sarudik Tapanauli Tengah, menempati luas lahan 13.867 dimana luas lahan tersebut berdiri bangunan kantor, bangunan cold storage, lespon, tangkapan, tempat pendaratan ikan yang mampu menampung 25 unit kapal penangkapan ikan, kapasitas cold storage yang ada saat ini untuk pembekuan ikan.

Disamping lokasi yang ada di Tapteng perusahaan juga memiliki lokasi usaha yang berada dikomplek pergudangan Kosambi/Jakarta berupa cold room dan saat ini telah dilengkapi fasilitas pembekuan dengan kapasitas 24 ton ikan beku per hari.

PT. Agung Sumatera Samudera Abadi telah berkembang dari sebuah perusahaan perdagangan menjadi rumah perdagangan internasional yang berdiri

kokoh. Setelah pengembangan dan pembangunan selama bertahun-tahun, kelompok kami yang terdiri-dari tim manajemen dan staf produksi profesional dan berpengalaman menjamin pelayanan yang sangat efisien, produk bermutu tinggi dan tentu saja harga yang kompetitif.

Kelompok kerja yang berkomitmen dan berpengalaman tahu benar "Mutu dan Nilai".

Penyalur utama bagi perdangangan grosir, supermarket, hotel, toko eceran, jasa makanan.

Mengekspor kointainer penih dan gabungan keseluruhan bagian dunia.

1. Visi PT. Agung Sumatera Samudera Abadi

Menjadi rekan bisnis dalam industri perikanan yang paling berharga serta senantiasa mampu bersaing dan tumbuh berkembang dengan sehat.

2. Misi PT. Agung Sumatera Samudera Abadi

Misi PT. Agung Sumatera Samudera Abadi adalah sebagai berikut :

a. Memperluas usaha dan jaringan penjualan ekspor serta bakat dalam bisnis perikanan.

b. Menghasilkan laba yang pantas untuk mendukung pengembangan perusahaan.

c. Meningkatkan mutu produk yang lebih baik dan efisien

d. Menjalin kemitraan dan kerjasama dengan pemasok dan penyalur yang saling menguntungkan

e. Memberikan perhatian yang tulus kepada masyarakat melalui penciptaan lapangan kerja, dukungan pembinaan sosial dan lingkungan.

B. Struktur Organisasi dan Personalia

Untuk menjalankan perusahaan pada umumnya diperlukan struktur organisasi yang nantinya terdapat pembagian tanggungjawab fungsional kepada unit-unit organisasi yang dibentuk untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan perusahaan, sehingga nantinya tercipta suatu kerjasama yang baik dalam pencapaian tujuan organisasi. Tanpa adanya struktur organisasi yang baik maka tujuan perusahaan akan sulit dicapai. Struktur organisasi perusahaan ini adalah sebagai berikut :

Gambar 2.1 Struktur Organisasi PT. Agung Sumatera Samudera Abadi DIREKTUR SEKRETARIS G. MANAJER 1. Pembelian 2. Penjualan 1. Akuntansi 2. Kasir 3. Administrasi 1. Unit Pengiriman

PERDAGANGAN KEUANGAN TRANSPORTASI

MANAJER CABANG

C. Uraian Tugas

PT. Agung Sumatera Samudera Abadi memiliki pembagian tugas, wewenang, dan tanggung jawab sesuai dengan bagiannya masing-masing.

1. Direktur

Tugas dari direktur adalah memberikan saran-saran dan masukan yang berarti kepada manajer dan mengawasi jalannya aktifitas perusahaan secara keseluruhan.

2. Manajer

Bertanggung jawab kepada direktur, membina hubungan kerja yang baik dengan koordinasi optimum dan berkelanjutan baik keatas maupun kebawah, memecahkan masalah-masalah yang timbul pada tugas-tugas operasi yang diselesaikan dengan tuntas, memimpin dan mengawasi seluruh tugas operasional yang dilaksanakan oleh departemen

3. Manajer Cabang

a. Mewakili Direksi Pusat menjalankan perusahaan dicabang itu

b. Memberikan laporan kemajuan cabang kepada Direksi Pusat termasuk keuangannya

c. Menjalankan program perusahaan untuk cabang itu / mengejar target 4. Sekretaris

Bertanggungjawab kepada direktur, memberikan pelayanan kesekretariatan kepada para personil perusahaan maupun kepada pihak-pihak luar yang memiliki kepentingan secara keseluruhan.

5. Bagian Perdagangan

Pada bagian ini, ada dua bagian lagi, yaitu : a. Bagian Pembelian :

1) Trading : pembelian karung, tali, kotak untuk pengepakan-pengepakan ikan yang akan diekspor.

2) Lokal : bertugas untuk menentukan segala keperluan-keperluan yang dibutuhkan oleh kantor dan disamping itu ada juga yang ditugaskan untuk membeli ikan-ikan lokal yang akan diekspor.

3) Internasional : bertugas untuk menentukan pembelian-pembelian ikan yang akan diimpor dari luar negeri dengan mengadakan kontrak penawaran setelah disetujui maka pembelian ikan akan segera dikirim dengan waktu yang ditentukan.

b. Bagian Penjualan

Bertanggungjawab dalam melakukan penjualan-penjualan terutama penjualanikan-ikan lokal.

1) Lokal : bertugas melakukan penjualan ikan-ikan lokal didalam negeri 2) Internasional : melakukan penjualan ikan diluar negeri yang disebut

ekspor yang pembayarannya dilakukan dengan Letter of Credit pada bank-bank yang sudah ditentukan

6. Bagian Keuangan

Adalah bagian-bagian yang bertugas dan mengawasi setiap bagian-bagian yang berhubungan dengan bagian penjualan dan bagian pembelian. Bagian

umum ini adalah bagian yang sangat penting dan berpengaruh. Bagian umum ini memiliki 3 bagian, yaitu :

a. Akuntan : menginput, membuat laporan harian, membuat neraca dan membuat buku besar.

b. Kasir : bertanggung jawab atas penerimaan dan pengeluaran keuangan, bertanggung jawab atas administrasi keuangan

c. Administrasi : bertugas untuk memeriksa segala bukti-bukti transaksi yang sudah dibeli dan kemudian pembayaran dilakukan dengan Giro jika jumlah hutang terlalu banyak dan sebaliknya jika hutang tidak terlalu banyak pembayaran dilakukan secara tunai.

7. Bagian Transportasi

Bertugas untuk mengirimkan pesanan konsumen, baik didalam kota maupun diluar kota.

D. Kinerja Usaha Terkini

Di bidang agribisnis dan agroindustri, sektor perikanan termasuk salah satu penyumbang devisa negara non migas cukup besar bersama sektor kehutanan dan perkebunan. Sesuai dengan sasaran yang diharapkan dalam Rencana Strategis (Renstra) Pembangunan Kelautan dan Perikanan tahun 2005 – 2009, kontribusi sektor perikanan terhadap produk domestik bruto (PDB) pada tahun 2009 diharapkan mencapai 5,10%. Sasaran lain yang ingin dicapai adalah total produksi perikanan sebanyak 9,7 juta ton, nilai ekspor perikanan US$5 miliar, konsumsi

ikan penduduk 32,29 kg/kapita/tahun, dan penyediaan kesempatan kerja kumulatif sebanyak 10,24 juta orang.

Untuk mencapai sasaran tersebut, program yang diintensifkan pemerintah antara lain pengembangan industri perikanan terpadu, yang meliputi:

1) Pengembangan industri perikanan tuna terpadu, termasuk inisiasi dan pengembangan awal budidaya tuna untuk menghasilkan tuna segar

2) Pengembangan industri tambak udang terpadu, termasuk pembangunan broodstock, balai benih, revitalisasi backyard hatchery, pabrik pakan, dan pos kesehatan ikan; dan

3) Pengembangan pabrik industri rumput laut terpadu dan massal di daerah produsen di seluruh Indonesia, serta pabrik pengolahan bahan kering menjadi semi-refined products di pusat-pusat industri. Untuk mendukung kontinuitas bahan baku, akan dibangun kebun bibit rumput laut.

Sementara itu, volume ekspor produk perikanan Indonesia sepanjang 2007 mencapai 831.000 ton. Jumlah tersebut mengalami penurunan 1,15% dibandingkan dengan volume 2006 sebesar 926.478 ton. Namun, nilai ekspornya mengalami kenaikan dari US$2,1 miliar pada 2006 menjadi US$2,3 miliar.

Penurunan itu disebabkan oleh melemahnya ekspor udang yang hanya mencapai 87.917 ton atau turun 2% dibandingkan dengan volume ekspor 2006, sedangkan nilai transaksi ekspor 2007 itu mencapai US$545,88 juta. Menurut Dirjen Perikanan Budidaya, Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP),

penurunan volume ekspor akibat perdagangan udang yang berkurang selama 2007 diharapkan tidak terjadi lagi pada tahun 2008 ini. Produksi udang yang hanya mencapai 352.000 ton pada 2007 harus ditingkatkan dengan memfokuskan perkuatan modal pada tambak skala kecil dan menengah dan memasukkan rencana produksi tambak-tambak skala besar.

Untuk tahun 2008 ini, pemerintah optimistis Indonesia akan meraup US$2,6 miliar dari ekspor perikanan, naik dari US$2,3 miliar pada tahun lalu, karena ada nota kesepahaman antara Indonesia dan negara tujuan ekspor, terutama mengenai ketentuan kualitas produksi dengan Amerika Serikat (AS) dan Uni Eropa (UE). Pemerintah melakukan berbagai upaya untuk membantu ekspor komoditas perikanan, antara lain dengan meningkatkan kemampuan laboratorium uji mutu, baik peralatan maupun petugasnya, serta perbaikan sistem aturan standard mutu produk perikanan.

Pemerintah juga mempertahankan tiga pasar utama tujuan ekspor hasil perikanan dengan menjaga harmonisasi dengan otoritas di negara itu, di samping memperluas pasar ke China, Korea Selatan, Taiwan, dan Timur Tengah.Pasar utama ekspor hasil perikanan Indonesia masih ditujukan ke Jepang, Uni Eropa dan AS dengan pangsa pasar masing-masing sebesar 26%, 14% dan 34%. Untuk negara-negara kawasan Asia Timur dengan pangsa pasar sekitar 20%, negara tujuan utama ekspor produk perikanan antara lain ke Korea Selatan, Thailand, Singapura, Hongkong dan Taiwan.

Tahun 2007, udang dan tuna, masih mendominasi ekspor hasil perikanan Indonesia. Ekspor udang sebesar 154.747 ton dan tuna 121.316 ton atau masing-masing senilai US$1,021 miliar dan US$304,3 juta.

Pada 31 Januari 2008, terbit Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No. PER.05/MEN/2008 tentang Usaha Perikanan Tangkap dengan tujuan mempercepat pengembangan industri pengolahan hasil perikanan di Indonesia melalui pengembangan usaha penangkapan ikan secara terpadu. Dengan terbitnya Peraturan Menteri tersebut, maka prospek dan peluang investasi di sektor budidaya, perikanan tangkap, dan industri pengolahan produk perikanan bertambah luas. Selain itu, Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP) akan memproses kembali pengajuan izin usaha perikanan terpadu yang tertunda sejak Agustus 2007. Hingga Januari 2008, rencana investasi perikanan terpadu tersebut diketahui telah mencapai Rp5,14 triliun yang diajukan oleh 35 perusahaan.

BAB III

TOPIK PENELITIAN

A. Sistem Pengawasan Intern Aktiva Tetap

Dalam BAB III ini penulis akan membahas sistem pengawasan intern aktiva tetap yang dilakukan PT. Agung Sumatera Samudera Abadi. Berdasarkan data-data yang dikumpulkan oleh penulis beserta hasil penelitian yang diperoleh dari lapangan, maka pada bab ini penulis akan mencoba menganalisa dan mengevaluasi objek penelitian mengenai sistem pengawasan intern aktiva tetap pada PT. Agung Sumatera Samudera Abadi.

B. Pengertian dan Penggolongan Aktiva Tetap 1. Pengertian Aktiva Tetap

Untuk dapat mengetahui kriteria maupun ciri-ciri suatu aktiva tetap, perlu kiranya dikemukakan terlebih dahulu pengertian serta penjelasan mengenai aktiva tetap. Perusahaan mengartikan aktiva tetap sebagai harta yang dikuasai oleh perusahaan yang memiliki masa manfaat lebih dari satu tahun dan digunakan untuk kegiatan perusahaan dan tidak dimaksudkan untuk dijual.

Menurut Warren (2005) aktiva tetap adalah aktiva jangka panjang atau aktiva yang relatif permanen yang dimiliki dan digunakan oleh perusahaan serta tidak dimaksudkan untuk dijual sebagai bagian dari operasi normal. Menurut Mulyadi (1998) aktiva tetap adalah kekayaan perusahaan yang memiliki wujud,

mempunyai manfaat ekonomis lebih dari satu tahun, dan diperoleh perusahaan untuk melaksanakan kegiatan perusahaan, bukan untuk dijual kembali.

Pernyataan di atas menunjukkan bahwa pengertian aktiva tetap menurut perusahaan telah sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan yang medefinisikan aktiva tetap sebagai harta yang digunakan dalam operasi perusahaan, tidak dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan normal perusahaan dan mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun.

Hal ini juga ditunjukkan dengan adanya pernyataan dari Warren (2005) mengenai definisi aktiva tetap dan juga didukung dengan adanya pernyataan dari Mulyadi (1998). Dari pengertian di atas diperoleh suatu kesimpulan bahwa aktiva tetap mempunyai tiga sifat utama, yaitu :

a. memiliki masa manfaat lebih dari satu tahun,

b. digunakan dalam rangka kegiatan normal perusahaan, c. tidak dimaksudkan untuk dijual.

2. Penggolongan Aktiva Tetap

PT. Agung Sumatera Samudera Abadi menggolongkan jenis aktiva tetapnya ke dalam enam golongan yang terdiri dari :

a. tanah, b. bangunan,

c. partisi & interior, d. kendaraan,

f. perlengkapan / perabotan kantor : Brankas, Furniture, AC, Lukisan, Filling Cabinet, Lemari, dan lain-lain.

Menurut Mulyadi (1998) aktiva tetap dalam perusahaan umumnya digolongkan sebagai berikut :

a. tanah dan perbaikan tanah (land and land improvement),

b. gedung dan perbaikan gedung (building and building improvement), c. mesin,

d. mebel, e. kendaraan.

Penggolongan aktiva tetap juga dapat dilihat dari segi disusutkan atau tidak, biasanya dicirikan dengan ada atau tidaknya penurunan dari nilai aktiva tersebut. Penyusutan terhadap harga perolehan dilakukan apabila aktiva tetap mengalami penurunan nilai selama masa manfaatnya. Penggolongan aktiva tetap dari segi ini dibagi menjadi dua bagian yaitu aktiva tetap yang dapat disusutkan (Depreciated Plant Assets) dan aktiva tetap yang tidak dapat disusutkan (Undepreciated Plant Assets).

a. Aktiva Tetap yang Dapat Disusutkan ( Depreciated Plant Assets )

Jumlah yang dapat disusutkan (depreciable) suatu aktiva tetap harus dialokasi secara sistematis sepanjang masa manfaatnya. Contohnya: bangunan, peralatan, mesin, inventaris, kendaraan.

b. Aktiva Tetap yang Tidak Dapat Disusutkan (Non Depreciated Plant

Assets)

Aktiva tetap yang tidak dapat disusutkan adalah tanah karena tanah memiliki usia yang tak terbatas sehingga tidak dapat disusutkan.

C. Cara Perolehan dan Metode Penyusutan Aktiva Tetap 1. Cara Perolehan Aktiva Tetap

Suatu aktiva tetap mempunyai harga perolehan yang meliputi seluruh biaya yang dikeluarkan atau hutang yang timbul untuk memperoleh aktiva tersebut. Perolehan aktiva tetap pada PT. Agung Sumatera Samudera Abadi dilakukan dengan dua cara yaitu dengan cara membeli, dan membangun sendiri.

a. Pembelian

Dalam hal pembelian aktiva tetap, nilai aktiva tetap dicatat berdasarkan harga perolehan (cost) yaitu harga belinya termasuk semua biaya-biaya yang dikeluarkan sampai aktiva tersebut siap digunakan.

Jurnal dalam pencatatan aktiva tetap dengan cara pembelian adalah : Aktiva tetap xxx

Kas xxx b. Membangun sendiri

Aktiva tetap yang dibangun sendiri, nilai aktiva tetap dicatat sebesar seluruh nilai bahan/ peralatan yang digunakan, biaya pengerjaan serta alokasi biaya-biaya lainnya, yang terkait dengan pembangunan aktiva tersebut.

Jurnal dalam pencatatan aktiva tetap yang diperoleh dengan membangun sendiri adalah :

Aktiva tetap xxx

Kas xxx

Perolehan aktiva tetap pada PT. Agung Sumatera Samudera Abadi sudah dilakukan dengan benar yaitu dengan cara pembelian dan membangun sendiri, begitu juga dengan jurnal pencatatan aktiva tetapnya. Hal ini didukung dengan pernyataan Skousen (2005) yang perolehan aktiva tetapnya dapat dilakukan dengan 6 cara yaitu pembelian berdasarkan kontrak pembayaran ditangguhkan, perolehan melalui lease modal, perolehan melalui penukaran aktiva non-moneter, perolehan melalui penerbitan sekuritas, perolehan dengan membangun sendiri, perolehan dari pemberian atau penemuan. Terdapat sedikit perbedaan dalam cara perolehan aktiva tetap karena PT. Agung Sumatera Samudera Abadi hanya melakukan dua cara perolehan aktiva tetapnya. Ini juga didukung dengan pernyataan oleh Mulyadi (1998) yang menjelaskan mengenai perolehan aktiva tetap yang terdiri dari berbagai cara yaitu pembelian, pembangunan sendiri, dan sumbangan.

a. Pembelian

Transaksi perolehan aktiva tetap dengan cara membeli dicatat dalam register bukti kas keluar dengan jurnal sebagai berikut:

Aktiva tetap xxx

b. Pembangunan Sendiri

Jika aktiva tetap diperoleh dengan pembangunan sendiri, pengeluaran modal (capital expenditure) yang berupa pengeluaran kas dicatat dalam registerbukti kas keluar dengan jurnal sebagai berikut:

Aktiva tetap dalam Konstruksi xxx

Bukti Kas keluar yang akan Dibayar xxx

c. Sumbangan

Jika aktiva tetap diperoleh dari sumbangan, harga pokok aktiva tetap dicatat dalam jurnal umum dengan jurnal sebagai berikut:

Aktiva tetap xxx

Modal Sumbangan xxx

2. Metode Penyusutan Aktiva Tetap

Penyusutan adalah penurunan kemampuan aktiva tetap dalam menyediakan manfaat dalam rangka aktivitas operasional perusahaan. Hal ini dikarenakan pemakaian yang terus-menerus, sehingga mengakibatkan fungsi aktiva tetap tersebut menurun dari hari ke hari. Perhitungan penyusutan yang dilakukan oleh PT. Agung Sumatera Samudera Abadi terhadap seluruh aktiva tetapnya adalah dengan menggunakan metode garis lurus ( straight line method ). Hal ini dikarenakan selain perhitungannya mudah, metode garis lurus merupakan metode perhitungan yang paling sederhana karena metode ini menghasilkan biaya

secara wajar dalam penggunaan aktiva. Jika suatu aktiva tidak digunakan setahun penuh, maka tahunnya disesuaikan menurut lamanya pemakaian.

Metode garis lurus sangat sederhana dan digunakan secara luas. Metode ini menciptakan transfer biaya yang layak ke beban periodik, jika pemanfaatan aktiva dan pendapatan yang terkait dari pemakaian itu sama setiap periodenya. Samanya penyusutan aktiva tersebut tiap periodenya mempermudah pemegang saham melihat penyusutan di laporan keuangan. Nilai sisa dianggap Rp. 0, dan perhitungan beban penyusutan ditetapkan dari biaya perolehan historisnya.

Menurut PSAK 17 penyusutan adalah alokasi jumlah suatu aktiva yang dapat disusutkan sepanjang masa manfaat yang diestimasi. Penyusutan untuk satu periode akuntansi dibebankan ke pendapatan baik secara langsung maupun tidak langsung.

a. Berdasarkan Waktu

Metode penyusutan berdasarkan waktu tediri dari 2 metode yaitu: 1) metode garis lurus (straight line method)

2) metode pembebanan yang menurun (declining expense method)

b. Berdasarkan Penggunaan

Metode penyusutan berdasarkan penggunaan tediri dari 2 metode yaitu: 1) metode jam jasa ( service hours method ),

c. Berdasarkan Kriteria Lainnya

Metode penyusutan berdasarkan waktu tediri dari 3 metode yaitu:

1) Metode berdasarkan jenis dan kelompok ( group and composite method ), 2) Metode anuitas ( annuity method ),

3) Sistem persediaan (inventory systems ).

Penggunaan metode penyusutan pada PT. Agung Sumatera Samudera Abadi sudah sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan yaitu dengan menggunakan salah satu metode penyusutan yang ada yaitu dengan menggunakan metode garis lurus (straight line method). Hal ini juga dibuktikan dengan pernyataan Warren (2005) yang menyebutkan metode garis lurus menghasilkan jumlah beban penyusutan yang sama setiap tahun sepanjang umur manfaat suatu aktiva tetap.

D. Penggantian Aktiva Tetap

PT. Agung Sumatera Samudera Abadi melakukan penggantian aktiva tetap dengan 3 cara, yaitu dengan cara dibuang dan dengan cara dijual.

a. Dengan cara dibuang

Dibuang dalam hal ini lebih dimaksudkan di non aktifkan. Hai ini dikarenakan aktiva tetap tersebut sudah tidak fungsional lagi untuk digunakan dalam menjalankan kegiatan operasional perusahaan serta sudah tidak memiliki nilai residu dan nilai pasar.

b. Dengan cara dijual

Aktiva tetap yang sudah tidak produktif lagi dapat dilakukan dengan cara dijual. Perusahaan mengambil suatu kebijakan terkait penggantian aktiva tetap dikarenakan aktiva tetap tersebut tidak lagi dapat dipergunakan dalam kegiatan operasional perusahaan. Penggantian aktiva tetap yang dilakukan oleh PT. Agung Sumatera Samudera Abadi telah sesuai dengan menggunakan dua cara yaitu dengan cara dibuang dan dengan cara dijual. Terdapat sedikit perbedaan pada penggantian aktiva tetapnya karena perusahaan hanya menggunakan dua cara penggantian aktiva tetap. Hal ini juga didukung dengan pernyataan Warren (2005) penarikan (retirement) tersebut dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu dengan cara dibuang, dengan cara dijual dengan cara ditukar dengan aktiva lain. c. Dengan cara ditukar dengan aktiva lain

Keuntungan dari pertukaran :

Jika nilai tukar tambah melebihi nilai buku aktiva lama yang ditukarkan dan tidak ada keuntungan yang diakui, maka biaya atau harga pokok yang dicatat untuk aktiva tetap baru dapat ditentukan dengan salah satu dari cara berikut :

1) Biaya aktiva baru = Harga aktiva baru - Keuntungan yang tidak diakui

2) Biaya aktiva baru = Harga aktiva baru + Keuntungan yang tidak diakui

Keuntungan pertukaran aktiva tetap yang sama tidak diakui untuk pelaporan keuangan dan untuk tujuan pajak penghasilan federal.

Kerugian dari pertukaran :

Kerugian pertukaran aktiva sejenis untuk tujuan pelaporan keuangan diakui jika nilai tukar tambah lebih rendah dari nilai buku peralatan lama. Apabila terjadi kerugian, biaya yang dicatat untuk aktiva baru adalah harga pasar aktiva tersebut.

E. Sistem Pengawasan Intern Aktiva Tetap

Sistem pengawasan intern atau yang lebih dikenal dengan istilah pengendalian intern maupun internal control merupakan prosedur-prosedur mekanis dalam pemeriksaan ketelitian data-data administrasi, misalnya mencocokkan penjumlahan horizontal dengan penjumlahan vertikal. Usaha ini dilakukan untuk memberikan keyakinan kepada manajemen bahwa kebijakan dan prosedur spesifik yang dirancang demi sebuah pencapaian tujuan dapat dipenuhi. Fungsi pengawasan dapat dilakukan dengan mengukur dan mengevaluasi kinerja dari setiap bagian kepala perusahaan kemudian mengambil tindakan perbaikan apabila diperlukan.

Pengawasan intern menurut perusahaan merupakan kebijakan spesifik yang dirancang untuk memberikan keyakinan yang memadai bagi manajemen bahwa sasaran dan tujuan perusahaan dapat dipenuhi. PT. Agung Sumatera Samudera Abadi mempunyai beberapa tujuan dari sistem pengawasan intern aktiva tetap yaitu :

a. membatasi pengeluaran modal dalam limit yang disetujui sesuai kebutuhan perusahaan,

b. meningkatkan efektifitas penggunaan aktiva tetap dalam menjalankan aktivitas perusahaan,

c. menetapkan prosedur-prosedur perlindungan dan pemeliharaan fisik suatu aktiva tetap,

d. menekankan bahwa aktiva tetap merupakan fasilitas yang penting dalam pelaksanaan kegiatan operasional perusahaan,

e. mendorong usaha perawatan yang paling sesuai dengan kebutuhan perusahaan berikut cara yang paling menguntungkan untuk membiayai aktiva tetap.

Menurut Mulyadi (2001) yang dimaksud dengan sistem pengawasan intern adalah meliputi struktur organisasi, metode dan ukuran-ukuran yang dikoordinasikan untuk menjaga kekayaan organisasi, mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi, mendorong efesiensi dan mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen. Menurut Schermerhorn (2002) mendefenisikan pengawasan intern sebagai suatu proses dalam menetapkan ukuran kinerja dan pengambilan tindakan yang dapat mendukung pencapaian hasil yang diharapkan sesuai dengan kinerja yang telah ditetapkan. Untuk mengetahui efektif atau tidaknya sistem pengawasan intern aktiva tetap pada perusahaan, peneliti terlebih dahulu membuat kuesioner pengendalian intern terhadap PT. Agung Sumatera Samudera Abadi. Berikut ini adalah kuesioner pengendalian intern aktiva tetap

Dokumen terkait