• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab terakhir, merupakan bagian penutup dari penulisan skripsi ini yang berisi tentang kesimpulan dan saran berdasarkan pemikiran peneliti setelah melakukan seluruh proses penelitian.

DAFTAR PUSTAKA

Daftar pustaka adalah daftar seluruh sumber bacaan atau rujukan yang mendukung dan digunakan dalam penulisan skripsi ini.

LAMPIRAN

Lampiran adalah dokumen-dokumen yang perlu dimasukkan ke dalam penulisan skripsi ini, namun tidak bisa dimasukkan ke dalam pembahasan penelitian.

27 BAB II

KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori

1. Peran dalam Pemberdayaan Masyarakat

Jim Ife, membagi peran kerja masyarakat ke dalam empat golongan yaitu facilitative roles, educational roles, representational roles, dan technical roles. Pada setiap golongan, Jim ife mengaitkan peran dengan berbagai keterampilan yang dibutuhkan agar dapat mengisi semua peran tersebut. (Ife dan Tesoriero 2016:558)

a. Peran dan Keterampilan Memfasilitasi (Facilitative Roles)

Peran praktik yang masuk ke dalam keterampilan memfasilitasi adalah yang berhubungan dengan penunjang dan stimulasi pengembangan masyarakat, berbagai peran spesifik dari keterampilan memfasilitasi yaitu:

1) Semangat sosial

Semangat sosial merupakan suatu kemampuan pekerja masyarakat yang dapat menginspirasi, memotivasi, mengantusiasi, mengaktivasi, menstimulasi, dan menggerakan orang lain agar dapat melakukan tindakan.

Peran pekerja masyarakat adalah menjadi seorang yang mampu untuk mengajak

masyarakat agar bisa mengikuti beragam proses masyarakat, bukan seseorang yang melakukan semuanya sendiri. (Ife dan Tesoriero 2016:559)

2) Mediasi dan negosiasi

Peran sebagai mediator adalah keterampilan untuk dapat menjembatani dua belah pihak dengan cara mendengar dan memahami, mengungkapkan berbagai pandangan dari kedua belah pihak, menghormati pernyataan pandangan orang lain, juga untuk membantu penduduk menemukan hal-hal yang bisa menjadi kesepakatan, lalu membantu mereka untuk dapat membuat atau mencapai sebuah kemufakatan. (Ife dan Tesoriero 2016:563–

564)

Peran negosiator adalah mewakili satu pihak dalam sebuah konflik tertentu, dengan menjadi negosiator berbagai tuntutan bisa dikemukakan dengan kuat. Namun, pekerja masyarakat juga harus memperhatikan prinsip-prinsip berikut ini, yaitu lebih fokus mengkritisi ide-ide daripada penduduknya, tidak dengan kekerasan, dan perlu salah satu lawan dapat berubah pandangannya, tanpa

negosiator tersebut kehilangan wibawanya.

(Ife dan Tesoriero 2016:564) 3) Dukungan

Memberikan dukungan terhadap orang-orang yang terlibat dalam struktur dan aktivitas masyarakat juga merupakan salah satu hal penting bagi seorang pekerja masyarakat. Beberapa hal yang mencakup dukungan dalam pembahasan ini adalah mengenal dan mengakui nilai mereka serta nilai kontribusi mereka, mengafirmasi penduduk, memberi dorongan, menyediakan diri untuk masyarakat dapat menanyakan berbagai pertanyaan atau mendiskusikan sesuatu hal yang perlu dibicarakan. (Ife dan Tesoriero 2016:566)

Ada dua jenis dukungan yaitu dukungan yang berbentuk formal (terstruktur) dan dukungan yang berbentuk non-formal (tidak terstruktur). Dukungan formal, contohnya dengan memberi pujian terhadap seseorang di sebuah komite atau pernyataan dalam sebuah pertemuan publik yang didalamnya pekerja masyarakat tersebut menyatakan dukungannya terhadap seseorang. Sedangkan, dukungan non-formal diantaranya adalah menyediakan diri untuk dapat dihubungi dengan mudah oleh

seseorang dan meluangkan diri agar bisa menghabiskan waktu bersama. Pekerja masyarakat yang sibuk menghabiskan waktu hanya untuk berbincang-bincang merupakan orang yang sibuk agar bisa melakukan sebuah pekerjaan dengan efektif. (Ife dan Tesoriero 2016:566)

4) Membangun konsensus

Peran ini mencakup kefokusan terhadap berbagai tujuan bersama, menentukan landasan umum dan membantu orang-orang untuk berusaha mendapatkan sebuah kesepakatan yang bisa diterima oleh semua orang. Bukan berarti semua orang harus setuju terhadap segala hal, melainkan sebuah kesepakatan itu dibuat agar dapat mewakili suatu persetujuan atas tujuan dari beberapa tindakan yang nantinya dilakukan dan setiap orang akan menempati bagian terbaik dengan tetap menghormati dan memperhatikan perbedaan pandangan di dalam suatu kelompok. (Ife dan Tesoriero 2016:567) 5) Fasilitasi kelompok

Seseorang pekerja masyarakat dapat memfasilitasi sebuah kelompok dengan berbagai peran, apakah dengan formal seperti menjadi ketua atau penyelenggara rapat, dan

dengan tidak formal seperti menjadi anggota kelompok yang dapat membantu kelompok agar mencapai sebuah tujuan dengan cara yang efektif yaitu contohnya dengan mengkoordinasikan atau memimpin sebuah aktivitas atau diskusi. (Ife dan Tesoriero 2016:570–572)

6) Pemanfaatan berbagai keterampilan dan sumber daya

Pekerja masyarakat dalam peran ini bekerja untuk dapat menemukan dan mengidentifikasi sumber-sumber ini, juga membantu masyarakat untuk melihat apa saja hal yang ada pada diri mereka, yang dapat dimanfaatkan. (Ife dan Tesoriero 2016:575)

Pemahaman yang baik tentang sumber daya (keuangan, keahlian, bahan-bahan mentah, produk-produk yang dibuat, berbagai fasilitas masyarakat atau pekerja sukarela), yang ada dalam masyarakat juga merupakan hal penting untuk pekerja masyarakat kemudian ketika diperlukan hal tersebut dapat dijelaskan. (Ife dan Tesoriero 2016:576) 7) Mengorganisasi

Pengatur dapat didefinisikan sebagai pribadi yang dapat memastikan semua hal yang telah ditentukan bisa berjalan dan

terselesaikan. Mengorganisasi suatu hal dengan melibatkan keterampilan untuk dapat berpikir tentang apa yang harus diselesaikan tanpa harus melakukannya seorang diri. (Ife dan Tesoriero 2016:576)

8) Komunikasi personal/pribadi

Pekerja masyarakat yang baik, mereka berkompeten dalam berkomunikasi secara efektif dengan salah satu orang dari masyarakat atau lebih. Oleh karenanya, komunikasi membutuhkan kapasitas, diantaranya yaitu mengajukan &

menyimpulkan suatu komunikasi atau percakapan, menciptakan dan memelihara suatu suasana kepercayaan dan dukungan secara bersamaan, menjaga percakapan yang terpusat dan terarah, mendengarkan dengan baik, memahami & menjelaskan apa yang dikatakan, membuat orang lain merasa nyaman, menyatakan dengan jelas informasi dari seseorang dalam bahasa yang mudah dimengerti, membuat berbagai saran dengan cara yang akan ditanggapi oleh mereka dengan serius, serta memakai bahasa tubuh untuk mendorong komunikasi. (Ife dan Tesoriero 2016:578)

b. Peran dan Keterampilan Mendidik (Educational Roles)

Pendidikan merupakan salah satu aspek penting dari peran pekerja masyarakat. Berbagai peran pendidikan menuntut pekerja masyarakat untuk berperan lebih aktif, yaitu memperoleh masukan yang positif dan terarah sebagai hasil dari keterampilan, pengetahuan dan pengalaman. (Ife dan Tesoriero 2016:581)

Beragam peran mendidik pekerja masyarakat yaitu peningkatan kesadaran, memberikan informasi, konfrontasi, dan pelatihan. (Ife dan Tesoriero 2016:583–591)

1) Peningkatan kesadaran

Salah satu tanda peningkatan kesadaran adalah harus memungkinkan masyarakat memahami struktur dan strategi perubahan sosial, sehingga masyarakat dapat berpartisipasi dan mengambil tindakan yang efektif.

2) Memberikan informasi

Pekerja masyarakat hanya dapat berguna dengan memberikan informasi kepada masyarakat. Pekerja masyarakat akan berperan dalam memberikan informasi tentang sumber daya eksternal, seperti panduan pendanaan, berbagai pedoman,

berbagai presentasi audiovisual, berbagai paket pelatihan dan keahlian. Memberikan informasi kepada publik tentang realitas politik yang harus dikaitkan dengan kondisi ekonomi juga merupakan peran yang sering dimainkan oleh pekerja masyarakat.

3) Konfrontasi

Konfrontasi adalah suatu peran yang seorang pekerja masyarakat harus berhati-hati sebelum menggunakannya, karena biasanya tidak efektif dan bertentangan dengan prinsip tanpa kekerasan, toleransi, dan konsensus.

Kenyataannya, konsensus selalu berdampak negatif pada kelompok masyarakat, oleh karena itu konfrontasi hanya dibenarkan ketika lebih banyak sisi positif dibandingkan dengan sisi negatifnya. Bagaimanapun akan terdapat kondisi-kondisi tertentu yang membutuhkan konfrontasi.

4) Pelatihan

Pelatihan adalah bagaimana mengajarkan penduduk agar dapat melakukan suatu hal, oleh karenanya pelatihan merupakan peran edukatif yang sangat spesifik. Di dalam banyak kasus, pekerja masyarakat tidak menjadi seorang pelatih, melainkan mereka akan membantu suatu kelompok untuk dapat

mencari seseorang yang bisa memberikan pelatihan yang diperlukan.

c. Peran dan Keterampilan Representasi (Representational Roles)

Keterampilan representatif adalah kemampuan pekerja masyarakat dalam berperan untuk berinteraksi dengan pihak di luar masyarakat untuk sebuah kepentingan, dan berguna bagi masyarakat itu sendiri.(Ife dan Tesoriero 2016:591) Peran-peran representasi antara lain berikut ini:

1) Memperoleh berbagai sumber daya

Seorang pekerja masyarakat tidak dapat diharapkan untuk memberikan segala hal seorang diri, maka beralasan untuk berharap bahwa seorang pekerja masyarakat akan mengetahui apa yang tersedia dan bagaimana membantu sebuah masyarakat untuk memperoleh apa yang dibutuhkan. Para pekerja masyarakat memainkan sebuah peran penting sebagai penjembatan informasi yaitu dengan mengetahui bagaimana memperoleh sebuah informasi atau membantu kelompok-kelompok masyarakat melakukan hal serupa.

(Ife dan Tesoriero 2016:592–594) 2) Advokasi

Advokasi membutuhkan keterampilan mendengarkan dan memahami masyarakat,

serta keterampilan memperkenalkan kasus kepada warga di forum lain. Pertama, membutuhkan penerimaan dan tanggapan, dan kemampuan untuk mendengarkan, menjelaskan dan memahami. Kedua, membutuhkan ekspresi, kepercayaan diri, dan keterampilan komunikasi. Hanya dengan menggabungkan keterampilan ini, pekerja masyarakat dapat memainkan peran advokasi.

(Ife dan Tesoriero 2016:595) 3) Menggunakan media

Dari perspektif pemberdayaan, penting bagi pekerja masyarakat untuk melibatkan masyarakat sebanyak mungkin, daripada cuma dengan mudah menggunakan representasi peran media. Seharusnya, tanggung jawab untuk berhubungan dengan media hendaknya dibagikan pada banyak orang, namun faktanya untuk waktu jangka pendek sebaiknya pekerja masyarakat yang berpengalamanlah, yang menerima tanggung jawab ini. Pemberdayaan pada para anggota masyarakat itu sendiri dibangun agar mereka dapat berhubungan dengan media dan hal ini haruslah menjadi tujuan jangka panjang. (Ife dan Tesoriero 2016:597–598)

4) Humas dan presentasi publik

Humas dan presentasi publik memungkinkan pekerja masyarakat untuk memainkan berbagai peran, seperti berbicara pada pertemuan berbagai kelompok di dinas, kelompok perempuan, dan dewan lokal. Ini juga berarti memasang pemberitahuan di surat kabar umum, menyiapkan plakat atau pamflet, dan mendistribusikannya serta tugas serupa lainnya. Humas yang baik membutuhkan kreativitas dan imajinasi, untuk memanfaatkan setiap peluang dan menemukan cara untuk membangkitkan minat publik. (Ife dan Tesoriero 2016:599)

Selanjutnya, peran ini memiliki berbagai fungsi presentasi publik. Dalam kurun waktu tertentu, para pekerja masyarakat harus melakukan berbagai presentasi publik, salah satunya dalam pertemuan masyarakat atau kegiatan lainnya. Jika pekerja masyarakat bisa dengan jelas mengemukakan berbagai fakta dan menyajikannya dengan cara yang menarik, maka akan lebih efektif. (Ife dan Tesoriero 2016:599)

5) Jaringan kerja (networking)

Jaringan kerja adalah membangun hubungan dengan orang-orang dengan latar belakang yang beragam dan dapat

menggunakannya untuk membawa perubahan.

Ini adalah salah satu strategi perubahan terpenting yang digunakan oleh pekerja masyarakat. (Ife dan Tesoriero 2016:602) 6) Berbagi pengetahuan dan pengalaman

Pekerja masyarakat mereka selalu belajar dari pekerjaan, mereka tidak akan pernah dalam posisi mengetahui segala hal. Namun, mereka akan belajar dari satu sama lain dan belajar dari pengalaman proyek masyarakat lainnya. Peran ini dapat dilakukan secara formal maupun non-formal. Secara formal, pekerja masyarakat akan menyampaikan berbagai gagasan, antara lain apa yang sudah dan belum selesai, berbagai hasil penelitian terstruktur atau evaluasi program, serta berkomunikasi melalui tulisan di berbagai jurnal atau surat kabar serta menghadiri berbagai konferensi. Pada saat yang sama, komunikasi informal menyebar saat rehat kopi (coffee break), makan siang rutin atau berbagai pertemuan sosial. Dengan cara ini, kebijaksanaan dan pengalaman praktis dapat dibagikan secara efektif. (Ife dan Tesoriero 2016:603)

d. Peran dan Keterampilan Teknik (Technical Roles) 1) Penelitian

Tentunya para pekerja masyarakat kerap terlibat dalam berbagai proses penelitian yang menggunakan berbagai metode penelitian ilmu sosial untuk mengumpulkan data yang relevan, menganalisis dan mempresentasikan-nya. Di dalamnya termasuk merancang dan mengarahkan survei/penyelidikan sosial, dan menganalisis data dari berbagai survei, menggunakan dan menganalisis data sensus, mengumpulkan dan menganalisis data tentang permintaan dan penggunaan berbagai layanan.

Bidang ini membutuhkan pengetahuan teknis tentang berbagai hal, seperti pengambilan sampel, pembuatan kuesioner dan analisis statistik. (Ife dan Tesoriero 2016:604–605) 2) Menggunakan Komputer

Menggunakan komputer dapat menjadi strategi untuk membantu anggota masyarakat lainnya menguasai berbagai keterampilan komputer. Komputer memberikan peluang baru untuk komunikasi dan pemrosesan informasi, tetapi kita tidak boleh menutup mata terhadap keterbatasan mereka, dan kita juga tidak boleh tertarik dengan kecanggihan teknologi baru dan berpikir bahwa mereka dapat menyelesaikan semua masalah. (Ife dan Tesoriero 2016:608–609)

3) Presentasi verbal dan tertulis

Komunikasi verbal dan tertulis dari pekerja masyarakat harus disajikan dengan jelas kepada hadirin dengan cara yang mudah dimengerti. Hindari penggunaan kalimat yang tidak jelas dan bahasa yang sulit dipahami, serta kalimat yang panjang dan rumit.

Penggunaan ilustrasi, gambar, atau kartun dapat sangat membantu dalam presentasi tertulis dan dapat menampilkan materi dengan baik. Terkadang humor sangat membantu, meski terkadang hal itu menurunkan kualitas presentasi. (Ife dan Tesoriero 2016:610) 4) Manajemen

Pekerja masyarakat harus memiliki berbagai keterampilan saat menjalankan tugas manajemen, seperti membantu organisasi menetapkan tujuan dan sasaran, membangun tim yang efektif, membuat keputusan, mengelola staf, memastikan komunikasi yang baik antar anggota, mengelola keuangan dan menyimpannya dalam catatan, menangani konflik dan ketegangan, dan memastikan otorisasi yang tepat diperoleh sebelum membuat keputusan akhir. Jika memungkinkan, mengajarkan keterampilan tersebut kepada para anggota yang akan

mengambil alih tanggung jawab ini di masa mendatang. (Ife dan Tesoriero 2016:613) 5) Pengaturan keuangan

Pekerja masyarakat memainkan peran penting dalam memastikan mekanisme kerja yang tepat dan dapat memainkan banyak peran dalam pengoperasian berbagai sistem kontrol.

Peran ini biasanya merupakan bidang keterampilan dan pengalaman yang jarang dimiliki pekerja komunitas, oleh karena itu pekerja masyarakat membutuhkan asisten dari seseorang yang memiliki keahlian akuntansi.

(Ife & Tesoriero, 2016, hlm. 613) 2. Kelompok Tani

Pengertian Kelompok Tani menurut Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor 67/PERMENTAN/SM.050/12/2016 tentang Pembinaan Kelembagaan Petani merupakan perkumpulan petani/pekebun/peternak yang didirikan atas dasar kesamaan kepentingan, ekonomi, sumber daya, komoditas, kondisi lingkungan sosial, dan keakraban untuk meningkatkan dan mengembangkan usaha anggota oleh para petani.

Kelompok tani menurut penjelasan Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor 67/PERMENTAN/SM.050/12/2016 tentang Pembinaan Kelembagaan Petani juga mempunyai karakteristik,

yang mempunyai ciri-ciri, unsur pengikat, dan fungsi yaitu sebagai berikut:

a. Ciri-ciri Kelompok Tani:

1) Mengenal satu sama lain, akrab dan saling percaya antar anggotanya.

2) Memiliki pandangan dan kepentingan serta tujuan yang sama dalam berusaha tani.

3) mempunyai kesamaan dalam tradisi dan/atau pemukiman, wilayah/hamparan usaha, jenis usaha, status ekonomi dan sosial, budaya, adat istiadat, bahasa serta ekologi.

b. Unsur Pengikat Kelompok Tani

1) Area usaha tani yang menjadi tanggung jawab bersama di antara anggota.

2) Kegiatan yang kebermanfaatannya dapat dirasakan pada sebagian besar anggota.

3) Kader kelompok tani yang mampu menggerakkan para petani dengan jiwa kepemimpinan yang diterima oleh anggota.

4) Pembagian tugas dan tanggung jawab antar anggota berdasarkan kesepakatan bersama.

5) Motivasi dari tokoh masyarakat dalam mendukung program telah ditentukan.

c. Fungsi Kelompok Tani

1) Kelas belajar; kelompok tani adalah tempat belajar mengajar untuk anggota dalam

meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap untuk tumbuh dan berkembang menjadi usaha tani yang mandiri melalui pemanfaatan dan akses sumber informasi dan teknologi dalam rangka meningkatkan produktivitas, pendapatan, serta kehidupan yang lebih baik.

2) Wahana kerja sama; kelompok tani adalah wadah untuk sesama anggota kelompok tani dan antar kelompok tani maupun dengan pihak lain, agar bisa memperkuat kerjasama dengan harapan dapat menghasilkan usaha tani yang lebih efisien dan mampu menghadapi tantangan, ancaman, hambatan, juga lebih menguntungkan.

3) Unit produksi; usaha tani masing-masing aggota kelompok tani dilihat secara keseluruhan adalah satu kesatuan usaha yang bisa dikembangkan dengan tetap menjaga kualitas, kuantitas, dan kontinuitas yang bertujuan untuk mencapai skala ekonomi usaha.

3. Pemberdayaan Masyarakat

Dari penjelasan sebelumnya, dapat diketahui bahwa di dalam pembentukan dan berjalannya suatu kelompok tani terdapat nilai-nilai pemberdayaan masyarakat seperti, kelompok tani mempunyai tujuan untuk melakukan pengembangan usaha yaitu usaha tani

para anggotanya maupun satu kesatuan usaha tani kelompok taninya dan hal ini seirama dengan nilai-nilai yang ada dalam pemberdayaan masyarakat.

Pemberdayaan adalah proses dan tujuan.

Pemberdayaan sebagai proses yaitu beberapa kegiatan yang menjadi satu kesatuan untuk bisa membuat sekelompok yang lemah menjadi berdaya sehingga memperkuat kekuasaannya dalam masyarakat, termasuk didalamnya individu-individu yang berada di bawah garis kemiskinan. Sedangkan, pemberdayaan adalah tujuan, yaitu ada hasil yang mau diwujudkan dengan cara perubahan sosial. Perubahan sosial yang merujuk pada masyarakat yang berdaya, mampu mengeluarkan aspirasinya, mempunyai pekerjaan, berperan aktif dalam kegiatan sosial, mempuyai kekuasaan atau pengetahuan dan kemampuan untuk kebutuhannya sehari-hari baik yang bersifat fisik, ekonomi, maupun sosial seperti rasa percaya diri, serta dapat mandiri dalam menghadapi masalah-masalah serta menyelesaikannya. (Suharto 2005:59–60)

Pendekatan pemberdayaan masyarakat sangat tepat untuk digunakan sebagai antisipasi timbulnya berbagai perubahan dalam masyarakat beserta lingkungannya, yaitu dengan cara pembangunan yang beprinsip pada partisipatif. Pembangunan partisipatif sebagai konsep dasar adalah suatu usaha melakukan pembangunan yang bertujuan agar masyarakat dapat mandiri,

berkesinambungan, berkelanjutan untuk berkembang dan mengatasi permasalahannya sendiri yang berlandaskan kebutuhan masyarakat. (Gitosaputro dan K. Rangga 2015:29)

Pemberdayaan di sisi lain, juga diberi arti sebagai upaya untuk memperluas cakrawala pilihan bagi masyarakat. Upaya tersebut dilakukan melalui pemanfaatan potensi dengan sebaik-baiknya dan memberikan hasil yang memuaskan. Pengembang masyarakat maupun subyeknya yang akan menentukan parameter hasil yang diingin dicapai, yang tentunya dilalui dengan cara kesepakatan bersama. (Hermansah 2016:45)

Maka dari penjelasan beberapa teori di atas, pemberdayaan masyarakat adalah suatu rangkaian kegiatan untuk bisa membuat sekelompok yang lemah menjadi berdaya dan sebagai antisipasi timbulnya berbagai perubahan dalam masyarakat beserta lingkungannya, yaitu dengan cara pembangunan yang bertujuan agar masyarakat dapat mandiri, berkesinambungan, serta berkelanjutan untuk berkembang dan mengatasi permasalahannya sendiri yang berlandaskan kebutuhan masyarakat melalui pemanfaatan potensi dengan sebaik-baiknya dan memberikan hasil yang memuaskan.

a. Tujuan Pemberdayaan

Pemberdayaan bertujuan untuk melakukan peningkatan keberdayaan dari mereka yang dirugikan (kelompok rentan). Pernyataan tersebut mengandung dua konsep penting yaitu pemberdayaan dan kerentanan yang merupakan bagian dari perspektif keadilan sosial dan hak asasi manusia, yang perlu diperhatikan dalam setiap pembahasan tentang pemberdayaan. (Ife dan Tesoriero 2016:272–273)

Dalam pencapaian tujuan, terdapat beberapa sasaran antara lain: (Sholeh 2014:81)

1) Perbaikan kelembagaan, hal ini ditujukan untuk menjalin hubungan kerjasama antar pemangku kepentingan sehingga berbagai inovasi sosial dapat meningkatkan produktivitas masyarakat.

2) Perbaikan pendapatan, perekonomian yang stabil dan keamanan politik mutlak adalah hal yang diperlukan untuk pelaksanaan pembangunan berkelanjutan.

3) Perbaikan akses, berkaitan dengan akses ke inovasi teknologi, permodalan atau kredit, sarana dan prasarana produksi, peralatan, mesin, serta energi listrik yang diperlukan.

4) Perbaikan tindakan, kualitas sumber daya manusia dapat ditingkatkan dengan pendidikan, yang kemudian diharapkan akan

berpengaruh terhadap perbaikan sikap dan tingkatan yang lebih bermartabat.

5) Perbaikan usaha produktif, melalui pendidikan, pelatihan, dan perbaikan diharapkan usaha produktif dapat ditingkatkan dan berdaya saing.

b. Indikator Keberdayaan

Menurut pendapat Mardikanto, beberapa indikator keberhasilan yang dipakai untuk mengukur pelaksanaan program pemberdayaan masyarakat yaitu mencakupi: (Mardikanto dan Soebiato 2013:291–92)

1) Jumlah warga yang tertarik untuk menghadiri setiap kegiatan yang dilaksanakan

2) Frekuensi kehadiran warga dalam pelaksanaan segala jenis kegiatan

3) Tingkat kemudahan pelaksanaan program untuk mendapatkan persetujuan warga atas ide baru yang dikemukakan

4) Jumlah dan jenis gagasan yang diajukan oleh masyarakat untuk kelancaran pelaksanaan program pengendalian

5) Jumlah dana yang terkumpul dari masyarakat dan dapat digunakan untuk mendukung pelaksanaan program

6) Intensitas kegiatan petugas dalam pengendalian masalah

7) Meningkatkan kapasitas masyarakat untuk berpartisipasi dalam bidang kesehatan

8) Berkurangnya masyarakat yang menderita sakit malaria

9) Meningkatnya kepedulian serta respon terhadap kebutuhan peningkatan kehidupan kesehatan

10) Meningkatnya kemandirian kesehatan masyarakat

Perlu diketahui berbagai indikator keberdayaan dapat menunjukan seseorang itu berdaya atau tidak. Maka dari itu, saat sebuah program pemberdayaan diberikan, segala upaya dapat difokuskan pada aspek-aspek yang menjadi sasaran perubahan yang butuh dioptimalkan.

(Suharto 2005:63)

Berdasarkan indikator-indikator keberdayaan tersebut, maka keberhasilan pemberdayaan masyarakat bisa dilihat dari keberdayaan yang meliputi kemampuan ekonomi, kemampuan mengakses manfaat kesejahteraan, kepedulian lingkungan dan kesehatan, kemampuan kultural, serta politis.

4. Agrowisata

Menurut Arifin (1992) dalam Ahmadi (2017), Agrowisata adalah suatu model kegiatan wisata yang didalamnya menyuguhkan pemandangan alam berupa

kawasan pertanian beserta aktifitas warganya, diantaranya yaitu persiapan lahan, penanaman, pemeliharaan, pemanenan, pengolahan, hasil panen dan bahkan membuat produk yang siap untuk dipasarkan sehingga wisatawan dapat membeli produk hasil pertanian tersebut sebagai oleh-oleh. (2017:32–33)

Beeton dalam Aref dan Gill (2009), mendefinisikan bahwa agrowisata yaitu salah satu kata yang di pakai untuk menjelaskan wisata di pedesaan (rural tourism), selain ecotourism, farm tourism, dan soft tourism. Kali ini definisi rural tourism menjadikan pertanian dan lahannya sebagai fondasi, yaitu dasar semua daya tarik yang dibangun diatasnya.

Menteri Pertanian dan Menteri Pariwisata, Pos, dan Telekomunikasi dalam Surat Keputusan yang dikeluarkannya yaitu Nomor 204/KPTS/HK/050/4-/1989 dan Nomor KM.47/PW.DOW/MPPT/89 tentang Koordinasi Pengembangan Wisata Agro, dideskripsikan sebagai salah satu bentuk kegiatan pariwisata yang memanfaatkan usaha pertanian untuk obyek wisata yang bertujuan sebagai memperluas pengetahuan, rekreasi, perjalanan, beserta hubungan usaha di bidang pertanian.

Menurut Ahmadi, pengelolaan agrowisata harus mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut: (2017:36) a. Pengaturan tatanan alaminya, yaitu berdasarkan

kultur historis, keunikan sumber daya biofisik

alamnya, perlindungan sumber daya alam atau budaya masyarakat.

b. Nilai edukatif, objek wisata dan masyarakat sekitar yang ada di dalamnya merupakan sumber pengetahuan bagi wisatawan. Oleh karena itu, nilai kearifan lokal harus tetap dijaga dan dilindungi,

b. Nilai edukatif, objek wisata dan masyarakat sekitar yang ada di dalamnya merupakan sumber pengetahuan bagi wisatawan. Oleh karena itu, nilai kearifan lokal harus tetap dijaga dan dilindungi,

Dokumen terkait