• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VI PENUTUP

D. Saran

1. Peneliti menyadari masih banyak kekurangan dalam penelitian ini, terutama dalam menggali data tentang strategi dalam membangun kemandirian Masjid dan implikasi strategi tersebut dilapangan. Mengingat progam ini masih awal dijalankan dan belum banyak dikenal masyarakat. Harapan bagi peneliti selanjutnya mampu menggali lebih dalam diaspek strategi dan implikasi strategi tersebut bahkan lebih baik lagi jika meneliti pengaruh strategi kemandirian Masjid dengan respon stakeholder sehingga mampu menghasilkan penelitian lebih baik lagi

2. Bagi pihak pengurus Masjid Cheng Hoo meskipun strategi kemandirian Masjid ini berjalan masih pada tahap awal, namun beberapa usaha sudah terlihat berjalan

dan beberapa jama’ah merespon positif adanya usaha tersebut. Peneliti

merekomendasikan pihak pengurus Masjid Cheng Hoo untuk melakukan kunjungan ke Masjid yang telah sukses mewujudkan kemandirian Masjid. Sehingga dapat belajar tantangan apa saja yang akan dihadapi dan cara menghadapi dalam mewujudkan kemandirian Masjid tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Afriani,Tinah, “Manajemen Pengembangan ekonomi dan Pengaruhnya Terhadap

Kemandirian Masjid (Study kasus Masjid Agung Sunda kelapa

Jakarta.” Skripsi--UIN Syarifhidayatuallah , Jakarta, 2005 Al-Qur’an Surat Al-Jinn : 18

Al-Qur’an surat Al-Qashash : 77 Al-qur’an surat Ar-Rad’ ayat 11

Al-qur’an surat As-Sad ayat 27 Al-Qur’an Surat At-Taubah : 18

Ardi,Ibnu Banyu, “Peranan Bidang usaha dalam Kemandirian Masjid Ittihadul

Muhajirin Pamulang.”Skripsi—UIN Syarifhidayatuallah,2013

Arifianto, Taufan, “Analisis SWOT: Perumusan Strategi bidang Tablig dan Kaderisasi

Muhammadiyah pada Tanfidz Muktamar ke-46”, jurnal kajian &

pengembangan manajemen Dakwah Vol. 06 no 02, desember 2016 Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian (suatu pendekatan praktik). Jakarta : PT.

Rineka Cipta, 2010.

Ayub, Mohammad E. Manajemen Masjid: petunjuk praktis bagi para pengurus. Jakarta: Gema Insani Press, 1996

Ayub,Moh. E. Manajemen Masjid. Jakarta :Gema Insani,1996.

Aziz Muslim, “Manajemen Pengelolaan Masjid“Aplikasia, Jumal Aplikasi llmu-ilmu Agama, Vol. V, No. 2, Desember 2004.

Azizy, Qodri. Membangun pondasi Ekonomi Umat. Yogyakarta : pustaka Pelajar, 2004

Dalmeri,”Revitalisasi fungsi Masjid sebagai pusat ekonomi dan dakwah multi

kultural”, walisongo, volume 22 no 2, November 2014

Fahruzzaman, “Pembelajaran Kemandirian Berbasis Kearifan Local di MTS. Daarul

Ishlah Desa Tombo, Kecamatan Bandar, Kabupaten Batang.” Skripsi -Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Pekalongan,2015

Gazalba Sidi.Mesjd Pusat Ibadat dan Kebudayaan Islam. Pustaka Al-Husna : Jakarta, 1989.

Hasan, Muhammad Tholhah. Islam dan Masalah Sumber daya Manusia. Jakarta : Lantabora Press , 2003

Johnson, David Faulker dan Gerry. Strategi Manajemen. Jakarta :Gramedia, 1992

Khobir, Abdul, “Pendidikan Agama Islam di Era Globalisasi”, Forum Tarbiyah Vol.7,

No.1, Juni 2009

Khotimah, Khusnul, “Islam dan Globalisasi: Sebuah Pandangan tentang Universalitas

Islam”, Komunika, Vol.3,No.1 Januari-Juni, 2009

Khotimah, Nurul, “Komodifikasi Masjid : Upaya membangun Brand Equity”. thesis -UIN Sunan Ampel Surabaya, 2016

Lidwa Pustaka Sofware 9 ulama hadist

Majalah dwibulanan chenghoo edisi 87 15 agustus-15 oktober 2016

Munir, M. dan Wahyu illahi, Manajemen Dakwah,.Jakarta : Kencana, 2006.

Muttaqin, Rizal, “Kemandirian dan Pemberdayaan Ekonomi Berbasis Pesantren”

jurnal ekonomi syariah Indonesia, Vol. I, no. 2, Desember 2011. Nawawi, Ismail, Manajemen Strategik Sektor Publik. Surabaya :ITS Press, 2010.

Pertiwi, Ruspita Rani, “Manajemen Dakwah Berbasis Masjid” Jurnal MD Vol I No.

1,Juli-Desember 2008.

Sekilas tentang Masjid Muhammad Cheng Hoo Surabaya, cetakan ke-8

Shihab, M. Quraish, Tafsir Al-Misbah: pesan, kesan dan keserasian Al-Qur’an. Jakarta

: Lentera Hati, 2002.

Sinn, Ahmad Ibrahim Abu, Manajemen Syariah sebuah kajian historis dan kontemporer. Jakarta : Rajawali pers ,2012.

Sugiyono. Metode penelitian kuantitatif, kualitatif dan R&D. Bandung :Alfabeta, 2012

Suharman, “Pengembangan Skala Kemandirian”, Persona, Jurnal Psikologi Indonesia,

September 2012, vol.1, No.2,

Suherman,Eman.Manajemen Masjid.ALFABETA: Bandung,2012.

Sutarmadi,Ahmad. Manajemen Masjid Kontemporer. Jakarta Timur : Media Bangsa, 2012.

Syaefuallah, Ernie Trisnawati sule & Kurniawan, Pengantar Manajemen. Jakarta : Kencana 2005 edisi pertama

Terjemahan Departermen Agama RI, Al-Hikmah Al-Qur’an dan Terjemahannya ,

Bandung: Diponegoro,2014. Internet

Agung Sasongko, “Dana Infak Belum Tutupi Biaya Operasional Masjid”,

http://khazanah.republika.co.id/berita/dunia-Islam/Islam- nusantara/14/09/17/nc0qs5-dana-infak-belum-tutupi-biaya-operasional-Masjid. Asp (13 desember 2016)

Hafidz muftisany, “Buka Unit Usaha”, http://www.republika.co.id/berita/koran/dialog-jumat/15/08/21/ntfd0l3-buka-unit-usaha. Asp (13 Desember 2016) http://kbbi.web.id/mandiri

http://surabaya.bisnis.com/read/20150718/17/82023/ini-dia-kembaran-Masjid-tertua-niu-jie-tiongkok-di-surabaya diakses pada 2 juni 20

https://en.wiktionary.org/wiki/داز آyang diakses tgl. 7 mei 2017 https://en.wiktionary.org/wiki/ﻞ ﻘﺘـــــﺴ ﻣ yang diakses tgl. 7 mei 2017

Nurmulia Rekso Purnomo, “Keberadaan Masjid Harus Bisa Memakmurkan Umat”,

dalam http://www.tribunnews.com/regional/2015/03/29/keberadaan-Masjid-harus-bisa-memakmurkan-umat. 29 maret 2015. Asp. 21 Desember 2016

Ridwan Aji Pitoko, “Masjid-Masjid Terbesar, Termegah, dan Termahal di Indonesia

(I)”,dalam

http://properti.kompas.com/read/2016/06/07/140554221/MasjidMasj id.terbesar.termegah.dan.termahal.di.indonesia.i(selasa,7 juni 2016), asp. 21 Desember 2016

STRATEGI PENGEMBANGAN MASJID CHENG HOO BERBASIS KEMANDIRIAN

Dian marjayanti NIM. F12915287

I

Ditengah tantangan dakwah di era globalisasi yang semakin lama semakin kompleks dan seiring dengan bertambahnya jumlah Masjid, diharapkan Masjid juga mampu untuk mengembangkan fungsinya bukan hanya sebagai tempat ibadah, melainkan pusat kajian Islam, pendidikan, budaya, pemersatu bangsa dan bahkan pusat ekonomi yang mampu mengembangkan kesejahteraan bagi jamaah dan masyarakat disekitar Masjid.

Perlu upaya pengelolaan Masjid secara termanajemen mulai dari menetapkan visi dan misi Masjid, rencana progam kegiatan Masjid yang sesuai kebutuhan pasar, menempatkan dan mengembangkan pengurus Masjid yang memiliki kapabilitas dan demokratis, mengelola asset Masjid serta melakukan control dan pengendalian dalam menjalankan progam Masjid

Bentuk pengelolaan Masjid yang professional mulai dari pengkayaan progam di Masjid, mengembangkan kualitas dan kompensasi bagi pengurus Masjid, memperbaiki sarana dan infrastruktur Masjid serta membayar pengisi kajian tentu saja membutuhkan biaya. Kekurangan dana akan menyebabkan terhambatnya salah satu progam.

Untuk membiayai segala operasional Masjid, mayoritas sumber dana berasal dari infak jamaah, penggalian dana di pinggir jalan, kotak amal yang tidak menentu dan bantuan dana social dari pemerintah yang harus dibagi dengan progam lainnya. Jika mengandalkan sumber dana tersebut saja, tentu tidak mencukupi untuk menutupi biaya operasional yang besar. Akibatnya mereka tidak mampu melakukan pengembangan Masjid bahkan hingga memberdayakan masyarakat disekitar Masjid.

Dalam memenuhi kebutuhan Masjid saat ini dan demi pengembangan dimasa yang akan datang, maka pengurus Masjid dituntut untuk memiliki kemandirian dalam hal dana atau yang disebut dengan pengembangan Masjid berbasis kemandirian. Artinya Masjid dituntut untuk memiliki kemampuan untuk membiayai kebutuhannya sendiri.

Masjid Cheng Hoo Surabaya merupakan salah satu masjid yang sedang menggalakan progam kemandirian masjid. Yang bukan hanya mengandalkan infak dan zakat untuk memenuhi kebutuhan operasional Masjid melainkan juga terdapat beberapa usaha untuk mendukung progam tersebut.

Rumusan masalah penelitian ini adalah bagaimana konsep kemandirian masjid yang seang dijalankan masjid Cheng Hoo Surabaya, bagaimana strategi membangun masjid berbasis kemandirian dan bagaimana implikasi strategi tersebut bagi stakeholder.

Tujuan dari penelitian ini untuk memahami wujud kemandirian yang hendak dibangun Yayasan haji Muhammad Cheng Hoo Surabaya, strategi dan implikasi strategi tersebut bagi stakeholder YHMCHI

II

Pengembangan masjid

Pengembangan masjid adalah upaya / proses mengoptimalkan aspek bangunan, tujuan / fungsi dan kegiatan yang ada dimasjid. Dimana ketiga aspek tersebut bukanlah hal yang berdiri sendiri melainkan saling berkaitan satu sama lain. Untuk mengoptimalkan tujuan Masjid, maka butuh adanya sebuah kegiatan Masjid yang senantiasa harus dihidupkan. Dan untuk menghidupkan kegiatan tersebut, maka perlu adanya bangunan dan sarana pendukung didalamnya yang memadai bagi pelaksanaan

kegiatan Masjid. Sehingga ketika bangunan dan kegiatan berjalan maka tujuan Masjid akan mampu teroptimalisasi.

Kemandirian masjid

Ditinjau dari kamus besar bahasa Indonesia kemandirian berasal dari kata

“mandiri” yang artinya dalam keadaaan dapat berdiri sendiri, tidak bergantung pada

orang lain. Burnadib, mendefinisikan kemandirian sebagai suatu keadaan ketika seseorang memiliki hasrat bersaing untuk maju demi kebaikan dirinya, mampu mengambil keputusan dan inisiatif untuk mengatasi masalah, memiliki kepercayaan diri dalam mengerjakan tugasnya dan bertanggung jawab terhadap apa yang dilakukannya. dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa kemandirian adalah suatu kondisi dimana seseorang merasa mampu mengambil insiatif, menjalankan semua tugasnya dan mengambil tanggung jawab atasnya tanpa bantuan orang lain, dengan menggunakan sumber daya yang mereka miliki.

Menurut Hetherington, Suharman dan Beller dapat disimpulkan beberapa karakteristik seseorang memiliki kemandirian bilamana : (1) dia memiliki insiatif sendiri,(2) mampu bertindak sendiri dan memecahkan masalah sendiri, (3) menggunakan segala sumber daya yang dia miliki tanpa bantuan orang lain, (4) mampu mengambil resiko apa yang akan dia hadapi dengan kesadaran diri tanpa paksaan, dan (5) tentunya dia adalah orang yang paham tentang tugas dan tanggung jawab apa yang harus dia lakukan sehingga dia enggan untuk memberikannya pada orang lain.

Menurut Robert havighutst menurut beliau kemandirian ekonomi, yaitu kemampuan mengatur ekonomi sendiri dan tidak tergantungnya kebutuhan ekonomi pada orang lain. Maka yang dimaksud kemandirian Masjid adalah keadaan sebuah Masjid mampu membiayai segala kebutuhan dalam menjalankan fungsinya dengan memanfaatkan segala sumber daya yang dimilikinya.

Maka, ciri-ciri dikatakan Masjid baik ditinjau dari pendekatan ilmuan barat dan Islam meliputi : Pengurus didalam Masjid tersebut senatiasa memiliki berbagai inovasi dan inisiatif sendiri, senantias menggunakan cara yang halal dalam melakukan usaha,

memiliki komitmen usaha yang dilakukan untuk pengembangan masjid bukan pribadi, senantiasa meningkatkan kualitas diri, memiliki rasa tanggung jawab untuk menjalankan visi dan misi tersebut sendiri.

Perumusan strategi

Manajemen strategi adalah bukanlah hanya sebuah konsep melainkan sebuah alat yang harus dimiliki organisasi dalam mencapai tujuan organisasi secara efektif dan efisien. Dengan melalui berbagai langkah yang sistematis dan komperhensif karena manajer beserta SDMnya dituntut untuk menganalisa kondisi internal dan eksternal yang senantiasa bersifat dinamis, demi menghasilkan sebuah strategi yang tepat hingga mengoperasionalkan strategi tersebut sesuai rencana. Langkahnya meliputi : perumusan startegi, menerapkan strategi dan penilaian strategi.

Menurut Fred R. david strategi adalah sebuah sarana dalam mencapai tujuan jangka panjang yang hendak dicapai. Sementara menurut Griffin strategi bukanlah sekedar sarana melainkan sebagai sebuah rencana komprehensif untuk mencapai tujuan organisasi. dapat disimpulkan bahwa strategi adalah sebuah sebuah sarana untuk mencapai tujuan organisasi baik yang sifatnya jangka pendek dan jangka panjang.

Tahapan perumusan strategi meliputi : (1) memahami visi,misi dan tujuan, (2) audit eksternal yakni memeta faktor eksternal yang memiliki pengaruh terhadap pencapaian visi,misi dan tujuan, (3) audit internal yakni memeta faktor internal yang memiliki pengaruh terhadap pencapaian visi, misi dan tujuan, (4) menciptakan, mengevaluasi dan memilih strategi, (5) keputusan strategi.

III

Penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif kualitatif, karena hasil penelitian ini hendak memaparkan konsep kemandirian masjid, strategi proses pengembangan Masjid berbasis kemandirian yang dimiliki Yayasan Haji Muhammad Cheng Hoo Surabaya baik yang telah terlaksana maupun yang akan dijalankan pada tahun 2017 dan implikasinya bagi stakeholder.

Sumber data dalam penelitian ini yakni : Ketua YHMCHI yakni Bapak Abd. Nurawi dan Bapak Soebiantoro selaku penggagas konsep, Ketua harian YHMCHI yakni Ust. Hasan Basri selaku pelaksana konsep dan Bapak Haryono Ong selaku takmir

masjid yang banyak bersinggungan dengan para jama’ah.

Metode penelitian dalam mengumpulkan data yakni : wawancara semisturktural, dokumentasi majalah dan foto kegiatan pelaksanaan strategi pengembangan masjid berbasis kemandirian yang dilakukan YHMCHI dan observasi.

Untuk menganalisa data melalui 2 tahap yakni (1) analisis data sebelum dilapangan meliputi studi pendahuluan (2) analisis data lapangan hingga akhir kesimpulan, meliputi proses memilah data yang diperlukan dan mana yang tidak sesuai dengan instrumen, menyajikan data sesuai dengan klasifikasi rumusan masalah dan penarikan kesimpulan. Untuk menguji kredibilitas data yang didapat peneliti menggunakan teknik triangulasi sumber dan metode.

IV

Masjid Cheng Hoo merupakan masjid pertama di Indonesia yang menggunakan nama Tionghoa dan memiliki arsitektur unik. Hal ini menunjukkan bahwa masjid Cheng Hoo terbuka bagi siapa saja, dari ras manapun, agama manapun, dan tidak memihak pada aliran manapun. Visi dan misi masjid Cheng Hoo adalah meningkatkan ketaqwaan umat muslim terhadap Tuhan dan wadah penyatu atau media komunikasi antara berbagai etnis, terutama Tionghoa dan pribumi.

Fungsi masjid Cheng Hoo ada;ah sebagai tempat peribadatan, media silaturahmi berbagai etnis, tempat belajar agama Islam, wisata religi dan meningkatkan ekonomi untuk menunjuang operasional masjid dan karyawannya. Progam yang dimilikinya meliputi : pembinaan muallaf, kajian rutin, fasilitas kesehatan (rumah sehat Cheng Hoo), Sekolah Play group dan Sekolah dasar terpadu, progam social, ekonomi masjid (koperasi, kantin), fasilitas masjid lainnya.

Konsep kemandirian di Masjid Cheng Hoo dipengaruhi oleh beberapa hal : Munculnya kesadaran dari para pengurus, agar tidak terlalu bergantung pada sumbangan donatur , Keinginan dari para pendiri sebagai generasi muda untuk giat bekerja, kreatif dan inovatif dalam mengembangkan Masjid melebihi prestasi para pendiri terdahulu dan Membangun citra positif ajaran Islam bahwa Islam merupakan agama yang memberikan rahmat bagi umat manusia, bukan agama yang mengajarkan umatnya untuk meminta-minta dan senantiasa menerima pemberian saja.

Hal pertama yang dilakukan masjid Cheng Hoo untuk membangun kemandirian masjid adalah menanamkan komitmen para pengurus mendirikan usaha yang tidak berorintasi mencari keuntungan semata melainkan mampu memberdayakan masyarakat. Komitmen tersebut senantiasa dibangun disetiap forum silaturahmi yang diadakan pada hari jumat.

Kedua, merencanakan progam usaha kemandirian masjid. Ide awalnya berasal dari Bapak. Abd. Nurawi dan Bapak Soebiantoro untuk selanjutnya didiskusikan dengan pengurus lainnya melalui forum silaturahmi.

Ketiga, membangun kerjasama dengan pihak donatur baik muslim ataupun non muslim. Semua dilakukan melalui proses silaturahmi rutin yang diadakan tiap 3 bulan sekali. Disana pengurus menyampaikan progam kemandirian yang akan dijalankan dan manfaat apa yang akan didapatkan oleh donatur jika terlibat dalam progam tersebut.

Keempat, membangun kerjasama dengan pihak pesantren dan UKM yang akan diberdayakan. Diawali dengan kunjungan Ketua YHMCHI menemui pengurus pesantren dan menyampaikan progam kerjasama yang akan dijalankan serta manfaat progam tersebut bagi pengembangan pesantren.

Kelima, membangun kesiapan SDM dengan memberikan pelatihan yang melibatkan para ahli dibidangnya, merekrut dan menempatkan SDM sesuai kemampuan dan membangun pemikiran untuk menjadi usahawan yang tetap berpegang teguh pada nilai ajaran Islam.

Keenam, memantau perkembangan usaha ditiap pesantren untuk mengetahui kemajuan dan kemunduran, masalah yang dihadapi sehigga dapat diambil pemecahan masalah.

Dengan adanya progam tersebut memiliki beberapa implikasi yakni : (1) bagi pondok pesantren mampu memberikan sumber pendapatan tambahan bagi pesantren dan meningkatkan kesejahteraan bagi pesantren, santri serta keluarganya, (2) bagi UKM kue mampu mengembangkan usahanya secara professional, senantiasa eksis dan bersaing dengan perusahaan kue lainnya, (3) bagi donatur (pengusaha) terbangun silaturahmi, terbangun kepercayaan dan citra positif terhadap masjid Cheng Hoo (4) bagi pengurus Masjid sendiri terbangun citra positif dan meningkatkan pendapatan.

V

Jika ditinjau dalam konsep kemandirian masjid, upaya yang dilakukan YHMCHI memenuhi semua kriteria lembaga yang mandiri, yakni senantiasa berinisiatif dan berinovatif salah satunya membangun peternakan sapi, memiliki semangat untuk melakukan usaha lebih baik dari sebelumnya melalui ide membangun konsepholding company, memiliki usaha bukan hanya mencari keuntungan namun juga memberdayakan masyarakat seperti rumah sehat Cheng Hoo dan syiar Islam melalui pembangunan masjid Cheng Hoo di berbagai wilayah di Indonesia, senantiasa meningkatkan kualitas SDM dengan melibatkan para pakar, adanya komitmen baik pimpinan hingga bawahan yang senantiasa dibangun melalui forum silaturahmi jumat. Selain itu, progam yang dimiliki masjid Cheng Hoo jika ditinjau dari konsep pengembangan masjid meliputi : (1) pengembangan aspek fisik berupa pembangun masjid Cheng Hoo di berbagai wilayah Indonesia dan memperbaiki fasilitas masjid (2) pengembangan tujuan atau fungsi sebagai sarana ibadah, pendidikan, wisata religious, kesehatan, wadah pemersatu, (3) pengembangan kegiatan yang sinergis dengan tujuan

mengesampingkan aspek kemenarikan dari kegiatan yang diadakan (spiritual entrepreneur).

Lahirnya strategi kemandirian masjid tentu berpijak dari berbagai pertimbangan. Jika ditinjau dari teori perumusan strategi dapat ditemukan beberapa langkah dalam menetapkan strategi yakni : (1) pengurus memahami visi, misi dan tujuan kemandirian dimana masjid mampu mengoptimalkan sumber dayanya untuk memperoleh pendapatan tambahan dan memberikan manfaat bagi masyarakat, (2) pengurus Cheng

Hoo memetakan kondisi eksternal meliputi kebutuhan jama’ah baik remaja, orang tua,

donatur dan UKM, kondisi lingkungan makro, (3) pengurus juga melakukan pemetaan kondisi internal meliputi kepemimpinan dan sumber daya yang dimiliki ketua yayasan, pengurus, dana dan infrastuktur, (4) pengurus melakukan pembacaan kondisi internal dan eksternal manakah yang menjadi kekuatan—kelemahan, peluang atau ancaman sehingga melahirkan strategi (5) strategi tersebut lantas dibahas dengan pengurus lainnya sehingga terbangun keputusan strategi yang disepakati.

IV

Penelitian ini menghasilkan beberapa kesimpulan : (1) konsep kemandirian masjid Cheng Hoo adalah menjadi pesinergi antara donatur dengan masyarakat melalui usaha yang bernilai ekonomi dan sosial. (2) Pengurus Masjid Cheng Hoo memiliki beberapa strategi yakni: membangun komitmen pengurus, membuat rencana usaha bisnis, membangun kerja sama dengan donatur, UKM dan pesantren, menyiapkan sumber daya manusia dan memantau perkembangan Usaha. (3) Implikasi startegi tersebut memiliki dampak positif baik bagi donatur, pesantren, UKM dan pengurus Masjid Cheng Hoo sendiri.

Diharapkan penelitian ini berguna bagi pengembangan penelitian selanjutnya. Dan bagi para pengurus Masjid Cheng Hoo, dapat melakukan kunjungan ke Masjid lain yang telah menerapkan konsep kemandirian masjid sehingga dapat mengambil pelajaran dari pengalaman mereka.

Dokumen terkait