Di dalam BAB Penutup terdiri dari : Kesimpulan dan Saran. DAFTAR PUSTAKA
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Letak sungsang
1. Pengertian
Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak memanjang dengan kepala di fundus uteri dan bokong berada di bagian bawah kavum uteri. Letak sungsang adalah janin terletak memanjang dengan kepala di fundus uteri dan bokong dibagian bawah kavum uteri. Pada letak sungsang, berturut-turut lahir bagian-bagian yang makin lama making besar dimulai dari lahirnya bokong, bahu, kemudian kepala (Prawirohardjo, 2013; Sukarni, 2013).
Berdasarkan pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa letak sungsang merupakan keadaan dimana jani terletak memanjang dan semakin besar dimulai dari lahirnya bokong, bahu dan kepala.
2. Klasifikasi Letak Sungsang
a. Presentasi bokong murni (frank breech)
Didiagnosis jika ekstremitas bawah menekuk pada sendi panggul dan terekstensi di lutut, bengan kaki berada di dekat kepala janin
b. Presentasi bokong kaki sempurna (complete breech)
Yaitu letak sungsang dimana kedua kaki dan tangan menyilang sempurna dan di samping bokong dapat diraba kedua kaki.
c. Presentasi bokong kaki tidak sempurna (incomplete breech)
Yaitu letak sungsang dimana hanya satu kaki di samping bokong, sedangkan kaki yang lain terangkat ke atas. (Kenneth, 2009).
3. Etiologi
Adapun penyebab presentasi bokong (letak sungsang) antara lain: a. Faktor dari ibu dapat disebabkan oleh beberapa keadaan, yaitu:
1) Plasenta previa
2) Bentuk rahim yang abnormal 3) Panggul sempit
4) Multiparitas
5) Adanya tumor pada rahim
6) Implantasi plasenta di fundus yang memicu terjadinya letak bokong b. Faktor dari janin dapat disebabkan oleh keadaan seperti:
1) Hidrosefalus atau anasefhalus 2) Kehamilan kembar
3) Hidramnion 4) Prematuritas. (Winkjosastro, 2008).
4. Patofisiologi
Letak janin dalam uterus bergantung pada proses adaptasi janin terhadap ruangan dalam uterus. Pada kehamilan sampai kurang lebih 32 minggu, jumlah air ketuban relatif lebih banyak, sehingga memungkinkan janin bergerak dengan leluasa. Dengan demikian janin dapat menempatkan diri dalam presentasi kepala, letak sungsang atau letak lintang.
Pada kehamilan triwulan terakhir janin tumbuh dengan cepat dan jumlah air ketuban relatif berkurang. Karena bokong dengan kedua tungkai terlipat lebih besar daripada kepala, maka bokong dipaksa untuk menempati ruang yang lebih luas di fundus uteri, sedangkan kepala berada ruangan yang lebih kecil di segmen bawah uterus. Dengan demikian dapat dimengerti mengapa pada kehamilan belum cukup bulan, frekuensi letak sungsang lebih tinggi, sedangkan pada kehamilan cukup bulan, janin sebagian besar ditemukan dalam presentasi kepala.
(Winkjosastro, 2008).
5. Manifestasi Klinis
a. Pergerakan anak terasa oleh ibu dibagian perut bawah dibawah pusat dan ibu sering merasa benda keras (kepala) mendesak tulang iga.
c. Punggung anak dapat teraba pada salah satu sisi perut dan bagian-bagian kecil pada arah yang berlawanan. Diatas sympisis teraba bagian yang kurang budar dan lunak.
d. Bunyi jantung janin terdengar pada punggung anak setinggi pusat. (Hidayat, 2009)
6. Cara persalinan letak sungsang :
a. Persalinan spontan (spontaneous breech)
Yaitu janin dilahirkan dengan kekuatan dan tenaga ibu sendiri (cara
bracht). Pada persalinan spontan bracht ada 3 tahapan yaitu tahapan
pertama yaitu fase lambat, fase cepat, dan fase lambat. Berikut ini prosedur melahirkan secara bracht :
1) Ibu dalam posisi litotomi, sedang penolong berdiri di depa vulva. 2) Saat bokong membuka vulva , dilakukan episiotomi. Segera setelah
bokong lahir, bokong di cengkeram secara bracht yaitu kedua ibu jari penolong sejajar sumbu panjang paha sedangkan jari-jari lain memegang panggul.
3) Pada waktu tali pusat lahir dan tampak teregang, segera kendorkan tali pusat tersebut
4) Penolong melakukan hiperlordosis pada badan janin dengan cara punggung janin didekatkan ke perut ibu. Penolong hanya mengikuti gerakan ini tanpa melakukan tarikan.
5) Dengan gerakan hiperlordosis ini berturut-turut lahir pusar, perut, bahu dan lengan, dagu, mulut, dan akhirnya seluruh kepala.
b. Manual aid
Yaitu janin dilahirkan sebagian dengan tenaga dan kekuatan ibu dan sebagian lagi dengan tenaga penolong. Pada persalinan dengan cara manual aid ada 3 tahapan yaitu : tahap pertama lahirnya bokong sampai pusar yang dilahirkan dengan kekutan ibu sendiri, tahap kedua lahirnya bahu dan lengan yang memakai tenaga penolong dengan cara klasik, mueller, lovset, tahap ketiga lahirnya kepala dengan memakai cara
mauriceau dan forceps piper.
Berikut ini cara melahirkan bahu dan lengan pada letak sungsang dengan cara klasik :
1) Kedua kaki janin dipegang dengan tangan kanan penolong pada pergelangan kakinya dan dielevasi ke atas sejauh mungkin sehingga perut janin mendekati perut ibu.
2) Bersamaan dengan itu tangan kiri penolong dimasukkan ke dalam jalan lahir dengan jari telunjuk menelusuri bahu janin sampai pada
fossa cubiti kemudian lengan bawah dilahirkan dengan gerakan
3) Untuk melahirkan lengan depan, pegangan pada pergelangan kaki janin diganti dengan tangan kanan penolong dan ditarik curam ke bawah sehingga punggung janin mendekati punggung ibu. Dengan cara yang sama lengan dapat dilahirkan.
Gambar 2.2 Pengeluaran Lengan Secara Klasik (Prawirohardjo, 2013).
Berikut ini melahirkan bahu dan lengan pada letak sungsang dengan
cara mueller :
a) Badan janin dipegang secara femuro-pelvis dan sambil dilakukan traksi curam ke bawah sejauh mungkin sampai bahu depan di bawah simfisis dan lengan depan dilahirkan dengan mengait lengan di bawahnya.
b) Setelah bahu dan lengan depan lahir, maka badan janin yang masih dipegang secara femuro-pelvis ditarik ke atas sampai bahu belakang lahir.
Gambar 2.3 Pengeluaran Lengan Secara Muller (Prawirohardjo, 2013)
Berikut ini melahirkan bahu dan lengan dengan cara lovset :
a) Badan janin dipegang secara femuro-pelvis dan sambil dilakukan traksi curam ke bawah badan janin diputar setengah lingkaran, sehingga bahu belakang menjadi bahu depan.
b) Sambil melakukan traksi, badan janin diputar kembali ke arah yang berlawanan setengah lingkaran demikian seterusnya bolak-balik sehingga bahu belakang tampak di bawah simfisis dan lengan dapat dilahirkan.
Gambar 2.4 Pengeluaran Lengan Secara Lovset (Prawirohardjo, 2013)
Berikut ini melahirkan kepala dengan cara mauriceau :
a) Tangan penolong yang sesuai dengan muka janin dimasukkan ke dalam jalan lahir.
b) Jari tengah dimasukkan ke dalam mulut dan jari telunjuk serta jari ke empat mencengkeram fossa canina sedangkan jari yang lain mencengkeram leher.
c) Badan anak diletakkan di atas lengan bawah penolong seolah-olah janin menunggang kuda. Jari telunjuk dan jari ke tiga penolong mencengkeram leher janin dari arah punggung.
d) Kedua tangan penolong menarik kepala janin curam ke bawah sambil seorang asisten melakukan fundal pressure.
e) Saat suboksiput tampak di bawah simfisis, kepala janin dielevasi ke atas dengan suboksiput sebagai hipomoklion sehingga berturut-turut lahir dagu, mulut, hidung, mata, dahi, ubun-ubun besar dan akhirnya seluruh kepala.
Gambar 2.5 Pengeluaran Kepala Secara Mauriceau (Prawirohardjo, 2013)
c. Ekstraksi Sungsang
Yaitu janin dilahirkan seluruhnya dengan memakai tenaga penolong. Ekstraksi sungsang dilakukan jika ada indikasi dan memenuhi syarat untuk mengakhiri persalinan serta tidak ada kontra indikasi. Indikasi ekstraksi sungsang yaitu gawat janin, tali pusat menumbung, persalinan macet.
Cara ekstraksi kaki :
1) Bila kaki masih terdapat di dalam vagina, tangan operator yang berada pada posisi yang sama dengan os sacrum dimasukkan dalam vagina untuk menelusuri bokong, paha sampai lutut guna mengadakan abduksi paha janin sehingga kaki janin keluar. Selama melakukan tindakan ini, fundus uteri ditahan oleh tangan operator yang lain.
2) Bila satu atau dua kaki sudah berada di luar vulva, maka dipegang dengan dua tangan operator pada betis dengan kedua ibu jari berada punggung betis. Lakukan traksi ke bawah. Setelah lutut dan sebagian paha keluar, pegangan dialihkan pada paha dengan kedua ibu jari pada punggung paha.
3) Dilakukan traksi ke bawah lagi (operator jongkok) dengan tujuan menyesuaikan arah traksi dengan sumbu panggul ibu.
Cara ekstraksi bokong
a) Lakukan periksa dalam vagina untuk memastikan titik penunjuk (ossacrum).
b) Jari telunjuk tangan operator yang berhadapan dengan os sacrum dikaitkan pada lipat paha depan janin. Kemudian dilakukan ekstraksi curam kebawah.
c) Bila trokanter depan sudah berada di bawah simfisis, jari telunjuk tangan operator yang lain dipasang pada lipat paha belakang untuk membantu traksi sehingga bokong berada di luar vulva.
d) Arah ekstraksi berubah ke atas untuk mengeluarkan trokanter belakang.
e) Ekstraksi kemudian mengikuti putaran paksi dalam. f) Bila pusat sudah berada di luar vulva, dikendorkan.
g) Ekstraksi diteruskan dengan cara menempatkan kedua tangan pada bokong janin dengan kedua ibu jari berada di atas sacrum dan jari-jari kedua tangan berada di atas lipat paha janin.
h) Ekstraksi dilakukan dengan punggung janin di depan, kemudian mengikuti putaran paksi dalam bahu, salah satu bahu akan ke depan. i) Setelah ujung tulang belikat terlihat dilakukan periksa dalam vagina
untuk menentukan letak lengan janin, apakah tetap berada di depan dada, menjungkit atau di belakang tengkuk. Pada ekstraksi bokong sampai tulang belikat sering diperlukan bantuan dorongan kristeller. (Prawirohardjo, 2010).
7. Komplikasi persalinan letak sungsang a. Komplikasi pada ibu
1) Perdarahan
2) Robekan jalan lahir 3) Infeksi
b. Komplikasi pada bayi
1) Asfiksia bayi, dapat disebabkan oleh :
a) Kemacetan persalinan kepala (aspirasi air ketuban-lendir) b) Perdarahan atau edema jaringan otak
c) Kerusakan medula oblongata d) Kerusakan persendian tulang leher e) kematian bayi karena asfiksia berat. 2) Trauma persalinan
a) Dislokasi-fraktur persendian, tulang ekstremitas
b) Kerusakan alat vital : limpa, hati, paru-paru atau jantung
c) Dislokasi fraktur persendian tulang leher : fraktur tulang dasar kepala; fraktur tulang kepala ; kerusakan pada mata, hidung atau telinga ; kerusakan pada jaringan otak.
3) Infeksi, dapat terjadi karena : a) Persalinan berlangsung lama
b) Ketuban pecah pada pembukaan kecil c) Manipulasi dengan pemeriksaan dalam.
8. Pemeriksaan Diagnosis
a. Tes pranatal : Dapat memastikan
polihidramnion, janin besar atau gestasi multiple
b. Ultrasound atau pelvimetri sinar X : Mengevaluasi arsitektur pelvis, presentasi janin, posisi dan formasi.
9. Penatalaksanaan a. Sewaktu Hamil
Yang terpenting ialah usaha untuk memperbaiki letak sebelum persalinan terjadi dengen versi luar. Tehnik :
1) Sebagai persiapan :
a) Kandung kencing harus dikosongkan b) Pasien ditidurkan terlentang
c) Bunyi jantung anak diperiksa dahulu
d) Kaki dibengkokan pada lutu dan pangkal paha supaya dinding perut kendor.
2) Mobilisasi : bokong dibebaskan dahulu
3) Sentralisasi : kepala dan bokong anak dipegang dan didekatkan satusama lain sehingga badan anak membulat dengan demikian anak mudah diputar.
4) Versi : anak diputar sehingga kepala anak terdapat dibawah. Arah pemutaran hendaknya kearah yang lebih mudah yang paling sedikit tekanannya. Kalau ada pilihan putar kearah perut anak supaya tidak terjadi defleksi. Setelah versi berhasil bunyi jantung anak diperiksa lagi dan kalau tetap buruk anak diputar lagi ketempat semula.
5) Setelah berhasil pasang gurita, observasai tensi, DJJ, serta keluhan.]
b. Pimpinan Persalinan 1) Cara berbaring :
a) Litotomi sewaktu inpartu b) Trendelenburg
c) Melahirkan bokong :
d) Mengawasi sampai lahir spontan e) Mengait dengan jari
f) Mengaik dengan pengait bokong g) Mengait dengan tali sebesar kelingking.
c. Ekstraksi kaki
Ekstraksi pada kaki lebih mudah. Pada letak bokong janin dapat dilahirkan dengan cara vaginal atau abdominal (seksio sesarea)
B. Konsep Fisiologi Nifas 1. Pengertian
Puerperium (masa nifas) adalah periode pemulihan dari perubahan anatomis dan fisiologis yang terjadi selama kehamilan. Puerpurium atau periode pasca persalinan umumnya berlangsung selama 6-12 minggu setelah kelahiran anak (Hutahaean, 2009).
Sedangkan menurut Prawiroharjo 2010, masa nifas ( puerperium ) dimulai sejak kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas dimulai setelah partus selesai dan berakhir bsetelah kira-kira 6 minggu.
2. Jenis-jenis Nifas
Nifas dibagi menjadi 3 periode :
a. Puerperium dini adalah pemulihan dimana ibu diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan. Dalam agama islam, dianggap bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari.
b. Puerperinium intemedial adalah pemulihan alat-alat genetalia yang lamanya 6-8 minggu.
c. Remote puerperium adalah waktu yang diperlukan untukl pulih dan sempurna terutama bila selama hamil dan waktu pesalinan mempunyai komplikasi, waktu sehat berminggu-minggu, bulan atau tahun
3. Periode Post Partum
Periode post partum Sarwono, 2010 yaitu : a. Immediate Post Partum
1 jam setelah melahirkan, penting untuk memonitori adanya tanda-tanda syok hipovolemik atau perdarahan, kontraksi uterus, keadaan luka episiotomy, warna dan jumlah, perdarahan pervagina, keadaan perinemum, jumlah darah pada pembalut.
b. Early Post Partum
Keadaan terjadi pada permulaan puce perineum waktu 1 hari sesudah sampai 7 hari, minggu pertama setelah melahirk
c. Late Post Partum
Keadaan yang terjadi minggu ke-2 sampai minggu ke-6 setelah melahirkan.
d. Adaptasi fisiologi dan psikologi ibu post partum
4. Adaptasi Fisiologi
Adaptasi fisiologis yang terjadi pada masa post partum menurut Hutahaean, 2009 yaitu :
a. Tanda-tanda vital
1) Suhu badan pasca persalinan dapat naik lebih dari 0,50C dari keadaan normal tapi tidak lebih dari 390C. sesudah 12 jam pertama melahirkan,
umumnya suhu badan kembali normal bila lebih dari 380C mungkin ada infeksi.
2) Nadi umumnya 60-80 kali permenit dan segera setelah partus dapat terjadi takikardi bila terdapat takikardi dan badan tidak panas mungkin ada perdarahan berlebihan atau ada penyakit jantung. Pada masa nifas umumnya denyut nadi lebih labil di banding suhu badan.
3) Tekanan darah tetap stabil, penurunan sistolik 20 mmHg ketika pasien berubah posisi dari terlentang ke posisi duduk, peningkatan sistolik 30 mmHg dan diastolic 15 mmHg, adanya sakit kepala, perubahan penglihatan.
b. Kandung kemih
1) Pasien dapat BAK secara spontan dalam 8-12 jam post partum menyebabkan BB berkurang 2,5 kg pada early post partum. Kandung kemih biasanya cepet terisi karena dieresis post partum dan cairan IV. 2) Selama proses persalinan, kandung kemih mendapatkan trauma yang
mengakibatkan edema dan kehilangan sensitivitas terdapat cairan sehingga menyebabkan tekanan berlebihan dan pengosongan tidak sempurna sehingga dapat terjadi hematuria dan infeksi saluran kemih.
c. Pencernaan
Pemulihan system pencernaan merupakan waktu kurang lebih 1 minggu, karrena penurunan mortilitas suhu, gangguan kenyamanan perineum,
hukna kala 1, penurunan kekenyalan otot abdomen. Ambulasi dan asupan nutrisi serta cairan yang adekuat membantu mengembalikan regulasi BAB.
d. Endokrin
1) Lahirnya plasenta menurunkan estrogen dan human plasenta lectogen (hpl)
2) Pada klien menyusui kadar plolaktip menigkat karena rangsangan dari penghisapan bayi.
3) Pasien yang telah menyusui kadar estrogen meningkat secara bertahap.
e. Payudara
Payudara bengkak, hangat dan sakit, sel yang menghasilkan ASI mulai berfungsi pada hari ke-3 post partum.
f. Muskuloskeletal
Penurunan kekenyalan otot : musculus rectus abdominalis kembali normal setelah 6 minggu post partum dengan latikan senam.
g. Uterus
Tingkat Involusio Uteri
Involusi Tinggi fundus uteri Berat uterus
Bayi lahir Uri lahir 1 minggu 2 minggu 6 minggu 8 minggu Setinggi pusat 2 jari dibawah pusat Pertengahan pusat simpisis Tidak teraba di atas simpisis Bertambah kecil
Sebesar normal (sebesar telur bebek )
1000 gram 750 gram 500 gram 350 50 gram 30 Gram (Saleha, 2010). h. Lochea
Lochea adalah cairan sekreet yang berasal dari kavum uteri dan vagina dalam masa nifas.
Macam-macam lochea : 1) Lochea Rubra (Cruenta)
Berasal dari cavum uteri berisi darah segar dari sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, verniks koseosa, lanugo dan mekonium, selama 2 hari pasca persalinan.
2) Lochea Sanguinolenta
Berwarna merah kekuning-kuningan berisi darah dan lender dari hari ke 3- 7 pasca persalinan.
Berwarna kuning cairan tidak berdarah lagi pada hari ke 7-14 pasca persalinan.
4) Lochea Alba
Berwarna cairan kuning putih setelah 2 minggu.Tanda bahaya jika setelah lochea rubra berhenti warna darah tidak muda, bau seperti menstruasi. (Saleha, 2010).
i. Vagina
1) Dinding vagina mengalami kongesti dalam beberapa hari
2) Perubahan progesterone dan estrogen menyebabkan mukosa vagina menjadi tipis
3) Penurunan progesteron menyebabkan lubrikasi pada vagina 4) Labia minora tampak teregang.
j. Serviks
Serviks melunak dan kembali memendek dalam waktu 18 jam post partum. Bentuk servik berubah menjadi mulut ikan / mouth fish. Dalam waktu 2 minggu.
k. Otot pelvic
Kekuatan otot pelvic akan kembali setelah 6 minggu di perlukan kegel
exertise.
Bila ada episiotomy maka akan lambat pemulihannya, tanpa atau dengan episiotomy perineum mengalami edema dan kelihatan agak memar pada early post partum.
m. Afterpain
1) Umunya terjadi pada multipara oleh karena tonus otot yang kurang baik atau pada hamil kembar sehingga uterus meregang pada saat hamil dan otot-otot uterus menjadi kurang baik setelah melahirkan
a) Terjadi kontraksi yang intermiten seperti kram pada saat menstruasi b) Biasanya tidak dialami oleh primipara
c) Meningkat saat menyusui
d) Kompres panas tidak dilakukan karena dapat meningkatkan perdarahan.
5. Adaptasi Psikologis Post Partum
Adaptasi psikologis yang terjadi pada masa post partum menurut Hutahaean, 2009 terdapat 5 fase yaitu :
a. Fase honey moon
Suatu proses/fase setelah anak lahir dimana terjadi intiminasi kontak yang lama antara ayah, ibu, anak, dimana fase ini tidak memerlukan hal-hal romantic secara biologis :
1) Membicarakan tentang peran dan tanggung jawab yang baru didepa 2) orang tua
3) Menyesuaikan kembali hubungan antara keluarga 4) Mengenali bayi yang baru lahir.
b. Fase Taking-In
1) Merupakan fase ketergantungan dimana fase ini perhatian klien hanya berfokus pada dirinya sendiri
2) Klien cenderung pasif dan aktivitas terhadap perawat/orang lain 3) Berlangsung 1-2 hari
4) Klien belum menginginkan kontak dengan bayinya tapi hanya terbatas pada informasi tentang keadaan bayinya
5) Klien lebih seneng mengenang peristiwa persalinanya 6) Perlu istirahat dan nutrisi yang cukup untuk pemulihan.
c. Fase Taking Hold
1) Periode antara tingkah laku mandiri dan ketergantungan 2) Pasien mulai berinisiatif dan berusaha untuk mandiri
3) Perhatian pasien lebih kepada kemampuan mengatasi fungsi tubuhnya
4) Kepercayaan diri pasien masih kurang 5) Berlangsung 10 hari.
d. Fase Letting Go
1) Periode kemandirian dalam peran baru
2) Merasakan keterikatan antara klien dan bayinya
3) Menyadari adanya peran dan tanggung jawab baru, serta adaptasi terhadap peran baru
4) Peningkatan kemandirian dalam keperawatan terhadap dirinya maupun bayinya.
e. Post Partum Blues
1) Terjadi karena factor hormonal dan peran transisi 2) Klien merasa tertekan dan menangis
3) Kadang klien merasakan kekecewaan 4) Nafsu makan dan pola tidur terganggu 5) Mudah tersinggung dan terluka
6) Merasa tidak nyaman, kelelahan yang sangat, merasa kehabisan tenaga
7) Bila klien sebagai orang tua kurang mengerti, depresi post partum 8) Terjadi 2-3 minggu
C. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
Proses keperawatan diambil dari pendekatan ilmiah dalam pemecahan masalah dan memerlukan keterampilan melakukan pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi dan evaluasi. Menurut Doengoes proses keperawatan dibagi menjadi 5 yaitu :
1. Pengkajian
Pengkajian adalah langkah awal dari proses keperawatan secara keseluruhan semua data atau informasi klien yang dibutuhkan dikumpulkan dan dianalisa untuk menentukan diagnose keperawatan yang meliputi :
a. Data Dasar
1) Aktivitas /istirahat : Insomnia mungkin teramati
2) Sirkulasi : Episode diaforetik lebih sering terjadi pada malam hari
3) Integritas ego : Peka rangsang, takut atau menangis, sering terlihat setelah 3 hari persalinan 4) Eliminasi : Diuresis biasanya terjadi diantara hari
ke-2 dan ke-5
5) Makanan/cairan Kehilangan nafsu makan mungkin keluhan kira-kira hari ke-3
6) Nyeri/ketidaknyamanan : Nyeri tekan pada payudara/pembesaran dapat terjadi diantara hari ke-3 sampai hari ke-5 pasca partum
7) Seksualitas : Uterus 1 cm diatas umbilicus pada 12 jam setelah melahirkan
b. Pemeriksaan Kondisi Klien
1) Pemeriksaan umum : Tanda-tanda vital, tanda-tanda anemia, edema, reflek, varises
2) Keadaan payudara : Apakah putting mengalami pecah pecah, pendek dan rata, nyeri tekan, tidak ada pembengkakan, bendungan ASI
3) Keadaan abdomen/ Uterus
: Posisi uterus, kontraksi uterus, ukuran kandung kemih
4) Keadaan vulva/perineum : Pengeluaran lochea c. Pemeriksaan diagnostic
Jumlah darah lengkap, Hb, Ht, kultur urin, vagina, lochea.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan peregangan perinium; insisi pembedahan ; infolusi uteri; hemoroid; pembengkakan payudara.
b. Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan pengeluaran yang berlebihan; perdarahan; diuresis; keringat berlebihan.
c. Gangguan pemenuhan ADL berhubungan dengan imobilisasi; kelemahan. d. Resiko infeksi berhubungan dengan trauma jalan lahir,luka
e. Resiko gangguan proses parenting berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang cara merawat bayi.
3. Intervensi dan Rasional
a. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan peregangan perinium; lika episiotomi; infolusi uteri; hemoroid; pembengkakan payudara.
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan klien menunjukan tidak adanya nyeri. Dengan kriteria hasil: TTV dalam batas normal, klien menunjukan peningkatan aktifitas, keluhan nyeri terkontrol. Intervensi:
1) Kaji lokasi dan karakteristik dari tingkat ketidaknyamanan/ nyeri
Rasional : Untuk menentukan intervensi keperawatan sesuai skala nyeri
2) Jelaskan pada ibu bahwa nyeri pasca persalinan adalah fisiologis
Rasional : Nyeri yang dirasakan ibu pasca melahirkan adalah fisiologis
3) Instruksikan ibu dalam melakukan teknik relaksasi tarik napas dalam.
Rasional : Mengalihkan perasaan nyeri dan menurunkan
4) Berikan lingkungan yang nyaman, tenang dan mengalihkan nyeri
Rasional : Dapat membantu dalam menurunkan ketidaknyamanan.
5) Berikan kompres hangat lokal menggunakan handuk kecil
Rasional : Kompres hangat membantu meningkatkan sirkulasi pada
area yang sakit dan meningkatkan kenyamanan lokal. 6) Kolaborasi pemberian analgetik atau antipireutik
Rasional : Menurunkan ketidaknyamanan akibat nyeri.
b. Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan pengeluaran yang berlebihan; diuresis; keringat berlebihan
Tujuan: setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan klien dapat menunjukan status cairan membaik dengan kriteria hasil: tidak ada manifestasi dehidrasi, haluran urine diatas 30 ml/jam turgor kulit elastis Intervensi:
1) Pantau tanda-tanda vital setiap 4 jam, warna urine, berat badan setiap hari, serta keadaan umum setiap 8 jam
Rasional : Mengidentifikasi penyimpangan indikasi kemajuan atau