• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab ini berisikan kesimpulan dan saran

BAB II

TEORI KEPARIWISATAAN

2.1 Pengertian Kepariwisataan 2.1.1 Pengertian Pariwisata

Secara etimologi istilah pariwisata yang berasal dari bahasa Sansekerta dianggap sinonim dengan pengertian tour. Pendapat ini berdasarkan pemikiraan bahwa kata pariwisata terdiri dari dua suku kata, yaitu: pari dan wisata. Pari berarti banyak, berkali-kali, berputar-putar atau berkeliling. Sedangkan wisata berarti perjalanan, berpergian dari satu tempat ke tempat lain (Yoeti, 1996:112).

Kata pariwisata sesungguhnya baru popular di Indonesia setelah diselenggarakannya Musyawarah Nasional (Munas) Tourisme ke II di Tretes Jawa Timur pada tanggal 12 sampai tanggal 14 Juni 1985. Sebelumnya, sebagai kata pariwisata digunakan kata tourisme (bahasa Belanda) yang sering pula di-Indonesiakan menjadi turisme (Yoeti, 1996:41-42).

Pariwisata adalah perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dari satu ke tempat lain dengan tujuan untuk mencari kesenangan dan tidak untuk menetap.

Menurut Kodyat (dalam Wardiyanto, 2011:5), “... bahwa pariwisata sebagai perjalanan dari suatu tempat ke tempat lain, bersifat sementara, yang dilakukan untuk mencari keseimbangan atau keserasian dengan lingkungan hidup untuk mencapai kebahagian dalam dimensi sosial, budaya, alam, dan ilmu”.

Menurut Yoeti (1996:118) pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan untuk sementara waktu, yang diselenggarakan dari suatu tempat ke tempat lain, dengan maksud bukan untuk berusaha (business) atau mencari nafkah di tempat yang dikunjungi, tetapi semata-mata menikmati

perjalanan tersebut guna pertamasyaan dan rekreasi atau untuk memenuhi keinginan yang beraneka ragam.

Menurut Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1990, “... bahwa pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata termasuk pengusahaan objek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait di bidang ini”.

Dari beberapa pengertian di atas, dapat di simpulkan bahwa pariwisata adalah kegiatan yang dilaksanakan untuk sementara waktu ke tempat lain diluar lingkungan hidup dan diluar kegiatan rutinitasnya dengan tidak untuk berkerja atau mencari nafkah, menambah wawasan, mengenai daerah di luar tempat tinggalnya serta mencari kesenangan dan menikmati semua kegiatan yang dilakukannya di daerah atau tempat yang dikunjunginya.

2.1.2 Pengertian Wisatawan

Secara etimologi kata wisatawan berasal dari kata dalam bahasa Sansekerta wisata yang berarti perjalanan yang dapat disamakan dengan kata traveller dalam bahasa Inggris.

Jadi orang yang melakukan perjalanan dalam pengertian ini (wisatawan) disama artikan dengan kata traveller karena dalam bahasa Indonesia sudah merupakan kelaziman memakai akhiran -wan untuk menyatakan orang yang profesinya, keahliannya, keadaannya, jabatannya dan kedudukan seseorang (Yoeti, 1996:131).

Wisatawan adalah seseorang yang mengadakan perjalan di luar tempat tinggalnya untuk mencari kesenangan dan menikmati perjalanan yang dilakukakanya. Menurut J.

Christopher Holloway (dalam Pendit, 1999:36), “... bahwa wisatawan adalah seseorang

yang mengadakan perjalanan untuk melihat sesuatu yang lain dan kemudian mengeluh bila ia membayar sesuatu yang tidak sesuai”.

Menurut Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 1969 tentang wisatawan, “... bahwa wisatawan (tourist) adalah setiap orang yang berpergian dari tempat tinggalnya untuk berkunjung ke tempat lain dengan menikmati perjalanan dan kunjungannya itu”.

Wisatawan adalah orang yang melakukan perjalanan untuk menikmati kegiatan di luar rutinitasnya dengan motif-motif yang berbeda dengan tidak untuk bekerja atau mencari nafkah. IUOTO (The International Union of Official Travel Organization) (dalam Pendit, 1999:39) mengatakan:

Wisatawan sebagai orang-orang yang sedang mengadakan perjalanan dalam jangka waktu 24 jam dan maksimal 3 bulan di dalam suatu negeri yang bukan negeri di mana biasanya ia tinggal.

Istilah pengunjung (visitor) untuk setiap orang yang datang ke suatu negara yang bukan tempat tinggalnya yang biasa untuk keperluan apa saja, selain melakukan perjalanan yang bergaji. Pengunjung yang dimaksudkan meliputi dua kategori yaitu:

1. Wisatawan yaitu : pengunjung yang datang ke suatu negara yang dikunjunginya tinggal selama 24 jam dan dengan tujuan untuk bersenang-senang, berlibur, kesehatan, belajar, keperluan agama dan olahraga, bisnis, keluarga, utusan dan pertemuan

2. Excurtionist, yaitu : pengunjung yang hanya tinggal sehari di negara yang dikunjunginya tanpa bermalam

Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa wisatawan adalah orang yang berpergian dari tempat tinggalnya dengan tidak untuk metetap atau hanya sementara waktu untuk berkunjung ke tempat lain dengan tujuan untuk memperoleh kesenangan dan menikmati perjalanan yang dilakukannya.

2.2 Objek dan Daya Tarik Wisata

Objek dan daya tarik wisata (tourist attraction) adalah suatu bentukan dan/atau aktivitas dan fasilitas yang berhubungan, yang dapat menarik minat wisatawan atau pengunjung untuk datang ke suatu daerah/tempat tertentu. Daya tarik yang tidak atau belum dikembangkan semata-mata hanya merupakan sumber daya potensial dan belum dapat disebut sebagai daya tarik wisata, sampai adanya suatu jenis pengembangan tertentu.

Misalnya penyediaan aksebilitas sebagai daya tarik wisata (Marpaung, 2002:78).

Selain itu, objek dan daya tarik wisata memiliki pengertian sebagai tempat dan daerah yang karena aktraksinya, situasinya dalam hubungan lalu-lintas dan fasilitas-fasilitas kepariwisataannya menyebabkan tempat atau daerah tersebut menjadi objek kebutuhan wisatawan. Dimana bila dijabarkan mengenai definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa ada tiga kebutuhan utama yang harus dipenuhi oleh suatu daerah untuk tujuan wisata (Pendit, 1999:172) yaitu:

1) memiliki atraksi atau objek yang menarik;

2) mudah dicapai dengan alat-alat kendaraan;

3) menyediakan tempat untuk tinggal sementara.

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009, “... bahwa daya tarik wisata sebagai segala sesuatu yang mempunyai keunikan, kemudahan, dan nilai yang berwujud keanekaragaman, kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau kunjungan para wisatawan.”

Menurut Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan, disebutkan bahwa objek dan atraksi wisata memiliki pengertian tersendiri, yaitu:

1. Objek wisata merupakan hal-hal yang menarik untuk dirasakan oleh wisatawan yang bersumber pada alam saja.

2. Atraksi wisata adalah segala sesuatu yang menarik untuk dilihat, dinikmati dan dirasakan oleh wisatawan yang merupakan hasil kerja manusia

Objek dan daya tarik wisata (Pendit, 1999:174-177) terdiri dari beberapa unsur diantaranya adalah:

1. Benda-benda yang tersedia dan terdapat di alam semesta yang dimanfaatkan dan diusahakan untuk dapat dinikmati dan memberi kepuasan bagi wisatawan, yang dalam istilah pariwisata disebut dengan istilah Natural Amenities. Contohnya adalah keindahan alam, flora dan fauna, iklim, pusat-pusat kesehatan (health center) seperti sumber air mineral, sumber air panas, mandi lumpur, dan lain-lain.

2. Hasil ciptaan manusia (man-made supply) yaitu segala sesuatu yang merupakan hasil karya manusia yang dapat dijadikan sebagai onjek wisata, misalnya:

a. Monumen bersejarah dan sisa peradaban masa lampau b. Museum, perpustakaan, kesenian rakyat, handicraft

c. Acara tradisional, pameran, festival, upacara naik haji, upacara perkawinan, khitanan, dan lain-lain

d. Rumah-rumah beribadah, seperti gereja, katedral, kuil, candi, pura atau masjid

e. Tata cara hidup masyarakat (the way life). Tata cara hidup tradisional dari suatu masyarakat merupakan salah satu potensi yang penting untuk ditawarkan kepada para wisatawan. Bagaimana kebiasaan hidupnya, adat istiadatnya, semuanya merupakan daya tarik bagi wisatawan yang berkunjung ke daerah tersebut. Contohnya adalah: pembakaran mayat (ngaben) di Bali dan Tana Toraja, upacara sekaten di Yogyakarta, tea ceremony di Jepang, upacara waysyak di Candi Mendut dan Borobudur, dan lain-lain.

2.3 Jenis-jenis Wisata

Berbagai motif dan tujuan wisatawan yang mendasari kegiatan perjalanan wisata mendorong perkembangan kepariwisataan di Indonesia. Potensi yang dimiliki oleh

Indonesia di berbagai bidang sumber daya alam, kebudayan dan manusia memberikan dampak besar terhadap jumlah kunjungan wisatawan ke Indonesia.

Adapun jenis-jenis wisata (Pendit, 1999: 42-48) dapat dibagi menjadi:

1. Wisata Budaya

Wisata budaya adalah perjalanan yang dilakukan atas dasar keinginan untuk memperluas pandangan hidup seseorang dengan cara mengadakan kunjungan atau peninjauan ke tempat lain atau ke luar negeri, mempelajari keadaan rakyat, kebiasaan dan adat istiadat, cara hidup, budaya dan seni. Contohnya dengan mengambil bagian dalam kegiatan-kegiatan budaya, eksposisi seni (seni tari, seni drama, seni musik dan seni suara), atau kegiatan yang bermotif kesejarahan dan sebagainya.

2. Wisata Kesehatan

Wisata kesehatan adalah perjalanan yang dilakukan seseorang dengan tujuan untuk menukar keadaan dan lingkungan tempat sehari-hari di mana ia tinggal demi kepentingan beristirahat baginya dalam arti jasmani dan rohani dengan mengunjungi tempat peristirahatan seperti mata air panas mengandung mineral yang dapat menyembuhkan, tempat yang mempunyai iklim udara yang menyehatakan atau tempat-tempat yang menyediakan fasilitas-fasilitas kesehatan lainnya.

3. Wisata Olahraga

Wisata olahraga adalah perjalanan yang dilakukan dengan tujuan berolahraga atau memang sengaja bermaksud mengambil bagian aktif dalam pesta olah raga di suatu tempat atau negara seperti Asian Games, Olympiade, Thomas Cup, Uber Cup dan lain-lain.

4. Wisata Komersial

Wisata komersial adalah kegiatan perjalanan untuk mengunjungi pameran-pameran dan pekan raya yang bersifat komersial, seperti pameran industri, pameran dagang dan sebagainya.

5. Wisata Industri

Wisata industri adalah perjalanan yang dilakukan oleh rombongan pelajar atau mahasiswa, atau orang-orang awam ke suatu kompleks atau daerah perindustrian di mana terdapat pabrik-pabrik atau bengkel-bengkel besar dengan maksud dan tujuan untuk mengadakan peninjauan atau penelitian.

6. Wisata Politik

Wisata politik adalah perjalanan yang dilakukan untuk mengunjungi atau mengambil bagaian aktif dalam peristiwa kegiatan politik seperti misalnya ualang tahun perayaan 17 Agustus di Jakarta, penobatan Ratu Inggris di London dan sebagainya dimana biasanya fasilitas akomodasi, sarana angkutan dan atraksi diadakan secara megah dan meriah bagi para pengunjung. Disamping itu juga peristiwa-peristiwa penting seperti

konferensi, musyarwarah, kongres atau konvensi politik yang selalu disertai dengan darmawisata.

7. Wisata Konvensi

Wisata konvensi adalah perjalanan yang dilakukan dengan tujuan untuk mengikuti kegiatan konferensi, musyawarah, konvensi atau pertemuan lainnya yang bersifat nasional maupun internasional guna membicarakan masalah-masalah atau tema-tema tertentu.

8. Wisata Sosial

Wisata sosial adalah pengorganisasian suatu perjalanan murah serta mudah untuk memberi kesempatan kepada golongan masyarakat ekonomi lemah (atau dengan kata lain tidak mampu membayar segala sesuatu yang bersifat lux atau mewah) untuk mengadakan perjalanan, seperti misalnya bagai kaum buruh, pemuda, pelajar atau mahasiswa, petani dan sebagainya.

9. Wisata Pertanian

Wisata pertanian adalah perjalanan yang dilakuakan ke proyek-proyek pertanian, perkebunan, ladang pembibitan dan sebagainya di mana wisatawan rombongan dapat mengadakan kunjungan atau peninjauan untuk tujuan studi maupun melihat-lihat keliling sambil menikmati segarnya tanaman beraneka warna dan suburnya pembibitan berbagai jenis sayur-mayur dan palawija di sekitar perkebunan yang dikunjungi.

10. Wisata Maritim (Marina) atau Bahari

Wisata maritim adalah kegiatan wisata yang banyak dikaitkan dengan kegiatan olahraga di air, seperti di danau, bengawan, pantai, teluk atau laut, contohnya adalah memancing, berlayar, menyelam sambil melakukan pemotretan, kompetisi berselancar, balapan mendayung, berkeliling melihat-lihat taman laut dengan pemandangan indah di bawah permukaan air serta berbagai rekreasi perairan yang banyak dilakukan di daerah-daerah atau negara-negara maritim.

11. Wisata Cagar Alam

Wisata cagar alam adalah perjalanan yang mengkhususkan usaha-usaha dengan jalan mengatur wisata ke tempat atau daerah cagar alam, taman lindung, hutan daerah pegunungan dan sebagainya yang kelestariannya dilindungi oleh undang-undang. Wisata cagar alam banyak dilakukan oleh para penggemar dan pecinta alam dalam kaitannya dengan kegemaran memotret binatang atau marga satwa serta pepohonan kembang beraneka warna yang memang mendapat perlindungan dari pemerintah dan masyarakat.

12. Wisata Buru

Wisata buru adalah kegiatan yang dilakukan di negeri-negeri yang memang memiliki daerah atau hutan tempat berburu yang dibenarkan oleh pemerintah dan diadakan oleh berbagai agen atau biro perjalanan.

Wisata ini diatur dalam bentuk safari buru ke daerah atau hutan yang

telah ditetapkan oleh pemerintah negara yang yang bersangkutan, seperti di Afrika untuk berburu gajah, singa, babi hutan dan sebagainya.

Di India ada daerah-daerah yang memang disediakan untuk berburu macan, badak dan sebagainya, sedangkan di Tanah Air pemerintah membuka wisata buru untuk daerah Baluran di Jawa Timur di mana wisatawan boleh menembak banteng atau babi hutan.

13. Wisata Pilgrim

Wisata ini banyak dikaitkan dengan agama, sejarah, adat istiadat dan kepercayaan umat atau kelompok dalam masyarakat. Wisata pilgrim banyak dilakukan oleh perorangan atau rombongan ke tempat-tempat suci, ke makam-makam orang besar atau pemimpin yang diagungkan, kebukit atau gunung yang dianggap kramat, tempat pemakaman tokoh atau pemimpin sebagai manusia ajaib penuh legenda.

14. Wisata Bulan Madu

Wisata bulan madu adalah penyelenggaraan perjalanan bagi pasangan-pasangan merpati, pengantin baru, yang sedang berbulan madu dengan fasilitas-fasilitas khusus dan tersendiri demi kenikmatan perjalanan dan kunjungan mereka, seperti misalnya kamar pengantin di hotel yang khusus disediakan dengan peralatan serba istimewa seperti tempat tidur yang dihiasi dengan aksesoris romantis, dekorasi dinding dengan selera tinggi, cermin besar di berbagai sudut termasuk langit-langit kamar dan sebagainya yang menimbulkan kesan seakan-akan berada di sorga loka.

2.4 Kebudayaan

Budaya adalah keseluruhan dari pengetahuan, sikap dan pola perilaku yang merupakan kebiasaan yang dimiliki dan diwariskan oleh anggota suatu masyarakat tertentu dan memiliki suatu ciri dan keunikan tertentu yang membedakannya dengan kebudayaan dari kelompok masyarakat lain (Marpaung, 2002:111).

Secara etimologi budaya yang dalam bahasa Inggris disebut culture berasal dari Bahasa Latin yaitu colere yang memiliki arti mengerjakan tanah, mengolah, memelihara ladang. Istilah kebudayaan yang kita kenal di Indonesia berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi atau akal,

dan diartikan sebagai segala hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia (Pendit, 1999:234).

Kebudayaan adalah hasil rasa dan cipta manusia yang dihasilkan berupa gagasan dan hasil karya manusia. Menurut Koentjaraningrat (dalam Wardiyanto 2011:5), “... bahwa kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar”.

Menurut Lehman, Himstreet, dan Batty (dalam Wardiyanto 2011:6), “... bahwa kebudayaan sebagai kumpulan beberapa pengalaman hidup yang ada pada sekelompok masyarakat tertentu. Pengalaman hidup yang dimaksud bisa berupa kepercayaan, perilaku, dan gaya hidup suatu masyarakat”.

Menurut Ki Hajar Dewantara (dalam Wardiyanto 2011:6), kebudayaan adalah buah budi manusia yang merupakan hasil perjuangan manusia terhadap dua pengaruh kuat, yakni zaman dan alam yang merupakan bukti kejayaan hidup manusia untuk mengatasi berbagai rintangan dan kesukaran didalam hidup dan penghidupannya guna mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang pada lahirnya bersifat tertib dan damai.

Dari beberapa pengertian mengenai kebudayaan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa pengertian kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni dan lain-lain. Kebudayaan juga merupakan cara manusia dalam beradaptasi dengan lingkungannya, yakni cara manusia membangun alam guna memenuhi keinginan-keinginan serta tujuan-tujuan dalam kehidupannya.

2.5 Upaya Pelestarian Budaya

Budaya merupakan salah satu aset negara yang besar dan penting untuk dilestarikan.

Kemajuaan zaman yang membuat terkikisnya nilai-nilai kebudayaan di masyarakat Indonesia membuat pemerintah menyelenggarakan program pelestarian budaya. Melalui program ini pemerintah ingin menyadarkan masyarakat akan pentingnya menjaga dan melestarikan nilai-nilai kebudayaan. Hal ini terbukti dengan adanya peraturan dan undang-undang yang dikeluarkan pemerintah mengenai kebijakan upaya pelestarian kebudayaan.

Adapun peraturan dan undang-undang tersebut (Wardiyanto, 2011:11) diantaranya yaitu:

1. Peraturan Pemerintah No 10 Tahun 1993 Tentang Pelaksanaan UU No 5 Tahun 1992 Tentang Benda Cagar Budaya

2. Peraturan Bersama Mentri Dalam Negeri Dan Mentri Kebudayaan Dan Pariwisata No 42 Tahun 2009 Tentang Pedoman Pelestarian Budaya 3. Undang-Undang Republik Indonesia No 11 Tahun 2010 Tentang Cagar

Budaya

2.6 Pariwisata Budaya

Pariwisata budaya (culture tourism) berdeda dari jenis wisata lainnya dimana dalam wisata budaya pengunjung bukan hanya sekedar melihat dan menyaksikan atraksi di daerah tersebut, akan tetapi mereka datang untuk mempelajari atau mengadakan penelitian tentang keadaan setempat. Mereka datang dengan motif kebudayaan. Kunjungan wisatawan ke berbagai daerah khusus adalah untuk melihat dan menyaksikan kegiatan kebudayaan seperti upacara keagamaan, penobatan raja, pemakaman tokoh tersohor, pertunjukan rombongan kesenian yang terkenal, dan sebagainya (Soekadijo, 1997:40).

Dalam kegiatan pariwisata terdapat sepuluh elemen budaya yang menjadi daya tarik wisata. Menurut Shaw dan William (dalam Pendit, 1999:236) kesepuluh elemen budaya tersebut adalah: 1) kerajinan, 2) tradisi, 3) sejarah dari suatu tempat/daerah, 4) arsitektur, 5) makanan lokal/tradisional, 6) seni dan musik, 7) cara hidup suatu masyarakat, 8) agama, 9) bahasa, 10) pakaian lokal/tradisional.

Pariwisata budaya adalah kegiatan perjalanan wisata yang mengandalkan potensi kebudayaan sebagai daya tarik yang utama di daerah tersebut selain itu wisatawan juga ikut serta berinteraksi langsung dengan masyarakat setempat untuk mengetahui cara hidup dan adat istiadat serta budaya masyarakat tersebut. Menurut Geriya (dalam Pendit, 1999:237,

“... bahwa pariwisata budaya adalah salah satu jenis pariwisata yang mengandalkan potensi kebudayaan sebagai daya tarik yang paling dominan serta sekaligus memberikan identitas bagi pengembangan pariwisata tersebut”.

Menurut Borley (dalam Pendit, 1999:237), “... bahwa pariwisata budaya memungkinkan wisatawan untuk mengetahui dan memperoleh pengalaman tentang perbedaan cara hidup orang lain, merefleksikan adat dan istiadatnya, tradisi religiusnya dan ide-ide intelektual yang terkandung dalam warisan budaya yang belum dikenalnya”.

Menurut Peraturan Daerah (Perda) Nomor 3 Tahun 1991 Pasal 3, pariwisata budaya adalah untuk memperkenalkan, mendayagunakan, melestarikan dan meningkatkan mutu obyek dan daya tarik wisata, mempertahankan norma-norma dan nilai-nilai kebudayaan agama dan kebudayaan alam Bali yang berwawasan lingkungan hidup, mencegah dan meniadakan pengaruh-pengaruh negatif yang dapat ditimbulkan kegiatan kepariwisataan (Diparda Propinsi Bali, 2000).

2.7 Budaya sebagai Potensi Wisata

Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam dan sumber daya budaya yang melimpah. Kekayaan di sumber daya alam terlihat dari banyaknya potensi wisata alam di Indonesia seperti pantai, gunung dan pesona bawah laut seperti terumbu karang. Selain itu, Indonesia merupakan bangsa yang multibudaya, multibahasa, maupun multiagama. Bila semua potensi itu dikelola dengan baik maka akan memajukan dan meningkatkan memakmurkan rakyat Indonesia (Pendit, 1999:239).

Dengan demikian, wisata budaya merupakan suatu kegiatan wisata yang berorientasi pada keunikan unur-unsur kebudayaan sebagai atraksi utama dari kegiatan wisatanya. Sebagai negara yang memiliki kekaayaan dan keberagaman budaya, Indonesia memiliki potensi yang besar dalam mengembangkan pariwisata khususnya wisata budaya.

Adapun unsur-unsur budaya yang dapat menjadi potensi wisata dan atraksi wisata (Pendit, 1999:240) diantaranya adalah:

1. Upacara Adat

Mencakup segala bentuk upacara adat yang terdapat pada masyarakat setempat di tempat tersebut.

2. Kesenian Tradisional

Mencakup segala bentuk kesenian asli dari budaya masyarakat setempat, berupa seni tari, music dan kerajinan tangan.

3. Benda-Benda Peninggalan Sejarah

Dapat berupa patung arca, rumah adat, peralatan sehari-hari, pakaian adat, peralatan kesenian dan lain sebagainya.

4. Sistem Religi

Mencakup sistem kepercayaa, norma-norma yang berlaku di dalam suatu masyarakat.

BAB III

GAMBARAN UMUM KABUPATEN KARO

3.1 Lokasi dan Keadaan Geografis

Secara geografis letak Kabupaten Karo berada diantara 2050’-3019’ Lintang Utara dan 97055’-98038’ Bujur Timur dengan luas 2.127,25 km2 atau 2,97% dari luas Provinsi Sumatera Utara.

Kabupaten Karo terletak pada jajaran Bukit Barisan dan sebagian wilayahnya merupakan dataran tinggi, sehingga sering juga disebut sebagai Dataran Tinggi Karo.

Wilayah Kabupaten Karo berada pada ketinggian 280-1.420 meter di atas permukaan laut.

Karena berada diketinggian tersebut daerah ini mempunyai iklim yang sejuk dengan suhu berkisar antara 16 sampai 17° C. Kabupaten Karo sendiri diapit oleh dua gunung berapi yang masih aktif sehingga rawan terjadi gempa vulkanik.

Adapun letak astronomis Kabupatern Karo adalah sebagai berikut:

- Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Langkat dan Kabupaten Deli Serdang

- Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Dairi dan Kabupaten Samosir - Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang dan Kabupaten

Simalungun

- Sebelah Barat berbatasan dengan Provinsi Nangroe Aceh Darussalam (NAD) atau Aceh Tenggara.

Berikut secara rinci mengenai Luas Wilayah atau Daerah Menurut Kecamtan yang dapat dilihat dalam Tabel 3.1 berikut:

Tabel 3.1

Luas Daerah Menurut Kecamatan di Kabupaten Karo Tahun 2015

Kecamatan Luas Wilayah Desa / Kelurahan Rasio Terhadap Total

010 Mardinding 267.11 12 12,56

020 Laubaleng 252.6 15 11,87

030 Tigabinanga 160.38 20 7,54

040 Juhar 218.56 25 10,27

050 Munte 125.64 22 5,91

060 Kutabuluh 195.7 16 9,20

070 Payung 47.24 8 2,22

071 Tiganderket 86.76 17 4,08

080 Simpang Empat 93.48 17 4,39

081 Naman Teran 87.82 14 4,13

082 Merdeka 44.17 9 2,08

090 Kabanjahe 44.65 13 2,10

100 Berastagi 30.5 10 1,43

110 Tigapanah 186.84 26 8,78

111 Dolat Rayat 32.25 7 1,52

120 Merek 125.51 19 5,90

130 Barusjahe 128.04 19 6,02

Karo 2127.25 100,00

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Karo, 2015

Ibukota Kabupaten Karo adalah Kabanjahe yang terletak sekitar 76 km sebelah selatan Kota Medan ibukota Provinsi Sumatera Utara. Sejak zaman Belanda, Kabupaten Karo sudah terkenal sebagai tempat peristirahatan, karena di tempat ini wisatawan dapat merasakan udara yang masih segar dengan pemandangan alami yang dapat membatu menghilangkan rasa penat selama bekerja. Keadaan hutan yang cukup luas yaitu mencapai 129.749 Ha atau 60,99% dari luas Kabupaten Karo merupakan penghasil udara yang segar di daerah ini. Kabupaten Karo sudah terkenal sebagai daerah pertanian penghasil berbagai sayur-mayur, buah-buahan dan bunga-bungaan.

Kabupaten Karo beriklim tropis dan mempunyai dua musim yaitu musim hujan dan musim kemarau. Musim hujan pertama mulai bulan Agustus sampai dengan bulan Januari dan musim kedua pada bulan Maret sampai dengan bulan Mei, sedangkan musim kemarau

Kabupaten Karo beriklim tropis dan mempunyai dua musim yaitu musim hujan dan musim kemarau. Musim hujan pertama mulai bulan Agustus sampai dengan bulan Januari dan musim kedua pada bulan Maret sampai dengan bulan Mei, sedangkan musim kemarau

Dokumen terkait