• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAYA TARIK DESA DOKAN SEBAGAI OBJEK WISATA BUDAYA KERTAS KARYA OLEH GRASELLA GINTING

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "DAYA TARIK DESA DOKAN SEBAGAI OBJEK WISATA BUDAYA KERTAS KARYA OLEH GRASELLA GINTING"

Copied!
76
0
0

Teks penuh

(1)

DAYA TARIK DESA DOKAN SEBAGAI OBJEK WISATA BUDAYA

KERTAS KARYA

OLEH

GRASELLA GINTING 132204031

PROGRAM STUDI D-III PARIWISATA FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2016

(2)

LEMBAR PERSETUJUAN

DAYA TARIK DESA DOKAN SEBAGAI OBJEK WISATA BUDAYA

OLEH:

GRASELLA GINTING

132204031

DosenPembimbing, DosenPembaca,

Dra. Nur Cahaya Bangun, M.Si Drs. Gustanto, M.Hum NIP 19600711 198703 1 001 NIP 19630808 198903 1 004

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Kertas Karya : DAYA TARIK DESA DOKAN SEBAGAI OBJEK WISATA BUDAYA

Oleh : GRASELLA GINTING

NIM : 132204031

FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Dekan,

Dr. Budi Agustono, MS NIP. 19600805 198703 1 001

PROGRAM STUDI D-III PARIWISATA

Ketua,

ArwinaSufika, S.E, M.Si NIP. 19640821 199802 2 001

(4)

ABSTRAK

Kepariwisataan di Sumatera Utara memiliki potensi yang sangat besar yaitu sumber daya alam maupun kebudayaan. Salah satunya adalah potensi kebudayaan yang dimiliki masyarakat di Desa Dokan, Kabupaten Karo. Penulisan ini bertujuan untuk mendeskripsikan daya tarik dan potensi budaya yang terdapat di Desa Dokan dalam meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan ke Kabupaten Karo. Metode penelitian yang digunakan adalah melalui kepustakaan yaitu mengumpulkan data melalui buku-buku dan internet serta melalui penelitian lapangan yaitu dengan observasi langsung ke lapangan.

Hasil yang didapatkan sebagai potensi kebudayaan di Desa Dokan adalah berupa rumah adat siwaluh jabu dan siempat jabu yang masih dalam kondisi layak dan dihuni oleh masyarakat, terdapat lesung sebagai tempat pengolahan padi menjadi beras, serangkaian adat perkawinan suku Karo yang melibatkaan semua sangkep nggeluh, upacara erpangir ku lau yang merupakan ritual mandi dengan tujuan tertentu, kerja tahun serta guro-guro aron sebagai serangakaian acara ungkapan syukur dari proses penanaman padi hingga setelah panen serta upacara nampeken tulan-tulan yang merupakan acara pengumpulan dan pemindahan tulang-tulang leluhur.

Keyboard: Daya Tarik Wisata, Desa Dokan, Wisata Budaya, Kebudayaan Karo, Kabupaten Karo.

(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberi kemudahan, kelancaran dan kekuatan kepada penulis, karena atas petunjuk-Nyalah penulis dapat menyelesaikan Kerta Karya yang berjudul “Daya Tarik Desa Dokan Sebagai Objek Wisata Budaya” ini sesuai dengan waktu yang ditetapkan.

Kertas Karya ini merupakan salah satu syarat dalam menyelesaikan studi pada pendidikan Diploma-III Program Studi Pariwisata, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara. Banyak pihak yang telah membantu menyelesaikan secara langsung dan tidak langsung dalam penyelesaian Kertas Karya ini, maka dari itu penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Budi Agustono, MS, selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Arwina Sufika, S.E. M.Si, selaku Ketua Program Studi D-III Pariwisata Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dra. Nur Cahaya Bangun, M.Si, selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan bantuan, bimbingan dan pengarahan serta waktu dalam penulisan kertas karya ini.

4. Drs. Gustanto, M.Hum, selaku dosen pembaca yang telah banyak memberikan bantuan, bimbingan dan pengarahan serta waktu dalam penulisan kertas karya ini.

(6)

5. Seluruh dosen Program Studi D-III Pariwisata yang telah mendidik dan membimbing penulis selama masa perkuliahan, serta staff pegawai dan administrasi.

6. Kepada kedua orang tua yang sangat saya sayangi Bapak Nuahta Ginting dan Mamak Elsa Br. Bangun, yang telah banyak memberikan dukungan, doa, dan curahan kasih sayang sepanjang hidup saya serta dorongan moril maupun material kepada saya.

7. Saudara saya Andry Gina Pramesti Ginting yang telah menjaga saya selama di Medan serta saudari saya Anastasia Carolina Br. Ginting yang senantiasa menjadi tempat saya berkeluh kesah.

8. Saudari-saudari saya selama menjalani perkuliahan tiga tahun ini, Sanna Sitindaon, Berliana Manurung, Ernesta Tarigan, Husnaini dan Agnes Sinaga yang telah banyak memberi dukungan serta semangat dalam menyelesaikan kertas karya ini.

9. Rekan-rekan seperjuangan saya yang banyak menghibur dalam kegalauan selama penulisan kertas karya ini yaitu Usaha Wisata stambuk 2013 yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu. Terimakasi untuk pembelajaran dan pengalaman yang berharga selama tiga tahun ini. Semoga kita berhasil menghadapi masa depan dan kembali dengan kesuksesan.

Penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan di dalam penyusunan Kertas Karya ini, baik ditinjau dari segi materi, penyusunan maupun teknik penulisan.

(7)

Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat konstruktif demi penyempurnaan kertas karya ini.

Akhir kata penulis mengharapkan semoga kertas karya ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Oktober 2016

Penulis

Grasella Ginting

NIM: 132204031

(8)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Batasan Masalah ... 6

1.3 Rumusan Masalah ... 6

1.4 Tujuan Penelitian ... 7

1.5 Manfaat Penelitian ... 7

1.5.1 Manfaat Teoritis ... 7

1.5.2 Manfaat Praktis ... 7

1.6 Metode Penelitian ... 8

1.7 Sistematika Penulisan ... 9

BAB II TEORI KEPARIWISATAAN ... 11

2.1 Pengertian Kepariwisataan ... 11

2.1.1 Pengertian Pariwisata ... 11

2.1.2 Pengertian Wisatawan ... 12

2.2 Objek dan Daya Tarik Wisata ... 14

2.3 Jenis-jenis Wisata ... 15

(9)

2.4 Kebudayaan ... 18

2.5 Upaya Pelestarian Budaya ... 20

2.6 Pariwisata Budaya ... 20

2.7 Budaya sebagai Potensi Wisata ... 22

BAB III GAMBARAN UMUM KABUPATEN KARO ... 23

3.1 Lokasi dan Keadaan Geografis ... 23

3.2 Demografi Kabupaten Karo ... 26

3.3 Agama ... 28

3.4 Mata Pencaharian Masyarakat ... 29

3.5 Potensi Objek dan Daya Tarik Wisata Kabupaten Karo ... 30

3.6 Gambaran Umum Desa Dokan ... 46

BAB IV DAYA TARIK DESA DOKAN SEBAGAI OBJEK WISATA BUDAYA ... 48

4.1 Rumah Adat Tradisional Karo ... 48

4.1.1 Posisi Jabu dalam Rumah Adat Tradisional Karo ... 50

4.1.2 Bagian-bagaian Rumah Adat Tradisional Karo ... 52

4.2 Kegiatan-kegiatan Adat di Desa Dokan ... .. 56 4.2.1 Adat Perkawinan pada Masyarakat Suku

(10)

4.2.2 Erpangir Ku Lau ... 58

4.2.3 Pesta Tahunan atau Kerja Tahun ... 60

4.2.4 Guro-guro Aron ... 62

4.2.5 Nampeken Tulan-tulan ... 62

BAB V PENUTUP ... 64

5.1 Kesimpulan ... 64

5.2 Saran ... 66 DAFTAR PUSTAKA

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Kunjungan Wisatawan ke Kabupaten Karo Periode

Tahun 2011 – Agustus 2016 ... 4 Tabel 3.1 Luas Daerah Menurut Kecamatan di Kabupaten

Karo Tahun 2015 ... 24 Table 3.2 Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk

Kabupaten Karo Tahun 2015 ... 27 Table 3.4 Mata Pencaharian Masyarakat Kabupeten Karo ... 29 Tabel 3.5 Lokasi Objek Wisata di Kabupaten Karo ... 31

(12)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan untuk sementara waktu, yang diselenggarakan dari suatu tempat ke tempat lain dengan maksud bukan untuk berusaha (business) atau mencari nafkah di tempat yang dikunjungi, tetapi semata-mata menikmati perjalanan tersebut guna pertamasyaan dan rekreasi atau untuk memenuhi keinginan yang beraneka ragam (Yoeti, 1996:118).

Kata pariwisata sesungguhnya baru popular di Indonesia setelah diselenggarakannya Musyawarah Nasional (Munas) Tourisme ke II di Tretes Jawa Timur pada tanggal 12 sampai tanggal 14 Juni 1985. Indonesia sendiri memiliki daerah-daerah yang memiliki potensi alam dan budaya yang besar yang dapat menjadi nilai jual tersendiri di dunia kepariwisataan (Yoeti, 1996:41-42).

Kepariwisataan di Indonesia saat ini merupakan bidang yang diutamakan bagi pemerintah dikarenakan pariwisata menjadi penyumbang pendapatan devisa terbesar ketiga di Indonesia setelah minyak dan gas. Banyak pembangunan infrastruktur yang dibenahi untuk meningkatkan kualitas pariwisata di Indonesia. Selain itu untuk menunjukkan keseriusan dan kepedulian pemerintah terhadap dunia pariwisata maka upaya yang dilakukan adalah dengan menetapkan daerah-daerah tujuan wisata di Indenesia yang memiliki potensi alam dan budaya serta melakukan kegiatan-kegiatan yang terkait dalam

(13)

melestariakan nilai-nilai budaya di daerah. Seperti yang kita ketahuai bahwa kebudayan Indonesia sangatlah beragam karena terdapat berbagai suku dan etnis didalamnya sehingga kebudayan yang dimiliki setiap suku berbeda pula hasilnya. Keberanekaragaman budaya inilah yang menjadi keunikan masing-masing daerah di Indonesia yang tidak bisa diabaikan begitu saja.

Sumatera Utara adalah salah satu destinasi wisata di Indonesia yang memiliki potensi sangat besar pada sektor pariwisata karena memiliki keunikan dan keindahan alam, keanekaragaman budaya yang dapat dijadikan daya tarik wisata yang mampu menarik wisatawan baik lokal maupun internasional. Seperti yang kita ketahui bahwa, kebudayaan merupakan salah satu daya tarik kepariwisataan yang terdapat di berbagai daerah di Nusantara. Masyarakat Provinsi Sumatera Utara memiliki keanekaragaman budaya yang menjadi potensi kepariwisataan yang tidak bisa diabaikan begitu saja.

Sumatera Utara memiliki kekayaan adat istiadat dan budaya dari berbagai etnis serta bahasa yang berbeda-beda pula pada setiap penduduk asli pulau Sumatera Utara seperti, etnis Melayu, Batak Toba, Batak Karo, Batak Angkola, Batak Pakpak Dairi, Batak Simalungun, Nias, dan Sibolga Pesisir. Keragaman budaya yang ada di Sumatera Utara sangat mendukung kepariwisataan di Sumatera Utara, khususnya Kabupaten Karo yang menjadi salah satu objek wisata di Sumatera Utara.

Kabupaten Karo terletak di dataran tinggi Pegunungan Bukit Barisan yang secara geografis terletak diantara diantara 2050’-3019’ Lintang Utara (LU) dan 97055’-98038’

Bujur Timur (BT) dengan luas 2.127,25 km2 atau 2,97% dari luas Provinsi Sumatera Utara.

(14)

Kabupaten Dairi dan Toba Samosir. Sebelah Timur: Kabupaten Deli Serdang dan Kabupaten Simalungun. Sebelah Barat: Kabupaten Aceh Tenggara (Propinsi NAD).

Kabupaten Karo memiliki berbagai potensi dalam bidang pariwisata seperti objek wisata alam yaitu: alam pegunungan, hutan raya, air terjun, air panas alam, gua dan danau;

objek wisata budaya yaitu: rumah adat tradisional, atraksi budaya (upacara ritual, pesta tahunan), kesenian tradisional Karo; objek wisata peninggalan sejarah yaitu: peninggalan berupa legenda (cerita rakyat) seperti meriam puntung Putri Hijau dan pura di Bintang Meriah; agrowisata yaitu: berupa hasil tanaman dari petani Karo berupa kol, kentang, strowberry, jeruk, vanili, tomat, cabai, kopi, hamparan sawah dan sayur-sayuran serta buah- buahan lainnya.

Kunjungan wisatawan ke Kabupaten Karo yang dulunya ramai oleh wisatawan baik wisatawan domestik maupun mancanegara saat ini mengalami kemerosotan. Pernyataan tersebut sesuai dengan jumlah data kunjungan wisatawan yang datang berkunjung ke Kabupaten Karo yang semakin lama semakin berkurang. Adapun jumlah data kunjungan wsiatawan yang berkunjung ke Kabupaten Karo dapat dilihat pada Tabel 1.1 antara tahun 2011-Agustus 2016:

(15)

Tabel 1.1

Kunjungan Wisatawan Ke Kabupaten Karo Periode Tahun 2011 – Agustus 2016

TAHUN DOMESTIK WISMAN JUMLAH

2012 433.421 5.647 439.068

2013 380.486 2.711 383.197

2014 324.670 1.951 326.621

2015 370.412 752 371.164

s.d Agustus 2016

324.907 264 325.171

Sumber : Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya Kabupaten Karo, 2016

Potensi Kabupaten Karo yang sangat besar sangat disayangkan bila dilihat dari data di atas bahwa kegiatan kepariwisatan tidak berjalan dengan baik. Dari data diatas dapat dilihat penurunan total jumlah kunjungan wisatawan lokal maupun mancanegara per tahunnya yang dimulai dari tahun 2012 sampai bulan Agustus 2016 hingga mencapai 28%.

Banyak faktor yang menjadi penyebab kurangnya minat wisatawan untuk berkunjung ke Tanah Karo salah satunya adalah gejala alam yang saat ini terjadi yaitu erupsi Gunung Sinabung yang membuat banyak wisatawan khususnya wisatawan mancanegara enggan untuk berkunjung. Dampak yang diakibatkan oleh erupsi Gunung Sinabung membuat objek wisata alam di Kabupaten Karo juga berkurang seperti jalur pendakian di Gunung Sinabung dan Danau Lau Kawar yang saat ini ditutup karena lokasinya berdekatan dengan erupsi

(16)

Gunung Sinabung. Namun potensi lainya yang tidak kalah besar adalah di bidang budaya.

Salah satunya adalah adanya terdapat Desa Budaya di Kabupaten Karo.

Desa Budaya Dokan terletak di Kecamatan Merek, Kabupaten Karo yang jaraknya kira-kira 20 kilometer dari Kota Kabanjahe. Jarak dari Kota Berastagi menuju Desa Dokan adalah 23 kilometer. Apabila dari Kota Medan jaraknya sekitar 95 kilometer.

Desa Budaya Dokan sudah dikenal sebagai desa tradisional yang menjadi salah satu objek wisata di Kabupaten Karo. Alasannya adalah karena desa ini merupakan salah satu dari tiga desa yang mewakili sejarah dan peradaban budaya karo. Desa lainnya adalah Desa Lingga dan Desa Peceran. Hal lain adalah ditandai masih berdirinya rumah adat siwaluh jabu, rumah adat berusia ratusan tahun yang menyiratkan kekayaan adat masyarakat setempat.

Dikatakan rumah adat siwaluh jabu karena di dalam rumah ini terdapat delapan kepala rumah tangga (jabu) yang hidup berdampingan dalam keadaan damai dan tentram.

Bahan bangunan rumah tradisional ini terbuat dari kayu bulat, papan, bambu, dan beratapkan ijuk tanpa menggunakan paku ataupun kawat yang dikerjakan secara bersama- sama dengan persetujuan semua anggota keluarga (senina-anak beru-kalimbubu yang disebut juga sangkep nggeluh) dengan dibantu oleh Guru (orang yang memiliki kekuatan supranatural) untuk mengiringi prosesi pembangunan rumah adat tersebut.

Selaian itu Desa Dokan merupakan salah satu desa budaya yang masyarakatnya masih memegang teguh adat istiadat budaya Karo dalam kehidupan sehari-hari, seperti pesta tahunan (kerja tahun) yang diselenggarakan setahun sekali (pada bulan Juli) untuk merayakan proses penanaman padi, upacara adat perkawinan, adat untuk anak-anak remaja,

(17)

dan orangtua contohnya adalah upacara 7 bulanan bayi dalam kandungan, upacara adat kematian, dan lain-lain. Potensi tersebuat merupakan modal utama yang cukup menarik untuk diberdayakan sebagai daya tarik wisata budaya dalam meningkatkan kepariwisataan di Kabupaten Karo.

Keberadaan Desa Dokan yang cukup potensial sebagai daya tarik wisata budaya, seperti adanya atraksi-atraksi budaya, rumah adat Karo serta adat istiadat yang di pegang teguh oleh masyarakatnya melatarbelakangi penulis untuk mengangkat desa ini sebagai objek penulisan kertas karya dengan judul: “Daya Tarik Desa Dokan Sebagai Objek Wisata Budaya”.

1.2 Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka batasan masalah yang akan diangkat dalam kertas karya ini adalah:

1) Potensi yang terdapat di Desa Dokan untuk dijadikan sebagai daya tarik wisata budaya

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah yang telah diuraikan di atas maka rumusan masalah yang akan diangkat dalam kertas karya ini adalah:

1) Apa saja potensi yang menjadi daya tarik pariwisata di Desa Dokan?

2)

(18)

1.4 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1) Untuk mendeskripsikan potensi budaya yang terdapat di Desa Dokan

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian dapat dibagi menjadi manfaat teoritis dan manfaat praktis.

1.5.1 Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu kepariwisataan, khususnya pariwisata budaya, baik dari segi bentuk maupun strategi pengembangan.

1.5.2 Manfaat Praktis

Manfaat praktis penelitian diharapkan bermafaat bagi pemerintah daerah sebagai pengambil kebijakan dalam upaya pembenahan dan perbaikan infrastruktur serta pelestarian rumah adat dan kegiatan kebudayaan di Desa Dokan sebagai objek wisata budaya di Kabupaten Karo, bagi para pelaku pariwista sebagai pihak yang memperkenalkan ODTW (Objek Daerah Tujuan Wisata), serta bagi masyarakat setempat pemilik budaya dan daerah objek wisata tersebut untuk mengambil bagian dalam upaya pelestarian budaya dan rumah adat siwaluh jabu yang terdapat di Desa Dokan.

(19)

1.6 Metode Penelitian

Pada prinsipnya suatu penelitian bertujuan untuk menjawab berbagai masalah yang terdapat dalam penelitian dan lingkungannya, seperti biasanya penelitian yang dilakukan dengan menggunakan metode yang akan dapat mencerminkan kekuatan data yang dikumpulkan atau dianalisa oleh penulis.

Di dalam penulisan kertas karya ini penulis menggunakan metode penulisan sebagai berikut :

1. Library Research (Penelitian Kepustakaan), yaitu pengumpulan data/teori dengan membaca buku-buku perkulihan dan bahan yang ada sangkut pautnya dengan kepariwisataan, serta yang berhubungan dengan masalah yang dibahas.

2. Field Research (Metode Lapangan), yaitu pengumpulan data yang dilakukan dengan cara langsung terjun ke lapangan sehingga diperoleh data-data yang akurat dan lengkap. Pengumpulan data menggunakan metode lapangan dapat dilakukan dengan teknik sebagai berikut:

a.

Observasi diartikan sebagai pengalaman dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian. Observasi atau mengamati adalah metode pengumpulan data dimana peneliti mencatat informasi yang didapat selama pengamatan.

(20)

b.

Membuat atau menyusun daftar pertanyaan yang akan diberikan kepada calon informan untuk melengkapi informasi yang didapatkan oleh peneliti selama melakukan observasi atau pengamatan terkait objek penelitian.

c.

Melakukan wawancara adalah metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara bertatap muka secara langsung dan melakukan tanya jawab agar mendapat informasi dan data yang akurat dan dapat dipercaya karena langsung dari sumbernya

1.7 Sistematika Penulisan

Penyusunan kertas karya ini disusun secara sistematika sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini terdiri dari 7 sub bab, yaitu latar belakang, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, sistematika penulisan.

BAB II : URAIAN TEORITIS

Bab ini menguraikan tentang uraian teoritis mengenai pengertian pariwisata, pengertian wisatawan, pengertian objek dan daya tarik wisata, pengertian budaya dan kebudayaan, upaya pelestarian budaya, pengertian pariwisata budaya, budaya sebagai objek wisata

BAB III : GAMBARAN UMUM KABUPATEN KARO

(21)

Gambaran umum Kabupaten Karo, meliputi letak geografis, demografi, agama, mata pencaharian, potensi objek dan daya tarik wisata dan gambaran umum Desa Dokan.

BAB IV : DAYA TARIK DESA DOKAN SEBAGAI WISATA

BUDAYA

Menguraikan bagaimana Desa Dokan sebagai wisata budaya, atraksi budaya, tradisi dan ritual

BAB V : PENUTUP

Bab ini berisikan kesimpulan dan saran

(22)

BAB II

TEORI KEPARIWISATAAN

2.1 Pengertian Kepariwisataan 2.1.1 Pengertian Pariwisata

Secara etimologi istilah pariwisata yang berasal dari bahasa Sansekerta dianggap sinonim dengan pengertian tour. Pendapat ini berdasarkan pemikiraan bahwa kata pariwisata terdiri dari dua suku kata, yaitu: pari dan wisata. Pari berarti banyak, berkali- kali, berputar-putar atau berkeliling. Sedangkan wisata berarti perjalanan, berpergian dari satu tempat ke tempat lain (Yoeti, 1996:112).

Kata pariwisata sesungguhnya baru popular di Indonesia setelah diselenggarakannya Musyawarah Nasional (Munas) Tourisme ke II di Tretes Jawa Timur pada tanggal 12 sampai tanggal 14 Juni 1985. Sebelumnya, sebagai kata pariwisata digunakan kata tourisme (bahasa Belanda) yang sering pula di-Indonesiakan menjadi turisme (Yoeti, 1996:41-42).

Pariwisata adalah perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dari satu ke tempat lain dengan tujuan untuk mencari kesenangan dan tidak untuk menetap.

Menurut Kodyat (dalam Wardiyanto, 2011:5), “... bahwa pariwisata sebagai perjalanan dari suatu tempat ke tempat lain, bersifat sementara, yang dilakukan untuk mencari keseimbangan atau keserasian dengan lingkungan hidup untuk mencapai kebahagian dalam dimensi sosial, budaya, alam, dan ilmu”.

Menurut Yoeti (1996:118) pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan untuk sementara waktu, yang diselenggarakan dari suatu tempat ke tempat lain, dengan maksud bukan untuk berusaha (business) atau mencari nafkah di tempat yang dikunjungi, tetapi semata-mata menikmati

(23)

perjalanan tersebut guna pertamasyaan dan rekreasi atau untuk memenuhi keinginan yang beraneka ragam.

Menurut Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1990, “... bahwa pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata termasuk pengusahaan objek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait di bidang ini”.

Dari beberapa pengertian di atas, dapat di simpulkan bahwa pariwisata adalah kegiatan yang dilaksanakan untuk sementara waktu ke tempat lain diluar lingkungan hidup dan diluar kegiatan rutinitasnya dengan tidak untuk berkerja atau mencari nafkah, menambah wawasan, mengenai daerah di luar tempat tinggalnya serta mencari kesenangan dan menikmati semua kegiatan yang dilakukannya di daerah atau tempat yang dikunjunginya.

2.1.2 Pengertian Wisatawan

Secara etimologi kata wisatawan berasal dari kata dalam bahasa Sansekerta wisata yang berarti perjalanan yang dapat disamakan dengan kata traveller dalam bahasa Inggris.

Jadi orang yang melakukan perjalanan dalam pengertian ini (wisatawan) disama artikan dengan kata traveller karena dalam bahasa Indonesia sudah merupakan kelaziman memakai akhiran -wan untuk menyatakan orang yang profesinya, keahliannya, keadaannya, jabatannya dan kedudukan seseorang (Yoeti, 1996:131).

Wisatawan adalah seseorang yang mengadakan perjalan di luar tempat tinggalnya untuk mencari kesenangan dan menikmati perjalanan yang dilakukakanya. Menurut J.

Christopher Holloway (dalam Pendit, 1999:36), “... bahwa wisatawan adalah seseorang

(24)

yang mengadakan perjalanan untuk melihat sesuatu yang lain dan kemudian mengeluh bila ia membayar sesuatu yang tidak sesuai”.

Menurut Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 1969 tentang wisatawan, “... bahwa wisatawan (tourist) adalah setiap orang yang berpergian dari tempat tinggalnya untuk berkunjung ke tempat lain dengan menikmati perjalanan dan kunjungannya itu”.

Wisatawan adalah orang yang melakukan perjalanan untuk menikmati kegiatan di luar rutinitasnya dengan motif-motif yang berbeda dengan tidak untuk bekerja atau mencari nafkah. IUOTO (The International Union of Official Travel Organization) (dalam Pendit, 1999:39) mengatakan:

Wisatawan sebagai orang-orang yang sedang mengadakan perjalanan dalam jangka waktu 24 jam dan maksimal 3 bulan di dalam suatu negeri yang bukan negeri di mana biasanya ia tinggal.

Istilah pengunjung (visitor) untuk setiap orang yang datang ke suatu negara yang bukan tempat tinggalnya yang biasa untuk keperluan apa saja, selain melakukan perjalanan yang bergaji. Pengunjung yang dimaksudkan meliputi dua kategori yaitu:

1. Wisatawan yaitu : pengunjung yang datang ke suatu negara yang dikunjunginya tinggal selama 24 jam dan dengan tujuan untuk bersenang-senang, berlibur, kesehatan, belajar, keperluan agama dan olahraga, bisnis, keluarga, utusan dan pertemuan

2. Excurtionist, yaitu : pengunjung yang hanya tinggal sehari di negara yang dikunjunginya tanpa bermalam

Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa wisatawan adalah orang yang berpergian dari tempat tinggalnya dengan tidak untuk metetap atau hanya sementara waktu untuk berkunjung ke tempat lain dengan tujuan untuk memperoleh kesenangan dan menikmati perjalanan yang dilakukannya.

(25)

2.2 Objek dan Daya Tarik Wisata

Objek dan daya tarik wisata (tourist attraction) adalah suatu bentukan dan/atau aktivitas dan fasilitas yang berhubungan, yang dapat menarik minat wisatawan atau pengunjung untuk datang ke suatu daerah/tempat tertentu. Daya tarik yang tidak atau belum dikembangkan semata-mata hanya merupakan sumber daya potensial dan belum dapat disebut sebagai daya tarik wisata, sampai adanya suatu jenis pengembangan tertentu.

Misalnya penyediaan aksebilitas sebagai daya tarik wisata (Marpaung, 2002:78).

Selain itu, objek dan daya tarik wisata memiliki pengertian sebagai tempat dan daerah yang karena aktraksinya, situasinya dalam hubungan lalu-lintas dan fasilitas-fasilitas kepariwisataannya menyebabkan tempat atau daerah tersebut menjadi objek kebutuhan wisatawan. Dimana bila dijabarkan mengenai definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa ada tiga kebutuhan utama yang harus dipenuhi oleh suatu daerah untuk tujuan wisata (Pendit, 1999:172) yaitu:

1) memiliki atraksi atau objek yang menarik;

2) mudah dicapai dengan alat-alat kendaraan;

3) menyediakan tempat untuk tinggal sementara.

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009, “... bahwa daya tarik wisata sebagai segala sesuatu yang mempunyai keunikan, kemudahan, dan nilai yang berwujud keanekaragaman, kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau kunjungan para wisatawan.”

(26)

Menurut Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan, disebutkan bahwa objek dan atraksi wisata memiliki pengertian tersendiri, yaitu:

1. Objek wisata merupakan hal-hal yang menarik untuk dirasakan oleh wisatawan yang bersumber pada alam saja.

2. Atraksi wisata adalah segala sesuatu yang menarik untuk dilihat, dinikmati dan dirasakan oleh wisatawan yang merupakan hasil kerja manusia

Objek dan daya tarik wisata (Pendit, 1999:174-177) terdiri dari beberapa unsur diantaranya adalah:

1. Benda-benda yang tersedia dan terdapat di alam semesta yang dimanfaatkan dan diusahakan untuk dapat dinikmati dan memberi kepuasan bagi wisatawan, yang dalam istilah pariwisata disebut dengan istilah Natural Amenities. Contohnya adalah keindahan alam, flora dan fauna, iklim, pusat-pusat kesehatan (health center) seperti sumber air mineral, sumber air panas, mandi lumpur, dan lain-lain.

2. Hasil ciptaan manusia (man-made supply) yaitu segala sesuatu yang merupakan hasil karya manusia yang dapat dijadikan sebagai onjek wisata, misalnya:

a. Monumen bersejarah dan sisa peradaban masa lampau b. Museum, perpustakaan, kesenian rakyat, handicraft

c. Acara tradisional, pameran, festival, upacara naik haji, upacara perkawinan, khitanan, dan lain-lain

d. Rumah-rumah beribadah, seperti gereja, katedral, kuil, candi, pura atau masjid

e. Tata cara hidup masyarakat (the way life). Tata cara hidup tradisional dari suatu masyarakat merupakan salah satu potensi yang penting untuk ditawarkan kepada para wisatawan. Bagaimana kebiasaan hidupnya, adat istiadatnya, semuanya merupakan daya tarik bagi wisatawan yang berkunjung ke daerah tersebut. Contohnya adalah: pembakaran mayat (ngaben) di Bali dan Tana Toraja, upacara sekaten di Yogyakarta, tea ceremony di Jepang, upacara waysyak di Candi Mendut dan Borobudur, dan lain-lain.

2.3 Jenis-jenis Wisata

Berbagai motif dan tujuan wisatawan yang mendasari kegiatan perjalanan wisata mendorong perkembangan kepariwisataan di Indonesia. Potensi yang dimiliki oleh

(27)

Indonesia di berbagai bidang sumber daya alam, kebudayan dan manusia memberikan dampak besar terhadap jumlah kunjungan wisatawan ke Indonesia.

Adapun jenis-jenis wisata (Pendit, 1999: 42-48) dapat dibagi menjadi:

1. Wisata Budaya

Wisata budaya adalah perjalanan yang dilakukan atas dasar keinginan untuk memperluas pandangan hidup seseorang dengan cara mengadakan kunjungan atau peninjauan ke tempat lain atau ke luar negeri, mempelajari keadaan rakyat, kebiasaan dan adat istiadat, cara hidup, budaya dan seni. Contohnya dengan mengambil bagian dalam kegiatan- kegiatan budaya, eksposisi seni (seni tari, seni drama, seni musik dan seni suara), atau kegiatan yang bermotif kesejarahan dan sebagainya.

2. Wisata Kesehatan

Wisata kesehatan adalah perjalanan yang dilakukan seseorang dengan tujuan untuk menukar keadaan dan lingkungan tempat sehari-hari di mana ia tinggal demi kepentingan beristirahat baginya dalam arti jasmani dan rohani dengan mengunjungi tempat peristirahatan seperti mata air panas mengandung mineral yang dapat menyembuhkan, tempat yang mempunyai iklim udara yang menyehatakan atau tempat-tempat yang menyediakan fasilitas-fasilitas kesehatan lainnya.

3. Wisata Olahraga

Wisata olahraga adalah perjalanan yang dilakukan dengan tujuan berolahraga atau memang sengaja bermaksud mengambil bagian aktif dalam pesta olah raga di suatu tempat atau negara seperti Asian Games, Olympiade, Thomas Cup, Uber Cup dan lain-lain.

4. Wisata Komersial

Wisata komersial adalah kegiatan perjalanan untuk mengunjungi pameran-pameran dan pekan raya yang bersifat komersial, seperti pameran industri, pameran dagang dan sebagainya.

5. Wisata Industri

Wisata industri adalah perjalanan yang dilakukan oleh rombongan pelajar atau mahasiswa, atau orang-orang awam ke suatu kompleks atau daerah perindustrian di mana terdapat pabrik-pabrik atau bengkel-bengkel besar dengan maksud dan tujuan untuk mengadakan peninjauan atau penelitian.

6. Wisata Politik

Wisata politik adalah perjalanan yang dilakukan untuk mengunjungi atau mengambil bagaian aktif dalam peristiwa kegiatan politik seperti misalnya ualang tahun perayaan 17 Agustus di Jakarta, penobatan Ratu Inggris di London dan sebagainya dimana biasanya fasilitas akomodasi, sarana angkutan dan atraksi diadakan secara megah dan meriah bagi para pengunjung. Disamping itu juga peristiwa-peristiwa penting seperti

(28)

konferensi, musyarwarah, kongres atau konvensi politik yang selalu disertai dengan darmawisata.

7. Wisata Konvensi

Wisata konvensi adalah perjalanan yang dilakukan dengan tujuan untuk mengikuti kegiatan konferensi, musyawarah, konvensi atau pertemuan lainnya yang bersifat nasional maupun internasional guna membicarakan masalah-masalah atau tema-tema tertentu.

8. Wisata Sosial

Wisata sosial adalah pengorganisasian suatu perjalanan murah serta mudah untuk memberi kesempatan kepada golongan masyarakat ekonomi lemah (atau dengan kata lain tidak mampu membayar segala sesuatu yang bersifat lux atau mewah) untuk mengadakan perjalanan, seperti misalnya bagai kaum buruh, pemuda, pelajar atau mahasiswa, petani dan sebagainya.

9. Wisata Pertanian

Wisata pertanian adalah perjalanan yang dilakuakan ke proyek-proyek pertanian, perkebunan, ladang pembibitan dan sebagainya di mana wisatawan rombongan dapat mengadakan kunjungan atau peninjauan untuk tujuan studi maupun melihat-lihat keliling sambil menikmati segarnya tanaman beraneka warna dan suburnya pembibitan berbagai jenis sayur-mayur dan palawija di sekitar perkebunan yang dikunjungi.

10. Wisata Maritim (Marina) atau Bahari

Wisata maritim adalah kegiatan wisata yang banyak dikaitkan dengan kegiatan olahraga di air, seperti di danau, bengawan, pantai, teluk atau laut, contohnya adalah memancing, berlayar, menyelam sambil melakukan pemotretan, kompetisi berselancar, balapan mendayung, berkeliling melihat-lihat taman laut dengan pemandangan indah di bawah permukaan air serta berbagai rekreasi perairan yang banyak dilakukan di daerah-daerah atau negara-negara maritim.

11. Wisata Cagar Alam

Wisata cagar alam adalah perjalanan yang mengkhususkan usaha-usaha dengan jalan mengatur wisata ke tempat atau daerah cagar alam, taman lindung, hutan daerah pegunungan dan sebagainya yang kelestariannya dilindungi oleh undang-undang. Wisata cagar alam banyak dilakukan oleh para penggemar dan pecinta alam dalam kaitannya dengan kegemaran memotret binatang atau marga satwa serta pepohonan kembang beraneka warna yang memang mendapat perlindungan dari pemerintah dan masyarakat.

12. Wisata Buru

Wisata buru adalah kegiatan yang dilakukan di negeri-negeri yang memang memiliki daerah atau hutan tempat berburu yang dibenarkan oleh pemerintah dan diadakan oleh berbagai agen atau biro perjalanan.

Wisata ini diatur dalam bentuk safari buru ke daerah atau hutan yang

(29)

telah ditetapkan oleh pemerintah negara yang yang bersangkutan, seperti di Afrika untuk berburu gajah, singa, babi hutan dan sebagainya.

Di India ada daerah-daerah yang memang disediakan untuk berburu macan, badak dan sebagainya, sedangkan di Tanah Air pemerintah membuka wisata buru untuk daerah Baluran di Jawa Timur di mana wisatawan boleh menembak banteng atau babi hutan.

13. Wisata Pilgrim

Wisata ini banyak dikaitkan dengan agama, sejarah, adat istiadat dan kepercayaan umat atau kelompok dalam masyarakat. Wisata pilgrim banyak dilakukan oleh perorangan atau rombongan ke tempat-tempat suci, ke makam-makam orang besar atau pemimpin yang diagungkan, kebukit atau gunung yang dianggap kramat, tempat pemakaman tokoh atau pemimpin sebagai manusia ajaib penuh legenda.

14. Wisata Bulan Madu

Wisata bulan madu adalah penyelenggaraan perjalanan bagi pasangan- pasangan merpati, pengantin baru, yang sedang berbulan madu dengan fasilitas-fasilitas khusus dan tersendiri demi kenikmatan perjalanan dan kunjungan mereka, seperti misalnya kamar pengantin di hotel yang khusus disediakan dengan peralatan serba istimewa seperti tempat tidur yang dihiasi dengan aksesoris romantis, dekorasi dinding dengan selera tinggi, cermin besar di berbagai sudut termasuk langit-langit kamar dan sebagainya yang menimbulkan kesan seakan-akan berada di sorga loka.

2.4 Kebudayaan

Budaya adalah keseluruhan dari pengetahuan, sikap dan pola perilaku yang merupakan kebiasaan yang dimiliki dan diwariskan oleh anggota suatu masyarakat tertentu dan memiliki suatu ciri dan keunikan tertentu yang membedakannya dengan kebudayaan dari kelompok masyarakat lain (Marpaung, 2002:111).

Secara etimologi budaya yang dalam bahasa Inggris disebut culture berasal dari Bahasa Latin yaitu colere yang memiliki arti mengerjakan tanah, mengolah, memelihara ladang. Istilah kebudayaan yang kita kenal di Indonesia berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi atau akal,

(30)

dan diartikan sebagai segala hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia (Pendit, 1999:234).

Kebudayaan adalah hasil rasa dan cipta manusia yang dihasilkan berupa gagasan dan hasil karya manusia. Menurut Koentjaraningrat (dalam Wardiyanto 2011:5), “... bahwa kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar”.

Menurut Lehman, Himstreet, dan Batty (dalam Wardiyanto 2011:6), “... bahwa kebudayaan sebagai kumpulan beberapa pengalaman hidup yang ada pada sekelompok masyarakat tertentu. Pengalaman hidup yang dimaksud bisa berupa kepercayaan, perilaku, dan gaya hidup suatu masyarakat”.

Menurut Ki Hajar Dewantara (dalam Wardiyanto 2011:6), kebudayaan adalah buah budi manusia yang merupakan hasil perjuangan manusia terhadap dua pengaruh kuat, yakni zaman dan alam yang merupakan bukti kejayaan hidup manusia untuk mengatasi berbagai rintangan dan kesukaran didalam hidup dan penghidupannya guna mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang pada lahirnya bersifat tertib dan damai.

Dari beberapa pengertian mengenai kebudayaan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa pengertian kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni dan lain-lain. Kebudayaan juga merupakan cara manusia dalam beradaptasi dengan lingkungannya, yakni cara manusia membangun alam guna memenuhi keinginan-keinginan serta tujuan-tujuan dalam kehidupannya.

(31)

2.5 Upaya Pelestarian Budaya

Budaya merupakan salah satu aset negara yang besar dan penting untuk dilestarikan.

Kemajuaan zaman yang membuat terkikisnya nilai-nilai kebudayaan di masyarakat Indonesia membuat pemerintah menyelenggarakan program pelestarian budaya. Melalui program ini pemerintah ingin menyadarkan masyarakat akan pentingnya menjaga dan melestarikan nilai-nilai kebudayaan. Hal ini terbukti dengan adanya peraturan dan undang- undang yang dikeluarkan pemerintah mengenai kebijakan upaya pelestarian kebudayaan.

Adapun peraturan dan undang-undang tersebut (Wardiyanto, 2011:11) diantaranya yaitu:

1. Peraturan Pemerintah No 10 Tahun 1993 Tentang Pelaksanaan UU No 5 Tahun 1992 Tentang Benda Cagar Budaya

2. Peraturan Bersama Mentri Dalam Negeri Dan Mentri Kebudayaan Dan Pariwisata No 42 Tahun 2009 Tentang Pedoman Pelestarian Budaya 3. Undang-Undang Republik Indonesia No 11 Tahun 2010 Tentang Cagar

Budaya

2.6 Pariwisata Budaya

Pariwisata budaya (culture tourism) berdeda dari jenis wisata lainnya dimana dalam wisata budaya pengunjung bukan hanya sekedar melihat dan menyaksikan atraksi di daerah tersebut, akan tetapi mereka datang untuk mempelajari atau mengadakan penelitian tentang keadaan setempat. Mereka datang dengan motif kebudayaan. Kunjungan wisatawan ke berbagai daerah khusus adalah untuk melihat dan menyaksikan kegiatan kebudayaan seperti upacara keagamaan, penobatan raja, pemakaman tokoh tersohor, pertunjukan rombongan kesenian yang terkenal, dan sebagainya (Soekadijo, 1997:40).

(32)

Dalam kegiatan pariwisata terdapat sepuluh elemen budaya yang menjadi daya tarik wisata. Menurut Shaw dan William (dalam Pendit, 1999:236) kesepuluh elemen budaya tersebut adalah: 1) kerajinan, 2) tradisi, 3) sejarah dari suatu tempat/daerah, 4) arsitektur, 5) makanan lokal/tradisional, 6) seni dan musik, 7) cara hidup suatu masyarakat, 8) agama, 9) bahasa, 10) pakaian lokal/tradisional.

Pariwisata budaya adalah kegiatan perjalanan wisata yang mengandalkan potensi kebudayaan sebagai daya tarik yang utama di daerah tersebut selain itu wisatawan juga ikut serta berinteraksi langsung dengan masyarakat setempat untuk mengetahui cara hidup dan adat istiadat serta budaya masyarakat tersebut. Menurut Geriya (dalam Pendit, 1999:237,

“... bahwa pariwisata budaya adalah salah satu jenis pariwisata yang mengandalkan potensi kebudayaan sebagai daya tarik yang paling dominan serta sekaligus memberikan identitas bagi pengembangan pariwisata tersebut”.

Menurut Borley (dalam Pendit, 1999:237), “... bahwa pariwisata budaya memungkinkan wisatawan untuk mengetahui dan memperoleh pengalaman tentang perbedaan cara hidup orang lain, merefleksikan adat dan istiadatnya, tradisi religiusnya dan ide-ide intelektual yang terkandung dalam warisan budaya yang belum dikenalnya”.

Menurut Peraturan Daerah (Perda) Nomor 3 Tahun 1991 Pasal 3, pariwisata budaya adalah untuk memperkenalkan, mendayagunakan, melestarikan dan meningkatkan mutu obyek dan daya tarik wisata, mempertahankan norma-norma dan nilai-nilai kebudayaan agama dan kebudayaan alam Bali yang berwawasan lingkungan hidup, mencegah dan meniadakan pengaruh-pengaruh negatif yang dapat ditimbulkan kegiatan kepariwisataan (Diparda Propinsi Bali, 2000).

(33)

2.7 Budaya sebagai Potensi Wisata

Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam dan sumber daya budaya yang melimpah. Kekayaan di sumber daya alam terlihat dari banyaknya potensi wisata alam di Indonesia seperti pantai, gunung dan pesona bawah laut seperti terumbu karang. Selain itu, Indonesia merupakan bangsa yang multibudaya, multibahasa, maupun multiagama. Bila semua potensi itu dikelola dengan baik maka akan memajukan dan meningkatkan memakmurkan rakyat Indonesia (Pendit, 1999:239).

Dengan demikian, wisata budaya merupakan suatu kegiatan wisata yang berorientasi pada keunikan unur-unsur kebudayaan sebagai atraksi utama dari kegiatan wisatanya. Sebagai negara yang memiliki kekaayaan dan keberagaman budaya, Indonesia memiliki potensi yang besar dalam mengembangkan pariwisata khususnya wisata budaya.

Adapun unsur-unsur budaya yang dapat menjadi potensi wisata dan atraksi wisata (Pendit, 1999:240) diantaranya adalah:

1. Upacara Adat

Mencakup segala bentuk upacara adat yang terdapat pada masyarakat setempat di tempat tersebut.

2. Kesenian Tradisional

Mencakup segala bentuk kesenian asli dari budaya masyarakat setempat, berupa seni tari, music dan kerajinan tangan.

3. Benda-Benda Peninggalan Sejarah

Dapat berupa patung arca, rumah adat, peralatan sehari-hari, pakaian adat, peralatan kesenian dan lain sebagainya.

4. Sistem Religi

Mencakup sistem kepercayaa, norma-norma yang berlaku di dalam suatu masyarakat.

(34)

BAB III

GAMBARAN UMUM KABUPATEN KARO

3.1 Lokasi dan Keadaan Geografis

Secara geografis letak Kabupaten Karo berada diantara 2050’-3019’ Lintang Utara dan 97055’-98038’ Bujur Timur dengan luas 2.127,25 km2 atau 2,97% dari luas Provinsi Sumatera Utara.

Kabupaten Karo terletak pada jajaran Bukit Barisan dan sebagian wilayahnya merupakan dataran tinggi, sehingga sering juga disebut sebagai Dataran Tinggi Karo.

Wilayah Kabupaten Karo berada pada ketinggian 280-1.420 meter di atas permukaan laut.

Karena berada diketinggian tersebut daerah ini mempunyai iklim yang sejuk dengan suhu berkisar antara 16 sampai 17° C. Kabupaten Karo sendiri diapit oleh dua gunung berapi yang masih aktif sehingga rawan terjadi gempa vulkanik.

Adapun letak astronomis Kabupatern Karo adalah sebagai berikut:

- Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Langkat dan Kabupaten Deli Serdang

- Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Dairi dan Kabupaten Samosir - Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang dan Kabupaten

Simalungun

- Sebelah Barat berbatasan dengan Provinsi Nangroe Aceh Darussalam (NAD) atau Aceh Tenggara.

(35)

Berikut secara rinci mengenai Luas Wilayah atau Daerah Menurut Kecamtan yang dapat dilihat dalam Tabel 3.1 berikut:

Tabel 3.1

Luas Daerah Menurut Kecamatan di Kabupaten Karo Tahun 2015

Kecamatan Luas Wilayah Desa / Kelurahan Rasio Terhadap Total

010 Mardinding 267.11 12 12,56

020 Laubaleng 252.6 15 11,87

030 Tigabinanga 160.38 20 7,54

040 Juhar 218.56 25 10,27

050 Munte 125.64 22 5,91

060 Kutabuluh 195.7 16 9,20

070 Payung 47.24 8 2,22

071 Tiganderket 86.76 17 4,08

080 Simpang Empat 93.48 17 4,39

081 Naman Teran 87.82 14 4,13

082 Merdeka 44.17 9 2,08

090 Kabanjahe 44.65 13 2,10

100 Berastagi 30.5 10 1,43

110 Tigapanah 186.84 26 8,78

111 Dolat Rayat 32.25 7 1,52

120 Merek 125.51 19 5,90

(36)

130 Barusjahe 128.04 19 6,02

Karo 2127.25 100,00

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Karo, 2015

Ibukota Kabupaten Karo adalah Kabanjahe yang terletak sekitar 76 km sebelah selatan Kota Medan ibukota Provinsi Sumatera Utara. Sejak zaman Belanda, Kabupaten Karo sudah terkenal sebagai tempat peristirahatan, karena di tempat ini wisatawan dapat merasakan udara yang masih segar dengan pemandangan alami yang dapat membatu menghilangkan rasa penat selama bekerja. Keadaan hutan yang cukup luas yaitu mencapai 129.749 Ha atau 60,99% dari luas Kabupaten Karo merupakan penghasil udara yang segar di daerah ini. Kabupaten Karo sudah terkenal sebagai daerah pertanian penghasil berbagai sayur-mayur, buah-buahan dan bunga-bungaan.

Kabupaten Karo beriklim tropis dan mempunyai dua musim yaitu musim hujan dan musim kemarau. Musim hujan pertama mulai bulan Agustus sampai dengan bulan Januari dan musim kedua pada bulan Maret sampai dengan bulan Mei, sedangkan musim kemarau biasanya pada bulan Februari, Juni dan Juli.

Suhu udara rata-rata di Kabupaten Karo berkisar antara 18,4°C - 19,3°C pada waktu malam hari dan 21oC – 22oC pada siang hari, dengan kelembaban udara rata-rata setinggi 88,39%, tersebar antara 86,3% sampai dengan 90,3%.

3.2 Demografi Kabupaten Karo

Hasil sensus tahun 2010 penduduk Kabupaten Karo berjumlah 350.960 jiwa dengan kepadatan penduduk 165, 98 jiwa/km2. Pada tahun 2011 jumlah penduduknya adalah

(37)

354.242 jiwa dengan kepadatan penduduk 166, 53 jiwa/km2. Pada tahun 2012 jumlah penduduknya adalah 358.823 jiwa dengan kepadatan penduduk 168,68 jiwa/km2. Pada tahun 2013 jumlah penduduknya adalah 363.755 jiwa dengan kepadatan penduduk 171 jiwa/km2. Pada tahun 2014 jumlah penduduknya adalah 382.622 jiwa dengan kepadatan penduduk 179, 87 jiwa/km2. Pada tahun 2015 jumlah penduduknya adalah 389.591 jiwa dengan kepadatan penduduk 183, 14 jiwa/km2. Berikut secara rinci mengenai jumlah penduduk di Kabupaten yang dapat dilihat dalam Tabel 3.2 berikut:

Tabel 3.2

Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Kabupaten Karo Tahun 2015

No Wilayah Jumlah Penduduk (Jiwa)

Kepadatan Penduduk (Jiwa/Km2)

1 Mardinding 18.940 70,91

2 Laubaleng 19.766 78,25

3 Tigabinanga 21.763 135,7

4 Juhar 14.090 64,47

5 Munte 20.949 166,74

6 Kutabuluh 11.327 57,88

7 Payung 11.812 250,04

8 Tiganderket 14.078 162,26

(38)

9 Simpang Empat 20.373 217,94

10 Naman Teran 13.985 159,25

11 Merdeka 15.244 345,12

12 Kabanjahe 72.246 1618,05

13 Berastagi 48.975 1605,74

14 Tigapanah 33.207 177,73

15 Merek 20.109 160,22

16 Dolat Rayat 9.212 285,64

17 Barusjahe 23.515 183,65

Karo 389.591 183,14

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Karo, 2015

3.3 Agama

Penduduk Daerah Tingkat II Karo adalah masyarakat suku Karo dan kemudian lambat laun dengan sendirinya banyak ditambah pendatang lain seperti suku Tapanuli, Jawa, Simalungun, Cina, dan lainnya yang datang dari penjuru nusantara walau dalam jumlah terbatas. Mayoritas penduduk Kabupaten Karo memeluk agama Kristen Protestan yakni sekitar 42,93%. Berikut ini data mengenai sistem kepercayaan atau pemeluk agama yang dianut oleh masyarakat di Kabupaten Karo:

1. Agama Kristen Protestan 42, 93 % 2. Agama Kristen Katolik 28, 08 % 3. Agama Islam 24, 12 %

(39)

4. Agama Hindu dan Budha 2, 48 % 5. Agama lain-lain 2, 39 %

3.4 Mata Pencaharian Masyarakat

Mata pencaharian masyarakat di Kabupaten Karo yang terutama adalah usaha pertanian pangan atau dengan bertani, hasil hortikultura dan perkebunan rakyat (petani).

Mata Pencaharian penduduk Kabupaten Karo dijelaskan dalam keterangan berikut:

Tabel 3.4

Mata Pencaharian Masyarakat Kabupaten Karo

No Mata Pencaharian Persentase

1 Pertanian 79,93%

2 Pedagang 11,49%

3 Pegawai Negeri 9,17%

4 Transportasi 1,13%

5 Konstruksi 1,12%

6 Industri 0,64%

7 Pertambangan 0,32%

8 Keuangan 0,09%

9 Perusahaan Listrik, Gas, Air Mineral 0,87%

10 Lain-lain 0,37%

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Karo, 2015

(40)

3.5 Potensi Objek dan Daya Tarik Wisata Kabupaten Karo

Potensi pariwistasa di Kabupaten Karo antara lain memiliki tujuan objek wisata spesifik, seperti:

1. Objek wisata alam: alam pegunungan, pemandian air panas, gua, air terjun, danau, hutan, bukit, arung jeram, padang rumput dan paralayang.

2. Objek wisata budaya: rumah adat tradisional, atraksi budaya, kesenian budaya tradisional Karo.

3. Peninggalan sejarah: peninggalan berupa legenda (cerita rakyat) seperti meriam puntung Putri Hijau dan pura di Bintang Meriah.

4. Agrowisata: berupa hasil tanaman dari petani Karo berupa kol, kentang, jeruk, vanili, tomat, cabai, kopi, hamparan sawah dan sayur-sayuran serta buah-buahan lainnya.

Objek-objek wisata tersebut tersebar di hampir seluruh penjuru wilayah Kabupaten Karo. Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya Kabupaten Karo melakukan identifikasi mengenai tinjauan beberapa kebijakan dan hasil pengamatan survei lapangan terdapat objek wisata alam, objek wisata budaya, peninggalan sejarah serta beberapa atraksi wisata yang menyebar di setiap wilayah kecamatan. Secara rinci sebaran obyek wisata di Kabupaten Karo dapat dilihat dalam berikut:

(41)

Table 3.5

Lokasi Objek Wisata di Kabupaten Karo

No Jenis dan Nama Objek Wisata

Lokasi Objek Wisata

Desa Kecamatan

A WISATA ALAM

1 Air Terjun Sikulikap Doulu Berastagi

2 Panorama Daulu Daulu Berastagi

3 Lau Debuk-Debuk Semangat Gunung Merdeka

4 Taman Mejuah-juah Berastagi Gundaling-II Berastagi

5 Bukit Gundaling Gundaling-I Berastagi

6 Deleng Kutu Gurusinga Berastagi

7 Tahura Dolat Rayat Dolat Rayat

8 Air Panas Alam Semangat Gunung

Semangat Gunung Merdeka

9 Gunung Sibayak Jaranguda Merdeka

10 Danau Lau Kawar Kuta Gugung Naman Teran

11 Gunung Sinabung Sigarang-garang Naman Teran

12 Uruk Tuhan Bakerah Naman Teran

13 Gua Liang Dahar Lau Buluh Kuta Buluh

14 Air Terjuan belingking Mburidi (DAS Lau Biang)

Kuta Buluh

(42)

15 Air Terjun Sipiso-piso Pengambatan Merek

16 Gunung Sipiso-piso Situnggaling Merek

17 Tongging-Sikodon-kodon Tongging Merek

18 Taman Simalem Tongging Merek

19 Gua Ling-ling Gara Kuta Pengkih Mardingding

20 Padang Pengembala Nodi Mbal-mbal Petarum Lau Baleng

21 Gunung Barus Basam Barusjahe

22 Gua Roci Basam Barusjahe

B WISATA BUDAYA

1 Desa Budaya Peceren Peceren / Sempa Jaya Berastagi

2 Desa Budaya Lingga Lingga Simpang Empat

3 Desa Budaya Dokan Dokan Merek

4 Pakaian Adat (Uis Karo) Di Kabupaten Karo

5 Benda Budaya dan Situs Di Kabupaten Karo

C AGROWISATA

1 Agrowisata Tanaman Pangan dan Perkebunan (Hamparan Padi, Kopi dan lain-lain)

Menyebar di Setiap Kecamatan 2 Agrowisata Buah-

buahan(Hamparan Kebun Jeruk, Markisah dan lain-lain)

(43)

3 Agrowista Sayur-sayuran (Hamparan tanaman kol, wortel, tomat, cabai dan lain-lain) 4 Agrowisata Tanaman Bunga-

bungaan (Bunga Mawar, Anggrek dan lain-lain)

D WISATA KULINER ATAU BELANJA

1 Pasar Tradisional Berastagi Kota Berastagi 2 Pasar Buah Berastagi Kota Berastagi

3 Pasar Bunga Berastagi Kota Berastagi dan di sepanjang jalur jalan menuju Berastagi-kabanjahe

E PENINGGALAN SEJARAH

1 Puntungan Meriam Putri Hijau Sukanalu Tiga Panah 2 Legenda (Cerita Rakyat) Menyebar di seluruh kecamatan

F WISATA MINAT KHUSUS

1 Arung Jeram / Rafting Aliran DAS Lau Biang (Mulai dari Desa Limang – Perbesi - Bintang Meriah) 2 Gantole dan Paralayang Tongging

3 Lintas Alam / Tracking  Route perjalanan Berastagi & Bandar Baru melalui Gunung Barus, dimulai dari Desa Basam (6 km dari berastagi).

(44)

 Route perjalanan Berastagi – Bukit Lawang.

 Route perjalanan Berastagi ke Semangat

Gunung (Pemandian Air Panas) dimulai dari Desa Lau Gumba

4 Hiking Gunung Sibuaten (Merek), Gunung Sibayak

dan Gunung Sinabung

G ATRAKSI WISATA

1 Hari Kemerdekaan

Menyebar di seluruh kecamatan 2 Tari Ndurung

3 Tari Ndikar 4 Tari Baka 5 Tari Tongkat 6 Erpangir Ku Lau 7 Upacara Perumah Begu 8 Erdemu Bayu

9 Ngampaken Tulan-tulan 10 Pesta Tahunan

11 Gendang Guro-Guro Aron (GGA)

Sumber: Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya Kabupaten Karo, 2015

(45)

Berdasarkan data dan temuan dari Dinas Pariwista, Seni dan Budaya Kabupaten Karo 2015 profil singkat berbagai potensi objek wisata yang ada di Kabupaten Karo adalah sebagai berikut:

a. Objek Wisata Alam 1. Air Terjun Sikulikap

Air terjun ini berada di dekat lokasi Penatapan Berastagi yang biasanya merupakan tempat beristirahat para wisatawan sambil menikmati keindahan alam dan melepaskan kejenuhan dengan menghirup udara pegunungan yang segar sambil menyantap jagung rebus dan bakar yang enak.

Lokasi air terjun ini tidak jauh dari Pabrik Air Mineral Aqua, Kecamatan Berastagi, Kabupaten Karo dan berada diperbatasan Kabupaten Karo dan Deli Serdang. Jarak dari Medan menuju lokasi ini adalah 54 kilometer yang dapat ditempuh dengan mrnggunakan bus besar dan angkutan umum seperti Murni, Sutra, Sinabung Jaya maupun menggunakan bus kecil seperti mobil pribadi atau angkutan umum tujuan Medan-Berastagi. Sedakan jarak menuju objek ini dari Berastagi-Penatapan Berastagi adalah 11 kilometer.

Air terjun ini mempunyai ketinggian 30 meter. Tempat ini dikelilingi hutan hujan tropis tempat Gibon bergantungan yang kadang kala berteriak bersauhut-sahutan dan di sekitar lokasi ini terdapat bajing, burung gagak dan kupu-kupu berwarna-warni.

2. Gunung Sibayak

Gunung Berapi Sibayak dalam keadaan aktif berlokasi di atas ketinggian 2.172 M dari permukaan laut. Pendakiannya melewati hutan belantara tropis dan tebing yang penuh

(46)

tantangan serta di puncak gunung terdapat hamparan dataran tempat berkemah. Dari puncak gunung terlihat kawah yang masih aktif magma dan pemandangan yang indah dan menawan.

Gunung ini dapat didaki dari dua tempat yaitu Desa Jaranguda (1,5 Km dari berastagi) dan Desa Semangat Gunung (12 km dari Berastagi). Untuk mendaki gunung ini melalui jalan setapak dibutuhkan waktu sekitar 3 jam. Gunung ini telah memiliki jalan aspal sampai ke puncaknya, lama pendakian diperkirakan 2 sampai 3 jam.

3. Gunung Sinabung

Gunung Berapi Sinabung terdapat di Desa Kuta Gugung Kecamatan Naman Teran memiliki ketinggian 2.417 meter dari permukaan laut. Pendakian melewati belantara tropis dan tebing yang penuh dengan tantangan. Sepanjang jalan pendakian kita akan menemukan berbagai tumbuhan langka, pohon berumur ratusan tahun dan satwa liar yang masih hidup bebas tanpa gangguan manusia. Di puncak gunung terdapat hamparan untuk tempat berkemah dari puncak gunung ini kita dapat memandang ke seluruh wilayah Kabupaten Karo bahkan sampai wilayah Dairi, Simalungun dan Langkat. Gunung ini dapat didaki dari dua tempat yaitu Obyek Wisata Lau Kawar dan Desa Mardingding. Jarak dari Kota Berastagi ke tempat awal pendakian Gunung Sinabung 30 km. Pendakian dari Desa Lau Kawar dan Desa Mardingding memakan waktu ± 4 jam.

4. Danau Lau Kawar

Merupakan danau di kawasan ekosistem Leuser (KEL) terletak di kaki Gunung Sinabung berjarak sekitar 30 Km dari Kota Berastagi. Danau seluas 200 Ha ini bila

(47)

dibandingkan dengan Danau Toba, memang hanya 1/6, namun pesonanya tidak kalah.

Danau ini diapit oleh alam pegunungan yang ditumbuhi kayu-kayuan hutan tropis dan di pinggir danau terbentang lahan seluas 3 Ha sebagai lokasi tempat berkemah. Bagi wisatawan yang berjiwa petualangan dari objek ini dapat melakukan kegiatan panjat tebing dan sekaligus pendakian ke puncak Gunung Sinabung. Untuk menuju tempat ini kita dapat menggunakan kendaraan roda empat yang melewati beberapa desa dan lahan pertanian (agrowisata).

Lau Kawar adalah pintu masuk menuju Gunung Sinabung. Karenanya lokasinya sangat eksotis. Memasuki pintu gerbang Lau Kawar, di sisi kanan danau terletak Deleng Lancuk atau Bukit Lancuk yang biasa menjadi tempat tracking, cukup banyak anggrek hutan yang bisa ditemukan.

5. Bukit Gundaling

Bukit yang memiliki ketinggian 1.575 merupakan tempat wisata dengan pohon kayu yang rindang dan bunga bungaan yang sudah dikenal sejak jaman penjajahan Belanda.

Jarak dari Kota Medan – Bukit Gundaling adalah 66 km sedangkan jarak Berastagi ke Bukit Gundaling ± 2 km yang dapat menggunakan bus ukuran besar.Dari Puncak Bukit Gundaling terlihat panorama Gunung Sibayak dan Sinabung serta Kota Berastagi.

6. Air Terjun Sipiso-piso

Air terjun ini berada di ketinggian lebih kurang 800 meter dari permukaan laut (dpl) dan mempunyai ketinggian jatuh 120 m serta dikelilingi oleh bukit yang hijau karena

(48)

bentangan Pulau Samosir, pematang sawah dan ladang. Merupakan sebuah kawasan wisata alam yang terletak tidak jauh dari permukiman masyarakat Desa Tongging, Kecamatan Merek.Jarak dari Kota Berastagi ke objek wisata ini ± 35 km dan hanya memerlukan sekitar 45 menit dari Kota Medan yang dapat ditempuh dengan menggunakan bus ukuran besar.

7. Tongging

Tongging adalah tempat yang nyaman untuk santai dan juga merupakan tempat yang menarik untuk dikunjungi. Berlokasi disebelah ujung utara Danau Toba dengaan pemandangan yang sangat indah. Jalan yang curam dan berliku menuju Merek dari sebelah kanan jalan ini, kita dapat melihat keagungan Air Terjun Sipiso-piso. Letak Tongging sangat cocok sekali karena berada pada jalan utama menuju Medan – Berastagi dan Sidikalang – Kutacane dengan Kawasan Nasional Leuser arau Aceh Singkil yang terkenal dengan Pulau Banyak.Tongging berada ditengah-tengah daerah yang didiami oleh tiga Suku Batak yaitu Batak Karo, Batak Toba dan Batak Pak-pak yang bercampur baur dan menggunakan bahasa lokal dengan menggabungkan kata-kata dari ketiga suku tersebut.

8. Lau Debuk-debuk

Jarak dari Kota Berastagi ke obyek wisata ini sekitar 10 km dan dapat menggunakan bus ukuran besar. Lau Debuk-debuk berlokasi di Desa Doulu, Kecamatan Berastagi.

Kawasan ini yang memiliki panorama alam yang indah dan udara bersih yang sejuk ini mempunyai luas area mencapai 7 hektar, dengan topografi yang didominasi permukaan tanah yang rata.

Objek wisata ini merupakan pemandian air panas yang mata airnya bersumber dari perut bumi, mengandung unsur belerang dan diyakini dapat menyembuhkan berbagai jenis

(49)

penyakit kulit. Mata air panas ini muncul melalui retakan dari aliran lava di daerah selatan lereng Gunung Sibayak. Mata air panas ini kemudian ditampung ke dalam kolam-kolam.

Terdapat 5 buah kolam pemandian yang temperatur airnya mencapai 350C dan suhu udara disana mencapai sekitar 270C. Sebagian dari para pendaki banyak memanfaatkan kolam- kolam air panas ini untuk melepaskan penat setelah melakukan pendakian, dengan cara berendam di dalam kolam tersebut.

9. Panorama Doulu

Panorama Daulu terletak tidak jauh dari Kota Berastagi. Dari tempat ini kita bias melihat pemandangan Desa Bandar Baru dan kota yang indah pada waktu malam hari sambil menikmati jagung bakar dan rebus. Tempat ini sering juga disebut orang sekitar sebagai Penatapan Daulu. Untuk sampai ketempat ini kita dapat menggunakan kendaraan roda dua maupun roda empat. Di tempat ini kita juga dapat melihat monyet yang berkeliaran (12 km dari Kota Berastagi).

10. Pasar Buah Tradisional Berastagi

Pasar tradisional ini tidak jauh dari pusat Kota Berastagi. Pasar ini sangat menarik dikunjungi oleh para wisatawan karena ditempat ini selalu berlangsung transaksi jual beli hasil pertanian dari petani langsung kepada pembeli.

11. Taman Mejuah-juah Berastagi

Taman ini berlokasi di Kota Berastagi dengan luas sekitar 6 Ha. Tempat ini ditumbuhi oleh tanaman dan bunga-bungaan yang indah. Tempat ini biasanya dipergunakan sebagai tempat rekreasi.

(50)

12. Air Panas Semangat Gunung

Objek wisata ini sebagai tempat pemandian air panas alam yang dikelola secara profesional dalam bentuk kolam-kolam renang yang suhunya berbeda-beda sesuai dengan keinginan para wisatawan. Mata airnya bersumber dari perut bumi dan mengandung unsur belerang yang dapat mengobati penyakit seperti gatal-gatal dan lain-lain. Jarak dari Kota Berastagi ke obyek wisata ini ± 13 km dan dapat menggunakan bus ukuran besar.

13. Taman Hutan Raya (Tahura) Bukit Barisan

Taman Hutan Raya (Tahura) Bukit Barisan merupakan Taman Hutan Raya ketiga di Indonesia yang ditetapkan berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 48 Tahun 1998 tanggal 19 November. Tempat ini merupakan kelompok hutan yang terdiri dari kawasan hutan lindung yang meliputi Sibayak I, Simancik II dan Sinabung serta kawasan konservasi terdiri dari CA/TW Sibolangit, SM Langkat Selatan, TWA Lau Barisan merupakan kesatuan yang terdiri dari:

- Hutan Lindung seluas 38.273 Ha

- Taman Nasional Gunung Leuser seluas 13.000 Ha - Cagar Alam Sibolangit seluas 120 Ha

- Bumi Perkemahan Pramuka Sibolangit seluas 200 Ha - Taman Wisata Lau Debuk-debuk seluas 7 Ha

Objek wisata ini merupakan kawasan hutan seluas 7 Ha yang ditumbuhi berbagai jenis kayu-kayuan hutan tropis berusia diatas 60 tahun dan didalamnya berkembang berbagai spesies kupu-kupu langka. Jarak dari Kota Berastagi menuju objek Taman Hutan Raya (Tahura) ini adalah sekitar 5 km.

(51)

14. Gua Liang Dahar

Gua Liang Dahar mempunyai tiga ruang besar dengan ukuran masing-masing 500 m2, 400 m2, 300 m2 serta ruang ukuran kecil lainnya. Di dalam gua terdapat mata air yang mengalir melalui terowongan kecil ke Desa Bekerah dan di atas dinding gua terdapat sarang burung layang-layang dan kalong. Jarak dari Kota Berastagi ke obyek wisata ini 40 km, sampai ke Desa Lau Buluh dapat menggunakan kendaraan roda empat dan selanjutnya berjalan kaki ± 30 menit.

15. Gua Ling-ling Gara

Gua ini mempunyai keunikan alam, yang mana di dalamnya terdapat kursi dan meja terbentuk dari proses alam. Pada masa lalu digunakan sebagai tempat peristirahatan dan tempat perlindungan para pemburu dari kejaran binatang liar. Jarak dari Kota Berastagi ke obyek wisata ini 100 km yang dapat menggunakan bus ukuran besar dan dari Desa Mardingding berjalan kaki satu jam.

16. Air Terjun Belingking

Air terjun ini berbeda dengan air terjun lainnya karena jatuhan airnya bertingkat tiga dengan ketinggian jatuh keseluruhan 100 m dan berlokasi dekat dengan perkampungan penduduk. Jarak dari Kota Berastagi ke objek wisata ini 45 km dan dapat menggunakan kendaraan roda empat.

17. Deleng Kutu

Nama binatang penghisap darah ini salah satu nama gunung di Tanah Karo.

Persisnya di Desa Guru Singa, Kecamatan Berastagi, Gunung Kutu tidak kalah uniknya

(52)

Sibayak dan Sinabung, namun panorama alam yang dimiliki cukup mempesona. Deleng Kutu satu diantara gugusan bukit yang mengelilingi Kota Berastagi dan ditumbuhi oleh aneka jenis kayu hutan tropis, berudara sejuk dan nyaman. Dari puncak bukit terlihat hamparan lahan pertanian rakyat, Kota Berastagi dan Kota Kabanjahe. Sedangkan untuk jarak tempuhnya sendiri adalah 7 km dari Berastagi.

18. Taman Simalem

Taman Simalem Resort adalah merupakan salah satu objek wisata terbaru dan termegah di Provinsi Sumatera Utara. Terletak di kawasan Bukit Merek, objek wisata ini menghadirkan pemandangan Danau Toba dari sudut pandang yang sangat luas. Luas areal kawasan wisata ini mencapai 206 Ha dengan lebih dari 25 Ha telah ditanami tanaman buah jeruk, biwa, markisa, terong belanda, alpukat, dan lain-lain.

19. Taman Alam Lumbini

Taman Alam Lumbini ini terletak di Desa Tongkoh , Kecamatan Dolatrayat, Kabupaten karo, dekat di wilayah daerah Tujuan Wisata Brastagi , dengan jarak tempuh 50 kilometer dari Medan , Sumatera Utara.

Taman Alam Lumbini, menyajikan replika Pagoda Shwedagon, tertinggi kedua di antara replika sejenis di luar negeri yang berada di Birma, dan merupakan pagoda tertinggi di Indonesia. Sejak dibuka untuk umum Oktober 2010 telah memegang dua rekor Muri yaitu pagoda tertinggi di Indonesia (rekor pertama) dan kebaktian dihadiri bhiku terbanyak (rekor kedua). Sebuah objek wisata religius yang luar biasa dan senantiasa mengajak pengunjung mencintai alam.

20. Gunung Sipiso-piso

(53)

Daerah wisata Gunung Sipiso-piso dapat dipergunakan untuk olah raga dirgantara, lokasi untuk paralayang, dimana lokasi start (awal) dimulai dari puncak Gunung Sipiso- Piso dan lokasi untuk mendarat berada pada pinggiran Danau Toba – Tongging. Lokasi ini sudah lama dikenal sebagai lokasi olah raga air – paralayang. Lokasi ini berada 34 km dari Berastagi. Pemandangan di lokasi ini juga sangat menarik.

21. Gunung Sibuaten

Gunung Sibuaten atau dalam Bahasa Karo disebut Deleng (Gunung dalam bahasa Karo) Sibuaten merupakan gunung tertinggi di Sumatera Utara mengalahkan Gunung Sinabung. Lokasi Gunung Sibuatan terletak di Kecamatan Merek, Kabupaten Karo Provinsi Sumatera Utara. Ketinggian Gunung Sibuaten mencapai 2.457 meter diatas permukaan laut.

Status gunung Sibuatan hingga saat ini merupakan gunung yang tidak aktif dan masuk kedalam kawasan Triple S yakni: Sibayak, Sibuaten dan Sinabung. Waktu normal untuk sampai ke puncak adalah 7-8 jam.

b. Wisata Budaya

1) Desa Budaya Lingga, Dokan dan Peceren

Ketiga Desa ini terdapat bangunan rumah tradisional Karo berusia 250 tahun yang dikenal dengan nama rumah adat siwaluh jabu dihuni oleh delapan kepala keluarga yang hidup berdampingan dalam keadaan damai. Bahan bangunan rumah tradisional ini dari kayu bulat, papan, bambu dan beratap ijuk tanpa menggunakan paku yang dikerjakan tenaga arsitektur masa lalu dan tanpa menggunakan paku sama sekali, namun ketahanan

Referensi

Dokumen terkait

Promosi adalah salah satu upaya yang perlu diperhatikan untuk menarik pengunjung datang ke suatu objek wisata, oleh karena itu upaya promosi melalui berbagai media seperti

Potensi apa saja yang terdapat pada Candi Sambisari sebagai objek wisata. Usaha apa saja yang dilakukan Balai Pelestarian

Berdasarkan acuan analisis SWOT yang telah dibahas, sate Beber dapat dikatakan memiliki potensi untuk dikembangkan serta dijadikan sebagai daya tarik wisata kuliner di Desa Beber.

Berbagai potensi yang dimiliki baik itu potensi fisik maupun non fisik berupa pemandangan pantai yang indah masih alami dengan pasir berwarna hitam, pantai yang

Berdasarkan hasil wawancara dan data yang diperoleh dapat diketaui bahwa strategi penembangan wisata Uma Lengge (Rumah Adat Bima) yang dilakukan pemerintah upaten bima

Meskipun memiliki kekuatan dan potensi untuk menjadi daya tarik wisata minat khusus, daya tarik wisata Hidden Canyon Beji Guwang masih memiliki kendala seperti kurangnya

Berdasarkan hasil indepth interview, observasi dan diskusi dengan pemerintah desa, kelompok masyarakat dan kelompok pengelola desa wisata pokdarwis yang mengkaji pengembangan potensi

Dilihat dari segi pengelolaan atau manajemen pariwisata yang masih kurang maka dari itu tim PPK ORMAWA Mapala Matolodulahu memilih program Desa Wisata agar dapat meningkatkan