• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab ini berisi Kesimpulan hasil penelitian dan Saran. DAFTAR PUSTAKA

9

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori 1. Pengetahuan

a. Definisi Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2010), pengetahuan merupakan hasil “tahu” pengindraan manusia terhadap suatu obyek tertentu. Proses pengindraan terjadi melalui panca indra manusia, yakni indra pengelihatan, pendengaran, penciuman, perasa dan peraba melalui kulit. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (over behavior). b. Tingkat pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2007), tingkat pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif mempunyai enam tingkatan sebagai berikut :

1) Tahu (Know)

Kemampuan untuk mengingat suatu materi yang telah dipelajari, dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang diterima. Cara kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain : menyebutkan, menguraikan, mengidentifikasikan dan mengatakan.

Kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.

3) Aplikasi (Aplication)

Kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan sebagai pengguna hukum-hukum, rumus, metode, prinsip-prinsip dan sebagainya.

4) Analisis (Analysis)

Kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek dalam suatu komponen-komponen, tetapi masih dalam struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain.

5) Sintesis (Sinthesis)

Kemampuan untuk menghubungkan bagian-bagian dalam bentuk keseluruhan yang baru, dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi yang ada.

6) Evaluasi (Evaluation)

Kemampuan untuk melakukan penelitian terhadap suatu materi atau objek tersebut berdasarkan suatu cerita yang sudah ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria yang sudah ada.

c. Pengukuran Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2007), pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang akan diukur dari subjek penelitian atau responden.

Menurut Riwidikdo (2009), kedalamam pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan kategori dibawah ini :

1) Tingkat pengetahuan baik bila nilai responden yang diperoleh (x) > Mean + 1 SD

2) Tingkat pengetahuan cukup bila nilai Mean – 1 SD ≤ x ≤ Mean + 1 SD

3) Tingkat pengetahuan kurang bila nilai responden yang diperoleh (x) < Mean – 1 SD

d. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan menurut (Notoatmodjo, 2007), antara lain :

1) Pendidikan

Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seeorang makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi. Namun perlu ditekankan bahwa seorang yang berpendidikan rendah tidak berarti mutlak berpengetahuan rendah pula.

2) Informasi / Media Massa

Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek (immediate impact) sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan.

3) Sosial budaya dan ekonomi

Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Status ekonomi seseorang juga akan menentukan tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu.

4) Lingkungan

Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar individu, baik lingkungan fisik, biologis, maupun sosial yang berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam individu.

5) Pengalaman

Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi masa lalu.

6) Usia

Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya.

2. Kehamilan

a. Definisi

Menurut Kushartanti (2004), kehamilan adalah dikandungnya janin hasil pembuahan sel telur oleh sel sperma. Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Menurut Prawirohardjo (2007), lamanya kehamilan mulai dari ovulasi sampai partus adalah kira-kira 280 hari (40 minggu), dan tidak lebih dari 300 hari (43 minggu).

Ibu hamil adalah ibu yang mengandung mulai trimester I sampai trimester III (Dinkes Jateng, 2005).

b. Pembagian usia kehamilan

Menurut Prawirohardjo (2007), ditinjau dari tuanya kehamilan, kehamilan dibagi menjadi tiga bagian, yaitu :

1) Kehamilan triwulan pertama (0-12 minggu), yang mana alat-alat mulai dibentuk.

2) Kehamilan triwulan kedua (12-28 minggu), yang mana alat-alat telah dibentuk namun belum sempurna dan viabilitas janin masih disangsikan.

3) Kehamilan triwulan ketiga (28-40 minggu), yang mana janin yang dilahirkan dapat viable (dapat hidup).

c. Lingkup Asuhan Kehamilan

Menurut Kusmiyati, dkk (2009), dalam memberikan asuhan kepada ibu hamil, bidan harus memberikan pelayanan secara

komprehensif atau menyeluruh. Adapun lingkup asuhan kebidanan

pada ibu hamil meliputi :

1) Mengumpulkan data riwayat kesehatan dan kehamilan serta menganalisa setiap kunjungan/pemeriksaan ibu hamil.

2) Melaksanakan pemeriksaan fisik secara sistematis dan lengkap. 3) Melakukan pemeriksaan abdomen termasuk tinggi fundus uteri

(TFU)/posisi/presentasi dan penurunan janin.

4) Melakukan penilaian pelvic, ukuran, dan struktur panggul. 5) Menilai keadaan janin selama kehamilan termasuk denyut

jantung janin dengan fetoskop dan gerakan janin dengan palpasi.

6) Menghitung usia kehamilan dah hari perkiraan lahir.

7) Mengkaji status nutrisi dan hubungannya dengan pertumbuhan janin.

8) Mengkaji kenaikan Berat Badan ibu dan hubungannya dengan komplikasi.

9) Memberi penyuluhan tanda-tanda bahaya dan bagaimana menghubungi Bidan.

10) Melakukan penatalaksanaan kehamilan dengan anemia ringan, hiperemesis gravidarum tingkat I, abortus iminen, dan preeklamsi ringan.

11) Menjelaskan dan mendemonstrasikan cara mengurangi ketidaknyamanan kehamilan.

12) Memberi imunisasi Tetanus Toksoid.

13) Mengidentifikasi penyimpangan kehamilan normal dan penanganannya termasuk rujukan tepat.

14) Memberikan bimbingan dan persiapan persalinan, kelahiran, dan menjadi orangtua.

15) Bimbingan dan penyuluhan tentang perilaku kesehatan selama hamil seperti nutrisi, latihan, keamanan, dan merokok.

16) Penggunaan secara aman jamu atau obat-obatan tradisional yang tersedia.

d. Pemeriksaan kehamilan

Menurut Prawirohardjo (2007), pemeriksaan kehamilan merupakan salah satu tahapan penting menuju kehamilan yang sehat. Pemeriksaan kehamilan dapat dilakukan melalui dokter kandungan atau bidan dengan minimal pemeriksaan 4 kali selama kehamilan yaitu:

1) Trimester pertama minimal satu kali kunjungan. 2) Trimester kedua minimal satu kali kunjungan. 3) Trimester ketiga minimal dua kali kunjungan.

Menurut Depkes RI (2009), pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan untuk ibu selama masa kehamilannya, dilaksanakan sesuai dengan Standar

Kebidanan (SPK), yang dalam penerapannya meliputi 7T dan

meningkat menjadi 10T yaitu :

1) Timbang berat badan dan ukur tinggi badan. 2) Ukur tekanan darah.

3) Nilai status gizi (ukur lingkar lengan atas). 4) Ukur tinggi fuundus uteri.

5) Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ). 6) Skrining status imunisasi Tetanus dan berikan imunisasi TT

bila diperlukan.

7) Pemberian tablet zat besi.

8) Tes laboratorium (rutin dan khusus). 9) Tata laksana kasus.

10) Temu wicara.

3. Imunisasi Tetanus Toksoid (TT)

a. Definisi

Imunisasi adalah suatu cara untuk menimbulkan/ meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga bila kelak ia terpapar dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau sakit ringan (Depkes RI, 2005).

Imunisasi TT adalah suntikan vaksin tetanus untuk meningkatkan kekebalan sebagai upaya pencegahan terhadap infeksi tetanus (Idanati, 2005).

Vaksin Tetanus yaitu toksin kuman tetanus yang telah dilemahkan dan kemudian dimurnikan (Setiawan, 2006). Kemasan vaksin dalam vial. 1 vial vaksin TT berisi 10 dosis dan setiap 1 box vaksin terdiri dari 10 vial. Vaksin TT adalah vaksin yang berbentuk cairan (Depkes RI, 2005).

b. Manfaat Imunisasi TT

Manfaat imunisasi TT ibu hamil (BKKBN, 2005), yaitu : 1) Melindungi bayinya yang baru lahir dari tetanus neonatorum 2) Melindungi ibu terhadap kemungkinan tetanus apabila terluka.

Kedua manfaat tersebut adalah cara untuk mencapai salah satu tujuan dari program imunisasi secara nasional yaitu eliminasi tetanus maternal dan tetanus neonatorum (Depkes, 2004).

Pada saat pemeriksaan kehamilan, ibu hamil diberikan suntikan TT. Pemberian vaksin TT melalui suntikan, diperlukan untuk melindungi ibu hamil saat bersama bayinya terhadap tetanus neonatorum. Sosialisasi imunisasi TT perlu dilakukan mengingat masih ada sebagian masyarakat yang beranggapan bahwa perempuan yang akan menikah mendapat imunisasi TT maka setelah menikah dia akan terlambat hamil. Sehingga ibu hamil menjadi tidak subur lagi setelah melahirkan. Setiap ibu hamil harus mengetahui, memahami manfaat dan jarak waktu pemberian TT (Achsin, 2003).

Menurut Depkes RI (2005), manfaat imunisasi TT yaitu : 1) Mencegah tetanus pada bayi baru lahir (diberikan pada wanita

usia subur atau ibu hamil). 2) Mencegah tetanus pada ibu bayi.

3) Dapat digunakan oleh siapa saja yang terluka seperti terkena benda berkarat, jatuh di jalan raya.

c. Waktu pemberian imunisasi TT

Menurut Widian (2008), bila ibu belum pernah mendapatkan TT atau meragukan, perlu diberikan sejak kunjungan antenatal yang pertama sebanyak 2 kali dengan jarak minimal 1 bulan.

Menurut Gazali (2007), pemberian imunisasi TT pada ibu hamil tidak membahayakan walaupun diberikan pada kehamilan muda. Imunisasi TT diberikan pada ibu hamil dengan jumlah pemberian sebanyak 2 kali pada trimester ke II, interval waktu 4-6 minggu. Sehingga diharapkan dapat memberikan kekebalan selama 3 tahun. Menurut Depkes RI (2005), jadwal pemberian imunisasi TT pada WUS (wanita usia subur) sebagai berikut :

1) TT1, diberikan dengan dosis 0,5 cc.

2) TT2, jarak pemberian 4 minggu setelah TT 1, dapat memberikan perlindungan selama 3 tahun, dosis pemberian 0,5cc.

3) TT3, jarak pemberian 6 bulan setelah TT 2, masa perlindungan 5 tahun, dosis pemberian 0,5 cc.

4) TT4, jarak pemberian 1 tahun setelah TT 3, masa perlindungan 10 tahun, dosis pemberian 0,5 cc.

5) TT5, jarak pemberian 1 tahun setelah TT 4, masa perlindungan 25 tahun, dosis pemberian 0,5 cc.

d. Cara pemberian dan dosis imunisasi TT

Menurut BKKBN (2005), imunisasi TT untuk ibu hamil diberikan 2 kali, dengan dosis 0,5 cc di injeksikan intramuskuler / subkutan dalam. Cara pemberian imunisasi TT yaitu :

1) Sebelum digunakan, vaksin harus dikocok terlebih dahulu agar suspensi menjadi homogen.

2) Untuk mencegah tetanus/tetanus neonatal terdiri dari 2 dosis primer yang disuntikkan secara intramuskular atau subkutan dalam, dengan dosis pemberian 0,5 ml.

3) Di unit pelayanan statis, vaksin TT yang telah dibuka hanya boleh digunakan selama 4 minggu dengan ketentuan :

a) Vaksin belum kadaluarsa.

b) Vaksin disimpan dalam suhu +2º - +8ºC. c) Tidak pernah terendam air.

d) Sterilitasnya terjaga.

e) VVM (Vaccine Vial Monitor) masih dalam kondisi A atau B.

f) Di posyandu, vaksin yang sudah terbuka tidak boleh digunakan lagi untuk hari berikutnya.

e. Efek Samping imunisasi TT

Efek samping jarang terjadi dan bersifat ringan, gejalanya seperti lemas dan kemerahan pada lokasi suntikan yang bersifat sementara dan kadang-kadang gejala demam (Depkes RI, 2005).

f. Tempat pelayanan untuk mendapatkan imunisasi TT

Menurut Depkes RI (2004), tempat pelayanan untuk mendapatkan imunisasi TT antara lain :

1) Puskesmas. 2) Puskesmas pembantu. 3) Rumah sakit. 4) Rumah bersalin. 5) Polindes. 6) Posyandu.

7) Rumah sakit swasta. 8) Dokter praktik. 9) Bidan praktik.

4. Tetanus Neonatorum

Tetanus adalah salah satu penyakit yang paling beresiko menyebabkan kematian bayi baru lahir. Tetanus yang menyerang bayi usia di bawah satu bulan, dikenal dengan istilah tetanus neonatorum yang disebabkan oleh basil Clostridium Tetani. Penyakit ini menular dan menyebabkan

resiko kematian sangat tinggi. Bisa dikatakan, seratus persen bayi yang lahir terkena tetanus akan mengalami kematian (DinKes Jateng, 2008). Tetanus menyerang bayi baru lahir karena dilahirkan di tempat yang tidak steril, terutama jika tali pusat terinfeksi. Gambaran klinis tetanus neonatorum adalah masa inkubasi biasanya 3 sampai 10 hari. Gejala permulaan ialah kesulitan minum karena terjadinya trismus, mulut mencucu seperti mulut ikan (karpermond), kemudian dapat terjadi spasme otot yang luas dan kejang umum, leher menjadi kaku dan dapat terjadi opistotonus, dinding abdomen kaku, mengeras, dan jika terdapat kejang otot pernafasan dapat terjadi sianosis (Yulianto, 2007). Pencegahan yang paling baik ialah pemotongan dan perawatan tali pusat yang steril, dan pemberian imunisasi TT pada ibu hamil pada triwulan terakhir dapat memberi proteksi pada bayi (Prawirohardjo, 2007).

B. Kerangka Teori

Gambar 2.1 kerangka Teori

Sumber : Modifikasi dari Notoatmodjo (2007). Tingkat pengetahuan : 1. Tahu 2. Memahami 3. Aplikasi 4. Analisis 5. Sintesis 6. Evaluasi Faktor yang mempengaruhi pengetahuan : 1. Pendidikan 2. Informasi 3. Sosial budaya dan ekonomi 4. Lingkungan 5. Pengalaman 6. Usia Teori imunisasi TT : 1. Pengertian 2. Manfaat 3. Jadwal 4. Cara pemberian dan dosis 5. Efek samping 6. Tempat pelayanan

Pengetahuan kehamilan Imunisasi

Tetanus Toksoid Teori kehamilan: 1. Definisi 2. Pembagian usia kehamilan 3. Lingkup asuhan kehamilan 4. Pemeriksaan kehamilan

C. Kerangka Konsep

Gambar 2.2 Kerangka Konsep

Keterangan :

: Faktor yang diteliti : Faktor yang tidak diteliti

Cukup Baik

Kurang Tingkat pengetahuan ibu

hamil tentang imunisasi Tetanus Toksoid Faktor yang mempengaruhi pengetahuan : 1. Pendidikan 2. Informasi 3. Sosial budaya dan ekonomi 4. Lingkungan 5. Pengalaman 6. Usia

24

A. Jenis Penelitian

Ditinjau dari segi tujuan penelitian yang hendak dicapai, penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif kuantitatif. Menurut Notoatmodjo (2010), deskritif adalah penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau diskripsi suatu keadaan secara objektif. Menurut Arikunto (2010), penelitian kuantitatif, dituntut menggunakan angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data tersebut, serta penampilan dari hasilnya. Pada penelitian ini menggambarkan Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Imunisasi Tetanus Toksoid.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah tempat yang digunakan untuk pengambilan data selama kasus berlangsung (Budiarto, 2004). Penelitian ini dilaksanakan di Forum Kesehatan Desa (FKD) Purwosuman.

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian adalah jangka waktu yang dibutuhkan penulis untuk memperoleh data studi kasus yang dilaksanakan (Budiarto, 2004). Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 20 April 2012.

C. Populasi, Sampel dan teknik Pengambilan Sampel

1. Populasi Penelitian

Menurut Sugiyono (2011), populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dari penelitian ini adalah semua ibu hamil di FKD Purwosuman Sidoharjo Sragen, dengan jumlah populasi 40 orang.

2. Sampel Penelitian

Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan obyek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2010). Menurut Arikunto (2010), apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah semua populasi di FKD Purwosuman Sidoharjo Sragen yang berjumlah 40 orang.

3. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan cara Non Random Sampling dengan metode total sampling. Menurut Arikunto (2010), total sampling adalah semua populasi dijadikan sampel atau bisa juga disebut penelitian populasi.

D. Instrumen Penelitian

Alat yang dipergunakan dalam pengumpulan data penelitian ini adalah kuesioner. Menurut Notoatmodjo (2010), kuesioner adalah daftar pertanyaan yang sudah tersusun dengan baik, matang, dimana responden tinggal memberikan jawaban atau dengan memberikan tanda – tanda tertentu.

Untuk mengetahui pengetahuan ibu hamil tentang imunisasi Tetanus Toksoid, kuesioner yang digunakan adalah kuesioner tertutup dengan jawaban benar dan salah. Untuk menghindari ketidakseriusan responden yang sering kali terjadi dalam pengisian kuesioner, maka pernyataan dibuat 2 kategori, yaitu pernyataan positif dan pernyataan negatif. Jawaban benar dengan pernyataan positif (favorable) dan jawaban salah jika pernyataan negatif (unfavorable) mendapat nilai 1. Jawaban yang salah dengan pernyataan positif (favorable) dan benar jika pernyataan negatif (unfavorable) mendapatkan nilai 0. Pengisian kuesioner tersebut dengan memberi tanda centang (√) pada jawaban yang dianggap benar.

Kuesioner penelitian ini terlebih dahulu dilakukan uji validitas dan reliabilitas untuk mendapatkan hasil yang berkualitas. Untuk itu, maka kuesioner tersebut harus dilakukan uji coba di lapangan. Responden yang digunakan untuk uji coba sebaiknya memiliki ciri-ciri responden dari tempat dimana penelitian tersebut harus dilaksanakan (Notoatmodjo, 2010).

Uji coba instrumen penelitian ini dilakukan di Forum Kesehatan Desa Bentak Sidoharjo Sragen dengan jumlah responden 30 orang. Menurut Mahfoed (2007), alasan jumlah responden 30 adalah karena kaidah umum penelitian agar diperoleh distribusi nilai hasil penelitian mendekati kurva normal.

1. Uji Validitas

Menurut Riwidikdo (2009), validitas didefinisikan sebagai ukuran seberapa cermat suatu test melakukan fungsi ukurnya. Jadi validitas adalah ukuran yang menunjukkan sejauh mana instrumen pengukur mampu mengukur apa yang ingin diukur. Uji validitas dengan menggunakan tehnik korelasi pearson product moment dengan rumus sebagai berikut: ݎ ൌ ܰǤ σ ܺǤ ܻ െ σ ܺǤ σ ܻ ඥሼܰ σ ܺଶȂ ሺσ ܺሻሽሼܰ σ ܻെ ሺσ ܻሻሽ Keterangan : r : Koefisien korelasi N : Jumlah sampel X : Skor pertanyaan Y : Skor total

Instrumen dikatakan valid atau sahih jika nilai rhitung > rtabel karena menyatakan adanya korelasi antara skor item dengan jumlah skor total (Riwidikdo, 2009).

Berdasarkan hasil uji coba instrumen kepada 30 responden yang dilakukan pada ibu hamil di Forum Kesehatan Desa Bentak Sidoharjo

Sragen, didapatkan 27 item yang valid dan 8 item yang tidak valid yaitu item nomor 1, 4, 8, 31, 32, 33, 34, dan 35. Untuk item yang tidak valid tidak digunakan dalam penelitian ini. Data hasil uji validitas dapat dilihat di lampiran 14.

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah suatu instrumen cukup dapat digunakan sebagai alat pengumpul data (Arikunto, 2010).

Menurut Riwidikdo (2009), reliabilitas instrumen dapat dilakukan secara eksternal maupun internal. Secara eksternal pengujian dapat dilakukan dengan test-retest (stability), equivalent, dan gabungan keduanya. Secara internal reliabilitas instrumen dapat diuji dengan menganalisis konsistensi butir-butir yang ada pada instrumen dengan teknik tertentu.

Untuk menguji reliabilitas instrumen, peneliti menggunakan Alpha

Chronbach dengan bantuan program komputer SPSS for Windows.

Rumus Alpha Chronbach adalah sebagai berikut: ݎ ൌ݇ െ ͳ ቊͳ െ݇ σ ݏ

ݏ ቋ Keterangan:

ݎ = Reliabilitas Instrumen

݇ = Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal σ ݏ = Jumlah varian butir

Menurut Riwidikdo (2009), kuesioner atau angket dikatakan reliabel jika memiliki nilai alpha minimal 0,7.

Berdasarkan hasil perhitungan reliabilitas, diperoleh nilai Alpha sebesar 0,76 sehingga instrumen dinyatakan reliabel. Data hasil uji reliabilitas dapat dilihat di lampiran 15.

3. Kisi-kisi kuesioner

Tabel. 3.1 Kisi – kisi kuesioner No Variabel penelitian Indikator Nomor pertanyaan favorable Nomor pertanyaan unfavorable Jumlah 1. Tingkat pengetahuan ibu hamil tentang imunisasi Tetanus Toksoid Definisi imunisasi TT Manfaat imunisasi TT Waktu pemberian imunisasi TT Cara pemberian imunisasi TT Efek samping imunisasi TT Tempat pelayanan imunisasi TT 1*, 2, 18 6, 7 4*, 5, 9, 10, 11, 17, 19 12, 34* 13, 14 15, 32* 35* 3, 20, 23 8*, 21, 22, 24, 25 - 33* 16 2 5 10 1 2 2 2. Tingkat pengetahuan ibu hamil tentang Tetanus Neonatorum Tetanus Neonatorum 26, 27, 28 29, 30, 31* 5

Total item yang valid 27 Keterangan : * = item yang tidak valid

E. Teknik Pengumpulan Data

Cara pengumpulan data dilakukan dengan cara memberikan lembar pertanyaan persetujuan dan membagikan kuesioner atau angket pada ibu hamil di Forum Kesehatan Desa Purwosuman Sidoharjo Sragen, kemudian menjelaskan tentang cara pengisiannya. Responden disuruh mengisi kuesioner sampai selesai dan kuesioner diambil pada saat itu juga oleh peneliti. Data yang diperoleh terdiri dari:

1. Data Primer

Menurut Riwidikdo (2009), data primer diperoleh secara langsung dari obyek penelitian oleh peneliti, sehingga diperoleh jawaban atas pertanyaan yang disediakan melalui pengisian kuesioner oleh responden. Peneliti mendapatkan data primer dari hasil pengisian kuesioner oleh responden tentang imunisasi Tetanus Toksoid di FKD Purwosuman Sidoharjo Sragen.

2. Data Sekunder

Data sekunder didapat tidak secara langsung dari obyek penelitian. Peneliti mendapatkan data yang sudah jadi yang dikumpulkan oleh pihak lain dengan berbagai cara atau metode baik secara komersial maupun non komersial (Riwidikdo, 2009). Peneliti mendapatkan data sekunder dari Bidan Desa Purwosuman tentang jumlah ibu hamil dan cakupan imunisasi Tetanus Toksoid di FKD Purwosuman Sidoharjo Sragen.

F. Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2011). Variabel dalam penelitian ini menggunakan variabel tunggal yaitu tingkat pengetahuan ibu hamil tentang imunisasi Tetanus Toksoid.

G. Definisi Operasional

Menurut Notoatmodjo (2010), definisi operasional merupakan definisi yang membatasi ruang lingkup atau pengertian variabel-variabel yang diamati atau diteliti.

Tabel. 3.2 Definisi Operasional

No Variabel Definisi Operasional Skala Kategori 1 Tingkat pengetahuan ibu hamil tentang imunisasi Tetanus Toksoid Kemampuan responden untuk menjawab pengertian serta berbagai pengetahuan tentang imunisasi Tetanus Toksoid

Ordinal a. Baik, bila nilai (x) > Mean + 1 SD.

b. Cukup, bila nilai Mean – 1 SD ≤ x ≤ Mean + 1 SD. c. Kurang, bila nilai (x) < Mean – 1 SD. (Riwidikdo, 2009)

H. Metode Pengolahan dan Analisis Data

1. Metode Pengolahan Data

Menurut Hidayat (2007), langkah-langkah yang akan dilakukan dalam pengolahan data yaitu :

a) Editing

Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data

yang diperoleh atau dikumpulkan. Pada penelitian ini melakukan editing dengan cara memeriksa kelengkapan, kesalahan pengisian dan konsistensi dari setiap jawaban dan pertanyaan.

b) Coding

Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik pada data

yang terdiri atas beberapa kategori. Untuk memudahkan dalam proses pembacaan yaitu : Kode 0 jawaban salah, kode 1 jawaban benar.

c) Entry

Data entry adalah kegiatan memasukan data yang telah dikumpulkan ke dalam master tabel atau data base komputer. d) Cleansing

Data yang telah di entry diperiksa kelengkapan dan kebenarannya. 2. Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan analisis univariat. Analisis univariat adalah menganalisis terhadap tiap variabel dari hasil tiap penelitian untuk

menghasilkan distribusi frekuensi dan prosentase dari tiap variabel (Notoatmodjo, 2010).

Selanjutnya untuk mengetahui hasil tingkat pengetahuan ibu hamil menurut Riwidikdo (2009), ditunjukan dengan prosentase dengan keterangan sebagai berikut :

a. Tingkat pengetahuan baik bila nilai responden yang diperoleh (x) > Mean + 1 SD.

b. Tingkat pengetahuan cukup bila nilai Mean – 1 SD ≤ x ≤ Mean + 1 SD.

c. Tingkat pengetahuan kurang bila nilai responden yang diperoleh (x) < Mean – 1 SD.

I. Etika Penelitian

1. Informent Consent (Lembar Persetujuan)

Informent consent diberikan sebelum melakukan penelitian. Informent consent ini berupa lembar persetujuan untuk menjadi

responden. Pemberian informent consent ini bertujuan agar subyek mengerti maksud dan tujuan penelitian dan mengetahui dampaknya. Jika subyek bersedia, maka mereka harus menandatangani lembar persetujuan dan jika responden tidak bersedia, maka peneliti harus menghormati keputusan tersebut (Hidayat, 2007). Pada penelitian ini semua responden akan diberi lembar persetujuan.

2. Anonimity (Kerahasiaan nama/ identitas)

Anonimity, berarti tidak perlu mencantumkan nama pada lembar pengumpulan data (kuisioner). Peneliti hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data tersebut (Hidayat, 2007). Peneliti tidak akan mencantumkan nama subyek pada lembar pengumpulan data dalam penelitian ini.

3. Confidentiality (Kerahasiaan hasil)

Sub bab ini menjelaskan masalah-masalah responden yang harus dirahasiakan dalam penelitian. Kerahasiaan informasi yang telah

Dokumen terkait