• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab ini berisikan tentang kesimpulan dari penelitian dan saran. DAFTAR PUSTAKA

8 A. Tinjauan Teori

1. Pengetahuan

a. Definisi pengetahuan

Pengetahuan (knowledge) adalah hasil tahu dari manusia, yang sekedar menjawab pertanyaan “what” (Notoadmodjo, 2010).

Pengetahuan (knowledge) adalah sesuatu yang hadir dan terwujud dalam jiwa dan pikiran seseorang dikarenakan adanya reaksi, persentuhan, dan hubungan dengan lingkungan dan alam sekitarnya. Pengetahuan ini meliputi emosi, tradisi, keterampilan, informasi, akidah, dan pikiran-pikiran (Isyraq, 2007).

b. Tingkat Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2007) ada 6 tingkat pengetahuan yang dicapai dalam domain kognitif yaitu :

1) Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Untuk

mengukur bahwa seseorang, tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefenisikan. menyatakan dan sebagainya

2) Memahami (Comprehention)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar, orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.

3) Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenamya, aplikasi ini diartikan dapat sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

4) Analisis (Analysys)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisa ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja dapat menggambarkan, membedakan,

mengelompokkan dan lain sebagainya. Analisis merupakan kemampuan untuk mengidentifikasi, memisahkan dan sebagainya.

5) Sintesa (Syntesis)

Sintesa adalah suatu kemampuan untuk meletakkan atau menggabungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formasi baru dari informasi-informasi yang ada misalnya dapat menyusun, dapat menggunakan, dapat meringkaskan, dapat menyesuaikan terhadap suatu teori atau rumusan yang telah ada.

6) Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria yang telah ada.

c. Cara memperoleh pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2010), cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan dapat dikelompokkan menjadi dua yakni cara tradisional atau non ilmiah yakni tanpa melalui penelitian ilmiah dan cara modern atau cara ilmiah yakni melalui proses penelitian. Untuk lebih jelasnya dapat dijelaskan sebagai berikut :

a) Cara coba – salah (Trial and Error)

Cara ini dipakai orang sebelum adanya kebudayaan, bahkan mungkin sebelum adanya peradaban apabila seseorang menghadapi persoalan atau masalah upaya pemecahannya dilakukan dengan coba-coba. Cara coba-coba ini dilakukan dengan menggunakan beberapa kemungkinan dalam memecahkan masalah, dan apabila kemungkinan tersebut tidak berhasil, dicoba kemungkinan yang lain sampai masalah tersebut dapat terpecahkan.

b) Secara Kebetulan

Penemuan kebenaran secara kebetulan terjadi karena tidak disengaja oleh orang yang bersangkutan.

c) Cara kekuasaan atau otoritas

Kehidupan sehari-hari ditemukan banyak sekali kebiasaan dan tradisi yang dilakukan oleh orang tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan tersebut baik atau tidak. Kebiasaan seperti ini bukan hanya terjadi pada masyarakat tradisional saja, melainkan juga terjadi pada masyarakat modern. Kebiasaan ini seolah diterima dari sumbernya sebagai kebenaran yang mutlak. Sumber pengetahuan tersebut dapat berupa pemimpin-pemimpin masyarakat baik formal maupun informal. Para pemuka agama, pemegang pemerintahan dan lain sebagainya. Dengan kata lain, pengetahuan tersebut

diperoleh berdasarkan pada pemegang otoritas, yakni orang mempunyai wibawa atau kekuasaan, baik tradisi, otoritas pemerintah, otoritas pemimpin agama, maupun ahli ilmu pengetahuan atau ilmuwan.

d) Berdasarkan pengalaman sendiri

Pengalaman adalah guru terbaik demikian bunyi pepatah. Pepatah ini mengandung maksud bahwa pengalaman itu merupakan sumber pengetahuan atau pengalaman itu merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Oleh sebab itu pengalaman pribadipun dapat digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa yang lalu.

e) Cara akal sehat (common sense)

Akal sehat atau common sense kadang-kadang dapat menemukan teori atau kebenaran. Misalnya pemberian hadiah dan hukuman merupakan cara yang masih dianut oleh banyak orang untuk mendisiplinkan anak dalam konteks pendidikan. f) Kebenaran melalui wahyu

Ajaran dan dogma agama adalah suatu kebenaran yang diwahyukan dari Tuhan melalui para Nabi. Kebenaran ini harus

diterima dan diyakini oleh pengikut agama yang bersangkutan, terlepas dari apakah kebenaran tersebut rasional atau tidak. Sebab kebenaran ini diterima oleh para Nabi adalah sebagai wahyu dan bukan karena hasil usaha penalaran atau penyelidikan manusia.

g) Kebenaran secara intuitif

Kebenaran secara intuitif diperoleh manusia secara cepat sekali melalui proses di luar kesadaran dan tanpa melalui proses penalaran atau berpikir. Kebenaran yang diperoleh melalui intutif sukar dipercaya karena kebenaran ini tidak menggunakan cara yang rasional dan yang sistematis.

h) Melalui jalan pikiran

Sejalan dengan perkembangan perkembangan kebudayaan umat manusia cara manusia berfikir ikut berkembang. Dari sini manusia mampu menggunakan penalarannya dalam memperoleh pengetahuan. Induksi dan deduksi pada dasarnya merupakan cara melahirkan pemikiran secara tidak langsung melalui pernyataan-pernyataan yang dikemukan. Apabila proses pembuatan kesimpulan itu melalui pernyataan-pernyataan yang khusus kepada yang umum dinamakan induksi sedangkan deduksi adalah pembuatan kesimpulan dari pernyataan-pernyataan umum ke khusus.

i) Induksi

Induksi adalah proses penarikan kesimpulan yang dimulai dari pernyataan-pernyataan khusus ke pernyataan yang bersifat umum. Hal ini berarti dalam berpikir induksi pembuatan kesimpulan tersebut berdasarkan pengalaman-pengalaman empiris yang ditangkap oleh indra kemudian disimpulkan ke dalam suatu konsep yang memungkinkan seseorang untuk memahami suatu gejala.

j) Deduksi

Deduksi adalah pembuatan kesimpulan dari pernyataan-pernyataan umum ke khusus. Di dalam proses berpikir deduksi berlaku bahwa sesuatu yang dianggap benar secara umum pada kelas tertentu, berlaku juga kebenarannya pada semua persitiwa yang terjadi pada setiap yang termasuk dalam kelas itu.

2) Cara ilmiah atau modern

Cara baru atau dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini lebih sistematis, logis dan ilmiah. Cara ini disebut metode penelitian ilmiah, atau metodologi penelitian (research metodology). Cara ini dikembangkan oleh Francis Bacon yang mengembangkan metode berpikir induktif kemudian dikembangkan oleh Deobold van Dallen yang menyatakan bahwa dalam memperoleh kesimpulan dilakukan dengan mengadakan observasi

langsung dan membuat pencatatan-pencatatan terhadap semua fakta sehubungan dengan objek yang diamatinya. Pencatatan ini mencakup tiga hal pokok :

a) Segala sesuatu yang positif yakni gejala tertentu yang muncul pada saat dilakukan pengamatan.

b) Segala sesuatu yang negatif, yakni gejala tertentu yang tidak muncul pada saat dilakukan pengamatan.

c) Gejala-gejala yang muncul secara bervariasi yaitu gejala-gejala yang berubah-ubah pada kondisi-kondisi tertentu.

d. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang

Erfandi (2009), menyatakan beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang, yaitu :

1) Pendidikan.

Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi. Dengan pendidikan tinggi maka seseorang akan cenderung untuk mendapatkan informasi, baik dari orang lain maupun dari media massa. Semakin banyak informasi yang masuk semakin banyak pula pengetahuan yang didapat tentang kesehatan.

Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan pendidikan dimana diharapkan seseorang dengan pendidikan tinggi, maka orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya. Namun perlu ditekankan bahwa seorang yang berpendidikan rendah tidak berarti mutlak berpengetahuan rendah pula. Peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh di pendidikan formal, akan tetapi juga dapat diperoleh pada pendidikan non formal. Pengetahuan seseorang tentang sesuatu objek juga mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan negatif. Kedua aspek inilah yang akhirnya akan menentukan sikap seseorang terhadap objek tertentu. Semakin banyak aspek positif dari objek yang diketahui, akan menumbuhkan sikap makin positif terhadap objek tersebut.

2) Mass media / informasi

Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek (immediate impact) sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan. Majunya teknologi akan tersedia bermacam-macam media massa yang dapat mempengaruhi pengetahuan masyarakat tentang inovasi baru.

Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, dan lain-lain mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan opini dan kepercayan orang. Dalam penyampaian informasi sebagai tugas

pokoknya, media massa membawa pula pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya pengetahuan terhadap hal tersebut.

3) Sosial budaya dan ekonomi

Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian seseorang akan bertambah pengetahuannya walaupun tidak melakukan. Status ekonomi seseorang juga akan menentukan tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu, sehingga status sosial ekonomi ini akan mempengaruhi pengetahuan seseorang.

4) Lingkungan

Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar individu, baik lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam individu yang berada dalam lingkungan tersebut. Hal ini terjadi karena adanya interaksi timbal balik ataupun tidak yang akan direspon sebagai pengetahuan oleh setiap individu.

5) Pengalaman

Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah

yang dihadapi masa lalu. Pengalaman belajar dalam bekerja yang dikembangkan memberikan pengetahuan dan keterampilan professional serta pengalaman belajar selama bekerja akan dapat mengembangkan kemampuan mengambil keputusan yang merupakan manifestasi dari keterpaduan menalar secara ilmiah dan etik yang bertolak dari masalah nyata dalam bidang kerjanya. 6) Usia.

Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik. Pada usia madya, individu akan lebih berperan aktif dalam masyarakat dan kehidupan sosial serta lebih banyak melakukan persiapan demi suksesnya upaya menyesuaikan diri menuju usia tua, selain itu orang usia madya akan lebih banyak menggunakan banyak waktu untuk membaca. Kemampuan intelektual, pemecahan masalah, dan kemampuan verbal dilaporkan hampir tidak ada penurunan pada usia ini.

2. Kehamilan a. Pengertian

Masa kehamilan yang dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama haid terakhir (Saifuddin, 2002).

b. Tanda-tanda Kehamilan

Menurut Wiknjosastro (2005), tanda-tanda kehamilan dibagi menjadi 2 yaitu :

1) Tanda tidak pasti kehamilan

a) Amenore (tidak dapat haid), gejala ini penting karena wanita hamil tidak haid lagi dan perlu diketahui tanggal hari pertama haid terakhir untuk menentukan tuanya kehamilan.

b) Nausea (enek) dan emesis (muntah), sering terjadi pada pagi hari, tetapi tidak selalu.

c) Mengidam terjadi pada bulan-bulan pertama dan menghilang dengan makin tuanya kehamilan.

d) Mammae menjadi tegang dan membesar. e) Anoreksia (tidak ada nafsu makan).

f) Sering kencing terjadi karena kandung kencing tertekan oleh uterus yang mulai membesar.

g) Obstipasi terjadi karena tonus otot menurun.

h) Pigmentasi kulit terjadi karena pengaruh dari hormon kortikosteroid plasenta yang merangsang melanofor dan kulit. 2) Tanda kemungkinan hamil

a) Perut membesar b) Uterus membesar

d) Tanda chadwik (hipervaskularisasi pada vagina dan vulva, tampak lebih merah dan kelam).

e) Tanda piscaceck (uterus membesar ke salah satu jurusan). f) Kontraksi-kontraksi kecil atau braxton hicks.

g) Teraba ballotement. h) Reaksi kehamilan positif. 3) Tanda pasti kehamilan

a) Pada umur 20 minggu gerakan janin kadang-kadang dapat diraba secara obyektif oleh pemeriksa dan bagian-bagian janin dapat diraba pada kehamilan lebih tua.

b) Bunyi denyut jantung janin dapat didengar pada umur kehamilan 18 – 20 Minggu memakai Doppler dan stetoskop Leannec.

c) Pada Primigravida ibu dapat merasakan gerakan janinnya pada usia kehamilan 18 minggu sedangkan multigravida umur 16 minggu.

d) Bila dilakukan pemeriksaan dengan sinar rontgen kerangka janin dapat dilihat.

c. Asuhan pada ibu hamil

Asuhan pada ibu hamil meliputi 14 T, yaitu ukur tinggi badan/berat badan, ukur tekanan darah, ukur tinggi fundus uteri, pemberian imunisasi TT, pemberian tablet zat besi (minimal 90 tablet selama kehamilan), test terhadap penyakit menular seksual/VDRL,

temu wicara/konseling, test/pemeriksaan Hb, Test/pemeriksaan urin protein, test reduksi urin., perawatan payudara (tekan pijat payudara), Pemeliharaan tingkat kebugaran (senam hamil), terapi yodium kapsul (khusu daerah endemic gondok), terapi obat malaria (Saryono, 2010). Tujuan asuhan antenatal menurut Saifuddin (2002), antara lain :

1) Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang bayi

2) Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental dan sosial ibu dan bayi.

3) Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan dan pembedahan.

4) Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat, ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin 5) Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian

ASI eksklusif

6) Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal.

Kecuali jika ditemukan kelainan / faktor risiko yang memerlukan penatalaksanaan medik lain, pemeriksaan harus lebih sering dan intensif.

Tabel 2.1 Jadwal pemeriksaan Ibu Hamil

Usia Kehamilan Waktu Pemeriksaa 0 - 28 minggu : 4 minggu sekali 28 - 36 minggu 2 minggu sekali Di atas 36 minggu 1 minggu sekali Sumber: Saifuddin, 2002

d. Kebutuhan Gizi Ibu Hamil

Menurut Saifuddin (2002), pada permulaan kehamilan ibu telah harus makan-makanan yang mempunyai nilai gizi yang bermutu tinggi, maka oleh karena itu harus banyak makan yang mengandung protein, banyak ditemukan defisiensi Fe dan vitamin B12 pada calon ibu baik diberikan Fe sehingga sulfas ferosus 200 mg 3 kali sehari, kalsium dengan tablet berisi macam-macam vitamin seorang wanita hamil memerlukan 2000 kalori sehari (Wiknjosastro, 2005).

Untuk tetap sehat dilanjutkan makanan yang mengandung zat-zat berikut :

Tabel 2.2Kebutuhan Mineral dan Untuk Ibu Hamil

Mineral dan Vitamin Jumlah/Hari

Protein 65 gr Kalsium 1 g Besi 17 g Vitamin A 4500 mcg Thiamin 1 mg Riboflavin 1,3 mg Niazin 1,5 mg Vitamin C 170 mg Sumber : Wiknjosastro (2005)

3. Zat Besi (Tablet Fe) a. Pengertian

Zat besi merupakan microelemen yang esensial bagi tubuh. Zat ini diperlukan dalam pembentukan darah, yaitu dalam sintesa hemoglobin. Jumlah besi yang dibutuhkan untuk kehamilan tunggal yang normal ialah sekitar 1000 mg, 350 mg untuk pertumbuhan janin dan plasenta, 450 mg untuk peningkatan masa sel darah merah ibu, dan 240 mg untuk kehilangan basal (Sediaoetama, 2004).

b. Manfaat Tablet Fe

Fe meruapakan mineral mikro paling banyak terdapat dalam tubuh, yaitu sebanyak 3- 5 gram di dalam tubuh manusia dewasa. Fe sangat dibutuhkan oleh tenaga kerja untuk menunjang aktivitas kerjanya. Di dalam tubuh berperan sebagai alat angkut oksigen dari paru-paru ke jaringan, sebagai alat angkut elektron pada metabolisme energi, sebagai bagian dari enzim pembentuk kekebalan tubuh dan sebagai pelarut obat-obatan. Manfaat lain dari mengkonsumsi makanan sumber zat besi adalah terpenuhinya kecukupan vitamin A, karena

makanan sumber zat besi biasanya merupakan Vitamin A (Waryana, 2010).

c. Sumber Fe

Makanan sumber Fe yang baik antara lain daging, ayam, ikan, telur, serealia tumbuk, kacang-kacangan, sayuran hijau dan pisang

ambon. Fe yang berasal dari dari hewani lebih mudah diserap oleh tubuh daripada Fe yang berasal dari makanan nabati (Waryana, 2010).

d. Faktor-faktor yang mempengaruhi Absorbsi Fe

Menurut Waryana (2010), faktor-faktor yang mempengaruhi Absorbsi Fe, yaitu :

1) Bentuk Fe

Besi-hem yang merupakan bagian dari hemoglobin dan mioglobin yang terdapat dalam daging hewan dapat diserap dua kali lipat daripada besi non hem yang berasal dari makanan nabati.

2) Asam Organik

Vitamin C dan Asam Sitrat sangat membantu penyerapan besi non hem dengan merubah bentuk feri menjadi fero.

3) Asam fitat, asam oksalat dan tanin

Ketiga jenis zat tersebut dapat mengikat Fe sehingga menghambat penyerapannya. Namun pengaruh negatif ini dapat dikurangi dengan mengkonsumsi vitamin C.

4) Tingkat keasaman lambung

Keasaman lambung dapat meningkatkan daya larut besi. 5) Kebutuhan tubuh

Jika tubuh kekurang Fe atau kebutuhan meningkat, maka penyerapan juga akan meningkat.

e. Kebutuhan Tablet Fe dalam kehamilan

Menurut Waryana (2010), kebutuhan zat besi menurut triwulan kehamilan adalah sebagai berikut:

1) Triwulan I (umur kehamilan 0 - 12 minggu) zat besi yang dibutuhkan adalah 1 mg/hari yaitu untuk kebutuhan basal 0,8 mg/hari ditambah dengan kebutuhan janin dan red cell mass 30 – 40 mg.

2) Triwulan II (umur kehamilan 13-24 minggu) zat besi yang diberlakukan adalah ± 5 mg/hari yaitu untk kebutuhan basal 0,8 mg/hari ditambah dengan kebutuhan red cell mass 300 mg dan conceptus 115 mg.

3) Triwulan III (umur kehamilan 25 - 40 minggu), zat besi yang dibutuhkan adalah 5 mg/hari yaitu untuk kebutuhan basal 0,8 mg/hari ditambah dengan kebutuhan red cell mass 150 mg dan conceptus 223 mg, maka kebutuhan pada triwulan II dan III jauh lebih besar dari jumlah zat besi yang didapat dari makanan.

Ekstra zat besi diperlukan pada kehamilan. Kebutuhan zat besi pada kehamilan dengan janin tunggal adalah :

1) 200 - 600 mg untuk memenuhi peningkatan massa sel darah merah 2) 200 - 370 mg untuk janin yang bergantung pada berat lahirnya 3) 150 - 200 mg untuk kehilangan eksternal

4) 30 - 170 mg untuk tali pusat dan plasenta

Dengan demikian, kebutuhan total zat besi pada kehamilan berkisar antara 540 – 1340 mg, dan 440 – 1050 mg diantaranya akan hilang dalam tubuh ibu pada saat melahirkan (Jordan, 2004).

Untuk mengatasi kehilangan ini, ibu hamil memerlukan rata-rata 3,5 – 4 mg zat besi per hari. Kebutuhan ini akan meningakat secara signifikan dalam trimester terakhir, yaitu rata-rata 2,5 mg/hari pada awal kehamilan menjadi 6,6 mg /hari (Letsky & Warwick, 1994;Jordan, 2004). Meskipun absorpsi zat besi meningkat cukup besar selama kehamilan namun bila kehamilan yang satu dengan lain memiliki jarak yang cukup dekat atau bila simpanan zat besinya rendah, maka asupan zat besi yang cukup hanya dapat dipenuhi lewat suplementasi.

Jumlah zat besi yang diserap akan bergantung pada sejumlah faktor seperti kandungan makanan, simpanan zat besi di dalam tubuh, kecepatan produksi sel darah merah dan apakah pasien meminum suplemen zat besi atau tidak (Jordan, 2004).

Penambahan asupan besi, baik lewat makanan atau pemberian suplementasi, terbukti mampu mencegah penurunan Hb akibat hemodilusi. Respon positif terhadap pengobatan dapat dilihat dari peningkatan kadar hemoglobin sebesar 0,1 g/ dl sehari mulai dari hari kelima dan seterusnya. Dengan demikian, pemberian sebanyak 30 gram zat besi tiga kali sehari akan meningkatkan kadar hemoglobin paling sedikit sebesar 0,3 g/ dl/ minggu atau selama 10 hari (Arisman, 2004).

Menurut Saspriyana (2009), kebijakan nasional yang diterapkan di seluruh Pusat Kesehatan Masyarakat adalah pemberian satu tablet besi sehari sesegera mungkin setelah rasa mual hilang pada awal kehamilan. Tiap tablet mengandung FeSO4 320 mg (zat besi 60 mg) dan asam folat 500 ug, minimal masing-masing 90 tablet.

B. Kerangka Teori

Gambar 2.1 Kerangka Teori Pengetahuan Ibu Hamil tentang Tablet Fe Sumber: Notoatmodjo (2010), Waryana (2010) Modifikasi Ibu Hamil Faktor-faktor yang mempengaruhi Absorbsi Fe Tablet Fe Manfaat Tablet Fe Sumber Fe Faktor yang mempengaruhi

Pengetahuan:

1. P

endidikan

2. M

ass media / informasi

3. S

osial budaya dan ekonomi

4. Li

Pengertian Pengetahuan

Kebutuhan tablet Fe dalam kehamilan

C. Kerangka Konsep

Keterangan:

= variabel yang diteliti = variabel yang tidak diteliti = Kategori

= yang mempengaruhi

Gambar 2.2 Kerangka Konsep 1. Pendidikan

2. Mass media / informasi 3. Sosial budaya dan ekonomi 4. Lingkungan

5. Pengalaman 6. Usia

Pengetahuan Ibu Hamil tentang tablet Fe

Baik

Cukup

30 A. Jenis dan Rancangan enelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif. Deskriptif adalah penelitian yang menggambarkan fenomena yang ditemukan dan hasil penelitian disajikan apa adanya (Sugiyono, 2007). Penelitian deskritptif kuantitatif adalah penelitian yang bertujuan meggambarkan suatu fenomena dengan berbentuk angka-angka (Hidayat, 2007).

B. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi

Lokasi adalah tempat yang digunakan untuk pengambilan data selama kasus berlangsung (Budiarto, 2003). Penelitian ini dilakukan di BPM Sri Sunaryati Sukoharjo.

2. Waktu penelitian

Waktu penelitian adalah jangka waktu yang dibutuhkan penulis untuk memperoleh data studi kasus yang dilaksanakan (Budiarto, 2003). Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 13 sampai 27 Juni 2012.

C. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel 1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti dan dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Hidayat, 2007). Populasi yang diteliti adalah seluruh Ibu hamil yang berkunjung di BPM Sri Sunaryati Sukoharjo sebanyak 34 responden pada bulan Juni 2012.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan obyek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2010). Berdasarkan jumlah rata-rata per bulan Januari – April 2012, yaitu sebanyak 70 ibu hamil. Menurut Arikunto (2006), jika populasi kurang dari 100 maka lebih baik diambil semua dan jika jumlah subyek lebih dari 100,

Dokumen terkait