• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dalam bab ini berisi kesimpulan dan saran. DAFTAR PUSTAKA

9

A. Tinjauan Teori 1. Pengetahuan

a. Pengertian

Pengetahuan (knowladge) adalah hasil tahu dari manusia, yang sekedar menjawab pertanyaan ‘what’, misalnya apa air, apa manusia, apa alam, dan sebagainya (Notoatmodjo, 2003).

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera pengelihatan, pendengaran, penciuman, perasaan dan peraba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2010).

b. Tingkatan Pengetahuan

Tingkatan pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan menurut Notoatmodjo (2003), yaitu :

1) Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Tahu merupakan tingkatan pengetahuan yang paling rendah karena tingkatan ini hanya mengingat kembali (recall)

terhadap suatu spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang diterima.

2) Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat mengintrepetasikan materi tersebut secara benar.

3) Aplikasi (Aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menerapkan atau menggunakan materi yang sudah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya).

4) Analisis (Analysis)

Analitis diartikan suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih didalam satu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.

5) Sintesis (Synthesis)

Sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.

6) Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau suatu objek berdasarkan kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kritria-kriteria yang telah ada.

c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2007), faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan antara lain :

1) Tingkat pendidikan

Pendidikan adalah upaya untuk memberikan pengetahuan sehingga terjadi perilaku positif yang meningkat.

2) Informasi

Seseorang yang mempunyai sumber informasi lebih banyak akan mempunyai pengetahuan yang lebih luas.

3) Budaya

Tingkah laku manusia atau kelompok manusia dalam memenuhi kebutuhan yang meliputi sikap dan kepercayaan.

4) Pengalaman

Sesuatu yang pernah dialami seseorang untuk memilih kebutuhan tentang sesuatu yang bersifat informal.

5) Sosial Ekonomi

Tingkatan kemampuan seseorang untuk memilih kebutuhan hidup. Semakin tinggi tingkat sosial ekonomi akan menambah tingkat pengetahuan.

6) Umur

Jumlah tahun yang dihabiskan sejak kelahirannya. 7) Pekerjaan

d. Cara Memperoleh Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2003), dalam memperoleh pengetahuan dibagi dalam 2 kelompok :

1) Cara tradisional

Cara ini dipakai orang untuk memperoleh kebenaran pengetahuan, sebelum ditemukannya metode ilmiah atau metode penemuan secara sistematik dan logis. Cara-cara penemuan pengetahuan pada periode ini antara lain, meliputi :

a) Cara Coba-Salah (Trial and Error)

Cara ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam memecahkan masalah, dan apabila kemungkinan tersebut tidak berhasil, dicoba kemungkinan yang lain. Pengalaman yang diperoleh melalui penggunaan metode ini banyak membantu perkembangan berfikir dan kebudayaan manusia kearah yang lebih sempurna.

b) Cara Kekuasaan atau Otoritas

Pengetahuan diperoleh berdasarkan pada otoritas atau kekuasaan, baik tradisi, otoritas pemerintah, otoritas pemuka agama, maupun ahli ilmu pengetahuan. Para pemegang otoritas, baik pemimpin pemerintahan, tokoh agama maupun ahli ilmu pengetahuan pada prinsipnya mempunyai mekanisme yang sama didalam penemuan pengetahuan.

c) Berdasarkan Pengalaman Pribadi

Pengalaman pribadi dapat digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa lalu.

d) Melalui Jalan Pikiran

Kebenaran pengetahuan dapat diperoleh manusia dengan menggunakan jalan pikirannya, baik melalui induksi maupun deduksi yang merupakan cara melahirkan pemikiran secara tidak langsung melalui pernyataan-pernyataan yang dikemukakan dan dicari hubungannya sehingga dapat dibuat suatu kesimpulan. 2) Cara Modern dalam Memperoleh Pengetahuan

Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan dewasa ini lebih sistematis, logis dan murah. Cara ini disebut metode penelitian ilmiah atau lebih populer (research methodology). Setelah diadakan penggabungan antara proses berpikir deduktif-induktif maka lahirlah suatu penelitian yang dikenal dengan metode penelitian ilmiah. e. Tingkat Pengetahuan

Menurut Riwidikdo (2010), tingkat pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang dapat dibagi menjadi tiga tingkatan, yaitu :

1) Baik, bila nilai responden (x) > mean + 1 SD 2) Cukup, bila nilai mean – 1 SD ” x ” mean + 1 SD 3) Kurang, bila nilai responden (x) < mean – 1 SD.

2. Kader

a. Pengertian Kader

Kader adalah seorang atau tim sebagai tenaga Posyandu yang berasal dari dan dipilih oleh masyarakat setempat yang memenuhi ketentuan dan diberi tugas serta tanggung jawab untuk melaksanakan pemantauan, pertumbuhan dan perkembangan balita dan memfasilitasi kegiatan lain (Zulkifli, 2003).

Kader adalah seorang tenaga sukarela yang direkrut dari, oleh dan untuk masyarakat, yang bertugas membantu kelancaran pelayanan rutin di posyandu. Sehingga seorang kader posyandu harus mau bekerja secara sukarela dan ikhlas, mau dan sanggup melaksanakan kegiatan posyandu, serta mau dan sanggup melaksanakan kegiatan posyandu, serta mau dan sanggup menggerakkan masyarakat untuk melaksanakan dan mengikuti kegiatan posyandu (Ismawati dkk, 2010).

Menurut Zulkifli (2003), persyaratan umum untuk memilih kader adalah sebagai berikut :

1) Dapat baca, tulis dengan Bahasa Indonesia

2) Secara fisik dapat melaksanakan tugas-tugas sebagai kader

3) Mempunyai penghasilan sendiri dan tinggal tetap di desa bersangkutan

4) Aktif dalam kegiatan-kegiatan sosial maupun pembangunan desanya 5) Dikenal masyarakat dan dapat bekerja sama dengan masyarakat calon

6) Sanggup membina paling sedikit 10 KK untuk meningkatkan keadaan kesehatan lingkungan

7) Diutamakan telah mengikuti KPD (Kegiatan Pembinaan Desa) atau mempunyai ketrampilan

b. Tugas Kader

Menurut Zulkifli (2003), tugas kader adalah sebagai berikut: 1) Kegiatan yang dapat dilakukan oleh kader di Posyandu adalah :

a) Melaksanakan pendaftaran.

b) Melaksanakan penimbangan bayi dan balita. c) Melaksanakan pencatatan hasil penimbangan. d) Memberikan penyuluhan.

e) Memberi dan membantu pelayanan. f) Merujuk.

2) Kegiatan yang dapat dilakukan di luar kegiatan Posyandu, antara lain : a) Bersifat yang menunjang pelayanan KB, KIA, Imunisasi, Gizi dan

penanggulangan diare.

b) Mengajak ibu-ibu untuk datang pada hari kegiatan Posyandu. c) Kegiatan yang menunjang upaya kesehatan lainnya yang sesuai

dengan permasalahan yang ada : (1) Pemberantasan penyakit menular (2) Penyehatan rumah

(3) Pembersihan sarang nyamuk (4) Pembuangan sampah

(5) Penyediaan sarana air bersih

(6) Menyediakan sarana jamban keluarga (7) Pembuatan sarana pembuangan air limbah (8) Pemberian pertolongan pertama pada penyakit (9) P3K (Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan) (10) Dana sehat

(11) Kegiatan pengembangan lainnya yang berkaitan dengan kesehatan

c. Pelatihan Kader Posyandu

Seorang calon kader wajib mengikuti pelatihan-pelatihan sebelum menjadi kader posyandu. Hal ini dikarenakan ketika menjadi seorang kader dalam tugasnya akan sering melakukan berbagai penyuluhan. Penyuluhan-penyuluhan ini biasanya dilakukan oleh kader posyandu dalam bentuk penyuluhan perorangan dengan tatap muka, penyuluha kelompok, dan penyuluhan disertai peragaan (Ismawati dkk, 2010). Menurut Ismawati dkk (2010), kader harus menguasai berbagai tehnik ketrampilan dan pengetahuan, yaitu :

1) Ketrampilan komunikasi interpersonal

Ketrampilan ini penting karena dalam melaksanakan tugasnya seorang kader perlu memahami kebutuhan masyarakat, serta perlu menguasai tehnik-tehnik komunikasi yang efektif agar informasi dan pesan yang disampaikan kepada masyarakat dapat dimengerti dengan baik dan dilaksanakan.

2) Ketrampilan yang berhubungan dengan kegiatan di Posyandu (pencatatan, pelaporan, penimbangan dll)

3) Pengetahuan kesehatan dasar dan gizi

Pemahaman kader dengan baik mengenai kesehatan dasar dan gizi dapat membantu kader untuk lebih efektif dalam memberikan informasi dengan benar.

Calon kader wajib mengikuti pelatihan-pelatihan tentang konsep pelaksanaan Posyandu serta materi-materi yang berkaitan dengan kesehatan dasar dan gizi, yaitu sebagai berikut :

1) Konsep Posyandu balita

2) Gizi seimbang, penentuan status gizi balita, cara menentukan status gizi balita, serta cara penentuan Bawah Garis Merah (BGM), serta pengukuran status gizi dengan menggunakan KMS (Kartu Menuju Sehat).

3) Pemanfaatan dan pemberian ASI eksklusif 4) Makanan pendamping ASI (MP-ASI) yang sehat

5) Penyakit yang sering diderita oleh balita, Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (PPPK) dan pengobatan balita di rumah

6) Stimulasi tumbuh kembang anak 7) Pengukuran antropometri.

3. Posyandu

a. Pengertian Posyandu

Posyandu adalah kegiatan kesehatan dasar yang diselenggarakan dari, oleh dan untuk masyarakat yang dibantu oleh petugas kesehatan di suatu wilayah kerja Puskesmas, dimana program ini dapat dilaksanakan di balai dusun, balai kelurahan maupun tempat-tempat lain yang mudah didatangi oleh masyarakat (Ismawati dkk, 2010).

Posyandu adalah salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna memberdayakan masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi (Depkes RI, dalam Zulkifli 2006).

b. Pembinaan dalam posyandu

Menurut Sembiring (2004), pembinaan dalam Posyandu ada 3 intervensi, yaitu :

1) Pembinaan kelangsungan hidup anak (Child Survival) yang ditujukan untuk menjaga kelangsungan hidup anak sejak janin dalam kandungan ibu sampai usia balita.

2) Pembinaan perkembangan anak (Child Development) yang ditujukan untuk membina tumbuh kembang anak secara sempurna, baik fisik maupun mental sehingga siap menjadi tenaga kerja tangguh.

3) Pembinaan kemampuan kerja (Employment) yang dimaksud untuk memberikan kesempatan berkarya dan berkreasi dalam pembangunan bangsa dan negara.

Intervensi 1 dan 2 dapat dilaksanakan sendiri oleh masyarakat dengan sedikit bantuan dan pengarahan dari petugas penyelenggaraan dan pengembangan posyandu merupakan strategi yang tepat untuk intevensi ini. Intervensi ke-3 perlu dipersiapkan dengan memperhatikan aspek-aspek politik ekonomi sosial budaya.

c. Tujuan penyelenggaraan Posyandu

Menurut Sembiring (2004), tujuan penyelenggaraan Posyandu adalah : 1) Menurunkan Angka Kematian Bayi (AKB), Angka Kematian Ibu (ibu

hamil, melahirkan dan nifas)

2) Meningkatkan peran serta dan kemampuan masyarakat untuk mengembangkan kegiatan kesehatan dan KB (Keluarga Berencana) serta kegiatan lainnya yang menunjang untuk tercapainya masyarakat sehat sejahtera.

3) Berfungsi sebagai Wahana Gerakan Reproduksi Kelurga Sejahtera, Gerakan Ketahanan Keluarga dan Gerakan Ekonomi Keluarga Sejahtera.

d. Manfaat Posyandu

Menurut WHO dalam Ismawati dkk (2003), manfaat Posyandu adalah : 1) Bagi Masyarakat

Adapun manfaat posyandu bagi masyarakat adalah memperoleh kemudahan untuk mendapatkan informasi dan pelayanan kesehatan bagi anak balita dan ibu, pertumbuhan anak balita terpantau sehingga tidak menderita gizi kurang atau gizi buruk. Bayi dan anak balita mendapatkan kapsul vitamin A, bayi memperoleh imunisasi lengkap, ibu hamil juga terpantau berat badannya dan memperoleh tablet tambah darah serta imunisasi TT, ibu nifas memperoleh kapsul vitamin A dan tablet tambah darah serta memperoleh penyuluhan kesehatan yang berkaitan tentang kesehatan ibu dan anak.

2) Bagi Kader

Mendapatkan berbagai informasi kesehatan lebih dahulu dan lebih lengkap. Ikut berperan serta nyata dalam tunbuh kembang anak balita dan kesehatan ibu. Citra diri meningkat dimata masyarakat sebagai orang yang terpercaya dalam bidang kesehatan menjadi panutan karena telah mengabdi demi pertumbuhan anak dan kesehatan ibu.

e. Dana Pelaksanaan Posyandu

Dana pelaksanaan Posyandu berasal dari swadaya masyarakat melalui gotong royong dengan kegiatan jimpitan beras dan hasil potensi desa lainnya serta sumbangan dari donatur yang tidak mengikat yang dihimpun melalui kegiatan Dana Sehat (Ismawati dkk, 2010).

f. Jenjang Posyandu

Menurut Ismawati dkk (2010), ada “KONSEP ARRIF” yang menyatakan jenjang posyandu dibagi menjadi 4 kelompok, yaitu :

1) Posyandu Pratama (warna merah) Posyandu pratama memiliki ciri-ciri : a) Kegiatan belum mantap

b) Kegiatan belum rutin c) Jumlah kader terbatas

2) Posyandu Madya (warna kuning) Posyandu madya memiliki ciri-ciri : a) Kegiatan lebih teratur

b) Jumlah kader 5 orang

3) Posyandu Purnama (warna hijau) Posyandu Purnama memiliki ciri-ciri : a) Kegiatan sudah teratur

b) Cakupan program atau kegiatannya baik c) Jumlah kader 5 orang

d) Mempunyai program tambahan 4) Posyandu Mandiri (warna biru)

Posyandu Mandiri memiliki ciri-ciri: a) Kegiatan sudah teratur dan mantap b) Cakupan program atau kegiatannya baik c) Memiliki Dana Sehat dan JKPM yang mantap

Dari konsep diatas, dapat disimpulkan beberapa indikator sebagai penentu jenjang antar strata Posyandu adalah :

1) Jumlah buka Posyandu per tahun 2) Jumlah kader yang bertugas 3) Cakupan kegiatan

4) Program tambahan 5) Dana sehat (JKPM)

Posyandu akan mencapai strata Posyandu Mandiri sangat tergantung kepada kemampuan, ketrampilan diiringi rasa memiliki tanggung jawab kader PKK, LKMD sebagai pengelola dan masyarakat sebagai pemakai dari pendukung Posyandu.

g. Kegiatan Pokok Posyandu

Menurut Sembiring (2004), kegiatan pokok posyandu adalah : 1) KIA (Kesehatan Ibu dan Anak)

2) KB (Keluarga Berencana) 3) Pemberian Imunisasi 4) Penyuluhan Gizi 5) Penanggulangan Diare h. Sasaran

Menurut Intanghina (2009), sasaran dalam pelayanan kesehatan di Posyandu adalah :

1) Bayi berusia kurang dari 1 tahun 2) Anak balita berusia 1-5 tahun

3) Ibu hamil, ibu menyusui, dan ibu nifas 4) WUS (Wanita Usia Subur)

5) PUS (Pasangan Usia Subur) i. Sistem Lima Meja di Posyandu

Menurut Aprilia (2009), sistem lima meja di Posyandu antara lain : 1) Meja 1 (Pendaftaran)

a) Balita didaftar dalam formulir pencatatan balita

b) Bila anak sudah punya KMS, berarti bulan lalu anak sudah ditimbang. Maka KMS-nya diminta. Namanya dicatat pada secarik kertas. Secarik kertas ini diselipkan di KMS. Kemudian, ibu balita diminta membawa anaknya menuju ke tempat penimbangan,

c) Bila anak belum punya KMS, berarti ia baru bulan ini ikut penimbangan. Maka, ambil KMS baru. Kolomnya diisi secara lengkap. Nama anak dicatat pada secarik kertas.

d) Dalam pendaftaran diusahakan semua warga dalam cakupan posyandu tersebut terdaftar, baik pendaftar lama maupun pendaftar baru.

e) KMS yang diterima harus diteliti terlebih dahulu oleh kader agar KMS yang dibawa ibu adalah KMS yang benar dan bukan KMS milik balita lain.

f) KMS harus diberikan kembali pada ibu setelah pelaksanaan posyandu selesai dan berpesan kepada ibu agar menyimpan dan membawanya kembali pada posyandu berikutnya.

2) Meja II (Penimbangan balita)

a) Dacin disiapkan oleh kader sebelum posyandu dimulai sehingga ketika posyandu dimulai dacin sudah siap digunakan. Kemudian anak ditimbang oleh kader yang bertugas. Kader harus mengetahui cara penimbangan yang benar dan aman. Penimbangan dibaca hingga tingkat ketelitian 0,1 kg. Perhatikan bandul dacin agar tidak mengenai balita yang ditimbang dan balita disekitar dacin.

b) Hasil penimbangan berat anak dicatat pada secarik kertas yang telah diselipkan oleh kader pada meja pendaftaran tepatnya dibawah nama yang tertera pada secarik kertas tersebut. Selipkan kembali kertas yang telah tertera nama dan berat badan ini ke dalam KMS. Pastikan kertas ini tidak jatuh atau hilang.

Cara memasang dacin yang benar menurut DKK Surakarta adalah : (1) Pilih pelana rumah atau dahan penggantung yang kuat.

(2) Tali penggantung yang kuat.

(3) Gantungkan dacin dengan posisi batang dacin sejajar dengan mata penimbang.

(4) Sarung atau celana imbang tempat anak diletakkan. (5) Bandul geser di angka nol.

(6) Bandul penyeimbang dapat berupa kantong/plastik berisi pasir. (7) Posisi kedua paku timbangan harus lurus.

(8) Selesai menimbang, ibu dan anaknya dipersilahkan menuju ke meja 3, meja pencatatan.

3) Meja III (Pencatatan)

a) Buka KMS balita yang bersangkutan dengan hati-hati pastikan secarik kertas yang telah tertera nama dan berat badan balita terdapat di dalamnya.

b) Pastikan nama yang tertera dalam secarik kertas tersebut sesuai dengan KMSnya kemudian pindahkan hasil penimbangan anak dari secarik kertas ke KMS-nya.

c) Pada penimbangan pertama, isilah semua kolom yang tersedia pada KMS dengan lengkap sesuai dengan keadaan balita tersebut.

d) Bila ada kartu kelahiran, catatlah bulan lahir anak dari kartu tersebut. e) Bila tidak ada kartu kelahiran, tetapi ibu ingat, catatlah bulan lahir

anak sesuai ingatan ibu.

f) Bila ibu tidak ingat semua, dan hanya tahu umur anaknya yang sekarang, perkirakan bulan lahir anak dan catat.

g) Cantumkan bulan lahir anak pada kolom.

h) Kemudian, isilah semua kolom bulan secara berurutan.

i) Setelah anak ditimbang, tuliskan TITIK (.) berat badannya pada TITIK TEMU garis tegak (sesuai dengan bulan penimbangan) dengan garis datar (sesuai dengan hasil penimbangan dalam kilogram). Pada penimbangan selanjutnya, kedua TITIK dihubungkan dengan garis. Pada bulan berikutnya tidak ditimbang, dan bulan berikutnya ditimbang maka kedua TITIK tidak dihubungkan.

j) Selain titik berat badan dan garis hubung, catat juga semua kejadian yang diderita anak. Kejadian itu dicatat dalam garis tegak sesuai dengan bulan yang bersangkutan.

4) Meja IV (Penyuluhan)

Mintalah KMS anak. Perhatikan umur dan hasil penimbangan pada bulan ini. Ibu balita diberi penyuluhan :

a) Pentingnya menimbang balita setiap bulan untuk mengetahui pertumbuhan balita. Balita BGM harus dirujuk ke tenaga kesehatan. b) Pentingnya ASI saja (ASI Eksklusif) sampai anak berumur 6 bulan. c) Pentingnya pemberian makanan pendamping ASI bagi anak berumur

diatas 4 bulan.

d) Pentingnya ibu memberikan ASI sampai anak berumur 2 tahun. e) Pentingnya imunisasi lengkap untuk pencegahan penyakit pada balita

(lihat kolom imunisasi anak pada KMS-nya).

f) Pentingnya pemberian vitamin A untuk pencegahan kebutaan dan daya tahan tubuh anak. Setiap bulan Februari dan Agustus, bayi 6-12 bulan dan anak balita 1-5 tahun diberi 1 kapsul vitamin A.

g) Pentingnya latihan atau stimulasi perkembangan anak balita di rumah.

h) Tentang bahaya diare bagi balita. ASI terus diberikan seperti biasa walaupun sedang diare.

i) Tentang bahaya infeksi saluran pernafasan akut, balita batuk pilek dengan panas sesak atau sukar bernapas harus dirujuk ke tenaga kesehatan.

j) Tentang demam pada balita sering merupakan tanda-tanda malaria, campak, demam berdarah dapat membahayakan jiwa anak. Anak demam, rujuk ke tenaga kesehatan.

k) Tentang pentingnya memelihara gigi dan mulut. 5) Meja V (Pelayanan KB dan Kesehatan)

a) Imunisasi

Imunisasi dilakukan oleh tenaga kesehatan yang hadir dalam posyandu tersebut, kader tidak diperbolehkan melakukan imunisasi kepada ballita. Penyuntikan imunisasi dilakukan pada balita dalam kondisi sehat, apabila terdapat balita sakit, imunisasi ditunda hingga balita tersebut sembuh.

b) Pemberian vitamin A

Pemberian vitamin A dosis tinggi berupa obat tetes ke mulut tiap bulan Februari dan Agustus. Vitamin A harus diberikan oleh tenaga kesehatan di posyandu, vitamin A tidak diperbolehkan diberikan kepada ibu dibawa pulang untuk memastikan cara memberikan obat tetes dengan benar.

c) Pembagian pil atau kondom

Pil atau kondom diberikan Pasangan Usia Subur yang ingin menunda kehamilan ataupun tidak ingin mempunyai anak lagi, sebelum

dibagikan Pasangan Usia Subur diberitahu cara penggunaannya agar dapat digunakan secara tepat.

d) Pengobatan ringan

Pengobatan yang diadakan pada posyandu sebatas obat yang ringan seperti : batuk, pilek, panas dan lain-lain. Apabila dijumpai penyakit yang agak serius segera rujuk ke pelayanan kesehatan yang lebih tinggi.

e) Konsultasi KB-Kesehatan

Konseling KB diberikan pada Pasangan Usia Subur yang ingin menjadi akseptor KB, konsultasi KB yang diberikan dimulai dari kontrasepsi sederhana, kontrasepsi pil, suntik, susuk, IUD, kontrasepsi darurat hingga kontrasepsi mantap. Diberikan pula cara penggunaan, efek samping, indikasi serta kontra indikasinya.

f) Pemeriksaan kehamilan

Pemeriksaan kehamilan dilakukan oleh bidan dalam ruang periksa yang telah disediakan. Pemeriksaan di posyandu tetap mengikuti standar minimal 5T (Timbang, Tensi, TFU, TT, Tablet Besi).

B. Kerangka Teori

Gambar 2.1 Kerangka Teori

(Sumber Notoatmodjo (2005) dan Ismawati (2010)) Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan : 1. Tingkat pendidikan 2. Informasi 3. Budaya 4. Pengalaman 5. Sosial ekonomi 6. Umur 7. Pekerjaan

Tingkat Pengetahuan Kader tentang Posyandu Posyandu Meliputi : 1. Pengertian Posyandu 2. Pembinaan Posyandu 3. Tujuan Penyelenggaraan 4. Manfaat Posyandu 5. Dana Pelaksanaan 6. Jenjang Posyandu

7. Kegiatan Pokok Posyandu 8. Sasaran Posyandu

C. Kerangka Konsep

= Diteliti = Tidak Diteliti

Gambar 2.2 Kerangka Konsep Tingkat Pengetahuan Kader

tentang Posyandu

Baik

Cukup

Kurang Faktor yang mempengaruhi

pengetahuan : 1. Tingkat Pendidikan 2. Informasi 3. Budaya 4. Pengalaman 5. Sosial Ekonomi 6. Umur 7. pekerjaan

31

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif, yaitu penelitian yang dilakukan terhadap sekumpulan obyek yang biasanya bertujuan untuk melihat gambaran fenomena (termasuk kesehatan) yang terjadi pada populasi tertentu dengan menggunakan angka-angka atau data kuantitatif yang diangkakan (Sugiyono, 2010).

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah tempat atau lokasi yang digunakan untuk pengambilan kasus atau observasi (Notoatmodjo, 2010). Penelitian ini dilaksanakan di Desa Ngemplak Karangpandan Karanganyar.

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian adalah waktu atau saat yang digunakan untuk pelaksanaan penelitian atau observasi (Notoatmodjo, 2010). Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari – Maret 2013.

C. Populasi, Sampel dan Tehnik Pengambilan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terjadi atau objek atau subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti yang dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2005). Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh kader di Posyandu Desa Ngemplak Karangpandan Karanganyar sebanyak 46 orang.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoadmodjo, 2005). Menurut Arikunto (2010), jika responden kurang dari 100 diambil semua untuk dijadikam sampel, dan jika responden lebih dari 100 diambil 20%-30% untuk dijadikan sampel. Jadi jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 46 orang.

3. Tehnik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel ini sangat penting, karena apabila salah dalam penggunaan teknik sampling maka hasilnya pun akan jauh dari kebenaran (penyimpangan) (Notoatmojo, 2010). Tehnik pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah Sampling Jenuh. Menurut Sugiyono (2005), yaitu tehnik penentuan sampel jenuh bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel.

D. Instrumen Penelitian

Alat yang digunakan dalam pengumpulan data penelitian ini adalah kuesioner yaitu daftar pernyataan yang sudah tersusun dengan baik, matang, dimana responden tinggal memberikan jawaban atau dengan memberikan tanda-tanda tertentu (Notoadmodjo, 2005).

Untuk mengetahui pengetahuan kader tentang Posyandu, kuesioner yang digunakan adalah kuesioner tertutup dimana sudah terdapat pilihan jawabannya, jadi mereka tinggal memilih Benar atau Salah (Arikunto, 2010). Pernyataan dalam penelitian ini ada 2 yaitu pernyataan positif (favorable) dan pernyataan negatif (unfavorable). Untuk pernyataan positif (favorable) jawaban benar mendapat nilai 1 dan jawaban yang salah mendapatkan nilai 0 sedangkan pernyataan negatif (unfavorable) jawaban yang benar mendapat nilai 0 dan jawaban yang salah mendapatkan nilai 1. Pengisian kuesioner tersebut dengan memberi tanda centang (¥) pada jawaban yang dianggap benar.

Kisi-kisi kuesioner dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

Tabel. 3.1 . Kisi-kisi Kuesioner

Dokumen terkait