Bab ini merupakan bab terakhir, yaitu sebagai bab kesimpulan dan saran. Merupakan ringkasan dari bab-bab yang berisi kesimpulan mengenai permasalahan yang dibahas dan saran-saran dari penulis dengan membahasas skripsi ini
BAB II
PENGATURAN TINDAK PIDANA PENCURIAN DENGAN KEKERASAN DALAM KUHP
A. Pengaturan Tindak Pidana Pencurian dalam Pasal 362-363 KUHP
` Peraturan hukum positif utama yang berlaku di Indonesia adalah KUHP, dimana KUHP sendiri merupakan kodifikasi dari hukum pidana dan berlaku untuk semua golongan penduduk, yaitu golongan timur asing, bumi putera, dan Eropa.
Dengan demikian dapat dikatakan ada suatu bentuk kesamaan atau keseragaman dalam peraturan hukum pidana yang berlaku di indoneisa. Sejak adanya UU. No 73 tahun 1958 yang menentukan berlakunya UU No. 1 Tahun 1946 tentang peraturan hukum pidana untuk seluruh Indonesia, hukum pidana materil indonesia menjadi seragam untuk seluruh tanah air. Manurut pasal IV Undang-undang No.1 tahun 1946, menyatakan nama resmi dari KUHP awalnya adalah “Wetboek Van Strafrecht” atau “Voor Nederlandsch-indie” yang diubah menjadi “wetboek Van Strafrecht” atau dapat pula disebut sebagai “Kitab Undang-Undang Hukum pidana”.29
Di indonesia, Menurut data statitik kriminal 2017 tindak pidana pencurian dengan kekekaran, Selama periode tahun 2012–2016, jumlah kejadian kejahatan terhadap hak/milik dengan penggunaan kekerasan (pencurian dengan kekerasan, termasuk dengan senjata tajam/senjata api - property crime with violence) di Indonesia cenderung meningkat. kejadian kejahatan terhadap Hak/Milik dengan Penggunaan Kekerasan pada tahun 2012 sebanyak 12.355 kasus, pada tahun 2013
29 Hanna Mandela, Skripsi; “Penanggulangan Tindak Pidana dengan Kekerasan Di polsek Bagan Sinamabah-Riau (Studi di Polsek Bagan Sinembah)”, FH USU 2012,h.41-42
mengalami penurunan sebanyak 12.045 kasus, pada tahun 2014 mengalami penurunan sebanyak 11.758 kasus, pada tahun 2015 sudah mulai ada kenaikan dari tahun sebelumnya sebanyak 11.856 dan pada tahun 2016 ada kenaikan sebanyak 12.095.30
Pencurian dengan kekerasan ini disebut juga pencurian dengan kulaifikasi (gedualifieceerde deifstal) atau pencurian khusus dengan cara-cara tertentu atau dalam keadaan tertentu sehingga bersifat lebih berat dan maka dari itu diancam dengan hukuman yang maksimumnya lebih tinggi yaitu lebih dari hukuman penjara lima tahun dari pasal 362 KUHP dan hal itu diatur didalam buku II KUHP pada bab XXII dan perumusannya sebagaimana disebut dalam pasal 362 dan hal ini diatur didalam buku II KUHP pada bab XXII dan perumusannya disebut dalam pasal 363 KUHP.31
Pasal-pasal yang mengatur tentang pencurian, diatur pada BAB XXII dari 362 s/d pasal 365 KUHP.
Pasal 362 KUHP, yang bunyinya :
“Barangsiapa mengambil sesuatu barang yang sama sekali atau sebagian termasuk kepunyaan orang lain, dengan maksud akan memiliki barang itu dengan melawan hak, dihukum, karena pencurian dengan hukuman maksimal lima tahun.32
Tindak pidana pencurian dalam bentuk Pokok seperti yang diatur pasal 362 KUHP terdiri atas unsur subjektif dan unsur-unsur objektif sebagai berikut:
30 Badan Pusat statistik, statistik kriminal 2017,jakarta,h.26.
31 Hanna Mandela,.Op.,Cit.,h.42
32 Moeljatno, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana. (Jakarta: PT.Bumi Aksara, 2003)
a. Unsur subjektif : Met het oogmerk om het zich waderechtelijk toe te egen atau dengan maksud untuk menguasai benda tersebut secara melawan hukum.33
Unsur “Memiliki barangnya dengan melanggar hukum” ini juga terdapat pasal 372 KUHP, bahkan disitu tidak hanya harus ada tujuan (oomerk) untuk itu, melainkan perbuatan si pelaku harus masuk perumusan “memiliki barang dengan melanggar hukum” Wujud dari memiliki barang dalam pasal 362 KUHP dengan 372 KUHP belum terwujud, tetapi ada seseorang ahli yang bernama Noyon-langemeyer yang berpendapat mengenai wujud tersebut. Noyon-Langermeyer menyatakan bahwa ada suatu kontrakdisi antara „memiliki barang‟ dan
„melanggar hukum‟. „Memiliki barang‟ berarti menjadikan dirinya sebagai pemilik, dan untuk mejadi pemilik suau barang, harus menurut hukum. Setiap pemilik barang adalah pemilik menurut hukum, maka sebenarnya adalah tidak mungkin orang memiliki barang milik orang lain dengan melanggar hukum. Oleh karena itu jika melanggar hukum, maka tidak mungkin orang lain menjadi pemiliknya.34
b. Unsur-unsur Objekif : 1. Barang siapa (hij)
2. Mengambil (Wegnemen) 3. Sesuatu benda (eenig goed)
33P.A.F. Lamintang dan Theo Lamintang, Delik-delik khusus kejahatan terhadap harta kekayaan, (Jakarta: Sinar Grafika, 20013), h.1-2
34 Wirjono, op.,cit., h.17.
4. Yang sebagian atau seluruhnya kepunyaan orang lain (dat geheel of gedeeltelijk aan een ander toebehoort)35
1. Unsur “Barang siapa” (hij)
Kata hij menunjukkan orang yang apabila ia memenuhi semua unsur tindak pidana yang diatur dalam pasal 362, maka karena bersalah telah melakukan tindak pidana pencurian, ia dapat dipidana dengan penjara selama-lama lima tahun atau pidana denda setinggi-tingginya Sembilan ratus rupiah.36
2. Unsur “mengambil barang” (wegnemen)
tindak pidana pencurian ialah perbuatan “Mengambil” barang. Kata Mengambil (Wegnemen) dalam arti sempit terbatas pada menggerakkan tangan dan jari-jari, memegang barangnya dan mengalihkannya ketempat lain. Yang dimaksud dengan kata “Mengambil” ialah sebelum perbuatan itu dilakukan.37
Noyon dan Langemeijer menyatakan, mengambil (menurut pengertian pasal 362 KUHP) merupakan suatu tindakan sepihak untuk membuat suatu benda berada dalam penguasaanya.38
Cleiren et al. Menyatakan, mengambil (wegnemen), berarti sengaja dengan maksud. Ada maksud untuk memiliki. Jika seseorang mengambil suatu barang ternyata miliknya sendiri, misalnya mencuri baju di tukang jahit yang ternyata
35 P.A.F. Lamintang dan Theo Lamintang.,Loc.,cit.,h.2
36 P.A.F. Lamintang dan Theo Lamintang., Ibid.,h.8.
37 Gerson W. Bawengan, Hukum pidana didalam Teori-teori dan praktek, (Jakarta: PT Pradnya Paramita, 1983), h.147.
38 P.A.F. Lamintang dan Theo Lamintang.,Op.,cit.,h.13
bajunya sendiri, bukanlah pencurian. Dia mengambil bajunya tanpa membayar ongkos jahit.39
Van Bemmelen dan Van Hanttum menyatakan, mengambil ialah setiap tindakan yang membuat sebagaian harta kekayaan orang lain menjadi berada dalam penguasaannya tanpa bantuan atau tanpa seizin orang lain tersebut, ataupun untuk memutuskan hubungan yang masih ada antara orang lain itu dengan bagian harta kekayaan yang dimaksud.40
Pencurian (diefstal) itu sudah dapat dikatakan selesai, apabila barang tersebut sudah pindah tempat. Apabila orang baru memegang saja barang itu dan belum berpindah tempat, maka orang itu belum dapat dikatakan mencuri akan tetapi baru mencoba mencuri.41
Perbuatan “Mengambil” terang tidak ada, apabila barangnya oleh yang berpihak diserahkan kepada pelaku. Apabila penyerahan ini disebabkan oleh pembujukan dengan tipu muslihat, maka ada tindakan pidana “Penipuan”. Jika penyerahan ini disebabkan karena adanya pemaksaan dengan kekerasan oleh si pelaku, maka ada perbuatan tindank pidana “pemerasan” (afpersing), dan jika paksaan ini berupa kekerasan langsung maka ada perbuatan tindak pidana
“pengancaman”(afdreiging).42
Hoge raad dalam arrest-nya memutuskan: bahwa perbuatan mengambil itu telah selesai, jika benda tersebut sudah berada di tangan pelaku, walaupun
39 Andi Hamzah, Delik-Delik Tertentu (speciale delicten) di dalam KUHP, (jakarta: Sinar Grafika, Juni 2016) , h.93.
40 P.A.F. Lamintang dan Theo Lamintang.,Op.,cit.,h.14.
41 R. Soesilo, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP), (Bogor, Politea, 1984), h.250.
42 Wirjono Projodikoro, Tindak-tindak Pidana tertentu di Indonesia, (Jakarta – Bandung:
P.T. Eresco,1974), h.15.
benar bahwa ia kemudian telah melepaskan kembali benda yang bersangkutan karena ketahuan orang lain.43
3. Unsur “Sesuatu benda” (eenig goed)
Suatu barang adalah segala sesuatu yang berwujud termasuk pula binatang (bukan manusia). Dalam pengertian barang termasuk daya listrik dan gas, meskipun tidak berwujud. Barang ini tidak perlu mempunyai nilai ekonomis.
Apabila mengambil sesuatu barang tidak dengan ijin dari pemiliknya, masuk pencurian.44
4. Barang itu harus “seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang lain”
Sifat tindak pidana pencurian adalah merugikan kekayaan si korban, maka barang yang diambil harus berharga. Harga ini tidak selalu bersifat ekonomis.
Barang yang diambil seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang lain, yaitu apabila merupakan merupakan suatu barang warisan yang turut berhak atas barang yang tersebut. Contoh lain sebagian kepunyaan orang lain misalnya : A bersama B membeli sebuah sepeda, maka sepeda itu milik A dan B, disimpan di rumah A kemudian dicuri oleh B. Suatu barang yang bukan kepunyaan seseorang tidak menimbulkan pencurian, misalnya binatang yang hidup di alam bebas dan barang-barang yang sudah di buang oleh pemiliknya.45
Pengambilan itu harus dengan sengaja dan dengan maksud untuk dimilikinya. Orang karena keliru mengambil barang orang lain itu bukan pencurian. Seseorang menemukan barang di jalan lalu mengambilnya. Bila waktu pencurian mengambilnya sudah ada maksud untuk memiliki barang itu, maka
43P.A.F. Lamintang dan Theo Lamintang.,Op.,cit.h.14-15.
44 Wirjono Projodikoro., loc.,cit, h.15
45Wirjono Projodikoro., Ibid., h.16
masuk pencurian. Jika waktu mengambil itu pikiran terdakwa akan menyerahkan barang itu ke pihak berwenang, akan tetapi setelah sampai dirumah barang itu dimiliki untuk diri sendiri ( tidak diserahkan ke polisi ) maka ia salah karena
“Penggelapan” (pasal 372) karena waktu barang itu dimilikinya sudah berada di tangannya.46
Mengenai benda-benda kepunyaan orang lain itu Simons menyatakan, tidaklah perlu bahwa orang lain tersebut harus diketahui secara pasti, melainkan cukup jika pelaku mengetahui bahwa benda-benda yang diambil itu bukan kepunyaan pelaku. 47
Pasal 363 KUHP yang berbunyi:
Ayat (1): Diancam dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun : 1. Pencuri Hewan;
2. Pencuri pada waktu ada kebakaran, letusan, banjir, gempa bumi, atau gempa laut, gunung meletus, kapal karam, kapal terdampar, kecelakaan kereta api, huru hara, pemberontakan atau bahaya perang
3. Pencurian di waktu malam dalam sebuah rumah atau pekarangan tertutup yang ada rumahnya, yang dilakukan oleh orang yang ada disitu tidak diketahui atau tidak dikehendaki oleh yang berhak
4. Pencurian yang dilakukan oleh dua orang atau lebih
5. Pencurian yang untuk masuk ke tempat melakukan kejahatan, atau untuk sampai pada barang yang diambil, dilakukan dengan merusak, memotong
46 R., Soesilo, Loc.cit., h..250.
47 P.A.F. Lamintang dan Theo Lamintang.,Op.,cit., h.23.
atau memanjat, atau dengan memakai anak kunci palsu, perintah palsu atau pakaian jabatan palsu.
Ayat (2): “Jika pencurian yang diterangkan dalam butir 3 disertai dengan salah satu hal dalam butir 4 dan 5, maka diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun”48
Penjelasan pasal 363 ayat (1) angka 1-5 dan ayat (2) KUHP.
a. Unsur Subjektif: dengan maksud untuk menguasai secara melawan hukum.
Unsur Subjektif ini dapat dipandang sebagai terbukti telah dipenuhi oleh pelaku, jika atas pertanyaan hakim, jaksa atau penasehat hukum, pelaku telah memberikan keterangan bahwa ternak itu telah diambilnya misalnya dengan maksud : untuk dijual, untuk dipotong, untuk diberikan kepada orang lain, untuk dipakai sendir mengerjakan sawahnya, dan sebagainya.
Perbuatan-perbutan seperti yang dimaksudkan oleh pelaku diatas sifatnya melawan hukum, karena ia buka merupakan pemilik dari ternak yang ingin diambilnya dari kekuasaan orang lain. Untuk selesainya tindak pidana pencurian ternak itu, maksud pelaku tidak perlu telah terlaksana pada waktu pelaku selesai melakukan perbuatan yang terlarang, yakni perbutan mengambil.
b. Unsur-unsur Objektif 1. Barangsiapa
Unsur objektif ini dapat dipandang sebagai terbukti telah dipenuhi oleh pelaku, jika terbukti:
48 R. Sosesilo, op.,cit.,h.250-251.
a. pelaku merupakan orang yang melakukan sendiri perbuatan mengambil ternak kepunyaan orang lain;
b. pelaku merupakan orang yang dapat diminta pertanggungjawabannya menurut hukum pidana;
c. pelaku tidak mempunyai kesalahapahaman mengenai salah satu unsur tindak pidana pencurian ternak;
d. tidak ada satu pun dasar membuat pelaku tidak dapat dituntut dan;
e. tidak ada satu pun dasar yang membuat pelaku tidak dapat dipidana.
2. Mengambil
Unsur mengambil ini harus terbukti telah selesai dilakukan oleh pelaku, sebab jika perbuatan tersebut ternyata belum selesai, maka yang terjadi itu sebenarnya bukan merupakan tindak pidana pencurian melainkan hanya merupakan percobaan untuk melakukan tindak pidana pencurian.
3. Ternak
Undang-udang ternyata tidak memberikan penjelasannya tentang yang disebut ternak, melainkan dalam pasal 101 KUHP hanya menyamakan tiga jenis binatang dengan ternak masing-masing yakni :
a. hewan-hewan berkuku tunggal b. hewan-hewan memamah biak dan c. babi
4. Yang sebagian atau seluruhnya merupakan kepunyaan orang lain.
Unsur objektif ini dapat dipandang sebagai terbukti dipenuhi oleh pelaku, jika atas pertanyaan hakim, Jaksa atau Penasihat hukum, pelaku
telah menerangkan, misalnya bahwa orang lain juga mempunyai hak atas ternak yang diambilnya atau bahwa ternak yang diambil itu bukan kepunyaan pelaku.49
Pencurian dalam pasal ini dinamakan pencurian dengan pemberatan atau pencurian dengan kualifikasi dan diancam dengan hukuman lebih berat, sedangkan yang diartikan dengan pencurian dengan pemberatan adalah pencurian yang disertai dengan salah satu keadaan seperti berikut ;50
a. Bila ada barang yang dicuri itu adalah hewan dan yang dimaksudkan dengan hewan, diterangkan dalam pasal 101, yaitu semua binatang yang memamah biak (kerbau, sapi, kambing dan lain-lain) binatang yang berkuku satu (kuda keledai) dan babi. Pencurian dianggap berat karena hewan merupakan milik seseorang petani yang terpenting.
b. Bila pencurian itu dilakukan pada waktu kejadian bencana alam;
1. Pencurian ini diancam hukuman lebih berat, karena pada waktu semacam itu orang-orang semua ribut dan barang-barang dalam keadaan tidak terjaga, sedang orang yang mempergunakan saat orang lain mendapat musibah ini untuk berbuat kejahatan adalah orang yang rendah budinya;
2. Antara terjadinya bencana dengan pencurian itu harus ada hubungannya, artinya pencuri harus betul-betul mempergunakan kesempatan itu untuk mencuri. Tidak masuk disini misalnya seorang yang mencuri dalam satu rumah dalam kota itu dan kebetulan saja pada saat itu dibagian kota ada
49 P.A.F. Lamintang dan Theo Lamintang.,Op.,cit.,h. 38-41.
50 R.soseilo.,ibid., h. 250-251.
kebakaran , karena disini pencuri tidak sengaja memakai kesempatan yang ada karena kebakaran itu;
c. Apabila Pencurian itu dilakukan pada waku malam, dalam rumah atau pekarangan tertutup yang ada rumahnya.
1. Malam adalah waktu antara matahari terbenam dan terbit.51
2. Rumah (woning) adalah tempat yang dipergunakan untuk berdiam siang malam. Sebuah gedung atau tokoh yang tidak didiami siang dan malam tidak masuk dalam pengertian rumah, sebaliknya gubuk atau kereta, perahu yang siang malam dipergunakan sebagai kediaman masuk dalam pengertian rumah. Pekarangan tertutup adalah suatu perkarangan yang sekelilingnya ada tanda-tanda batas-batas yang kelihatan nyata seperti selokan, pagar bambu, pagar hidup, pagar kawat dan sebagainya. Tidak perlu tertutup rapat-rapat, sehingga orang tidak dapat masuk sama sekali.
Disini pencuri harus betul masuk kedalam rumah tersebut dan melakukan pencurian disitu. Apabila ia berdiri diluar dan menggait pakaian melalui jendela dengan tongkat atau itu ia mengulurkan tangannya saja kedalam rumah untuk mengambil barang, tidak termasuk disini.
d. Apabila pencurian itu dilakukan oleh dua orang atau lebih secara bersama-sama.
Supaya masuk disini maka dua orang atau lebih itu semua harus bertindak sebagai pembuat atau turut melakukan (pasal 55 KUHP),bukan misalnya
51 Yang dikatakan malam : masa diantara matahari terbenam dan matahari terbit (pasal 98 KUHP)
yang satu sebagai pembuat sedangkan yang lain hanya membantu melakukan52 saja (pasal 56).
e. Apabila dalam pencurian itu, pencuri masuk ketempat kejahatan atau mencapai barang yang dicuri dengan jalan membongkar, memecah dan sebagainya.
1. Membongkar ialah merusak barang yang agak besar misalnya pintu atau tembok. Disini harus ada barang yang rusak, putus atau pecah. Pencuri yang mengangkat pintu dari engselnya, sedang engsel itu tidak ada kerusakan sama sekali tidak termasuk pengertian membongkar.
2. Memecah yaitu merusak barang yang agak kecil, misalnya memecah peti kecil, memecahkan jendela dan lain-lain.
3. Memanjat dialam pasal 99 KUHP yaitu masuk dengan melalui lubang yang sudah ada, tetapi tidak untuk tempat orang lewat, atau masuk dengan melalui lubang dalam tanah yang sengaja di gali, demikian juga melalui selokan atau parit yang gunanya sebagai penutup halaman. Arti memanjat di perluas hingga meliputi membuat lubang di dalam tanah di bawah tembok dan masuk rumah melalui lubang tersebut, dan meliputi pula melalui selokan atau parit yang ditujukan untuk membatasi suatu pekarangan yang dengan demikian dianggap tertutup.
52 “Membantu Melakukan”, apabila ia sengaja memberikan bantuan tersebut , pada waktu atau sebelum kejahatan itu dilakukan. Bila bantuan itu diberikan sesudah kejahatan terjadi, maka orang itu melakukan perbuatan “sekongkol” atau “tadah”. Elemen “sengaja” harus ada didalamnya, sehingga apabila ada orang memberi bantuan secara kebetulan dengan tidak mengetahui kejahatan, maka tidak dihukum. Elemen “Nia” juga harus ada di dalamnya (lihat komentar pasal 56 KUHP R. Soesilo)
4. R.soesilo menyatakan, Anak kunci Palsu adalah segala macam anak kunci yang tidak digunakan oleh yang berhak untuk membuka kunci dari sesuatu barang seperti lemari, rumah dan peti. Selain dari pada itu maka menurut bunyi pasal 100 KUHP, semua perkakas meskipun tidak berupa anak kunci yang berupa apa saja, misalnya loopers, kawat atau paku yang biasa digunakan bukan untuk membuka kunci, apabila dipergunakan oleh pencuri untuk membuka kunci, masuk dalam sebutan anak kunci palsu.
5. Perintah palsu yaitu suatu perintah yang kelihatannya seperti surat perintah asli yang dikeluarkan oleh orang yang berwajib, tetapi sebenarnya bukan;
pakaian jabatan palsu (valsch costuum) adalah kostum yang dipakai oleh seseorang, sedang ia tidak berhak untuk itu. Pakaian itu tidak perlu pakaian jabatan pemerintah, dapat pula pakaian seragam dari sebuah perusahaan pertikelir.
Dalam pasal 362 sub 5 ini dikatakan :
1. Sitersalah masuk tempat kejahatan dengan jalan membongkar dan lain sebagainya. Ini berarti pembongkaran tersebut untuk masuk ketempat tersebut, dan bukan untuk keluar atau keperluan lain;
2. Sitersalah mencapai barang yang dicurinya dengan jalan membongkar dan lain sebagainya. Mencapai artinya memasukan ke dalam kekuasaannya.53 Pemberatan hukuman yang telah disebutkan diatas, maka apabila pelaku melakukan kejahatan dan ia telah mulai melakukan kejahatan itu, akan tetapi karena timbul rasa menyesal dalam hati ia mewurungkan perbuatannya, sehingga
53 R.soesilo.,op.,cit., h.252
kejahatan tidak jadi sampai selesai, maka ia tidak dapat dihukum atas percobaan kejahatan itu, oleh karena tidak jadinya selesai kejahatan itu atas kemauan sendiri.
Apabila si pelaku Melakukan pembongkaran atau perusakan atau pemanjatan, dan pada waktu itu diketahui sehingga si pelaku lari, orang itu sudah dapat dipersalahkan melakukan percobaan melakukan pencurian karena perbuatan pembongkaran dan lain-lain, tersebut dapat dianggap termasuk tahap menjalankan dari pasal 53 KUHP tindak pidana pencurian khusus ini, jadi tidak lagi dalam tahap persiapan untuk melakukan tindak pidana. Ini perlu dikemukakan karena sebetulnya perbuatan pengambilan barang sebagai perbuatan pokok dari pencurian sama sekali belum mulai dijalankan.54
B. Pengaturan Tindak Pidana Pencurian dengan Kekerasan di Pasal 365 KUHP
Dalam kasus ini, penelitian akan lebih membahas pasal 365 KUHP yaitu Pencurian dengan Kekerasan.
Pasal 365 KUHP, Berbunyi;55
Ayat (1) ; Dengan hukuman penjara selama-lamanya Sembilan tahun, dihukum pencurian yang didahului, disertai atau diikuti dengan kekerasan atau ancaman kekerasan terhadap orang, dengan maksud akan menyiapkan atau memudahkan pencurian itu atau jika tertangkap tangan (terpergok) supaya ada kesempatan bagi dirinya sendiri atau bagi kawannya yang turut melakukan kejahatan itu akan melarikan diri atau supaya barang yang dicuri itu tetap, ada ditangannya.
Ayat (2) ; Hukuman penjara selama-lamanya dua belas tahun, dijatuhkan :
54 R.,soesilo.,ibid.,h.69.
55 R.soesilo.,ibid.,h.253.
1e. Jika perbuatan itu dilakukan pada waktu malam didalam sebuah rumah atau pekarangan yang tertutup, yang ada rumahnya atau dijalan umum atau didalam kereta api atau trem yang sedang berjalan.
2e. Jika perbuatan itu dilakukan oleh dua orang bersama-sama atau lebih.
3e. Jika sitersalah masuk tempat melakukan kejahatan itu dengan jalan membongkar atau memanjat, atau dengan jalan memakai kunci palsu, perintah palsu atau pakaian jabatan palsu.
4e. Jika perbuatan itu menjadikan ada orang mendapat luka berat
Ayat (3) ; Hukuman penjara selama-lamanya lima belas tahun dijatuhkan jika karena perbuatan itu ada orang mati.
Ayat (4) : Hukaman mati atau hukuman penjara seumur hidup atau penjara sementara selama-lamaya dua puluh tahun dijatuhkan, jika perbuatan itu menjadikan ada orang mendapat luka berat atau mati, dilakukan oleh dua orang bersama-sama atau lebih dan disertai pula salah satu hal yang diterangkan dalam No.1 dan 3.56
Penjelasan:
Ayat 1 : Pasal ini merupakan “pencurian dengan kekerasan”. Kekerasan atau ancaman ini harus dilakukan pada “orang” dan bukan benda atau barang, dan dapat dilakuan sebelumnya, bersama-sama, atau setelah pencurin itu dilakukan.
Dengan maksud untuk menyiapkan atau memudahkan pencurian itu, jika
56 R.Soesilo., ibid., h.254.
tertangkap tangan supaya ada kesempatan bagi dirinya atau kawannya yang turut melakukan untuk dapat melarikan diri.57
Hal ini adalah pencurian khusus dari pasal 365 ayat (1) KUHP. Unsur istimewa yang ditambah pada pencurian biasa ialah “Menggunakan Kekerasan”
atau “ancaman kekerasan” dengan dua macam maksud, yaitu ;
Maksud 1 : Untuk mempersiapkan pencurian. Perbuatan kekerasan atau ancaman kekerasan mendahului pengambilan barang, misalnya memukul atau menembak atau mengikat penjaga rumah.
Maksud 2 : Untuk mempermudah pencurian. Pengambilan barang dipermudah dengan kekerasan atau ancaman kekerasan, misalnya memukul penghuni rumah atau menodong mereka agar mereka diam saja dan tidak bergerak, sehingga pencuri lain mengambil barang-barang dalam rumah.58
Simons menyatakan, Onder geweld zal ook hier mogen worden verstaan, elke uitoefening van lichamelijke kracht van niet al te geringe betekenis.
Artinya: Dapat dimasukkan dalam pengertian kekerasan yakni setiap pemakaian tenaga badan yang tidak terlalu ringan.
Dalam pasal 89 KUHP, pembentuk undang-undang telah menyamakan dengan
Dalam pasal 89 KUHP, pembentuk undang-undang telah menyamakan dengan