BAB II METODE PERANCANGAN SISTEMATIS
Berisi tentang metode perancangan sistematis yang membahas tahap – tahap dalam metode perancangan sistematis beserta uarainya dengan penekanan pada uraian perancangan konsep.
BAB III KONSEP PERANCANGAN
Berisi penjelasan tentang perancangan konsep perancangan press tool yang merupakan penerapan teori perancangan konsep yang telah dibahas pada Bab II.
BAB IV PERHITUNGAN KOMPONEN PERANCANGAN
Berisi tentang perhitungan pada komponen – komponen utama dari perancangan press tool dengan menggunakan metode VDI 2221.
BAB V PENUTUP
Berisi kesimpulan dan saran dari uraian perencanaan press tool dengan menggunakan metode VDI 2221
BAB II
METODE PERANCANGAN SISTEMATIS
Metode perancangan sistematis pada dasarnya adalah metode pemecahan suatu masalah yang menggunakan tahap demi tahap analis dan sintesis. Analisis adalah penguraian suatu system yang kompleks menjadi elemen – elemennya dan memepelajari karateristik masing – masing elemen tersebut beserta korelasinya, sedangkan sintesis adalah penggabungan elemen – elemen yang telah diketahui karateristiknya untuk menciptakan suatu system baru. Prosedur pemecahan masalah secara umum dapat ditunjukkan dalam skema pada Gambat 2.1 dibawah ini :
Gambar 2.1
Prosedur pemecahan masalah secara umum
Tugas ( Problem ) Konfrontasi Informasi Definisi Kreasi Evaluasi Keputusan Penyelesaian
Merancang adalah usaha yang dilakukan untuk memenuhi suatu permintaan dengan cara yang dianggap paling baik yang memungkinkan untuk dilakukan. Merancang merupakan kegiatan teknik yang meliputi berbagai segi kehidupan manusia, dan juga dapat membuat suatu keadaan yang dapat mengaplikasikan menjadi suatu produk yang berdaya guna.
Kaitan – kaitan tersebut pada umumnya dapat berupa : a. Kaitan fungsi ( Functional Interrelationship )
Maksudnya adalah keterkaitan antara masukan dan keluaran suatu sistem untuk melakukan kerja tertentu yang berhubungan dengan lingkungan sekitarnya.
b. Kaitan Kerja ( Physical Interrelationship )
Maksudnya adalah adanya hubungan dimana kerja dilakukan adalah bagian dari proses fisika, proses ini berdasarkan pada efek fisika. Adapun efek fisika dapat digambarkan secara kuantitatif artinya hokum fisika menentukan banyaknya efek fisika yang terlibat, fenomena kimia dan biologi ternasuk didalamnya.
c. Kaitan bentuk ( Form Interrelationship )
Maksudnya adalah perwujudan nyata dari bentuk dasar dan bahan menjadi suatu struktur banguna, lengkap dengan penataan lokasi serta pemilihan gerak kinematika.
Bentuk teknik hasil rancangan merupakan suatu system yang berinteraksi dengan system yang lebih menyeluruh, yaitu lingkungan yang ada disekitarnya.
Langkah – langkah dalam metode perancangan sistematis dapat dikelompaokkan menjadi empat ( 4 ) tahap utama, antara lain : Penjabaran Tugas, Perancangan Konsep, Perancangan Wujud dan Perancangan terinci. Tahap – tahap utama tersebut dibahas pada sub bab – bab berikut besrta diagram alirnya.
Gambar 2.2
Tahap – Tahap Perancangan Sistematis VDI 2221
Tugas
Penjabaran tugas, menguraikan spesifikasi
Spesifikasi
Menentukan masalah penting, memebuat structural fungsi, mencari prinsip solusi, mengkombinasikan kedalam varian konsep, evaluasi terhadap kriteria teknis / ekonomis
Mengembangkan rancangan awal dan ran cangan bentuk, memeilih rancangan awal yang terbaik, evaluasi terhadap kriteria teknis dan ekonomis
Rancanga awal
Mengoptimalkan dan melengkapi rancangan bentuk, memeriksa kesalahan dan harga efektif, menyiapkan daftar dan dokumen produksi
Rancanga pasti
Detail akhir, melengkapi gambar
dokumen Produksi yang lengkap
memeriksa seluruh dokumen
Dokumentasi Solusi Konsep P er an ca n g an tu g as P er an ca n g an k o n se p P er an ca n g an w u ju d P er an ca n g an w u ju d O p tim as i r an ca n g an d an b en tu k O p tim as i p rin si p
2.1 Penjabaran Tugas ( Clarificatiffin of the Task )
Tahap ini meliputi pengumpulan informasi tentang syarat – syarat yang diharapkan dipenuhi oleh solusi akhir, informasi ini akan menjadi acuan penyusunan spesifikasi. Spesifikasi adalah daftar yang berisi persyaratan yang diharapkan dipenuhi oleh konsep yang sedang dibuat.
Pada saat pembuatan daftar persyaratan, hal yang penting adalah membedakan sebuah persyaratan, apakah sebagai suatu tuntutan ( demand ) atau keinginan ( wishes ).
Demand adalah persyaratan yang harus terpenuhi pada setiap kondisi,
atau dengan kata lain apabila persyartan itu tidak terpenuhi maka perancangan dianggap tidak benar.
Wishes adalah persyaratan yang diinginkan apabila memungkinka,
misalnya suatu persyaratan memebutuhkan biaya yang cukup tinggi tanpa memberikan pengaruh teknik yang besar, maa pesyaratan tersebut dapat diabaikan.
Untuk mempermudah penyusunan sesifikasi, dapat dilakukan dengan meninjau aspek – aspek tertentu, seperti aspek geometri, kinematika, gaya, energi dan sebagainya.
Daftar spesifikasi sebainya ditulis dalam bentuk kuantitatif bila memungkinkan, untuk produk yang membutuhkan perawatan, dafrtar spesifikasi perlu di dokumentasikan untuk digunakan apabila ada kerusakan dan akan diperbaiki.
Tabel 2.1 Format Dan Daftar Spesifikasi
Judul Utama Contoh - Contoh
Geometri Lebar, tinggi, panjang, diameter,jarak, jumlah. Kinematik Tipe gerakan, arah gerakan, kecepatan, percepatan. Gaya Arah gaya, besar gaya, frekuensi, berat, deformasi,
kekuatan, elastisitas, gaya inersia, resonansi.
Energi
Output, efisiensi, kerugian energi, gesekan, ventilasi, tekanan, temperatur, pemanasan, pendinginan, pemasokan, kapasitas, konvensi.
Material
Aliran dan tranportasi material, pengaruh fisika, dan kimia dari material pada awal dan akhir produk, material tambahan.
Sinyal Input, output, bentuk, display, peralatan kontrol.
Keselamatan Sistem proteksi langsung, keselamatan operasional dan lingkungan
Ergonomik Hubungan operator mesin, tipe pengoperasian, penerangan dan keserasian bentuk.
Produksi Batasan pabrik, kemungkinan dimensi maksimum, produksi yang dipilih
Kontrol kualitas Kemungkinan dilakukan kalibrasi dan standarisasi Perakitan Aturan khusus, instalasi, pondasi.
Perawatan Jangka waktu service, penggantian dan reparasi, pengecetan, pembersihan.
Biaya Biaya maksimum Produksi.
2.2 Perancangan Konsep
Perancangan konsep mencakup tahap – tahap yang diperlihatkan pada gambar 2.3 dan akan dibahas pada sub – sub bab berikut ini :
Gambar 2.3
Tahap – tahap perancangan dengan konsep
Spesifikasi
Abtraksi untuk menentukan masalah – masalah yang penting
Menetapkan struktur fungsi, fungsi keseluruhan, sub fungsi
Mencari prinsif solusi untuk memenuhi sub fungsi
Mengkombinasikan prinsif solusi untuk menentukan fungsi keseluruhan
Memilih kombinasi yang cocok
Menyatukan menjadi konsep varian
Mengevaluasi konsep varian terhadap criteria teknis dan ekonomi Konsep P e r a n c a n g a n k o n s e p Informasi Definisi Kreasi Evaluasi Analisa Keputusan
2.2.1 Abstraksi
Tujuan abstraksi adalah mengetahui masalah utama yang dihadapi dalam perancangan, prinsifnya adalah mengabaikan hal – hal yang bersifat khusus dan memberikan penekanan pada hal –hal yang bersifat umum dan perlu. Abstraksi dapat dilakukan dengan langkah – langkah sebagai berikut :
1. Mengesampingkan persyaratan – persyaratan yang tidak memepunyai pengaruh besar terhadap produk.
2. Mengubah data kuantitatif menjadi data kualitatif.
3. Generalisasi ( pengambilan kesimpulan umum ) atas langkah sebelumnya. 4. Merumuskan masalah utama.
2.2.2 Pembuatan Struktur Fungsi
2.2.2.1 Struktur Fungsi Keseluruhan ( Overall Fungtion )
Setelah masalah utama diketahui, kemudian dibuat struktur fungsi secara keseluruhan, struktur fungsi ini digambarkan dengan blok diagram yang menunjukkan hubungan antara input dan output, input dan output berupa aliran energi, material, sinyal.
2.2.2.2 Sub Fungsi
Apabila fungsi keseluruhan cukup rumit, maka cara untuk mengatasinya adalah dengan membagi beberapa sub fungsi, dapat dilihat pada gambar 2.4.
1. Memberikan kemungkinan untuk melakukan pencarian solusi lebih lanjut. 2. Memberikan beberapa buah kemungkinan solusi dengan melihat kombinasi
solusi sub fungsi.
Gambar 2.4
Pembuatan Sub Fungsi
Pada saat pembuatan struktur fungsi, harus dibedakan antara perancangan murni ( original design ) dengan perancangan ulang ( adaptive
design ). Pada perancangan murni yang menjadi dasar struktur fungsi adalah
spesifikasi dan masalah utama, sedang pada perancangan ulang perancangan dimulai dari struktur fungsi yang kemudian dianalisis. Analisis ini akan
Overall Function Energi Material Signals Energy Material Signals Sub Function Sub Function Sub Function Sub Function Sub Function Sub Function
memberikan kemungkinan bagi pengembangan variasi solusi sehingga diperoleh solusi baru.
2.2.3 Pencarian dan Kombinasi Prinsip Solusi
Dasar – dasar pemecahan masalah diperoleh dengan mencari prinsip – prinsip solusi masing – masing sub fungsi, dalam tahap ini dicari sebanyak mungkin variasi solusi.
Ada beberapa metode yang dapat dipakai, antara lain : a. Metode Konvensional
Pencarian dalam literature, jurnal – jurnal teknik atau brosur yang dikeluarkan oleh perusahaan, menganalisa gejala alam atau perilaku mahluk hidup dengan membuat analogi atau model, dimana model ini diharapkan dapat mewakili karateristik produk.
b. Metode Intuitif
Pencarian solusi untuk masalah yang rumit bisa pula diperoleh dan intuisi atau suara hati, solusi ini datang setelah periode pencarian dan pemikiran yang panjang.
Solusi ini kemungkinan dikembangkan dan diperbaiki, ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk mengembangkan kemampuan intuisi ini, antara lain dengan cara berdiskusi dengan orang lain.
c. Metode Pemikiran Diskusi
Pencarian solusi ini dilakukan dengan cara menyimpang dari kebiasaan pemikiran biasa, solusi ini diperoleh dengan cara mempelajari proses fisika
mencari sistematika dengan bantuan klasifikasi ataupun dengan memakai bantuan katalog.
2.2.4 Pemilihan Kombinasi Yang Sesuai
Bila kombinasi yang ada terlalu banyak maka waktu untuk memeilih kombinasi terbaik menjadi lama, agar tidak terlalau lama maka bila memungkinkan jumlah kombinasi harus dikurangi.
Prosedur yang dapat dilakukan adalah dengan cara mengeliminasi dan memeilih yang terbaik
Beberapa criteria yang perlu diperhatikan adalah : a. Kesesuaian dengan fungsi keseluruhan.
b. Terpenuhinya demand yang tercantum dalam daftar spesifikasi. c. Dapat dibuat atau diwujudkan.
d. Informasi atau pengetahuan konsep tentang yang bersangkutan memadai. e. Kebaikan dalam hal kinerja dan kemudahan produksi.
f. Faktor biaya.
g. Segi keamanan dan kenyamanan.
h. Kemungkinan pengembangan lebih lanjut.
2.2.5 Pembuatan Varian Konsep
Sebuah konsep apabila memungkinkan harus memenuhi beberapa persyaratan seperti keamanan, kenyamanan, kemudahan diproduksi, kemudahan dirakit, kemudahan perawatan, dan lain sebagainya. Informasi lebih lanjut sangat diperlukan untuk membuat varian konsep yang akan dilakukan.
Informasi dapat diperoleh dari :
a. Gambar atau sketsa untuk melihat kemungkinan keserasian. b. Perhitungan kasar berdasarkan asumsi yang dipakai.
c. Pengujian awal berupa pengujian model untuk menentukan sifat atau pendekatan kuantitatif untuk peryaratan kualitatif mengenai kinerja dari suatu produk jadi.
d. Konstruksi model untuk visualisasi dan analisis.
e. Analogi model dan simulasi yang sering dilakukan dengan bantuan komputer.
f. Penelitian lebih lanjut dari literature.
2.2.6 Evaluasi
Evaluasi berarti menentukan nilai, kegunaan atau kekuatan yang kemudian dibandingkan dengan sesuatu yang dianggap ideal.
Langkah – langkah yang harus ditempuh adalah sebagai berikut :
a. Menentukan kriteria ( Identification of evaluation criteria ), yang didasarkan pada spesifikasi yangdibuat.
b. Pemberian bobot kriteria evaluasi ( Wighing of evaluation criteria ), merupakan kriteria yang dipilih yang mempunyai tingkat pengaruh berada pada tingkat varian konsep, sebaiknya evaluasi dititikberatkan pada sifat utama yang diingikan dan solusi akhir.
c. Menentukan parameter kriteria evaluasi ( Compling parameter ) perbandingan setiap variasi konsep dapat dilihat dengan jelas, maka dipilih suatu parameter atau besaran yang dipakai oleh varian konsep.
d. Memasukkan nilai parameter ( Assesing value ) sebaiknya harga yang dimasukkan adalah harga nominal.
e. Memperlihatkan ketidakpastian evaluasi ( Evaluation uncertainities ) yaitu kesalahan evaluasi bias diebabkan oleh beberapa hal, diantaranya :
• Kesalahan subyektif, seperti kurangnya informasi • Kesalahan perhitungan parameter
Dalam hal ini kerja yang dilakukan oleh suatu tim akan memberikan kemungkinan kesalahan yang lebih kecil dibandingkan dengan kerja perorangan.
2.3 Perancangan Wujud
Tahap perancangan ini meliputi beberapa langkah perencanaan, yaitu langkah penguraian ke modul – modul ( modul structure ), pembentukan lay out awal ( preliminary lay out ), penentuan lay out jadi ( definity lay out ).
Perancangan wujud dimulai dari konsep produk teknik, kemudian dengan menggunakan criteria teknik dan ekenomi perancangan dikembangkan dengan menguraikan struktur fungsi ke dalam struktur modul untuk memperoleh elemen – elemen pembangun struktur fungsi yang memungkinkan dapat dimulainya perancangan yang lebih rinci.
Langkah ini dapat menjadi umpan balik pada langkah sintetis untuk pencarian alternatif solusi yang lebih baik. Analisa diikuti evaluasi dimana dapat timbul kemungkinan perlu dibuatnya model atau prototype untuk dapat mengukur kinerja, kualitas, kemudahan dan beberapa criteria lain dari hasil perancangan.
2. 4 Perancangan Terinci
Tahap ini merupakan akhir metode perancangan sistematis yang berupa presentase hasil perancangan dalam bentuk gambar lengkap ( susunan dan detil ) daftar komponen, spesifikasi bahan, toleransi, perlakuan panas, perlakuan terhadap permukaan bahan, ( heat and surface treatment ) dan sebagainya yang secara keseluruhan merupakan dokumen lengkap untuk pembuatan mesin atau system teknik lainnya.
Pada akhir tahap ini dilakukan evaluasi kembali untuk melihat apakah produk mesin atau system teknik tersebut benar – benar sudah memenuhi spesifikasi, semua gambar - gambar dokumen lainnaya telah selesai dan lengkap.
BAB III
TEORI PERANCANGAN
3.1 Daftar Kehendak Perancangan Dies Blank Untuk Flange Pada Gasoline Pump Mobil Toyota Avanza
Tahap pertama dikumpulkan ide – ide yang dikehendaki, yang keadaannya masih belum teratur , ide – ide tersebut sebagai berikut :
1. Hasil produksi presisi dan stabil. 2. Alat mudah disetting.
3. Setting tidak dilakukan berulang. 4. Hemat waktu proses.
5. Alat bekerja secara manual.
6. Resiko perbedaan antar produk sangat kecil. 7. Menghemat tenaga operator.
8. Kualitas produk terjamin. 9. Variasi alat tidak banyak.
10. Tidak memakai tempat yang luas. 11. Pengoperasian relatif mudah.
12. Dapat digunakan untuk industri menengah. 13. Mudah diperbaiki jika ada kerusakan.
14. Tidak memerlukan banyak perwatan dan perbaikan. 15. Dapat dikembangkan sesuai kebutuhan.
17. Biaya pembuatan alat tidak mahal. 18. Design compact, simple, presisi.
19. Tidak menimbulkan polusi dan ramah lingkungan.
20. Tidak memerlukan skill khusus untuk mengoperasikannya. 21. Dapat dibuat didalam negeri.
22. Diusahakan tidak teralalu berisik. 23. Ringkas dan tidak terlalu berat.
24. Alat portable bisa dipindah tempat dengan mudah. 25. Dapat dibuat di bengkel / work shop menengah. 26. Alat tidak mudah rusak.
27. Bahan tersedia didalam negeri.
28. Sebagian proses fabrikasi dapat menggunakanmesin konvensional. 29. Safety.
30. Assembling mudah dan cepat. 31. Hasil machining halus dan rapi 32. Mudah dilepas perbagian.
33. Menggunakan material mild steel ( SS41 ) dan tool steel ( SKD 11 )
Seluruh data yang berkaitan dengan tugas, yaitu tujuan pemecahan, sifat yang harus dimiliki, dapat didefinisikan secara lengkap dan jelas menjadi klasifikasi, seperti terlihat pada sub bab 3.2.
3.2 Klasifikasi Perancangan Dies Blank Untuk Flange pada Gasoline Pump Mobil Toyota Avanza
Tabel 3.1 Daftar Klasifikasi Perancangan
D NO PERUBAHAN
W
PERSYARATAN RESP REMARK
GEOMETRI
W
1. Ukuran Upper / Lower Plate 335 mm * 310 mm * 35 mm material SS41
W
2. Ukuran Backing Punch Plate 245 mm * 285 mm * 20 mm material SS41Tebal
W
3. Ukuran Punch Plate
245 mm * 285 mm * 20 mm material SS41Lebar
W
4. Ukuran Stripper Plate
245 mm * 285 mm * 20 mm material SKD 11
W
5. Ukuran Die Plate
245 mm * 285 mm * 45 mm material SKD 11
D 6. Sliding Part toleransi JIS D 7. Mudah dalam setting dan
unloding part
D 8. Material Finish good 6 mm
KINEMATIK
D 1. Suaian sliding part harus tepat
ENERGI
D 1. Pengoperasian alat dengan menggunakan manusia W 2. Hemat energi dan safety
MATERIAL
W 1. Menggunakan SS41 untuk upper dan lower base
W 2. Menggunakan SKD 11 untuk stripper dan die
W 3. Menggunakan spring / pegas W 4. menggunakan baut
D 5. Material banyak dipasaran D 6. Material kuat dan kokoh
SINYAL
D
1. Sliding guide pin tidak bisa masuk kelobang bushing jika part bergeser pada saat assembling
D 2. Loading dan unloding part mudah
ERGONOMI
D 1. Alat mudah dioperasikan D 2. Safety
D 3. Assembling mudah dan cepat D 4. Simple, compact dan presisi
KESELAMATAN
D 1. Aman dalam pengoperasian D 2. Aman dalam perawatan
PRODUKSI
D 1. Flatness atau kerataan plate toleransi +/- 0.03 mm D 2. Kepresisian maching sesuai
toleransi
D 3. Pin dan bushing sliding pit W 4. Mudah dalam fabrikasi dan
presisi
W 5. Biaya sekecil mungkin
TRANPORTASI
W 1. Alat dapat dipindahkan ke tempat lain dengan mudah
KEMAMPUAN OPERASI W 1. Cycle time 5 menit dapat
menghasilkan +/- 60 pcs
PERAWATAN
D 1. Mudah perawatannya D 2. Spare part mudah didapat
atau dibuat
D 3. Mudah dibersihkan
ESTETIKA
W 1. Mempunyai bentuk atau design yang indah
D 2. Hasil maching halus dan rapi
PERAKITAN
D 1. Mudah dilepas perbagian D 2. Mudah dibongkar pasang
PEMAKAIAN
D 1. Digunakan untuk industri spare part otomotive
D 2. Tidak terdapat efek negatif terhadap lingkungan Note :
D = Demans / keharusan W = Wishes / keinginan
Resp = Responsible / penanggung jawab
Setelah dibuat spesifikasi fungsi secara keseluruhan beserta sub fungsinya, maka selanjutnya dicari struktur fungsi yang berguna untuk memenuhi sub fungsi tersebut.
Struktur fungsi diusahakan sebanyak mungkin, akan tetapi struktur fungsi tersebut harus dianalisa lagi, bila ada struktur fungsi yang kurang bermampaat dapat dihilangkan atau diabaikan dengan tujuan agar dalam tahap perancangan konsep selanjutnya tidak terlalu banyak konsep yang harus dievaluasi lagi. Struktur fungsi perencanaan ini dapat dilihat pada sub bab 3.3.
3.3 Struktur Fungsi Perancangan Dies Blank Untuk Flange Pada Gasoline Pump Mobil Toyota Avanza
Struktur fungsi didefinisikan sebagai hubungan secara umum antara input dan output suatu system teknik yang akan menjalankan satu tugas tertentu, sedangkanfungsi keseluruhan adalah kegunaan dari suatu alat tersebut. Fungsi keseluruhan ini kemudian diuraikan menjadi beberapa sub fungsi yang
mempunyai tingkat kesulitan lebih rendah, sehingga sub fungsi merupakan tugas yang harus dijalankan oleh komponen – komponen yang menyusun alat tersebut. Rangkaian dari beberapa sub fungsi untuk menjalankan suatu tugas keseluruhan disebut sebagai struktur fungsi. Tujuan menerapkan struktur fungsi adalah untuk memeperoleh suatu definisi yang jelas dari sub system yang ada sehingga dapat diuraikan secara terpisah.
Fungsi ini digambarkan dengan diagram balok yang menunjukkan hubungan antara masukan keluaran dimana masukan dan keluaran tersebut berupa aliran energi, material dan sinyal, seperti terlihat pada gambar 3.1.
Eo
Gambar 3.1
Struktur Fungsi Keseluruhan Keterangan :
Ei : Energi Input = Pengoperasian alat secara manual Si : Sinyal Input = Mengunakan guide pin
Mi : Material Input = Material mild dan tool steel
Eo : Energi Output = Pengoperasian alat menggunakan manusia So : Sinal Output = Guide pin tidak masuk jika part bergeser Mo : Material Output = Menggunakan material SS41 dan SKD 11
Si Mi Si Mo DIES BLANK FLANGE Ei
Struktur fungsi keseluruhan yang terdapat pada gambar 3.1 masih kurang jelas, sehingga perlu dijelaskan lagi dengan menguraikan menjadi sub fungsi yang dapat dilihat pada gambar 3.2.
Gambar 3.2
Struktur Fungsi Dies Blank Untuk Flange Pada Gasoline Pump Mobil Toyota Avanza
Struktur fungsi berdasarkan unsur utama dalam Dies Blank untuk flange Pada Gasoline Pump Mobil Toyota Avanza.
1. Upper Plate
2. Bucking Punch Plate
Tenaga mesin Energi Material Design Dies Assembling Produksi Produk / Finish good Sinyal
3. Punch Plate / Punch Holder 4. Stripper Plate 5. Die Plate 6. Lower Plate 7. Punch Cutting 8. Spring 9. Baut Stripper 10. Guide Pin 11. Dowel Pin
Struktur fungsi digambarkan dengan diagram balok yang menunjukkan hubungan antara masukan dan keluaran dimana masukan dan keluaran tersebut berupa aliran energi, material, sinyal. Penjelasan struktur fungsi akan dibahas pada sub bab.
3.3.1 Fungsi bagian ditinjau dari unsur Upper Plate
Ei Eo
Perlu dicari prinsip solusi bahwa hasil proses machining upper plate harus rata dengan toleransi kerataan +/- 0.05 per 100 mm. Kerataan upper plate dimaksudkan untuk mendapatkan hasil yang presisi pada waktu pengukuran produk, material yang digunakan adalah SS41.
Penyangga Plate Si Upper Plate Si Tempat memegang plate proses
3.3.2 Fungsi bagian ditinjau dari unsur Backing Punch Plate
Ei Eo
Perlu dicari prinsip solusi bahwa hasil proses machining backing punch plate harus rata dengan toleransi kerataan +/- 0.05 per 100 mm,. material yang digunakan adalah SS41.
3.3.3 Fungsi bagian ditinjau dari unsur Punch Plate
Ei Eo
Perlu dicari prinsip solusi bahwa hasil proses machining punch plate harus rata dengan toleransi kerataan +/- 0.05 per 100 mm. Kerataan punch plate dimaksudkan untuk mendapatkan hasil yang presisi pada waktu pengukuran produk, material yang digunakan adalah SS41.
3.3.4 Fungsi bagian ditinjau dari unsur Stripper Plate
Ei Eo Penahan Si B/k Punch Plate Si Tempat menahan te kanan waktu proses
Pengunci Si Punch Plate Si Tempat memegang punch pemotong Pengunci Si Stripper Plate Si Mencegah material bergerak saat proses
Perlu dicari prinsip solusi bahwa hasil proses machining stripper plate harus rata dengan toleransi kerataan +/- 0.05 per 100 mm. Kerataan stripper plate dimaksudkan untuk mendapatkan hasil yang presisi pada waktu pengukuran produk, material di heat treatment dengan HRC +/- 58 – 62, material yang digunakan adalah SKD11.
3.3.5 Fungsi bagian ditinjau dari unsur Die Plate
Ei Eo
Perlu dicari prinsip solusi bahwa hasil proses machining die plate harus rata dengan toleransi kerataan +/- 0.05 per 100 mm. Kerataan die plate dimaksudkan untuk mendapatkan hasil yang presisi pada waktu pengukuran produk, material di heat treatment dengan HRC +/- 60 – 62, material yang digunakan adalah SKD 11.
3.3.6 Fungsi bagian ditinjau dari unsur Lower Plate
Ei Eo
Perlu dicari prinsip solusi bahwa hasil proses machining lower plate harus rata dengan toleransi kerataan +/- 0.05 per 100 mm. Kerataan lower plate
Pembentukan Si
Die Plate
Si
Tempat landasan potong saat proses
Penyangga Plate Si Lower Plate Si Tempat memegang plate proses
dimaksudkan untuk mendapatkan hasil yang presisi pada waktu pengukuran produk, material yang digunakan adalah SS41.
3.3.7 Fungsi bagian ditinjau dari unsur Punch Cutting
Ei Eo
Perlu dicari prinsip solusi bahwa hasil proses machining punch cutting harus rata dengan toleransi kerataan +/- 0.05 per 100 mm. Kerataan punch cutting dimaksudkan untuk mendapatkan hasil yang presisi pada waktu pengukuran produk, material di heat treatment dengan HRC max +/- 62, material yang digunakan adalah SKD11.
3.3.8 Fungsi bagian ditinjau dari unsur Spring
Ei Eo
Perlu dicari prinsip solusi bahwa coil spring harus kuat menahan beban untuk menekan plate stripper dan mengembalikan plate stripper, bahan yang digunakan untuk coil spring adalah extra heavy load, diambil dari standar Misumi, yaitu SWB. Pembentukan Si Punch Si Alat memotong Produk/finish good Penahan Si Coil Spring Si Alat penekan plate stripper
3.3.9 Fungsi bagian ditinjau dari unsur Baut Stripper
Ei Eo
Perlu dicari prinsip solusi bahwa baut stripper berfungsi untuk pemegang