BAB II
PERENCANAAN DAN PENYAJIAN KINERJA
2.1. RENCANA STRATEGIS DAN INDIKATOR UTAMA
Untuk mewujudkan Visi dan menyelenggarakan Misi suatu kinerja dan kebijakan sektor sosial proyeksi kedepan dari Dinas Sosial Kabupaten Musi Banyuasin adalah sebagai berikut :
a. Visi
Dalam bidang kesejahteraan Sosial sebagai subyek atau obyek dalam pembangunannya adalah kelompok masyarakat yang belum hidup layak, permasalahan penyandang masalah kesejahteraan sosial atau objek dan subyek pembangunan tersebut diatas dengan Visi Pemerintah Kabupaten Musi Banyuasin Menetapkan tujuan umum pembangunannya melalui Visi: “PEDULI SOSIAL MENUJU HIDUP MANDIRI “
Makna dari Visi tersebut adalah Pembangunan kesejahteraan sosial pada kurun waktu 2 tahun ke depan (2015–2017) dilaksanakan berdasarkan pada visi “Peduli Sosial Menuju Hidup Mandiri”. Visi ini mengandung makna bahwa suatu kondisi sejahtera sebagai wujud dari penyelenggaraan kesejahteraan sosial yang terarah dan terencana baik.
b. Misi
Misi adalah pernyataan komperhensif mengenai tujuan secara menyeluruh dari organisasi sebagai penjabaran dari visi organisasi yang telah ditetapkan.
Misi merupakan suatu pernyataan dan keinginan menyatukan langkah-langkah dan gerak untuk mewujudkan Visi. Misi dari Dinas Sosial Kabupaten
Musi Banyuasin. Agar pelaksanaan tugas dan fungsi Dinas Sosial Kabupaten Musi Banyuasin dapat mencapai hasil yang optimal sesuai dengan visi dan misi sebagai berikut :
1. Meningkatkan aksesibilitas pelayanan sosial
2. Mengembangkan perlindungan dan jaminan sosial bagi PMKS
3. Mengembangkan fungsi sosial Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) melalui pelaksanaan pelayanan dan rehabilitasi sosial dan mengembangkan kapasitas kelembagaan sosial.
Meningkatkan kesejahteraan sosial yaitu seseorang, keluarga atau kelompok masyarakat yang karena suatu hambatan kesulitan atau gangguan tidak dapat melakukan fungsi sosialnya serta tidak dapat menjalin hubungan hubungan yang serasi, kreatif dengan lingkungannya sehingga tidak dapat terpenuhi kebutuhan hidupnya (jasmani dan rohani sosialnya) secara memadai dan wajar perlu ditingkatkan kesejahteraan sosialnya.
Meningkatkan peran aktif masyarakat dalam pembangunan kesejahteraan sosial yaitu sistem kerjasama keperangkatan pelayanan sosial dari masyarakat yang terdiri dari usaha kelompok, lembaga ataupun jaringan. Wahana ini tumbuh melalui proses alamiah dan tradisional maupun lembaga dapat menampung penyandang masalah kesejahteraan sosial.
Dinas Sosial Kabupaten memiliki Rencana Strategis (RENSTRA), didalam RENSTRA disusun indikator kinerja utama dan sasaran renstra, sebagai berikut :
1. Meningkatnya perlindungan Sosial Masyarakat
- Persentase penanganan penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS)
- Persentase PMKS memperoleh bantuan sosial untuk memenuhi kebutuhan dasar.
- Persentase Panti Sosial yang menyediakan sarana prasarana pelayanan kesejahteraan sosial.
- Persentase yang menerima program pemberdayaan sosial melalui KUBE. - Persentase korban bencana yang menerima bantuan sosial selama masa
tanggap darurat.
- Persentase menggunakan sarana prasarana tanggap darurat lengkap untuk evakuasi korban bencana.
2. Meningkatnya kualitas pelayanan Administrasi Perkantoran - Persentase Pelayanan Jasa Administrasi Perkantoran - Persentase peningkatan sarana dan prasarana aparatur - Tingkat disiplin aparatur
- Persentase operator yang kompeten dibidangnya - Laporan Keuangan yang disampaikan tepat waktu.
2.2. TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN a. Tujuan
Tujuan pembangunan bidang kesejahteraan sosial yang ingin dicapai Dinas Sosial Kabupaten Musi Banyuasin tahun 2014 – 2017 adalah
1. Terwujudnya aksesibilitas Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) untuk pemenuhan kebutuhan sosial dasar
2. Melindungi Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) dari segala resiko sosial, perlakuan salah, tindakan kekerasan, dan eksploitasi sosial
3. Tersedianya pelayanan dan rehabilitasi sosial yang berkualitas bagi Penyandang Masalah kesejahteraan Sosial (PMKS)
4. Terwujudnya organisasi/lembaga sosial kemasyarakatan yang berkualitas. b. Sasaran
Sasaran pembangunan kesejahteraan sosial Dinas Sosial Kabupaten Musi Banyuasin Selama masa periode RPJMD (2014-2017) adalah sebagai berikut : 1. Meningkatnya kemauan dan kemampuan individu, kelompok PMKS dalam
memenuhi kebutuhan dasar.
2. Terpenuhinya perlindungan dan jaminan sosial bagi penyandang masalah kesejahteraan sosial.
3. Meningkatnya fungsi sosial penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS) melalui pelaksanaan pelayanan dan rehabilitasi sosial.
c. Strategi
1. Pemberdayaan sosial :
a. Memberdayakan seseorang, keluarga, kelompok dan masyarakat yang mengalami masalah kesejahteraan sosial supaya mampu memenuhi kebutuhan hidup secara mandiri.
b. Meningkatkan peran serta lembaga/atau perseorangan sebagai potensi dan sumber daya dalam menyelenggarakan kesejahteraan sosial.
2. Perlindungan sosial :
Untuk mencegah dan menangani resiko dari guncangan dan kerentanan sosial seseorang, keluarga, kelompok dan atau masyarakat agar kelangsungan hidupnya dapat dipenuhi sesuai dengan kebutuhan dasar minimal.
3. Rehabilitasi Sosial :
Untuk memulihkan dan mengembangkan kemampuan seseorang yang mengalami disfungsi sosial agar dapat melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar.
a. Untuk menjamin fakir miskin, anak yatim piatu, anak terlantar, penyandang cacat fisik, cacat mengalami masalah ketidakmampuan sosial ekonomi agar kebutuhan dasar terpenuhi.
b. Menghargai pejuang, perintis kemerdekaan dan keluarga pahlawan atas jasa-jasanya.
5. Mendorong Pelayanan Publik yang cepat dan Tepat 6. Mendorong Aparatur Disiplin
7. Mendorong Aparatur bertambah SDMnya
8. Mendorong Aparatur dengan Cepat dan Tepat Membuat Laporan d. Kebijakan
Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial dan Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Provinsi, dan Pemerintahan Kabupaten/Kota, pembangunan bidang kesejahteraan sosial diarahkan kepada :
1. Rehabilitasi sosial, adalah memulihkan dan mengembangkan kemampuan seseorang yang mengalami disfungsi sosial agar dapat melaksana-kan fungsi sosialnya secara wajar. Rehabilitasi sosial sebagaimana dimaksud dapat dilaksanakan secara persuasif, motivatif, koersif baik dalam keluarga, masyarakat maupun panti sosial.
2. Jaminan sosial, adalah jaminan sosial yang diberikan dalam bentuk asuransi kesejahteraan sosial dan bantuan langsung berkelanjutan dan tunjangan berkelanjutan untuk :
a. Menjamin fakir miskin, anak yatim piatu, anak terlantar, lanjut usia terlantar, penyandang cacat fisik, cacat mental, cacat fisik dan mental yang mengalami masalah ketidakmampuan sosial ekonomi agar kebutuhan dasarnya terpenuhi
b. Menghargai penjuang, perintis kemerdekaan, dan keluarga pahlawan atas jasa-jasanya.
3. Pemberdayaan sosial :
a. Memberdayakan seseorang, keluarga, kelompok dan masyarakat yang mengalami masalah kesejahteraan sosial agar mampu memenuhi kebutuhannya secara mandiri
b. Meningkatkan peran serta lembaga dan/atau perseorangan sebagai potensi dan sumber daya dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial. Pemberdayaan sosial dilakukan melalui : peningkatan kamauan dan kemampuan; penggalian potensi dan sumber daya; penggalian nilai-nilai dasar; pemberian akses; dan/atau pemberian bantuan usaha.
4. Perlindungan sosial dimaksud untuk mencegah dan menangani resiko dari guncangan dan kerentanan sosial seseorang, keluarga, kelompok dan masyarakat agar kelangsungan hidupnya dapat dipenuhi sesuai dengan kebutuhan dasar minimal. Kegiatan tersebut meliputi :
a. Mempersiapkan masyarakat dalam menghadapi kemungkinan terjadinya bencana serta pemberian bantuan kebutuhan dasar minimal kepada masyarakat akibat bencana.
b. Penyediaan sarana dan prasarana penanggulangan bencana. c. Mencegah terjadinya konplik sosial didalam masyarakat
d. Melaksanakan usaha-usaha pembinaan dan bimbingan motivasi sosial untuk mencegah terjadinya korban tindak kekerasan dalam pekerja migran, serta penyiapan tempat (Trauma Centre) bagi korban tindak kekerasan dan pekerja migran.
Memperhatikan hal tersebut di atas maka kebijakan pembangunan bidang kesejahteraan sosial tahun 2014 – 2017 diarahkan untuk :
1. Meningkatkan dan pemeratakan pelayanan sosial yang adil, dalam arti bahwa setiap orang khususnya Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) berhak memperoleh pelayanan sosial.
2. Meningkatkan profesionalisme sumber daya manusia (SDM) kesejahteraan sosial berbasis pekerjaan sosial dalam penanganan masalah dan potensi kesejahteraan sosial
3. Memantapkan manajemen penyelenggaraan kesejahteraan sosial dalam hal perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, evaluasi dan pelaporan serta koordinasi.
4. Menciptakan iklim dan sistem yang mendorong peningkatan dan pengembangan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial
5. Mendukung terlaksananya kebijakan desentralisasi dalam penyelenggaraan pemerintahan umum dan pembangunan berdasarkan nilai-nilai sosial budaya serta mengedepankan potensi dan sumber sosial keluarga dan masyarakat setempat.
2.3. RENCANA KERJA SKPD
1. Meningkatkan Perlindungan dan tanggung jawab sosial kemasyarakatan, mecakup:
a. Program Pelayanan dan Rehabilitasi Kesejahteraan Sosial b. Program Pembinaan Para Penyandang cacat dan eks trauma c. Program Pembinaan Panti Asuhan/ Panti Jompo
d. Program Pemberdayaan Kelembagaan Kesejahteraan Sosial
e. Program Pemberdayaan Fakir Miskin Komunitas Adat Terpencil (KAT) dan PMKS.
2. Pelayanan Administrasi Perkantoran dan disiplin : a. Program Pelayanan Administrasi Perkantoran
b. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur c. Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur
d. Program Peningkatan Pengembangan Sistem Pelaporan Capaian Kinerja dan keuangan
Cara Pencapaian Tujuan 2015
Untuk mewujudkan Visi, Misi Tujuan dan Strategi Dinas sosial tahun 2015 meliputi:
- Kebijakan Internal
Kebijakan internal Dinas Sosial Kabupaten Musi Banyuasin dalam mengelola pelaksanaan program-program dibidang kesejahteraan sosial yaitu :
a. Sinkronisasi dan integrasi program kesejahteraan sosial melalui : ► Meningkatkan jangkauan dan pemerataan sosial.
► Meningkatkan profesionalisme pelayanan sosial serta peran aktif masyarakat dalam pelayanan sosial.
► Mendukung terlaksananya kebijakan desentralisasi dalam penyelenggaraan pemerintahan umum dan pembangunan.
► Membentuk KUBE ( Kelompok Usaha Bersama ) di desa – desa. b. Sinkronisasi dan integrasi program kesejahteraan sosial melalui : - Kebijakan Eksternal
a. Mendorong peningkatan terbentuknya KUBE. b. Mendorong kemitraan sosial.
2.4. PENETAPAN KINERJA TAHUN 2015
Penetapan Kinerja Dinas Sosial Kabupaten Musi Banyuasin adalah pernyataan komitmen/ janji untuk mencapai kinerja yang jelas dan terukur dalam masa satu tahun tertentu dengan mempertimbangan SDM. Tujuan Khusus penetapan kinerja antara lain adalah untuk meningkatkan akuntabilitas, transparasi dan profesionalisme.
Dokumen penetapan kinerja merupakan suatu dokumen pernyataan kinerja/ kesepakatan kinerja/perjanjian kinerja antara atasan dan bawahan untuk mewujudkan target kinerja tertentu berdasarkan pada sumber daya yang dimiliki oleh Dinas Sosial Kabupaten Musi Banyuasin. Dokumen Penetapan Kinerja adalah dokumen yang berisikan perjanjian kinerja untuk tahun yang direncanakan. Sesuai dengan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 29 Tahun 2010 tentang Pedoman Penyusunan Penetapan Kinerja dan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, dokumen penetapan kinerja dimanfaatkan oleh Dinas Sosial Kabupaten Musi Banyuasin untuk :
1. Memantau dan mengendalikan pencapaian kinerja Dinas Sosial Kabupaten Musi Banyuasin.
2. Melaporan capaian realisasi kinerja dalam laporan Akuntabilitas Kinerja Pelayanan Dinas Sosial Kabupaten Musi Banyuasin
3. Menilai keberhasilan kegiatan Dinas Sosial Kabupaten Musi Banyuasin
Dokumen penetapan kinerja Dinas Sosial Kabupaten Musi Banyuasin ditetapkan pada Bulan April 2015, penetapan kinerja tahun 2015 tingkat daerah berisikan sasaran, indikator kinerja, dan taget capaian mendukung tercapainya target yang telah ditetapkan untuk setiap indikator kinerja. Penetapan kinerja tahun 2015 secara rinci dapat dilihat dalam dokumen penetapan kinerja tahun 2015. Sasaran strategis tahun 2015 ditetapkan sebanyak 5 sasaran dengan target indikator sebanyak 5 Indikator. Pencapaian atas target kinerja yang ditetapkan dalam indikator dapat dilihat pada lampiran Pengukuran Kinerja (PK).
BAB III
AKUNTABILITAS KINERJA
Akuntabilitas kinerja adalah kewajiban untuk menjawab dari perorangan, badan hukum atau pimpinan kolektif secara transparan mengenai keberhasilan atau kegagalan dalam melaksanakan misi organisasi kepada pihak-pihak yang berwenang menerima laporan akuntabilitas/pemberi amanah.
Dinas Sosial Kabupaten Musi Banyuasin selaku pengemban amanah masyarakat Kabupaten Musi Banyuasin melaksanakan kewajiban berakuntabilitas melalui penyajian Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Dinas Sosial Kabupaten Musi Banyuasin dibuat sesuai ketentuan yang diamanatkan dalam Inpres Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, Keputusan kepala LAN Nomor : 239/IX/618/2003 tanggal 25 Maret 2003 tentang Perbaikan Pedoman Penyusunan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah dan Peraturan Menteri Negara Pendayaguna Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 29 Tahun 2010 tentang Penyusunan Penetapan Kinerja dan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah dan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaaan dan Aparatur Negara dan Repormasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja dan Tata cara Review atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah dan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu atas capaian Kinerja Instansi Pemerintah.
Proses penyusunan LKjIP Dinas Sosial Kabupaten Musi Banyuasin masih banyak mengalami hambatan. Hambatan utama yang dijumpai dalam penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Intansi Pemerintah (LKjIP) tahun 2015 ini adalah
kesulitan dalam pengumpulan data kinerja yang tersebar pada Bidang-bidang Pada Dinas Sosial Kabupaten Musi Banyuasin. Oleh karena itu di masa yang akan datang, pengembangan sistem pengukuran kinerja akan menjadi fokus perhatian seluruh bidang Pada Dinas Sosial Kabupaten Musi Banyuasin.
3.1. Pengukuran Pencapaian Kinerja a. Metode Pengukuran Kinerja
Pengukuran kinerja dilakukan dengan membandingkan rencana dan realisasi, dengan cara perhitungan sebagai berikut:
1) Apabila semakin tinggi realisasi menunjukkan semakin tingginya kinerja atau semakin rendah realisasi menunjukkan semakin rendahnya kinerja, digunakan rumus:
Capaian Indikator Kinerja Realisasi x 100% Rencana
2) Apabila semakin tinggi realisasi menunjukkan semakin rendahnya kinerja atau semakin rendah realisasi menunjukkan semakin tingginya kinerja, digunakan rumus:
Capaian Indikator Kinerja= Rencana- (Realisasi – Rencana) x 100% Kinerja Rencana
Selain membandingkan rencana dengan realisasi, pengukuran kinerja juga capaian sampai dengan tahun ini dengan target pada akhir periode dokumen dilakukan dengan membandingkan realisasi tahun ini dengan realisasi tahun lalu, serta RPJMD.
b. Metode Penyimpulan Capaian Kinerja Sasaran
Pengukuran kinerja dilakukan dengan menggunakan indikator kinerja pada level sasaran. Pengukuran dengan menggunakan indikator kinerja pada
level sasaran digunakan untuk menunjukkan secara langsung hubungan antara sasaran dengan indikator kinerja pengukur keberhasilan sasaran yang telah direncanakan.
Hasil pengukuran capaian kinerja disimpulkan baik untuk masing-masing indikator kinerjanya maupun untuk capaian pada tingkat sasaran. Penyimpulan dilakukan dengan menggunakan skala pengukuran ordinal sebagai berikut :
X > 85 % : Sangat Berhasil 70 % < X < 85 % : Berhasil
55 % < X < 70 % : Cukup Berhasil X < 55% : Tidak Berhasil
Hasil pengukuran kinerja sesuai mekanisme perhitungan pencapaian kinerja yang diperoleh melalui pengukuran kinerja atas pelaksanaan program/kegiatan sesuai dengan sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan dalam rangka mewujudkan visi dan misi instansi pemerintah. Pengukuran kinerja ini merupakan hasil dari suatu penilaian sistematik yang sebagian besar didasarkan pada kelompok indikator kinerja berupa indikator masukan, keluaran dan hasil.
3.2. EVALUASI DAN ANALISIS INDIKATOR
3.2.1. Hubungan Indikator Kinerja Utama dengan Pencapaian Kinerja Sasaran Sesuai dengan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor: PER/09/M.PAN/05/2007, indikator kinerja utama (IKU) merupakan ukuran keberhasilan dari suatu tujuan dan sasaran strategis instansi pemerintah. IKU ditetapkan oleh instansi pemerintah dan digunakan sebagai acuan dalam penetapan indikator dalam Renstra, Renja, Penetapan Kinerja, serta RKA/DPA SKPD. Dengan demikian akan tercipta keselarasan antara indikator kinerja dalam IKU dengan dokumen perencanaan yang ada dalam pemerintahan daerah.
Nilai capaian kinerja sasaran dicerminkan oleh capaian kinerja dari indikator kinerja sasaran. Indikator kinerja yang digunakan dalam mengukur pencapaian sasaran merupakan indikator kinerja yang telah ditetapkan dalam dokumen indikator kinerja utama. Target pencapaian indikator kinerja ditetapkan dalam dokumen penetapan kinerja secara definitif setiap tahun. Pengukuran terhadap setiap pencapaian indikator kinerja tersebut dilakukan pada setiap akhir tahun yang diwujudkan dalam bentuk formulir pengukuran kinerja. Dengan demikian pengukuran kinerja sasaran sekaligus menggambarkan pengukuran pencapaian indikator kinerja utama.
1.2.1.1. Meningkatnya Perlindungan Sosial Kepada Masyatakat Tabel.3.1
Hasil Capaian Indikator Kinerja Meningkatnya Perlindungan Sosial Kepada Masyarakat Tahun 2015
Indikator Kinerja Utama Satuan Rencana
2015 Realisasi Capaian 1. Persentase PMKS
Memperoleh Bantuan Sosial untuk memenuhi Kebutuhan dasar
% 2,57 10 389
2. Panti Sosial yang menyediakan sarana prasarana pelayanan kesejahteraan sosial (Jumlah Panti) % 12 8 67 3. Persentase yang menerima Program Pemberdayaan Sosial melalui KUBE (Kelompok) % 8,20 100 1.220 4. Persentase Penyandang Cacat Fisik dan Mental Serta Lanjut Usia tidak Potensial yang menerima Jaminan Sosial (orang) % 20 1 5 5. Persentase Korban Bencana yang menerima bantuan sosial selama masa
tanggap darurat Persentase
menggunakan sarana prasarana tanggap darurat lengkap untuk evakuasi korban bencana
% 100 100 100
Gambar 3.1
Grafik Capaian Meningkatnya Perlindungan Sosial Kepada Masyarakat Tahun 2015 2,57 10 389 12 8 67 8,2 100 1220 20 1 5 100100100 100 100100 0 200 400 600 800 1000 1200 1400 Persentase PMKS Memperoleh Bantuan Sosial untuk memenuhi Kebutuhan dasar
Panti Sosial yang menyediakan sarana prasarana pelayanan kesejahteraan sosial (Jumlah Panti) Persentase yang menerima Program Pemberdayaan Sosial melalui KUBE (Kelompok) Persentase Penyandang Cacat Fisik dan Mental Serta
Lanjut Usia tidak Potensial yang menerima Jaminan Sosial (orang) Persentase Korban Bencana yang menerima bantuan sosial selama masa tanggap darurat
Persentase menggunakan sarana
prasarana tanggap darurat lengkap untuk
evakuasi korban bencana
Rencana 2015 Realisasi Capaian
1) Capaian Indikator Persentase PMKS yang memperoleh bantuan sosial untuk pemenuhan kebutuhan dasar meningkat sebesar 389% , dimana target sebesar 2,57% dan realisasi pada tahun 2015 sebesar 10%, realisasi ini didapat jumlah PMKS yang memperoleh bantuan sosial sebesar 10.026 orang dengan jumlah
PMKS yang seharusnya memperoleh bantuan sebesar 102.585 orang. Meningkatnya PMKS yang mendapatkan bantuan dikarenakan adanya Pemberian Bantuan didalam Program Keluarga Harapan (PKH) Kepada 8.185 RTSM, pemberian bantuan KUBE sebanyak 1.412 orang atau 146 kelompok KUBE, pemberian bantuan kepada 1 panti jompo dan 7 panti asuhan sebanyak 296 orang dan pemberian pelatihan bagi pecandang cacat sebanyak 6 orang, Orang terlantar yang menerima bantuan sosial sebanyak 6 orang, Penerima bantuan alat bantu cacat sebanyak 35 orang dan RTLH sebanyak 50 orang atau 5 kelompok.
2) Capaian Indikator Persentase Panti Sosial yang menyedia Sarana Prasarana Pelayanan Sosial mencapai 100% dikarenakan rencana pada tahun 2015 sebanyak 8 panti dan realisasi pada tahun 2015 sebanyak 8 panti sosial :
1) Panti Asuhan At-Taqwa 2) LKS Bina Ananda
3) Panti Asuhan Hari Kurnia 4) Panti Asuhan Nurul Huda 5) Panti Asuhan Elnuza 6) Panti Asuhan Amal Bhakti 7) Panti Asuhan Al-Bustan 8) Graha Bina Lanjut Usia Sekayu
3) Capaian Indikator Persentase Penyandang PMKS yang menerima Program Pemberdayaan Sosial Melalui KUBE atau Kelompok Sejenis Lainnya capaiannya meningkat sebesar 1.220% dimana rencana pada tahun 2015 sebesar 8,20% sedangkan realisasi yang dicapai untuk kegiatan tersebut sebesar 100% didapat dari Jumlah PMKS yang menjadi peserta Program Pemberdayaan Masyarakat melalui KUBE atau Kelompok Sosial Ekonomis sebanyak 146 Kelompok atau
1.412 orang dibagi Jumlah PMKS yang seharusnya menjadi peserta Program Pemberdayaan Masyarakat melalui KUBE atau Kelompok Sosial Ekonomis sebanyak 1.412 orang atau 146 kelompok KUBE.
4) Capaian indikator Persentase Penyandang Cacat Fisik dan Mental Serta Lanjut Usia tidak Potensial yang menerima Jaminan Sosial sebesar 5%, pada tahun 2015 ditargetkan persentase penyandang cacat fisik dan mental, serta lanjut usia tidak potensial yang menerima jaminan sosial sebesar 1%. Angka realisasi indikator persentase penyandang cacat fisik dan mental, serta lanjut usia tidak potensial yang menerima jaminan sosial pada tahun 2015 yaitu 1% yang merupakan perbandingan antara 22 orang yang dibina di Graha Bina Lanjut Usia Sekayu dengan jumlah penyandang cacat fisik dan mental, serta lanjut usia tidak potensial yang seharusnya menerima bantuan sosial 1.974 orang.
5) Capaian Indikator Persentase korban bencana yang menerima bantuan sosial selama masa tanggap darurat tahun 2015 sebesar 100%. Capaian indikator tersebut sesuai dengan target yang di rencanakan, hal ini disebabkan pada tahun 2015 Jumlah korban bencana yang menerima bantuan sosial selama masa tanggap darurat dalam tahun 2015 sebanyak 42 kepala keluarga sedangkan jumlah korban bencana yang seharusnya menerima bantuan sosial selama masa tanggap darurat sebanyak 42 kepala keluarga sehingga capaian kinerja untuk Indikator persentase korban bencana yang menerima bantuan sosial selama masa tanggap darurat sebesar 100%. Capaian indikator tersebut mencapai target dikarenakan Badan Penaggulangan Bencana Daerah Kabupaten Musi Banyuasin mendapat bantuan dari BNPB, Pemkab Muba dan Dinas Sosial Provinsi. Dan Capaian indikator
Persentase korban bencana yang dievakuasi dengan menggunakan sarana dan prasarana tanggap darurat lengkap tahun 2015 sebesar 100%. hal ini disebabkan karena sarana dan prasarana yang digunakan oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupten Musi Banyuasin seperti perahu karet cukup memadai dan Jumlah korban bencana yang dievakuasi dengan menggunakan sarana dan prasrana tanggap darurat dalam tahun 2015 sebanyak 42 kepala keluarga sedangkan jumlah korban bencana yang seharusnya dievakuasi selama masa tanggap darurat sebanyak 42 kepala keluarga sehingga capaian kinerja untuk indikator persentase korban bencana yang menerima bantuan sosial selama masa tanggap darurat sebesar 100% atau sesuai target.
1.2.1.2 Meningkatnya Kualitas Pelayanan Administrasi Perkantoran Tabel.3.2
Hasil Capaian Indikator Kinerja Meningkatnya Kualitas Pelayanan Administrasi Perkantoran Tahun 2015
Nama Indikator Satuan Rencana
2014 Realisasi
% Capaian 1. Pelayanan Jasa
Administrasi Perkantoran % 100 91,9 91
2. Peningkatan Sarana dan
Prasarana Aparatur % 100 86,1 86
3. Tingkat Disiplin Aparatur %
100 100 100
4. Persentase Operator yang
kompeten di bidangnya % 100 100 100
5. Laporan Keuangan yang
Gambar 3.2
Grafik Capaian Meningkatnya Kualitas Pelayanan Administrasi Perkantoran Tahun 2015 100 91,9 91 100 86,1 86 100 100 100 100 100 100 100 100 100 75 80 85 90 95 100 Pelayanan Jasa Administrasi Perkantoran Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Tingkat Disiplin Aparatur Persentase Operator yang kompeten di bidangnya Laporan Keuangan yang disampaikan tepat waktu Rencana 2015 Realisasi Capaian
1) Pada Indikator Pelayanan administrasi perkantoran didukung oleh 11 kegiatan dengan rencana pada tahun 2015 sebesar 100 dengan perbandingan realisasi 91,09% maka capaian sebesar 91%.
2) Pada indikator Peningkatan sarana dan prasarana aparatur didukung oleh 3 kegiatan dengan rencana pada tahun 2015 sebesar 100%, realisasinya sebesar 86,1%, maka pesentasi yang dicapai sebesar 86%.
3) Pada indikator tingkat disiplin aparatur sebesar 100% dengan rencana pada tahun 2015 sebesar 100% sesuai dengan realisasi 100%.
4) Pada indikator persentase operator yang kompeten dibidangnya dengan rencana pada tahun 2015 100% dengan realisasi sebesar 100%
5) Indikator Laporan Keuangan yang tepat waktu diselesaikan dengan realisasi 100% didapat dari perbandingan antara rencana tahun 2015 dengan realisasi pada tahun 2015 sebesar 100%.
3.3. PERBANDINGAN REALISASI KINERJA SERTA CAPAIAN KINERJA TAHUN 2014 DAN 2015
3.3.1.1. Meningkatnya Perlindungan Sosial Masyarakat
Tabel.3.5
Hasil Capaian Indikator Kinerja Meningkatnya Perlindungan Sosial Masyarakat Tahun 2014 dan Tahun 2015
Nama Indikator Satuan
Rencana 2014 Capaian Kinerja Tahun 2014 (%) Tahun 2015 Capaian Tahun 2015 (%) T R T R 1. PMKS Memperoleh Bantuan Sosial untuk memenuhi Kebutuhan Dasar % 2,50 97 38,8 2,55 10 389
2. Panti Sosial yang menyediakan sarana prasarana pelayanan kesejahteraan sosial % 11 8 0,72 12 8 67 3. Persentase yang menerima Program Pemberdayaan Sosial melalui KUBE % 7,80 0,03 0,38 8,20 100 1.220 4. Korban Bencana yang menerima bantuan sosial selama masa tanggap darurat % 100 100 100 100 100 100 5. Persentase menggunakan sarana prasarana tanggap darurat lengkap untuk evakuasi korban % 100 100 100 100 100 100
bencana 6 Persentase
Penyandang Cacat Fisik dan Mental Serta Lanjut Usia Tidak Potensial yang menerima jaminan Sosial
% 18 26 1,44 20 22 110
Gambar 3.5
Grafik Perbandingan Capaian Meningkatnya Perlindungan Sosial