• Tidak ada hasil yang ditemukan

9

A. Definisi Kekerabatan

Kekerabatan merupakan salah satu permasalahan yang banyak dibicarakan dalam antropologi, yaitu ilmu tentang manusia.1 Para ahli Antropologi, sejak pertama kali kemunculan Antropologi, memberikan banyak perhatian terhadap studi kekerabatan. Studi kekerabatan merupakan bidang yang pertama kali diteliti dalam studi-studi Antropologi. Mereka melakukan studi kekerabatan bersamaan dengan studi tentang masyarakat, adat istiadat, dan ciri-ciri fisik masyarakat. Studi kekerabatan kemudian berkembang seiring dengan berkembangnya Antropologi itu sendiri. Studi kekerabatan ini dimulai dengan penelitian terhadap suku-suku terasing khususnya dibelahan bumi Amerika seperti Suku Indian, orang Eskimo dan lain-lain.

Ahli Antropologi yang dikenal sebagai perintis studi tentang kekerabatan adalah Lewis Henry Morgan (1818-1881).2 Dalam bukunya System Of

Consanguinty And Affinity Of The Human Family (1871), Morgan meneliti suku Indian di Amerika Utara. Penelitian ini sebenarnya merupakan usaha dari Morgan untuk membuktikan gagasannya bahwa orang Indian Amerika berasal dari daratan Asia. Penelitian ini dilakukan dengan cara mengklasifikasikan dan membanding-bandingkan sistem-sistem kekerabatan bangsa-bangsa dari berbagai daerah

1 Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi, (Jakarta: Rineke Cipta, 2000), cet. ke-8

hal.11.

2 Haviland, Anthropology, Terjemahan R.G. Soekadijo (Jakarta: Erlangga, 1985), jilid 2,

didunia. Penelitian pertama yang dia lakukan adalah penelitian terhadap masyarakat Iroquois. Dalam penelitian ini, mula-mula Morgan tertarik akan suatu gejala tertentu yaitu gejala bahwa istilah-istilah kekerabatan dalam bahasa Iroquois itu tidak sama dengan istilah kekerabatan dalam bahasa Inggris. Istilah

hanih misalnya berbeda isinya dengan istilah father. Istilah hanih menunjukan banyak individu, yaitu ayah, semua saudara pria ayah, dan semua saudara pria ibu. Sebaliknya istilah father hanya menunjukan seorang individu saja yaitu ayah.3 Adanya perbedaan tersebut membuat Morgan berusaha untuk mengetahuinya. Menurutnya dibelakang perbadaan sistem istilah itu terletak juga suatu perbedaan sistem kekerabatan dan adanya perbedaan sikap, hak-hak dan kewajiban orang terhadap ayah dan saudara pria ayah tersebut. Karyanya ini kemudian menunjukan nilai potensial yang terdapat dalam studi tentang distribusi sistem-sistem kekerabatan yang berbeda-beda, dengan menunjukan hubungan yang ada antara terminologi dan pelaku, karyanya memperlihatkan pentingnya kekerabatan untuk studi sosial.

Studi lainnya tentang kekerabatan dilakukan oleh Claude Levi-Strauss seorang Antropologi Perancis. Kajiannya mengenai kekerabatan berpusat pada penemuan adanya aturan-aturan perkawinan yang sama diberbagai masyarakat di Australia, Asia dan Amerika yang tidak ada ikatan sejarah satu sama lain. Semua masyarakat ditandai oleh aturan-aturan bahwa seseorang harus menikah dengan sepupu silangnya. Sistem kekerabatan seperti ini berbeda dari sistem-sistem

3 Koentjaraningrat, Beberapa Pokok Antropologi Sosial, (Jakarta: Dian Rakyat, 1981),

kekerabatan yang dikenal Antropolog Inggris di Afrika.4 Studi kekerabatan pun semakin berkembang seiring dengan ditemukannya berbagai penemuan yang membuat para Antropolog mengkaji lebih dalam studi kekerabatan tersebut. Beberapa penemuan menarik adalah ditemukannya perbedaan sistem kekerabatan antara satu suku dengan sistem kekerabatan suku lainnya. Perbedaan terletak baik dalam bentuk-bentuk sistem kekerabatan misalnya sistem kekerabatan orang Yahudi di Amerika Serikat.

Orang-orang Yahudi di Amerika Serikat mengembangkan suatu sistem kekerabatan dalam bentuk kekerabatan bilateral. Kekerabatan bilateral adalah menghubungkan seseorang lain saudara dekat melalui laki-laki dan perempuan. Dengan lain perkataan, orang lain menelusuri keturunannya melalui kedua orang tuanya sekaligus, dan mengakui adanya banyak leluhur.5

Adapun contoh dalam perbedaan terminologi pada sistem kekerabatan adalah perbedaan terminologi sistem kekerabatan orang Iroquois dengan terminologi sistem kekerabatan orang Inggris. Orang Iroquois mempunyai terminologi sistem kekerabatan yang berbeda dengan terminologi sistem kekerabatan orang Inggris. Dalam terminologi kekerabatan orang Iroquois, sebutan untuk ayah seseorang dan saudara ayah adalah disebut dengan satu istilah, seperti juga ibu seseorang dan saudara perempuan ibu yaitu dengan sebutan Hanih, sedangkan dalam terminologi sistem kekerabatan orang Inggris, ayah seseorang dipanggil dengan sebutan berbeda dengan sebutan saudara ayah, begitu

4 Levi-Strauss dikutip oleh Achmad Fedyani Saifuddin, Antropologi Kontemporer: Suatu

Pengantar Kritis Mengenai Paradigma, (Jakarta: Kencana, 2006), hal. 193.

5 Haviland, Anthropology, Terjemahan R.G. Soekadijo (Jakarta: Erlangga, 1985), jilid

juga sebutan ibu seseorang berbeda dengan sebutan saudara ibu seseorang. Adapun perbedaan dalam fungsi yaitu masyarakat mengembangkan berbagai sistem kekerabatan yang disesuaikan dengan kondisi sosial budaya mereka, seperti orang Hugao, mengembangkan kelompok kekerabatan yang terdiri atas turunan empat pasang orang tua nenek dan kakek yang digunakan dalam masyarakat dimana jaringan kekerabatan, ikatan sosial dan politik sangat ketat. Sedangkan orang Ila, penduduk pemelihara ternak di Zambia, menggunakan kekerabatan untuk menentukan hak seseorang dalam menggunakan tanah pertanian, bagiannya dalam pembagian gandum dan barang-barang lain.6

Berbagai penemuan dari penelitian tentang sistem kekerabatan tersebut, memberikan gagasan bagi para Antropolog untuk mendefinisikan konsep kekerabatan. Dalam bahasa Inggris kekerabatan disebut dengan istilah kinship. Kekerabatan secara bahasa menunjuk pada “hubungan darah”, yang dimaksud dengan kerabat adalah mereka yang bertalian berdasarkan ikatan “darah” dengan kita.7 Dalam pernyataan ini hubungan keturunan antara orang tua dan anak merupakan ikatan pokok kekerabatan. Gagasan di atas kurang lebih sama definisi kekerabatan dalam kamus Antropologi. Dalam kamus Antropologi, kekerabatan adalah kerabat; kelompok. Kerabat adalah orang, sedarah yang dipanggil dan/atau disebut dengan istilah kekerabatan.8 Sedangkan kelompok adalah kesatuan kolektif manusia yang beridentitas sama; dalam bentuk adat istiadatnya, system

6 Haviland, Anthropology,Terjemahan R.G. Soekadijo (Jakarta: Erlangga, 1985), jilid

2,hal. 105

7 Roger M. Keesing, Antropologi Budaya, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1980),

hal. 212.

8Suyono dan Aminuddin Siregar, Kamus Antropologi, (Jakarta: Akademika Pressindo,

normanya yang mengatur pola-pola intelektual antara masing-masing manusia. Definisi di atas merupakan definisi kekerabatan secara sederhana dimana yang dimaksud dengan kerabat hanyalah orang sedarah. Konsekuensinya dari definisi adalah orang yang tidak mempunyai hubungan darah seperti orang yang mempunyai hubungan karena perkawinan adalah bukan merupakan kerabat.

Levi-Strauss memberikan pendapatnya berkaitan dengan hubungan kekerabatan. Menurutnya paling sedikit ada tiga sebab seseorang bisa disebut kerabat, yaitu kerabat karena hubungan darah, kerabat karena hubungan kawin, dan kerabat karena hubungan keturunan. Kerabat karena hubungan darah yaitu kerabat karena adanya hubungan antara individu dengan saudara-saudara sekandungnya yang berupa hubungan darah. Hubungan kerabat karena perkawinan adalah hubungan individu dengan pasangannya yang berupa hubungan karena perkawinan, yang menghubungkan kelompok saudara sekandungnya sendiri dengan saudara sekandung pasangannya. Sedangkan hubungan kekerabatan karena keturunan adalah hubungan individu dengan anak-anak mereka, yang berupa hubungan keturunan.9

Definisi lain dikemukakan oleh Roger M. Keesing. Keesing mendefinisikan kekerabatan adalah jaringan hubungan yang diciptakan berdasarkan hubungan genealogi dan berdasarkan landasan sosial (termasuk didalamnya berdasarkan adopsi) yang mengikuti bentuk hubungan alami genealogi orang tua.10 Titik berat pada definisi ini adalah bentuk hubungan.

9 Levi-Strauss dikutip oleh Koentjaraningrat, Sejarah Teori Antropologi 1, (Jakarta:

Universitas Indonesia (UI-Press), 1987), hal. 214.

10 Keesing, Kin Groups and Social Structure, (Philadelphia: Harcort Brace Jovanovich

Bentuk hubungan yang dikembangkan oleh Keesing ini bertujuan untuk mengakomodir jika terdapat hubungan kekerabatan yang bukan di dasarkan pada hubungan darah, perkawinan, dan keturunan sebagaimana dikemukakan oleh Levi-Strauss. Contoh bentuk hubungan ini adalah adopsi yang merupakan bentuk hubungan yang tidak berdasarkan hubungan darah, perkawinan dan keturunan.

Definisi di atas adalah sebagian dari definisi kekerabatan yang dikemukakan oleh para Antropolog berdasarkan penelitian yang mereka lakukan. Dari berbagai definisi yang dikemukakan di atas, inti dari definisi yang membuat orang menjadi kerabat dengan orang lain adalah adanya hubungan antara individu satu dengan individu lainnya, hubungan ini bisa berupa hubungan darah, perkawinan, dan keturunan ataupun bentuk hubungan yang menyebabkan mereka menjadi kerabat.

B. Bentuk-Bentuk Kekerabatan

Memahami kekerabatan dari definisinya merupakan hal yang penting, namun untuk memahami kekerabatan lebih lanjut perlu juga mengetahui bentuk-bentuk dari kekerabatan itu sendiri. Sebelum berbicara mengenai bentuk-bentuk-bentuk-bentuk kekerabatan terlebih dahulu berbicara mengenai prinsip penarikan garis keturunan. Prinsip penarikan garis keturunan menurut Antropologi paling sedikit terdapat empat prinsip yaitu:

1. Prinsip patrilineal atau patrilineal descent, yang menghitungkan hubungan kekerabatan melalui pria saja, dan karena itu mengakibatkan bahwa bagi tiap individu dalam masyarakat semua kaum kerabat ayahnya masuk didalam batas

hubungan kekerabatannya, sedangkan semua kaum kerabat ibunya jatuh di luar batas itu.

2. Prinsip matrilineal atau matrilineal descent, yang menghitungkan hubungan kekerabatan melalui wanita saja, dan karena itu mengakibatkan bahwa bagi tiap individu dalam masyarakat semua kerabat ibunya masuk dalam batas hubungan kekerabatannya, sedangkan semua kaum kerabat ayahnya jatuh di luar batas itu.

3. Prinsip bilineal atau bilineal descent, yang menghitungkan hubungan kekerabatan melalui pria saja untuk sejumlah hak dan kewajiban tertentu dan melalui wanita saja untuk sejumlah hak dan kewajiban yang lain, dan karena itu mengakibatkan bahwa bagi tiap individu dalam masyarakat kadang-kadang semua kaum kerabat ayahnya masuk dalam batas hubungan kekerabatannya, sedangkan kaum kerabat ibunya jatuh di luar batas itu, dan kadang-kadang sebaliknya.

4. Prinsip bilateral atau bilateral descent, yang menghitungkan hubungan kekerabatan melalui pria maupun wanita. Prinsip bilateral sebenarnya tidak mempunyai suatu akibat yang selektif, karena bagi tiap individu dalam masyarakat semua kaum kerabat ibu maupun ayahnya masuk dalam hubungan kekerabatannya sehingga tidak ada batas sama sekali.11

Sebagaimana dijelaskan di atas bahwa prinsip penarikan keturunan mempunyai konsekuensi terhadap hubungan individu dengan para kerabatnya. Adanya perbedaan prinsip penarikan garis keturunan mengakibatkan perbedaan

11 Koentjaraningrat, Beberapa Pokok Antropologi Sosial, (Jakarta: Dian Rakyat, 1981),

dalam hubungan individu dengan para kerabat mereka tersebut. Setelah mengetahui prinsip penarikan keturunan selanjutnya adalah mengetahui bentuk kekerabatan. Para ahli Antropologi mengklasifikasikan bentuk-bentuk kekerabatan yang didasarkan dari hasil penelitian-penelitian yang mereka lakukan terhadap berbagai kelompok masyarakat didunia. Dalam klasifikasi ini istilah yang dipakai untuk menunjukan kekerabatan adalah dengan sebutan kelompok kekerabatan (kingroup). Bentuk-bentuk kelompok kekerabatan sebagaimana banyak terdapat dalam literatur-literatur Antropologi yaitu:

1. Keluarga Inti (Nuclear Family)

Keluarga inti disebut juga keluarga batih. Keluarga inti adalah kesatuan keluarga yang terdiri dari orang tua dan anak-anak yang masih tergantung.12 Keluarga inti merupakan bentuk kelompok kekerabatan yang ada dan dikenal seluruh masyarakat didunia. Suatu keluarga inti terdiri dari seorang suami, seorang isteri, dan anak-anak mereka yang belum kawin. Anak tiri dan anak angkat yang secara resmi mempunyai hak wewenang yang kurang lebih sama dengan anak kandungnya dapat pula dianggap sebagai anggota suatu keluarga inti. Bentuk keluarga inti seperti ini adalah bentuk keluarga inti yang sederhana atau biasa disebut keluarga batih yang berdasarkan monogamy. Dalam hal ini ada seorang suami dan seorang isteri sebagai ayah-ibu dari anak. Sebaliknya ada keluarga batih yang bentuknya lebih kompleks, ialah apabila ada lebih dari seorang suami atau isteri. Keluarga inti serupa ini disebut juga keluarga inti yang

12 Keesing, Kin Groups, and Social Structure, (Philadelphia: Harcort Brace Jovanovich

berdasarkan poligami. Sebagian besar jumlah penduduk dunia hidup dalam keluarga inti yang berdasarkan monogami.13

2. Keluarga Luas (Extended Family)

Keluarga luas adalah kumpulan keluarga inti, yang saling berhubungan karena sedarah dan hidup bersama.14 Kelompok kekerabatan ini selalu terdiri lebih dari satu keluarga inti, tetapi seluruhnya merupakan suatu kesatuan sosial yang amat erat dan biasanya hidup dan tinggal bersama pada suatu tempat artinya dalam satu rumah atau pada satu pekarangan. Ada pula keluarga luas yang tinggal bersama dalam satu rumah besar tetapi terpecah ke dalam keluarga-keluarga. Intinya masing-masing tinggal dalam satu rumah khusus, tetapi amat berdekatan satu dengan lain pada satu pekarangan. Ditinjau dari sudut komposisinya, ada tiga macam keluarga luas yang semuanya berdasarkan suatu adat menetap sesudah nikah yang tertentu; dan kalau adat itu mulai berubah maka lambat laun keluarga luas dalam masyarakat yang bersangkutan akan retak dan akhirnya hilang. Ketiga macam keluarga luas itu adalah:15

a. Keluarga luas utrolokal, yang berdasarkan adat ultrolokal dan yang terdiri dari suatu keluarga senior dengan keluarga-keluarga batih dari anak-anak laki maupun perempuan. Utrolokal adalah adat menetap bagi pengantin baru yang

13 Koentjaraningrat, Beberapa Pokok , Antropologi Sosial, (Jakarta: Dian Rakyat, 1981),

cet. ke-5 hal. 105

14 Haviland, Anthropologi, Terjemahan R.G. Soekadijo (Jakarta: Erlangga, 1985), jilid

2,hal.93

15 Koentjaraningrat, Beberapa Pokok, Antropologi Sosial, (Jakarta: Dian Rakyat, 1981),

memberikan kemerdekaan untuk menetap dipusat kediaman kaum kerabat suami atau disekitar kediaman kauam kerabat isteri.

b. Keluarga luas virilokal, yang berdasarkan adat virilokal dan yang terdiri dari suatu keluarga inti senior dengan keluarga inti dari anak-anak laki. Virilokal adalah penentuan tempat tinggal bagi pengantin baru menetap sekitar pusat kediaman kaum kerabat suami.

c. Keluarga luas uxorilokal, yang berdasarkan adat uxorilokal dan yang terdiri dari suatu keluarga inti senior dengan keluarga-keluarga batih dari anak-anak perempuan. Uxorilokal adalah penentuan tempat tinggal bagi pengantin baru menetap disekitar kediaman kaum kerabat isteri.

3. Kindred

Kindred adalah satu kesatuan kaum kerabat yang melingkari seseorang yang melakukan aktivitas. Aktivitas-aktivitas itu adalah biasanya berupa pertemuan-pertemuan, upacara-upacara, atau pesta-pesta yang diadakan pada tingkat-tingkat sekitar siklus kehidupan (life-cycle). Pada hari ulang tahun, atau yang diadakan berhubung dengan kematian, pemakaman, pokoknya aktivitas-aktivitas sekitar rumah tangga. Pada pertemuan-pertemuan, upacara-upacara, dan pesta-pesta serupa itu biasanya hanya para kerabat yang timggal dekat dalam desa atau kota yang sama yang dapat hadir, walaupun tergantung kepada pentingnya pertemuan atau upacara. Ada kalanya para keabat yang tinggal jauh di lain desa dan kota juga berusaha untuk hadir. Sebaliknya kaum kerabat yang tinggal jauh itu juga berguna kalau seseorang harus berpergian jauh dan datang disuatu desa

atau kota dimana ada kaum kerabat yang termasuk kindred-nya, dalam keadan itu biasanya ia bisa mendapat tempat untuk bermalam pada warga kindred-nya itu. Sering kali seorang anggota kindred juga berguna sebagai perantara untuk mengembangkan koneksi.16

4. Keluarga Ambilineal

Keluarga ambilineal adalah suatu kelompok kekerabatan yang berkorporasi (corporate kingroup). Kelompok kekerabatan ini terjadi bila suatau keluarga luas yang utrolokal mendapat suatu kepribadian yang disadari oleh para warganya, tidak selama waktu mereka hidup saja, tetapi yang dianggap ada sejak dua tiga angkaqtan dalam waktu yang lampau. Kelompok ini biasanya terdiri dari 25-30 orang. Semua warganya masih hidup dalam satu jangka waktu, dan masih saling kenal dan tahu akan hubungan kekerabatannya. Kelompok kekerabatan ini menghidupkan rasa kepribadiannya karena menguasai sejumlah harta produktif, yang semuanya dapat dinikmati warganya. Dalam kelompok ini seorang keturunan dapat memilih menggabungkan diri dengan kelompok keturunan ibu atau ayah.17

5. Klen

Klen merupakan suatu kelompok kekerabatan yang terdiri dari segabungan keluarga luas yang merasakan diri berasal dari seorang nenek moyang, yang satu

16 Koentjaraningrat, Beberapa Pokok, Antropologi Sosial, (Jakarta: Dian Rakyat, 1981),

cet. ke-5 hal. 110

17 Koentjaraningrat, Beberapa Pokok, Antropologi Sosial, (Jakarta: Dian Rakyat, 1981),

dengan yang lain terikat melalui garis-garis keturunan nenek moyang dan yang satu dengan yang lain terikat melalui garis-garis keturunan laki-lakinya saja adalah patrilineal dan melalui garis keturunan wanitanya saja adalah matrilineal. Warga-warga dari klen biasanya masih mengetahui hubungan kekerabatan mereka masing-masing, masih saling kenal-mengenal dan saling bergaul, karena sebagian besar biasanya masih tinggal dalam satu desa meskipun tidak usah dalam satu rumah atau compound.18

6. Fratri (Phratry)

Fratri adalah kelompok-kelompok kekerabatan yang fatrilineal atau matrilineal, yang sifatnya lokal dan yang merupakan gabungan dari kelompok-kelompok klen setempat. Kelompok klen yang bisa bergabung dalam fratri bisa klen kecil atau bisa juga bagian-bagian lokal dari klen besar. Penggabungan dari bagian-bagian lokal dari klen ini sering kali tidak merata sifatnya untuk seluruh klen. Para anggota fratri tidak dapat menelusuri secara teliti hubungan keturunan dengan leluhur bersama mereka, meskipun mereka mengakui bahwa leluhur itu ada.19

7. Moety

Moety atau biasa disebut paroh masyarakat adalah kelompok kekerbatan gabungan klen seperti fratri, tetapi yang selalu merupakan separuh dari

18 Koentjaraningrat, Beberapa Pokok, Antropologi Sosial, (Jakarta: Dian Rakyat, 1981),

cet. ke-5 hal.121

19 Haviland, Anthropologi, Terjemahan R.G. Soekadijo (Jakarta: Erlangga, 1985), jilid 2,.

masyarakat. Demikian tergantung kepada struktur masyarakat, maka suatu moety bisa berupa gabungan dari klen-klen kecil dan bisa juga gabungan-gabunganh dari bagian-bagian lokal dari klen besar. Definisi lain yaitu pembagian masyarakat menjadi dua kategori atau kelompok sosial, yang karakteristik karena keturunan patrilineal (patri-moety) atau keturunan matrilineal (matri-moety). Kelompok-kelompok kekerabatan diatas merupakan pembagian kelompok kekerabatan berdasarkan keturunan, selain kelompok kekerabatn diatas masih ad lagi kelompok kekerabatan lain. Kelompok kekerabatan lain itu adalah kelompok kekerabatan bilateral.

Kekerabatan bilateral adalah menghubungkan seseorang dengan lain-lain saudara dekat melalui laki-laki dan perempuan. Dengan kata lain, orang menelusuri keturunannya melalui kedua orang tuanya sekaligus dan mengakui adanya banyak leluhur. Secara teoritis, orang secara sama berhubugan dengan semua keluarga dari kedua pihak, baik dari ibu maupun ayah. Kekerabatan bilateral ini merupakan karakteristik masyarakat barat.20

C. Peran Kekerabatan

Sistem kekerabatan dalam kehidupan manusia mempunyai banyak peran. Koentjaraningrat, Bapak Antropologi Indonesia, memberikan beberapa contoh peran dari sistem kekerabatan yang ada pada masyarakat. Peran-peran sosial sistem kekerabatan dalam masyarakat antara lain:21

20 Haviland, Anthropologi, Terjemahan R.G. Soekadijo (Jakarta: Erlangga, 1985), jilid 2,.

hal. 119

21 Koentjaraningrat, Beberapa Pokok, Antropologi Sosial, (Jakarta: Dian Rakyat, 1981),

1. Menatalaksanakan kehidupan rumah tangga

Peran utama dari suatu sistem kekerabatan adalah dalam pelaksanaan kehidupan rumah tangga. Kehidupan rumah tangga ini biasanya dijalankan dalam satu keluarga inti atau beberapa keluarga inti yang tinggal dalam satu rumah. Dalam kehidupan rumah tangga biasanya seorang bapak berperan sebagai pencari nafkah dan sebagai penanggung jawab utama dalam berbagai permasalahan rumah tangga. Sedangkan ibu berperan untuk mengelola kehidupan rumah tangga, mengasuh dan mendidik anak-anak. Peran ini biasanya dilakukan dalam keluarga inti dan keluarga luas.

2. M emelihara harta milik kelompok

Peran selanjutnya adalah memelihara harta benda. Harta benda ini bisa berupa sekumpulan harta pusaka atau memegang hak ulayat atau hak milik komunal atas harta produktif. Bentuk harta benda dalam masyarakat sederhana biasa berupa tanah dengan segala hal yang ada pada tanah itu atau hewan ternak yang mereka miliki. Pemiliharaan harta benda ini sangat penting karena dengan semakin banyaknya penduduk maka harta yang berupa tanah akan semakin berkurang padahal kebutuhan hidup semakin meningkat Untuk itulah diperlukan pemeliharaan agar harta benda dapat mencukupi kebutuhan kelompok mereka. Peran ini antara lain dilakukan oleh keluarga inti, keluarga luas, keluarga ambilineal dan klan.

3. Kesatuan dalam mencari mata pencaharian hidup

Peran selanjutnya adalah menjadi kesatuan dalam mencari mata pencaharian hidup. Manusia dalam mencari mata pencaharian biasa melakukannya secara berkelompok. Hal ini biasanya dilakukan dalam mayarakat bertani. Menurut kebiasaan masyarakat bertani, dalam mengolah lahan mereka selalu dilakukan secara berkelompok. Kegiatan seperti menananm padi, memanen hasil pertanian dan Iain-lain mereka lakukan secara berkelompok. Usaha yang mereka lakukan adalah usaha-usaha produktif yang berguna bagi pemenuhan kehidupan kelompok mereka. Peran ini lebih banyak dilakukan pada kelompok keluarga ini dan keluarga luas.

4. Melaksanakan gotong-royong

Peran lain dari kelompok kekerabatan adalah dalam hal pelaksanaan gotong royong. Peran ini bersifat kadangkala artinya peran ini dilakukan ketika ada hal-hal tertentu yang membutuhkan gotong royong. Hal-hal yang membutuhkan gotong royong seperti membangun rumah. Membangun rumah, di mana dibutuhkan banyak tenaga manusia untuk melakukannya, kelompok kekerabatan sangat bermanfaat untuk melaksanakan kegiatan ini. Gotohg royong dilakukan karena hal ini tidak dapat dilakukan secara individu ataupun keluarga inti yang hanya terdiri dari sedikit orang. Untuk itu diperlukan kelompok kekerabatan lain seperti keluarga luas dan kindred dan klen untuk melakukan gotong royong.

5. Melindungi dan memberi bantuan kepada warga dalam keadaaan darurat

Peran lain adalah melindungi dan memberi bantuan kepada warga dalam keadaan darurat. peran ini juga bersifat kadangkala. Pemberian bantuan darurat ini biasanya dilakukan ketika ada anggota kelompok kekerabatan yang mengalami musibah. Pada keadaan mi anggota kelompok kekerabatan lam yang tidak tertimpa musibah akan membantu anggota tersebut, bantuan yang diberikan bisa berupa bantuan material dan bisa juga berupa bantuan spiritual. Peran ini bisa dilakukan oleh keluarga inti, keluarga luas, kindred, keluarga ambilineal dan klen.

6. Membina Rasa Identitas Kelompok Kekuasaan dan Gengsi

Peran lain dari kelompok kekerabatan adalah untuk membina rasa identitas kelompok kekuasaan dan gengsi. Pembianaan ini diperlukan agar identitas mereka

Dalam dokumen Wawasan al-Qur'an tentang kekerabatan (Halaman 16-82)

Dokumen terkait