• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS

B. Penyajian Data dan Analisis

Pembahasan ini akan membahas tentang penyajian dan analisis data, sebagaimana yang sudah dijelaskan pada pembahasan sebelumnya, bahwa peneliti menggunakan metode observasi, wawancara, dan dokumentasi

sebagai alat untuk memperoleh data ataupun hal-hal yang mendukung dalam penelitian ini. Setelah melalui berbagai proses penelitian dalam pengumpulan data yang sesuai dengan metode yang digunakan peneliti, maka peneliti menganggap sudah cukup dan bisa dihentikan. Karena menurut peneliti, data yang diperoleh sudah sesuai dengan tujuan penelitian dan sudah dapat menjawab dari berbagai permasalahan yang menjadi kajian dalam penelitian ini.

1. Strategi yang digunakan dalam mengembangkan pengetahuan sejarah kebudayaan Islam MA An-Nur melalui program gerakan 100 buku Desa Kalibaru Wetan Kecamatan Kalibaru.

a. Perencanaan

Program gerakan seratus buku diadakan, karena adanya inisiatif para alumni MA. An-Nur Kalibaru Banyuwangi untuk membantu para pengasuh dan guru dalam mengembangkan pengetahuan peserta didik.

Alumni setiap tahunnya menyumbang buku-buku yang dibutuhkan terhadap lembaga untuk memudahkan jalannya kegiatan program seratus buku tersebut, seperti buku-buku pelajaran dan buku-buku yang bermanfaat lainya. Hal ini dipaparkan oleh Husni Mubarok selaku ketua Alumni, bahwa:

“Adanya program ini, karena kita selaku alumni punya tujuan untuk membantu para pengasuh dan guru dalam mengembangkan pengetahuan peserta didik agar lebih semangat dalam belajar. Dalam melancarkan program ini para alumni menyumbang buku-buku yang diperlukan oleh lembaga

setiap tahunnya, entah buku pelajaran maupun buku-buku islami.”45

Hal ini juga dipaparkan oleh Bapak Ahmad Nuruddin selaku pengurus perpus, bahwa:

“Dulunya buku diperpus tidak sebanyak ini mas, semenjak ada kerjasama antara alumni dan guru dalam mengembangkan pengetahuan peserta didik melalui program seratus buku akhirnya buku-bukupun bertambah, dan itu semua membuat para peserta didik sedikit demi sedikit suka membaca”.46

Adanya program ini, para Alumni mengadakan rapat dengan para guru setiap semester untuk membahas masalah jadwal, seperti waktu, materi dan konsep kegiatan program gerakan seratus buku.

Rapat ini diadakan di kantor MA. An-Nur Kalibaru dan dipimpin oleh Kepala Sekolah, jika Kepala Sekolah tidak dapat menghadiri rapat maka diwakilkan oleh WAKA Kurikulum. Hal ini dikemukakan oleh Bapak Muhammad Isbad selaku Kepala Sekolah, bahwa:

“Program gerakan seratus buku ini, dibahas setiap semmester mas. Kami mengadakan rapat untuk membahas masalah jadwal, seperti waktu, materi dan konsep. Rapat ini dihadiri oleh beberapa guru, alumni namun sebagian dan pengurus perpus. Kalau saya ada kegiatan lain di luar Lembaga biasanya yang menjadi ketua rapat saya wakilkan ke WAKA Kurikulum”.47

Hal ini juga dipaparkan oleh Husni Mubarok selaku ketua Alumni, bahwa:

“Kita pasti mengadakan rapat mas, tapi setiap semester untuk membahas masalah yang berkaitan dengan Program seratus buku. Pembentukan jadwal seperti waktu, materi dan konsepnya. Rapatnya biasanya diadakan di Kantor pas pulang

45 Husni Mubarok, Wawancara, Banyuwangi 5 Pebruari 2018

46 Ahmad Nuruddin, Wawancara, Banyuwangi 6 Pebruari 2018

47 Muhammad Isbad, Wawancara, Banyuwangi 5 Pebruari 2018

sekolah. Kalau kepala sekolah tidak bisa hadir, biasanya diwakilkan WAKA Kurikulum yang menjadi ketua rapat”.48 Berdasarkan pengamatan yang telah peneliti lakukan pelaksanaan rapat dilakukan pada setiap sementer, pada hakikatnya membahas pelbagai persoalan terkait dengan kebutuhan lembaga. Dan tidak terlepas pembahasan gerakan seratus buku juga berada dalam rapat tersebut.49

Berdasarkan pemaparan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa, Program Gerakan seratus buku sudah terjadwal. Pembuatan jadwal dilakukan dalam rapat yang diadakan setiap semester dan dihadiri oleh beberapa alumni, guru dan pengurus perpus. Kepala sekolah menjadi ketua rapat, rapat dilaksanakan di Kantor setelah kegiatan sekolah selesai.

Tujuan dari kegiatan program gerakan seratus buku untuk mengurangi waktu kosong peserta didik yang dibuang sia-sia, agar bisa memanfaatkan waktu kosong untuk membaca buku-buku yang ada di Perpustakaan salah satunya buku yang berhubungan dengan materi SKI, membiasakan peserta didik untuk membaca, dan memberi motivasi peserta didik senang membaca buku-buku termasuk SKI. Hal ini dipaparkan oleh Husni Mubarok selaku ketua Alumni, bahwa:

“Tujuan dari diadakannya gerakan seratus buku ini adalah banyak waktu yang kita buang sia-sia ketika jadi santri dulu, mau ke perpustakaan buku yang kami baca itu-itu saja, jadi

48 Husni Mubarok, Wawancara, Banyuwangi 10 Pebruari 2018

49 Observasi pada 14 Pebruari 2018

timbul lah ide kami untuk mengadakan kegiatan gerakan seratus buku”.50

Hal tersebut dipaparkan juga oleh Bapak Agus selaku WAKA kurikulum, bahwa:

Sebenarnya tujuan dari kegiatan gerakan seratus buku ini adalah, memotivasi siswa agar mereka menyisihkan waktunya untuk datang keperpustakaan untuk membaca buku termasuk buku yang berhubungan dengan SKI, melihat sebenarnya siswa mempunyai potensi besar dalam hal membaca dan anak-anak menjadikan membaca menjadi sebuah kesenangan bukan tekanan.51

Berdasarkan hal di atas dapat diambil kesimpulan bahwa, tujuan diadakan kegiatan gerakan seratus buku selain inisiatif dari para Alumni juga untuk memberi motivasi terhadap para peserta didik agar membiasakan diri pergi ke Perpustakaan, senang membaca dan waktu kosong mereka tidak terbuang sia-sia.

b. Pelaksanaan

Kegiatan program gerakan seratus buku untuk mata pelajaran SKI dilaksanakan setiap satu bulan sekali dan disesuaikan dengan jadwal mata pelajaran SKI setiap kelas masing-masing. Program kegiatan seratus buku ini biasanya setiap guru SKI menyuruh para peserta didik untuk mengkaji buku yang berada di perpustakaan dan yang berhubungan dengan mata pelajaran SKI. Hal tersebut dipaparkan oleh bapak Muhammad Isbat selaku Kepala Sekolah sekaligus guru SKI, bahwa:

50 Husni Mubarok, Wawancara, Banyuwangi 10 Pebruari 2018

51 Bapak Agus, Wawancara, Banyuwangi 17 Pebruari 2018

“Program seratus buku ini membantu saya mas sebagai guru, karena dengan adanya program ini setiap peserta didik tidak bosan dan menambah pengetahuan peserta didik. Biasanya kegiatan ini dilaksanakan satu bulan sekali, itupun disesuaikan dengan jadwal mata pelajaran SKI, pokoknya satu bulan sekali kegiatan itu dilaksanakan”.52

Hal serupa juga dipaparkan oleh Imam Syafi’i selaku peserta didik kelas 11, bahwa:

“Pelaksanaan kegiatan program gerakan seratus buku dilaksanakan setiap satu bulan sekali, terkadang minggu keempat, terkadang minggu kedua tidak nentu kak. Kegiatan tersebut dilaksanakan di Perpustakaan, kami disuruh mencari refrensi lain untuk memaparkan materi SKI yang sudah disiapkan guru. Jadi kami otak atik buku diperpus yang berhubungan dengan materi SKI kak”.53

Hal tersebut juga diperkuat oleh Bapak Ahmad Nuruddin selaku pengurus Perpus, bahwa:

“Kegiatan gerakan seratus buku dilakukan satu bulan sekali mas, dan itu disesuaikan dengan jadwal mata pelajaran SKI.

Biasanya kalau sudah waktunya anak-anak ke perpus buat mencari buku yang berhubungan dengan mata pelajaran SKI untuk bahan materi yang disiapkan oleh guru mereka, terkadang kegiatannya dilakukan diperpus, terkadang di kelas dan peserta didik ke perpus hany mencari bahan yang mereka perlukan, setelah itu kembali kekelas masing-masing”.54

Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan kegiatan program gerakan seratus buku pada satu bulan sekali dan peserta didik diperintah untuk mencari bahan tentang materi SKI di Perpustakaan yang sudah disiapkan oleh guru untuk menambah refrensi lain.

52 Muhammad Isbat, Wawancara, Banyuwangi 18 Pebruari 2018

53 Imam Syafi’i, Wawancara, Banyuwangi 17 Pebruari 2018

54 Ahmad Nuruddin, Wawancara, Banyuwangi 17 Pebruari 2018

Ketika penerliti bekunjung ke perpustakaan sekolah, banyak siswa yang membaca buku diperpus. Dari pengamatas sepintas besar manfaatnya keberdaan buku bagi para siswa yang ada di MA An Nur.

Hal tersebut akan menambah hasanah keilmuan bagi para siswa sendiri.55

Melihat sarana dan prasaran yang telah dimiliki oleh lembaga MA An-Nur, khususnya dalam hal mengembangakan pengetahuan SKI peserta didik, misalnya: perpustakaan yang layak dan cukup luas, buku yang cukup banyak dan bervariasi termasuk buku-buku SKI sumbangan dari alumni melalui kegiatan seratus buku, maka satu hal yang penting adalah strategi agar siswa lebih menyukai kegiatan membaca, berikut adalah strategi-strateginya antara lain:

1. Pemberian reward.

Pemberian reward yang diberikan oleh pihak perpustakaan adalah salah satu strategi bagi mereka yang rajin keperpustakaan di MA An-Nur dalam pengembangan pengetahuan SKI, berdasarkan hasil wawancara dengan bapak Ahmad Nuruddin selaku pengurus perpustakaan, beliau memaparkan:

“Sebenarnya tanpa adanya strategi dalam pengembangan pengetahuan SKI peserta didik, siswa disini sudah mulai banyak yang rajin berkunjung ke perustakaan untuk membaca, apalagi hal ini berhubungan dengan pengembangan pengetahuan SKI siswa, pemberian reward bagi mereka yang rajin datang keperpustakaan, reward ini biasanya berbentuk piagam, terakhir ini kami memberi

55 Observasi pada 15 Pebruari 2018

mereka buku bacaan agar mereka lebih banyak memiliki koleksi buku pribadinya”.56

Hal yang sama juga diungkapkan oleh siswa yang mendapatkan reward dari pihak perpustakaan:

“Saya bahagia sekali mas, karena dipercayai oleh pihak perpus sebagai seorang siswa yang rajin ke perpustakaan untuk membaca buku, bukan hanya buku tentang SKI saja namun buku-buku yang lain jugaa. Hadiah yang diberikan oleh pihak perpus yaitu buku tentang Sejarah Peradaban Islam dan novel.57

Hal ini juga diperkuat oleh Yuli selaku guru SKI, menyatakan bahwa:

Adanya pemberian hadiah mas, agar siswa bahaga dan lebih giat lagi ke Perpustakaan. Dari adanya reward itu mereka bisa saling berlomba-lomba untuk ke perpustakaan dan rajin membaca buku.58

Berdasarkan dari hasil wawancara diatas bisa diambil kesimpulan, bahwa pemberian hadiah atau reward memanng ada bagi siswa yang rajin ke Perpustakaan oleh pihak Perpus. Hal ini bertujuan untuk bisa membuat siswa merasa bahagia dan lebih semangat lagi ke perpustakaan.

Dalam pengamatan peneliti pemberian penghargaan yang diberikan oleh sekolah akan menambah motivasi siswa untuk terus belajar dan belajar. Pemberian reward diberikan pada saat upacara

56 Ahmad Nuruddin, Wawancara, Banyuwangi 17 Pebruari 2018

57 Fathur Rahman, Wawancara, Banyuwangi 25 Pebruari 2018

58 Yuli, Wawancara, Banyuwangi 27 Pebruari 2018

pada hari senin. Hal ini dilakukan agar para siswa yang lain juga termotivasi untuk terus rajin membaca.59

Berdasarkan hal diatas bisa diambil kesimpulan, bahwa strategi untuk membuat siswa bisa lebih rajin ke perpustakaan untuk membaca buku termasuk buku SKI yaitu pemberian hadiah.

Adanya pemberian hadiah ini membuktikan bahwa siswa memang lebih rajin ke Perpustakaan untuk membaca buku.

2. Diskusi

Selain pemberian hadiah, untuk menunjang pengembangan kemampuan siswa dalam pembelajaran SKI melalui gerakan seratus buku yaitu dengan menggunakan metode diskusi. Metode ini untuk membuat siswa bisa berfikir kritis agar tidak berpacu dengan satu buku saja, namun juga bisa membaca buku-buku lain yang berhubungan dengan buku tentang SKI dan adanya metode ini bisa membuat siswa saling bekerja sama.

Hal tersebut dipaparkan oleh bapak Isbat selaku Kepala Sekolah dan Guru SKI, menyatakan bahwa:

Strategi yang kita gunakan juga melalui metode diskusi mas, soalnya dengan metode diskusi ini bisa mengembangkan kemampuan siswa dan kerjasama untuk bisa berfikir kritis agar tidak terpaku oleh satu buku saja.60 Hal tersebut juga dipaparkan oleh Imam Syafi’i selaku siswa kelas 11, menyatakan bahwa:

59 Observasi pada 27 Pebruari 2018

60 Muhammad Isbat, Wawancara, Banyuwangi 27 Pebruari 2018

“Saya bersyukur mas, dengan melalui metode diskusi saya dan temen-temen bisa belajar bagaimana caranya untuk selalu kerjasama dan kompak. Adanya gerakan seratus buku ini dengan metode diskusi kita bisa menambah wawasan mas, suapaya yang kita baca tidak buku satu tentang SKI”.61

Dalam pengamatan peneliti, para siswa sangat terbantu dengan adanya program gerakan 100 buku, mereka memiliki kesempatan untuk mempelajari ilmu pengetahuan melalui buku yang diberikan oleh alumni MA An-Nur sendiri.62

Berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa, pembelajaran SKI siswa diberi materi oleh guru kemudian membuat beberapa kelompok, setelah pembentukan kelompok peserta didikpun ke Perpustakaan untuk mencari buku yang berhubungan dengan materi SKI yang sudah disiapkan oleh guru mereka, kemudian mereka mendidiskusikan bersama kelompok mereka masing-masing. Setelah selesai mendiskusikan bahan materi yang guru berikan siswa pun kembali ke ruangan kelas, lalu menjelaskan hasil dari diskusi mereka perkelompok.63

Berdasarkan paparan data diatas bisa diambil kesimpulan bahwa, strategi yang digunakan untuk mengembangkan pengetahuan SKI siswa dengan metode diskusi, metode diskusi ini untuk menambah wawasan siswa dan pengetahuan SKI siswa

61 Imam Syafi’i, Wawancara, Banyuwangi 27 Pebruari 2018

62 Observasi pada 28 Pebruari 2018

63 Observasi pada 1 Maret 2018

supaya tidak terpaku oleh satu buku dan juga untuk bisa berfikir kritis.

c. Evaluasi

Untuk mengetahui berhasil tidaknya program gerakan seratus buku dalam mengembangkan pengetahuan SKI peserta didik, ada dua tahap penilaian yaitu tahap pertama pada waktu kegiatan tersebut dilaksanakan dan kedua pada saat ujian akhir semester. Dari situlah guru akan tahu bagaimana perkembangan pengetahuan SKI peserta didik melalui kegiatan gerakan seratus buku.

Hal tersebut dipaparkan oleh Muhammad Isbat selaku kepala sekolah dan guru SKI, mengatakan bahwa:

“Dalam program gerakan seratus buku untuk mengetahui perkembangan pengetahuan peserta didik, kami memiliki dua tahap penilaian, yang pertama penilaian pada waktu kegiatan itu dilaksanakan dan yang kedua pada ujian akhir semester”.64 Hal ini juga dipaparkan oleh Husni Mubarok selaku alumni, menyatakan bahwa:

“Semua program yang dibentuk dan dilaksanakan pasti memiliki penilaian untuk mengetahui berhasil tidaknya program tersebut, dalam program gerakan seratus buku ini dalam penilaian ada dua tahap yaitu pertama pada waktu kegiatan itu dilaksanakan dan kedua pada ujian semester”. 65 Hal ini juga diperkuat oleh bapak Agus selaku WAKA kurikulum, menyatakan bahwa:

64 Muhammad Isbat, Wawancara, Banyuwangi 1 Maret 2018

65 Husni Mubarok, Wawancara, Banyuwangi 1 Maret 2018

“Dalam penilaian gerakan seratus buku dalam mengembangkan pengetahuan SKI peserta didik, setiap kegiatan tersebut kami langsung menilainya mas, setiap ujian akhir semester juga”.66

Dari pengamatan peneliti, pihak sekolah juga memberikan perhatian terhadap program kegiatan gerakan 100 buku yang dilaksanakan oleh para alumni tersendiri, hal tersebut dimaksudakan untuk memberikan evaluasi terhadap kegiatan tersebut. 67

Berdasarkan hasil paparan data tersebut dapat diambil kesimpulan, bahwa untuk mengevaluasi berhasil tidaknya gerakan seratus buku dalam mengembangkan pengetahuan SKI peserta didik terdapat dua tahap penilaian yaitu pertama kegiatan tersebut dilaksanakan, kedua ujian akhir semester.

Bentuk evaluasi yang dilakukan oleh guru seperti memberikan tugas terhadap peserta didik tentang materi SKI yang dilakukan di Perpustakaan. Setelah itu, guru memberikan stimulus terhadap siswa dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan dari hasil tugas yang guru telah berikan kepada peserta didik. Penilaian selanjutnya dilihat dari hasil ujian akhir semester sekolah (raport).

Hal tersebut dipaparkan oleh ibu Yuli selaku guru SKI, menyatakan bahwa:

66 Bapak Agus, Wawancara, Banyuwangi 1 Maret 2018

67 Observasi pada tanggal 2 Maret 2018

“Bentuk evaluasi dalam gerakan seratus buku untuk mengembangkan pengetahuan SKI peserta didik seperti pemberian tugas kepada siswa melalui pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan materi SKI di Perpustakaan, dan bentuk selanjutnya dilihat dari hasil ujian akhir semester atau raport”.68

Hal diatas juga dipaparkan oleh Imam Syafi’i selaku peserta didik kelas 11, menyatakan bahwa:

“Biasanya kalau guru ingin mengetahui teman-teman faham dan mengerti dengan tugas SKI yang diberikan melalui kegiatan program gerakan seratus buku yaitu diakhir pelajaran pasti memberikan stimulus berupa pertanyaan-pertanyaan sekitar materi SKI”.69

Hal ini juga diperkuat oleh bapak Isbat selaku kepala sekolah dan guru, menyatakan bahwa:

“Bentuk-bentuk evaluasi program gerakan seratus buku untuk mengembangkan pengetahuan SKI peserta didik, biasanya saya sebagai guru SKI setiap kegiatan seratus buku, saya berikan mereka tugas kemudian diakhir pelajaran saya ajukan pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan tugas tersebut, dan dalam bentuk penilaian lain kami selaku perencana melihat hasil dari ujian akhir semester peserta didik”.70

Berdasarkan hal tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa, bentuk evaluasi yang dilakukan oleh pihak sekolah terutama guru dalam kegiatan program seratus buku yaitu setiap pelaksanaan kegiatan tersebut guru memberikan tugas lalu memberikan setimulus terhadap peserta didik melalui pemberian pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan materi SKI dan selanjutnya melihat dari nilai dari ujian akhir semester atau raport.

68 ibu Yuli, Wawancara, Banyuwangi 3 Maret 2018

69 Imam Syafi’i, Wawancara, Banyuwangi 3 Maret 2018

70 Bpak Isbat, Wawancara, Banyuwangi 3 Maret 2018

2. Faktor penghambat dan pendukung dalam mengembangkan pengetahuan Sejarah Kebudayaan Islam MA An-Nur Desa Kalibaru Wetan Kecamatan Kalibaru.

Peningkatan budaya gemar membaca secara umum sudah berjalan dengan baik dan sudah mulai bisa dirasa manfaatnya, akan tetapi dalam pelaksanaannya ada beberapa faktor, baik faktor pendukung ataupun faktor penghambat.

a. Faktor penghambat.

Adapun faktor penghambat adalah sebagai berikut:

1. Minimnya minat membaca.

Banyaknya usaha yang telah dilakukan Lembaga Pendidikan MA An-Nur Kali baru termasuk kurikulum dan strategi dalam proses pembelajaran, namun masih ada kendala dalam pelaksanakan program gerakan 100 buku untuk mengembangkan pengetahuan SKI peserta didik yaitu minimnya minat membaca siswa yang mana hal ini menjadi unsur utama hambatnya kegiatan program seratus buku. Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala sekolah, beliau mengungkapakan bahwa:

“Semua upaya sudah kami lakukan baik dari kurikulum dan pihak perpustakaan, strategi pun sudah kami upayakan, namun jika hal tersebut tidak mereka indahkan, ya mungkin bukan sekarang mereka berkeinginan untuk membaca, mungkin besok atau lusa atau kapan, kita akan selalu berupaya untuk memberi inovasi untuk perbaikan MA An-Nur kedepannya”.71

71Hairul. Wawancara. Banyuwangi, 1 Maret 2018

Hal tersebut diperkuat dengan hasil wawancara dengan salah satu siswa bahwa:

“Biasanya saya ke perpustakan hanya pada kegiatan program seratus buku, selebihnya jarang banget karena terlalu banyak kegiatan dan akhirnya malas untuk ke perpustakaan”.72

Lebih lanjut wakil kepala perpustakaan menambahkan:

“Sebenarnya penghambat dalam pelaksanakan kegiatan program seratus buku ini yaitu kurangnya minat membaca peserta didik karena malas, capek atau hal lain. Hal ini menjadi unsur utama dalam pelaksanaan kegiatan program gerakan seratus buku. Untuk mengembangkan pengetahuan SKI peserta didik MA An-Nur Kalibaru”.73

Selanjutnya peneliti juga melakukan pengamatan terhadap kendala yang dihadapi sekolah dalam kegiatan gerakan 100 buku tersebut. Ternyata meskipun buku telah banya banyak diberikan masih saja sepi peminat. Pada hakikatnya para siswa memiliki minat baca yang tinggi namun daya bacanya masih terbilang rendah, sehingga memerlukan perhatian yang serius dari pihak sekolah dan pengelola perpus.74

Berdasarkan paparan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa, unsur utama kegiatan program gerakan seratus buku yang dilaksanakan oleh MA An-Nur Kalibaru yaitu kurangnya minat membaca peserta didik, kurangnya minta membaca ini dikarenakan

72Qotrun Nada, Wawancara, Banyuwangi 5 Maret 2018

73 M. Roziqin, Wawancara, Banyuwangi 5 Maret 2018

74 Observasi pada 5 Maret 2018

malas, capek karena banyak aktifitas atau hal lain yang mengarah kepada kurangnya minat tersebut.

Berdasarkan hasil observasi dapat ditarik kesimpulan bahwa, pada waktu pelaksanaan kegiatan program gerakan seratus buku masih ada peserta didik yang hanya memegang buku dan mencari buku kemudian diserahkan kepada ketua kelompok (mencari buku tanpa membaca dan mengerjakan tugas), ada pula yang ngobrol sendiri dan yang lainnya.75

2. Kurangnya buku.

Selain minimnya minat membaca ada hal lain yang menjadi faktor penghambat kegiatan program gerakan seratus buku yaitu kurangnya buku yang ada di Perpustakaan termasuk juga buku tentang SKI. Kurangnya buku ini

Berdasarkan hasil wawancara dengan waka kuirikulum bapak Agus, bahwa:

“Siswa yang mempunyai kebiasaan membaca dengan kesadaran dirinya, biasanya siswa yang seperti itu mempunyai teman sejawat yang juga pandai membaca, dan sebaliknya siswa yang tidak berkeinginan untuk membaca biasanya mereka juga berteman dengan teman yang malas untuk membaca”.76

Hal tersebut diperkuat oleh siswa, bahwa:

75 Observasi pada 5 Maret 2018

76Bapak Agus, Wawancara, Banyuwangi 6 Maret 2018

“Saya malas mau datang ke perpustakaan, soalnya teman-teman kalo saya ajak tidak mau, jadi Saya malas juga ke perpustakaan untuk membaca, kalo tidak ada temannya”.77

Berdasarkan observasi pada saat kegiatan penelitian dilakukan bahwa:

Pada saat peneliti menunggu salah satu siswa di perpustakaan, ada salah satu siswa yang lebih memilih untuk duduk-duduk diluar kelas, setalah saya amati, temannya tersebut sudah berusaha mengajak untuk masuk ke dalam perpustakaan, namun salah satu dari siswa tersebut tidak mau untuk diajak.78

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang dilakukan oleh peneliti dapat disimpulkan bahwa dalam melaksanakan kegiatan membaca, penghambatnya adalah lingkungan yang tidak mendorong siswa untuk membaca.Dari pemaparan diatas telah dijelaskan faktor penghambat dari kegiatan membaca adalah teman sebaya yang sangat berpengaruh dalam kegiatan membaca.

b. Faktor pendukung.

1) Tersedianya sarana dan prasarana.

Sarana dan prasarana merupakan salah satu pendukung terselenggaranya kegiatan membaca, karena kelengkapan sarana,

77Lailatun Nafisah, Wawancara, Banyuwangi 7 Maret 2018

78Observasi pada 8 Maret 2018.

Dokumen terkait