• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1.3 Penyajian Data Dari Informan

Dari temuan data yang telah berhasil peneliti kumpulkan selama melakukan penelitian ini, selanjutnya peneliti menganalisis data-data tersebut menurut elemen komunikasi antarpribadi bermedia dan konflik yang terjadi. Pada dasarnya elemen-elemen pada proses komunikasi antarpribadi sama dengan elemen-elemen pada komunikasi antarpribadi bermedia namun dengan perbedaan pada penggunaan media. Pada komunikasi antarpribadi bermedia yang menjadi media komunikasi adalah alat elektronik atau nonelektronik misalnya telepon, komputer, atau pena. Pada penelitian ini, media yang digunakan oleh informan adalah telepon. Analisis data dengan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada masing-masing informan adalah sebagai berikut:

1. Informan 1

A. Elemen Komunikasi Antarpribadi Bermedia

Source-Receiver

Source atau komunikator adalah pihak yang menyusun dan mengirimkan pesan, sedangkan receiver atau komunikan adalah pihak yang menerima dan

mengartikan pesan” (DeVito, 2007: 10). Pada informan 1, peran komunikator lebih sering dijalankan oleh orang tua informan. Pada saat orang tua informan khususnya ibu ingin mengetahui kondisi anaknya, maka sang ibu yang akan menjadi komunikator sementara anak menjadi komunikan. Ketika ingin mengetahui kondisi anak, maka ibu akan menelepon anak dan berusaha untuk menanyakan kondisi anak dan kegiatan anak yang ingin diketahuinya tersebut sedangkan anak sebagai komunikan akan menjawab sesuai dengan pertanyaan yang diajukan oleh ibu. Komunikasi pada informan biasanya diawali terlebih dahulu oleh ibu informan atau dengan kata lain lebih banyak ibu informan yang menjadi komunikator. Hal ini seperti penuturan informan yaitu:

“biasanya yang menelpon atau sms duluan itu mamak, kalau saya menelpon kalau saya kangen keduanya atau ada keperluan masalah uang, kalau orang tua saya sering menelpon, biasanya menanyakan kabar saya atau tentang kuliah”

Namun adakalanya Informan 1 yang menjadi komunikator, yaitu pada saat ia memiliki keperluan yang harus diminta kepada ibunya. Pada saat informan memiliki kepentingan yang mengharuskannya untuk berkomunikasi dengan ibunya, maka ia akan menjadi komunikator yang menghubungi ibunya terlebih dahulu dan menanyakan hal yang menjadi kepentingannya tersebut. Sedangkan ibu informan yang akan menjadi komunikan yang menjawab dan merespon pertanyaan dari informan tersebut. Informan 1 berperan sebagai komunikator hanya pada saat memiliki keperluan khusus, misalnya berkaitan dengan masalah uang. Hal ini sesuai dengan penuturan informan 1 pada saat wawancara, yaitu:

“kalau saya menelpon kalau saya kangen keduanya atau ada keperluan masalah uang”

Peneliti melihat bahwa ibu informan 1 lebih banyak menjadi komunikator. Ibu informan sering menelepon informan 1 untuk mengetahui kondisi informan 1. Hanya pada saat benar-benar sibuk maka ibu informan 1 tidak akan menelepon atau menghubungi informan 1. Dari situ peneliti melihat bahwa keinginan ibu informan 1 untuk mengetahui tentang informan 1 lebih besar bila dibandingkan dengan keinginan informan 1 untuk mengetahui kondisi

ibunya. Keinginan ini didorong oleh rasa cemas ibu informan akan kondisi informan.

Encoding-Decoding

Pada informan dan ibu, keduanya juga melakukan encoding dan decoding secara bergantian sesuai dengan peran mereka. Pada saat ibu informan menjadi komunikator, maka ia akan melakukan encoding yaitu menuang kecemasan dan rasa ingin tahunya mengenai kondisi informan 1 ke dalam pertanyaan yang selanjutnya dikirim berupa gelombang suara melalui telepon atau dengan mengetiknya ke dalam SMS. Pada saat itu informan 1 menjadi komunikan, maka ia melakukan decoding dengan berusaha untuk mengartikan pesan yang dikirimkan dengan mendengarkan apa yang dikatakan oleh ibunya atau membaca SMS yang dikirimkan oleh ibu informan 1. Begitu pula sebaliknya pada saat informan 1 menjadi komunikator, maka ia akan melakukan encoding yaitu menyampaikan pesan yang ingin ditanyakan kepada ibunya melalui telepon atau SMS. Maka pada saat itu ibu informan 1 yang berperan sebagai komunikan akan melakukan decoding yaitu mendengarkan pesan yang disampaikan informan 1 untuk dapat memahami hal yang diinginkan oleh informan 1.

Messages

Pesan adalah “signal yang menstimuli penerima” (DeVito, 2007: 12). Pesan dapat berupa pesan verbal dan pesan nonverbal. Pesan verbal merupakan pesan yang diungkapkan melalui penggunaan bahasa dan kata-kata. Sedangkan pesan nonverbal adalah pesan yang diungkapkan tanpa menggunakan kata-kata, akan tetapi dengan bahasa tubuh, senyum, atau ekspresi. Pada informan 1 dan ibu pesan lebih banyak berupa pesan verbal yaitu berupa tulisan dan kata-kata. Untuk pesan nonverbal hanya berupa nada bicara pada saat berkomunikasi melalui telepon. Pada saat berkomunikasi melalui telepon pesan yang disampaikan ibu informan biasanya menanyakan tentang kondisi informan 1 dan kegiatan informan. Hal ini seperti penuturan informan yaitu:

“orang tua saya sering menelpon, biasanya menanyakan kabar saya atau tentang kuliah. Kalau saya biasanya menanyakan kabar keluarga di kampung dan bertanya kondisi keluarga disana. Selain itu, biasanya

menelpon saat ada keperluan masalah uang. Dan juga membicarakan masalah kuliah, masalah kawan-kawan disini dan curhat masalah lain.”

Sedangkan pada saat berkomunikasi melalui SMS pesan yang disampaikan informan 1 dan ibu informan biasanya mengenai kabar dan pesan-pesan singkat. Komunikasi jarang dilakukan melalui SMS, karena orang tua informan 1 lebih suka berkomunikasi melalui telpon. Selain itu ibu informan juga tidak terlalu pandai dalam menggunakan dengan media SMS. Hal ini seperti penuturan informan yaitu:

“biasanya kalo SMS menanyakan kabar, bagaimana keadaan disini, udah sholat atau belum, bagaimana dengan kuliahnya. Hanya pesan-pesan singkat saja, soalnya mamak juga gak senang SMS, lebih senang menelpon”

Channel

Pada informan 1, media komuikasi yang digunakan adalah alat elektronik yaitu handphone yang digunakan untuk menelepon dan mengirim SMS. Informan 1 hanya menggunakan media tersebut karena hanya media tersebut yang dapat digunakan oleh ibu informan. Komunikasi yang dilakukan lebih sering menggunakan telepon daripada SMS. Penggunaan SMS sebagai media hanya pada saat ingin menyampaikan pesan-pesan singkat. Hal ini seperti penuturan informan yaitu:

“kalo komunikasi dari mamak saya kadang telepon kadang SMS juga, tapi lebih sering telpon, biasanya SMS untuk minta uang aja. Hanya pesan-pesan singkat saja, soalnya mamak juga gak senang SMS, lebih senang menelpon”

Ibu informan lebih menyukai komunikasi menggunakan telepon karena dapat langsung mendengar suara informan. Selain itu komunikasi melalui telepon lebih praktis dan mudah.

Noise

Pada informan 1 terdapat gangguan yang berupa gangguan fisik, yaitu gangguan yang berada diluar diri informan dan ibu. Contoh gangguan fisik

tersebut adalah suasana ramai yang mengakibatkan suara tidak dapat terdengar jelas. Hal itu pernah terjadi pada informan saat ibu informan meneleponnya ketika ia berada di kampus, di jalan, di mall, dan di tempat keramaian lainnya. Selain itu juga terdapat gangguan pada media komunikasi yang digunakan, misalnya gangguan sinyal, baterai handphone yang lemah dan lain sebagainya.

Context

Ada dua macam konteks yang dapat dilihat pada komunikasi informan dan orang tua. Yang pertama adalah dimensi fisik yaitu tempat komunikasi berlangsung. Pada komunikasi informan dan ibu yang menjadi dimensi fisiknya adalah kamar kos informan, kampus informan, mall tempat informan berjalan-jalan, tempat kerja ibu informan dan seluruh bagian rumah ibu informan. Kemudian dimensi yang kedua adalah dimensi waktu, yaitu berhubungan dengan waktu terjadinya komunikasi tersebut. Pada komunikasi informan 1 dan ibu, saat ibu menjadi komunikator, biasanya dimensi waktunya pada sore hari atau malam hari ketika ibu telah menyelesaikan aktifitasnya dan memiliki waktu luang utnuk menelepon. Namun tidak demikian dengan informan 1, pada saat ibunya menelepon biasanya informan sedang memiliki aktivitas lain misalnya mengerjakan tugas, telepon dengan temannya atau pergi dengan temannya. Pada saat informan 1 yang menjadi komunikator, dimensi waktunya dapat pada pagi, siang atau malam hari sesuai dengan kepentingan dan kebutuhan yang perlu disampaikan oleh informan 1.

Ethics

Pada komunikasi antara informan 1 dan ibu, peneliti melihat adanya etika yang baik. Pada saat berkomunikasi kembali informan mencoba untuk lebih fokus berbicara dengan ibunya dan tidak berbicara dengan orang sekelilingnya. Namun bagi ibunya, tidak sepantasnya seorang anak berbicara dengan orang lain pada saat sedang berkomunikasi dengan ibunya, hal tersebut membuat ibunya merasa tersinggung.

Competence

Pada komunikasi informan 1 dan ibu, terdapat dua macam kompetensi yaitu kompetensi dalam memahami kondisi lawan bicara dan kompetensi dalam

memahami penggunaan media komunikasi. Untuk kompetensi memahami lawan bicara ibu informan lebih memperhatikan kondisi Informan daripada sebaliknya. Hal itu dapat dilihat dari sikap ibunya yang memberikan tanggapan yang baik yaitu apabila saat ditelepon Informan memiliki kegiatan lain, misalnya sedang mengerjakan tugas, maka ibunya menyuruh Riya untuk segera menyelesaikan tugasnya. Terkadang ibunya juga mengurangi durasi telepon, agar Informan berkonsentrasi mengerjakan tugas kuliahnya. Sedangkan Informan 1, apabila sedang sibuk dengan kegiatannya terkadang tidak menyadari bahwa ibunya cemas dengan kondisinya. Kompetensi yang kedua yaitu kompetensi dalam menggunakan media komunikasi, dalam hal ini Informan 1 lebih unggul. Ibu Informan 1 tidak terlalu paham dengan cara menggunakan media komunikasi.

B. Konflik

Pada komunikasi Informan 1 dan orang tua konflik yang terjadi disebabkan oleh perbedaan keinginan akibat komunikasi yang kurang baik. Pada saat orang tua menelepon terkadang Informan 1 berbicara dengan teman lain yang ada di sebelahnya, sedangkan ibunya ingin saat berkomunikasi anaknya tidak berbicara dengan orang lain karena hal tersebut menyinggung perasaan ibunya. Dalam hal ini ibunya merasa diabaikan oleh anaknya, dan merasa tidak didengarkan dengan baik pembicaraannya oleh Informan 1. Dengan kondisi seperti itu ibu informan langsung menyudahi komunikasi dan mematikan teleponnya. Hal ini seperti penuturan informan yaitu:

“kalau mamak lagi nelpon saya ngomong juga dengan kawan-kawan di sebelah, jadinya mamak agak marah. Karena marah ya mama bilang yaudahlah kalau lagi sibuk, lalu dimatikan telponnya dan gak nelpon lagi. Paling kalo nelpon pun 2 hari kemudian”

Setelah konflik terjadi dan putusnya komunikasi Informan 1 dan ibu, hal ini berakibat tidak adanya komunikasi antara Informan dan ibu sampai beberapa hari. Pada konflik yang dialami informan 1 dan ibu tidak ada penyelesaian khusus yang dilakukan Informan dan ibunya. Dalam menghadapi konflik pada saat berkomunikasi kembali, informan dan ibu membicarakan hal lain, konflik yang terjadi berlalu begitu saja, dan dilupakan seiring berjalannya waktu. Masalah yang

terjadi sebelumnya tidak diungkit-ungkit lagi. Hal ini seperti penuturan informan yaitu:

“Biasanya ga ada cara menyelesaikan konflik, paling nanti mama telpon atau sms beberapa hari kemudian, ketika mamak nelpon lagi ngomongnya seperti biasa lagi, yaudah masalahnya gak diingat-ingat lagi”

Selain itu, untuk menghindari konflik terjadi lagi pada saat berkomunikasi dengan ibunya, informan mencoba untuk lebih fokus berbicara hanya dengan ibunya. Dengan tidak berkomunikasi dengan orang sekeliling maka ibu informan dapat merasa lebih dihargai oleh anaknya. Hal ini seperti penuturan informan:

“cara menghindari konflik dengan gak bicara dengan orang lain di sebelah, lebih menghargai dan mementingkan mamak, fokus ke mamak saat mamak nelpon”

2. Informan 2

A. Elemen Komunikasi Antarpribadi (Bermedia)

Source-Receiver

Pada Informan 2 dan orang tua, peran komunikator dan komunikan dijalankan oleh keduanya secara bergantian. Informan lebih sering menjadi komunikator pada saat melakukan komunikasi melalui sms. Sedangkan ibu Informan menjadi komunikator pada saat melakukan komunikasi melalui telepon. Hal ini seperti penuturan Informan yaitu:

“Sebenarnya sama saja, saya juga sering mengawali komunikasi, orang tua saya juga sering mengawali komunikasi. Cuman bedanya kalau saya sms, tapi kalau orang tua saya sering menelpon”

Ibu Informan menjadi komunikator melalui telepon pada saat ingin mengetahui keadaan Informan, sedangkan Informan menjadi komunikan. Kemudian Informan menjadi komunikator melalui telepon pada saat ia ingin mengetahui kabar keluarganya, ketika bercerita tentang kegiatannya dan ketika ia memiliki keperluan yang harus diminta kepada ibunya, sedangkan ibu Informan pada saat itu menjadi komunikan. Informan juga menjadi komunikator

saat melakukan komunikasi melalui SMS kepada ibunya. Biasanya pada saat melakukan komunikasi melalui SMS membicarakan hal-hal yang penting dan singkat saja. Hal ini seperti penuturan Informan yaitu:

“kalau sms paling saya menanyakan kabar mama dan minta di telpon mama saya. Kalau SMS hal yang penting-penting saja”

Encoding-Decoding

Pada Informan 2 dan ibunya, keduanya juga melakukan encoding dan decoding secara bergantian sesuai dengan peran mereka. Pada saat ibu Informan menjadi komunikator, maka ia akan melakukan encoding yaitu menuang semua pertanyaannya mengenai kondisi Informan ke dalam pertanyaan yang selanjutnya dikomunikasikan melalui telepon atau dengan mengetiknya ke dalam SMS. Pada saat itu Informan 2 menjadi komunikan, maka ia melakukan decoding dengan berusaha untuk mengartikan pesan dengan mendengarkan apa yang dikatakan oleh ibunya atau membaca SMS yang dikirimkan oleh ibunya. Begitu pula sebaliknya pada saat Informan 2 menjadi komunikator, maka ia akan melakukan encoding yaitu dengan menyampaikan pesan yang ingin ditanyakan kepada ibunya melalui telepon atau SMS. Maka pada saat itu ibunya yang berperan sebagai komunikan akan melakukan decoding yaitu mendengarkan pesan yang disampaikan Informan untuk dapat memahami hal yang diinginkan oleh Informan.

Messages

Pada komunikasi Informan 2 dan ibu pesan juga lebih banyak berupa pesan verbal yaitu berupa tulisan dan kata-kata. Untuk pesan nonverbal hanya berupa nada bicara pada saat berkomunikasi melalui telepon. Pada saat berkomunikasi dengan ibu melalui telepon banyak sekali hal-hal yang dibicarakan oleh Informan 2 dan ibunya. Pesan yang disampaikan ibu Informan 2 biasanya menanyakan tentang kondisi Informan, kegiatan Informan di Medan dan menceritakan kondisi keluarga di Padang. Kegiatan yang ditanyakan seputar perkuliahan dan kegiatan Informan sehari-hari. Sedangkan pesan yang disampaikan Informan adalah jawaban akan pertanyaan-pertanyaan yang ditanyakan oleh ibunya dan menceritakan kegiatan-kegiatannya. Hal ini seperti penuturan Informan yaitu:

“Kalau sudah telpon dengan orang tua banyak sekali hal-hal yang dibicarakan misalnya tentang kelucuan sehari-hari atau bagaimana kabar ayah saya dan adik-adik saya disana, pekerjaan mama saya disana. Sering juga berbicara tentang uang, mau beli apa. Sering juga curhat tentang teman-teman saya dan pacar.”

Selain membicarakan tentang kondisi dan kegiatan Informan, hal lain yang biasanya dibicarakan adalah tentang kondisi keluarga di Padang dan mengenai pekerjaan orang tua Informan. Selain itu, sering juga Informan berbicara masalah keuangan, kepentingan-kepentingan lainnya. Pada saat berkomunikasi informan juga sering menceritakan tentang teman-temannya kepada ibunya dan bercerita jika sedang ada masalah.

Channel

Pada Informan 2, media komuikasi yang digunakan juga adalah alat elektronik yaitu handphone yang digunakan untuk menelepon dan mengirim SMS. Informan 2 juga hanya menggunakan media tersebut karena hanya media tersebut yang dapat digunakan oleh ibunya. Pada komunikasi yang dilakukan oleh Informan dan ibu lebih sering melalui telepon. Komunikasi yang diawali oleh Informan lebih sering menggunakan SMS, sedangkan komunikasi dari ibunya lebih sering menggunakan telepon. Hal ini seperti penuturan informan yaitu:

“Komunikasi yang saya lakukan dengan orang tua lebih sering dengan telpon, tapi orang tua saya yang lebih sering menelepon. Kalau saya lebih sering meng-SMS duluan, lalu orang tua yang menelpon atau membalas SMS saya, tapi lebih sering menelepon”.

Noise

Pada Informan 2 juga terdapat gangguan yang berupa gangguan fisik, yaitu gangguan yang berada diluar diri informan dan ibu. Contoh gangguan fisik tersebut adalah suasana ramai yang mengakibatkan suara tidak dapat terdengar jelas. Hal itu pernah terjadi pada Informan 2 saat ibunya meneleponnya ketika ia berada di kampus, di jalan, di mall, di tempat kerja dan di tempat keramaian lainnya. Selain itu juga terdapat gangguan pada media komunikasi yang

digunakan, misalnya gangguan sinyal, baterai handphone yang lemah dan lain sebagainya.

Context

Ada dua macam konteks yang dapat dilihat pada komunikasi Informan 2 dan orang tua. Yang pertama adalah dimensi fisik yaitu tempat komunikasi berlangsung. Pada komunikasi Informan 2 dan ibu yang menjadi dimensi fisiknya adalah kamar kos Informan, kampus Informan, mall tempat Informan berjalan-jalan, tempat kerja ibu Informan dan seluruh bagian rumah orang tua Informan di Padang. Kemudian dimensi yang kedua adalah dimensi waktu, yaitu berhubungan dengan waktu terjadinya komunikasi tersebut. Pada komunikasi Yuni dan ibu, saat ibu menjadi komunikator, biasanya dimensi waktunya pada siang hari atau malam hari ketika ibunya memiliki waktu luang untuk menelepon. Begitu juga dengan informan, pada saat informan menjadi komunikator dimensi waktunya bisa terjadi kapan saja ketika informan memiliki waktu luang untuk menelepon. Namun terkadang pada saat ibu informan menelepon informan juga sedang memiliki aktivitas lain misalnya mengerjakan tugas bersama teman-teman, ataupun bekerja.

Pada saat Informan 2 yang menjadi komunikator, dimensi waktunya dapat pada pagi, siang atau malam hari sesuai dengan kepentingan dan kebutuhan yang perlu disampaikan oleh Informan 2. Proses komunikasi yang dilakukan Informan 2 dengan ibunya biasanya hampir setiap hari ada, hanya saat Informan 2 atau ibunya sedang sibuk saja maka komunikasi tidak ada. Hal ini sesuai penuturan Informan 2 yaitu:

“Hampir setiap hari ada komunikasi saya dengan orang tua, kadang-kadang saja tidak ada kalau misalnya orang tua saya sibuk atau saya diketahui orang tua sedang sibuk maka tidak ada komunikasi. Tapi paling tidak satu SMS pasti ada, jarang sekali tidak ada komunikasi”.

Ethics

Pada komunikasi antara Informan 2 dan ibu, peneliti melihat adanya etika yang baik. Walaupun terkadang ada perbedaan pendapat dan keinginan, namun ia tetap berusaha untuk menjaga komunikasinya dengan orang tua. Selain itu

sekalipun informan merasa sebal dengan keinginannya tidak dipenuhi oleh orang tua, namun ia tetap berusaha menjaga nada bicara dan menutup komunikasi dengan baik.

“Walaupun tadinya konflik, saya akan menutup pembicaraan dengan baik. Setelah menutup telepon saya pasti SMS mama saya untuk minta maaf”

Competence

Pada komunikasi antara Informan 2 dan ibunya juga terdapat kompetensi, yaitu kompetensi dalam memahami kondisi lawan bicara dan kompetensi dalam memahami penggunaan media komunikasi. Untuk kompetensi dalam memahami kondisi lawan bicara, Informan 2 memperhatikan kondisi ibunya dan begitupun sebaliknya. Hal ini dapat dilihat dari sikap Informan yang tidak menelepon jika orang tuanya sedang sibuk dan memilih-milih waktu yang tepat ketika ingin meminta uang kepada orang tua. Sedangkan pada ibuInforman, kompetensi memahami adalah tidak menelepon juga ketika tahu Informan 2 sedang sibuk atau sedang ada kegiatan perkuliahan. Hal ini sesuai dengan penuturan Informan:

“kalau misalnya orang tua saya sibuk atau saya diketahui orang tua sedang sibuk maka tidak ada komunikasi. Tapi paling tidak satu SMS pasti ada, jarang sekali tidak ada komunikasi”.

Selain itu, kompetensi yang dilakukan dilakukan informan terkait dengan kompetensi memahami lawan bicara adalah memilih waktu yang tepat saat ingin membicarakan masalah keuangan dengan orang tuanya. Hal ini seperti penuturan informan yaitu:

“melihat keadaan orang tua saya, apa sedang ada masalah atau sedang happy. Saya lihat lah apakah dia baru gajian. Jadi untuk menghindari konflik itu memilih kata-kata dan waktu yang tepat saja.”

B. Konflik

Pada Informan 2 dan Ibu konflik yang terjadi pada saat berkomunikasi adalah konflik yang berkaitan dengan masalah keuangan. Konflik dapat terjadi pada saat Informan meminta uang lebih pada orang tuanya, tetapi orang tuanya

tidak dapat memenuhi hal tersebut. Hal ini seperti penuturan Informan yaitu sebagai berikut:

“kadang-kadang ada sesuatu hal bisa menimbulkan konflik, misalnya ketika meminta uang kepada orang tua lebih banyak dari biasanya lalu orang tua bertanya untuk apa uang itu, lalu kita jelaskan, tapi orang tua malah menjelaskan kebutuhan biaya dia disana. Jadi kita merasa, saya kan juga butuh untuk kuliah, kenapa untuk disana saja. Kan tinggal saya yang kuliah, tolonglah diperhatikan juga.”

Setelah konflik terjadi informan tetap berusaha menjaga nada bicara dan menutup komunikasi dengan baik. Kemudian setelah menutup telepon informan segera mengirim SMS kepada orang tuanya untuk meminta maaf agar masalah tidak berlarut-larut. Selain itu informan juga ingin tetap menjaga hubungan komunikasinya dengan orang tua, sehingga jika ada masalah ia segera menyelesaikannya. Hal ini seperti penuturan informan yaitu:

“Walaupun tadinya konflik, saya akan menutup pembicaraan dengan baik. Setelah menutup telepon saya pasti akan SMS mama saya untuk minta maaf dan mama saya membalasnya dengan baik pula. Jadi konflik gak berlarut-larut langsung selesai pada saat itu”

Selain itu, untuk menghindari konflik terjadi pada saat berkomunikasi informan mencoba memahami keadaan orang tuanya. Dalam hal ini informan

Dokumen terkait