• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV PENYAJIAN DATA

C. Penyajian Data Skunder

Selain dari hasil wawancara langsung kepada informan Kunci, peneliti juga memperoleh data-data pendukung yang berasal dari Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Barat mengenai jumlah Wajib Pajak baik Orang Pribadi, Badan, Bendaharawan yang terdaftar pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Barat dari tahun 2011-2016.

Tabel 4.1

Jumlah Wajib Pajak Terdaftar Tahun 2011-2016

Tahun Orang Pribadi Badan Bendaharawan

2011 22.504 3.935 94

2012 23.803 4.146 99

2013 24.707 4.297 103

2014 25.876 4.468 114

2015 27.199 4.689 126

2016 28.171 4.729 81

Sumber: KPP Pratama Medan Barat 2016

Dari data yang peneliti peroleh, ditemukan bahwa dari tahun 2011 hingga pada akhir tahun 2016 terdapat peningakatan baik itu Orang Pribadi dan juga Badan setiap tahunnya, namun pada bendaharawan terjadi penururnan pada tahun 2016 seseuai data yang terdapat pada tabel di atas.

Data lain yang diperoleh peneliti dari Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Barat untuk mendukung penelitian ini ialah jumlah Wajib Pajak yang mengikuti Tax Amnesty.

Tabel 4.2

Jumlah Wajib Pajak Ikut Tax Amnesty 2016

Jenis Wajib Pajak Jumlah

Orang Pribadi 2.268

Badan 402

Total 2.670

Sumber: KPP Pratama Medan Barat 2016

Dari data yang diperoleh, dapat dilihat jumlah Wajib Pajak yang ikut dalam Pelaksanaan Program Tax Amnesty pada Periode I Totalnya sebesar 2.670.

dengan rincian sebanyak 2.268 Wajib Pajak Orang Pribadi, 402 Wajib Pajak Badan.

BAB V ANALISIS DATA

Dalam bab ini, seluruh data yang telah disajikan pada bab sebelumnya akan dianalisis sesuai dengan kelompok masalah yang dikaji peneliti dari indikator-indikator yang digunakan. Adapun analisis yang digunakan penulis adalah dengan menggunakan metode deskriptif dengan analisis kualitatif. Metode ini mengumpulkan data dan fakta yang telah didapatkan di lapangan yang akan dideskripsikan sebagaimana adanya serta menafsirkannya dengan kemampuan daya nalar peneliti untuk menjelaskan suatu fenomena sosial yang diteliti. Dari hasil analisis data inilah nantinya akan diperoleh jawaban mengenai bagaimana ImplementasiUndang-Undang Nomor 11 Tahun 2016 Tentang Tax Amnesty

Dalam Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak Periode I di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Barat

A. ImplementasiUndang-Undang Nomor 11 Tahun 2016 Tentang Tax Amnesty Dalam Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak Periode I di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Barat

Kebijakan publik yang telah ditetapkan dan disetujui seharusnya dilaksanakan secara maksimal untuk memperoleh hasil yang diharapkan.

Pelaksanaan kebijakan publik ini disebut dengan implementasi yang memiliki tahapan yang bersifat praktis dan tentunya dibedakan dengan tahapan formulasi yang bersifat teoritis. Implementasi kebijakan merupakan proses administratif yang dilaksanakan oleh birokrasi pemerintah atau pelaksana teknis sesuai dengan ketetapan yang ada di dalam kebijakan itu sendiri dengan mendayagunakan setiap sumber daya dan sumber dana yang ada.

Terdapat empat pola implementasi kebijakan yakni kebijakan yang berpola

“dari atas ke bawah” atau top downer, dari “bawah ke atas” atau bottem topper, implementasi berpola paksa, dan mekanisme pasar.

Implementasi Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2016 Tentang Tax Amnesty Dalam Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak Periode I di Kantor

Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Barat merupakan kebijakan yang memiliki pola top downer karena pada hakekatnya kebijakan pemerintah ini merupakan Kebijakan yang berpola pada pelaksanaan yang dilakukan oleh pemerintah untuk rakyat atau publik dan partisipasi yang ada.

Implementasi Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2016 Tentang Tax Amnesty Dalam Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak Periode I di Kantor

Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Barat ini dapat dilihat dari model

implementasi Van Meter Dan Van Horn, yang dilihat melalui variabel-variabel di bawah ini:

1. Standart dan Sasaran Kebijakan

Standar dan sasaran kebijakan merupakan sesuatu yang harus diterapkan dalam setiap proses implementasi sebuah kebijakan Standar dan Sasaran kebijakan harus jelas dan terukur sehingga dapat direalisasikan. Apabila standard dan sasaran kebijakan kabur, maka akan terjadi multiinterpretasidan mudahmenimbulkankonflikdiantaraparaagen implementasi.

Berdasarkan dengan apa yang dinyatakan Van Meter dan Van Horn setiap kebijakan atau peraturan pastinya memiliki pedoman pelaksanaan, demikian juga Kebijakan Pemerintah Undang-Undang Nomor 11 tahun 2016 Tentang Tax Amnesty sendiri memiliki pedoman pelaksanaan, yaitu Peraturan Menteri

Keuangan Republik Indonesia Nomor 118/PMK.03/2016 Sebagai Petunjuk Pelaksanaan kebijakan Tax Amnesty. Dengan demikian Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Barat menggunakan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 118/PMK.03/2016 itu sebagai pedoman dalam pengimplementasian Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2016.

Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Barat memiliki standar dan sasaran yang telah dipahami. Pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Barat yang menjadi sasaran pada pelaksanaan kebijakan Tax amnesty periode I adalah Wajib Pajak terdaftar tetapi tidak membayarkan pajaknya yang sebenarnya, sementara sasaran dari Tax Amnesty ialah keseluruhan dari masyarakat terdaftar sebagai wajib pajak dan tidak terdaftar sebagai wajib pajak yang memiliki hutang pajak.

Dalam pengimplementasin kebijakan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2016 Tentang Tax Amnesty ini, Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Barat tidak memiliki targetan khusus, tidak adanya targetan khusus dapat mengakibatkan implementasi kebijakan tidak terealisasi dengan baik, dimana menurut Van Meter dan Van Horn seharusnya KPP Medan Barat memiliki target yang jelas dan terukur sehingga kebijakan Tax Amnesty dapat terealisasikan dengan baik dan tujuan dari kebijakan tersebut dapat tercapai.

2. Sumber Daya

Disamping standar dan sasaran Implementasi Kebijakan pemerintah, yang perlu mendapat perhatian dalam proses implementasi adalah sumber daya. Karena sumber daya merupakan faktor utama dalam melaksanakan dan merealisasikan jalanya suatu kebijakan. Tak terkecuali dengan dana yang dibutuhkan, peralatan yang akan digunakan selama proses implementasi sehingga sumber daya manusianya mampu melaksanakan tugas serta tanggungjawabnya dengan baik.

Ketersediaan sumber daya manusia dalam pengimplementasian kebijakan Undang-Undang Nomor 11 tahun 2016 Tentang Tax Amnesty merupakan hal yang sangat penting. Sumber daya manusia yang dimiliki Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Barat khususnya bidang yang mengurusi Tax Amnesty sudah cukup memadai dan mampu melaksanakan kebijakan tersebut dengan baik sesuai dengan tugas dan fungsinya, karena pra-pelaksanaan program pegawai yang terlibat langsung dalam pelaksanaan sudah dibekali dengan pelatihan-pelatihan tentang program Tax Amnesty. Ketersediaan sumber daya dana pada KPP Pratama Medan Barat sudah cukup baik, dana yang digunakan dalam pelaksanaan kebijakaan Tax Amnesty sudah dipersiapkan sebelumnya, dana

tersebut berasal dari pusat (Direktorat Jendral Pajak). Begitu pula ketersediaan alat-alat yang mendukung pelaksanaan kebijakan, sudah dipersiapkan dengan baik oleh KPP Pratama Medan Barat. Sehingga dalam hal ketersediaan sumber daya dalam pengimplementasian kebijakan Tax Amnesty pada KPP Pratama Medan Barat sudah sangat memadai.

3. Komunikasi

Dalamimplementasiprogramperlu dukungandan koordinasidengan instansilain.Untukituperlukoordinasidankerjasamaantarainstansi bagi keberhasilansuatuprogram. Komunikasi merupakan proses penyampaian informasi yang akurat, jelas, konsisten dan menyeluruh.

Van meter dan Van Horn mengatakan bahwa komunikasi yang baik pada setiap implementor dalam pelaksanaan sebuah kebijakan publik sangat berpengaruh terhadap hasil pencapaian tujuan dan sasaran kebijakan. Para implementor kebijakan harus memperoleh informasi melalui pengkomunikasian secara konsisten dan seragam.

Komunikasi dalam bentuk kerjasama yang dilakukan KPP Pratama Medan Barat dalam pelaksanaan kebijakan Tax Amnesty telah melakukan koordinasi kepada instansi pemerintahan antara lain: pemerintah daerah, POLDA, KODAM, dan instansi swasta. KPP Pratama Medan Barat melakukan sosialisasi pada instansi pemerintah, swasta dan masyarakat luas yang memiliki potensi terlibat dalam program tersebut. KPP Pratama Medan barat juga melakukan komunikasi yang baik pada lingkungan internal, dalam hal ini seluruh seksi dalam struktur organisasi. Hanya saja dalam pelaksanaan kebijakan Tax Amnesty ini dibentuk

suatu panitia khusus seperti Help Deks, penerima, peneliti dan pengarah layanan.

Berdasarkan variabel Van Meter dan Van Horn langkah tersebut sudah memenuhi kriteria komunikasi dalam pengimplementasian kebijakan.

Dalam pengimplementasian kebijakan Undan-Undang Nomor 11 tahun 2016 Tentang Tax Amnesty pada KPP Medan Barat kendala yang dihadapi dalam pencapaian target Tax Amnesty ialah keterbatasan sistem yang ada untuk mengatahui jumlah kekayaan atau aset yang dimiliki oleh Wajib Pajak sehingga kejujuran dalam penyampaian pajaknya masi diragukan.

4. Karekteristik Agen Pelaksana

Van Meter dan Van Horn menyatakan bahwa selain kejelasan standar dan tujuan kebijakan, kesiapan sumber daya dan komunikasi yang baik antara agen pelaksana kebijakan, karekteristik agen pelaksanaan juga menjadi hal yang sangat berperan dalam menentukan berhasil atau tidaknya sebuah kebijakan publik.

Untuk mengimplementasikan suatu kebijakan diperlukan karekteristik yang baik dari para agen pelaksana kebijakan tersebut. Karakteristik tersebut mencakup struktur birokrasi, Standar Operating Procedures (SOP), nilai-nilai, pola-pola hubungan yang terjadi dalam birokrasi, yang semuanya akan mempengaruhi implementasi suatu program.

Dalam pengimplementasian kebijakan Tax Amnesty pada KPP Pratama Medan Barat agen pelaksana yang ada sudah baik, dengan jumlah tenaga pelaksana sebanyak 12 orang yang tersedia untuk melayani Wajib Pajak, pertambahan jumlah tenaga terjadi pada akhir periode sesuai dengan keputusan kepala kantor KPP Pratama Medan Barat, agen pelaksana yang ditunjuk tetap

menjunjung tinggi nilai-nilai yang telah lama dianut (integritas, profesionalisme, sinergi, pelayanan, dan kesempurnaan).

Berdasarkan pemaparan diatas, dapat dipahami bahwa kriteria agen pelaksana menurut Van Meter dan Van Horn terpenuhi pada KPP Pratama Medan barat, namun jumlah tenaga yang ada pada awal periode belum sebanding dengan jumlah penerimaan program yang datang.

5. Kondisi sosial, politik dan ekonomi

Selain kondisi internal yang mempengaruhi implementasi sebuah kebijakan. Van Meter dan Van Horn mengatakan bahwa kondisi eksternal yakni Kondisi sosial, politik dan ekonomi juga dapat mempengaruhi implementasi suatu kebijakan. Variabelinimencakupsumberdayaekonomi,lingkunganyang dapat mendukung keberhasilanimplementasikebijakan,sejauhmanakelompok- kelompok kepentingandapat memberikan dukungan bagi implementasi kebijakan,karakteristikpara partisipan,yaknimendukungataumenolak, bagaimanasifat opini publik yangadadi lingkungan, dan apakah elit politik mendukungimplementasi kebijakan. Pada Implementasi Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2016 Tentang Tax Amnesty Dalam Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak Periode I di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Barat, keberhasilan dan kegagalan implementasi kebijakan ini di pengaruhi oleh kondisi sosial, politik dan ekonomi.

Implementasi kebijakan Undang-Undang Nomor 11 tahun 2016 Tentang Tax Amnesty mempengaruhi laju pertumbuhan ekonomi nasional, dana dari

repatriasi hasi kebijakan Tax Amnesty dapat menjadi sumber investasi baru di

dalam negeri yang nantinya dapat dikelola untuk pembangunan nasional, infranstruktur, dan lain-lain.

Dukungan sosial dari masyarakat sendiri pada pelaksanaan kebijkan Tax Amnesty yang dijalankan khususnya KPP Pratama Medan barat juga begitu baik.

Menurut penulis pada periode I antusias Wajib Pajak maupun masyarakat dalam mengikuti program Tax Amnesty sangat tinggi, namun kinerja pelayanan pada KPP Pratama Medan Barat sebagai pelaksana kebijakan belum maksimal dalam menghadapi kondisi tersebut, dipicu juga karena adanya tekanan pemerintah dalam pencapaian targetan nasional program Tax Amnesty tersebut.

6. Disposisi Implementor

Disposisi Implementor merupakan kecenderungan-kecenderungan yang dimiliki oleh pelaksana kebijakan. Kecenderungan yang dimaksud disini adalah watak dan karakteristik implementor seperti kejujuran, keikhlasan, komitmen, tanggungjawab, netral atau tidak pilih kasi dan demokratis. Disposisi implementor ini mencakup tiga (3) hal, yakni:a)respon implementor terhadap kebijakan yang akan dipengaruhi kemauannya untukmelaksanakankebijakan,b) kognisi,yaknipemahamannyaterhadap kebijakan, c) intensitasdisposisiimplementor, yakniprefansinilai yangdimiliki oleh implementor. Kecenderungan-kecenderungan implementor bisa menjadi penghambat, tetapi apabila implementor memiliki disposisi yang baik, maka ia dapat menjalankan kebijakan dengan baik seperti yang diinginkan.

Menurut penulis respon dari agen pelaksana terhadap kebijakan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2016 Tentang Tax Amnesty Dalam Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak Periode I di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama

Medan Barat cenderung positif dan menerima diterapkannya kebijakan tersebut serta mempunyai komitmen yang kuat dengan bekerja semaksimal mungkin dan optimis targetan Tax Amnesty itu tercapai, dengan alasan guna meningkatkan penerimaan dalam sektor pajak. Menurut peneliti berdasarkan kecenderungan disposisi yang dikemukakan Van Meter dan Van Horn pada pelaksanaan kebijakan Tax Amnesty yang diterapakan KPP Medan Barat tidak menghambat kebijakan atau bisa dikatakan disposisi berjalan baik.

Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Barat, khususnya petugas Tax Amnesty sebagai unit yang melaksanakan kebijakan ini. Diketahui bahwa

mereka sebagai pelaksana kebijakan memahami tentang maksud dari standart dan sasaran kebijakan yang telah diterapkan. Pemahaman akan standart dan sasaran implementasi Undang-undang Nomor 11 Tahun 2016 Tentang Tax Amnesty ini tidak hanya dilakukan oleh petugas Tax Amnesty saja, melainkan oleh semua pegawai Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Barat. Dengan adanya pemahaman tersebut mereka sangat menerima lahirnya kebijakan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2016 Tentang Tax Amnesty ini, karena mereka melihat adanya dampak positif yang timbul akibat kebijakan ini, misalnya peningkatan penerimaan dari sektor pajak. Dengan adanya peningkatan dari sektor pajak maka diharapkan akan berpengaruh juga terhadap peningkatan penerimaan negara sehingga APBN kita akan bertambah, kebijakan Tax Amnesty ini juga berimplikasi terhadap semakin tangguhnya pertumbuhan ekonomi nasional, sebab aliran dana Tax Amnesty yang mengalir ke kas negara akan semakin memperkuat prekonomian, selain itu juga dengan adanya kebijakan ini terjadilah Revolusi mental terhadap Wajib Pajak dan masyarakat dalam memenuhi kewajiban

perpajakannya. Namun ada juga dampak negatifnya dari adanya kebijakan ini yang menimbulkan ketidak jujuran Wajib Pajak. Dengan adanya penghapusan sanksi administrasi dan sanksi pidana perpajakan menimbulkan keuntungan bagi para tindak pidana pajak yang mendapat pemutihan hukum yang seharusnya mendapat sanksi pidana maupun sanksi administrasi perpajakan. Sehingga menimbulkan pemikiran sebagian masyarakat atas ketidak adilan dalam menegakan hukum.

Dalam pengimplementasian kebijakan Undan-Undang Nomor 11 tahun 2016 Tentang Tax Amnesty pada KPP Medan Barat pelayanan yang diberikan oleh KPP Medan Barat bisa dikatakan masih belum berjalan maksimal pada periode I, karena informasi yang diberikan dalam hal format pengisian form masi kurang jelas.

Dari hasi pemaparan ini menunjukan bahwa seluruh implementor pada dalam proses ImplementasiUndang-Undang Nomor 11 Tahun 2016 Tentang Tax Amnesty Dalam Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak Periode I di Kantor

Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Barat masih berusaha terus untuk menjalankanya dengan maksimal guna menambah penerimaan negara dalam sektor pajak dengan tercapainya targetan Tax Amnesty.

B. Wajib Pajak Terdaftar dan Wajib Pajak yang Mengikuti Tax Amnesty Pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Barat

Keterlibatan masyarakat sebagai Wajib Pajak dan bukan Wajib Pajak dalam mendukung kebijakan Tax Amnesty sangatlah penting, keterlibatan masyarakat yang besar selain berasal dari kesadaran masyarakat dalam memberikan kewajibannya, juga berasal dari bagaimana implementasi kebijakan

oleh Direktorat Jenderal Pajak tentu menjadi faktor yang menentukan keterlibatan masyarakat.

Pada tabel 4,1 dan 4,2 yang terdapat pada bab sebelumnya telah penulis sajikan, dapat dilihat bahwa sasaran penerima program yang telah ditentukan KPP Pratama Medan Barat adalah Wajib Pajak Terdaftar, namun keterlibatan Wajib Pajak terdaftar yang ikut Tax Amnesty masih sangat rendah jika dibandingkan dengan jumlah Wajib Pajak terdaftar pada tabel 4,1. Rendahnya keterlibatan Wajib Pajak ini terjadi dikarenakan pelaksanaan kebijakan yang terkesan terburu-buru sehingga minim kesiapan dari masyarakat selaku penerima program, disamping itu sosialisasi yang kurang tepat sasaran atau tidak maksimal, sehingga tidak menimbulkan kesadaran pada Wajib Pajak juga menentukan tingkat keterlibatan Wajib Pajak pada program ini.

BAB V1 PENUTUP

A. Kesimpulan

Dibentuknya kebijakan peraturan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2016 Tentang Tax Amnesty bertujuan untuk meningkatkan penerimaan dalam jangka pendek dengan mengumpulkan dana tebusan yang sebesar-besarnya. Agar tujuan dari kebijakan tersebut dapat terlaksana dan tercapai, maka diperlukan standar dan sasaran yang jelas, pemahaman yang baik dari para agen pelaksana, ketersediaan sumber daya manusia, finansial maupun fasilitas, komunikasi dan koordinasi yang baik antar organisasi, serta respon yang positif dari para implementor.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan tentang Bagaimana

ImplementasiUndang-Undang Nomor 11 tahun 2016 Tentang Tax Amnesty Dalam Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak Periode I di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Barat, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Implementasi Undang-Undang Nomor 11 tahun 2016 Tentang Tax Amnesty pada KPP Pratama Medan Barat dilihat dari indikator standar dan

sasaran kebijakan dapat dikatakan sudah memenuhi, hal ini dikarenakan baik agen pelaksana maupun masyarakat sudah mengetahui dan cukup mengerti maksud dan tujuan dari kebijakan Undang-Undang Nomor 11 tahun 2016 Tentang Tax Amnesty. sasaran kebijakan jelas pada periode I ialah wajib pajak yang terdaftar yang memiliki potensi untuk mengikuti Tax Amnesty.

2. Implementasi Undang-Undang Nomor 11 tahun 2016 Tentang Tax Amnesty pada KPP Pratama Medan Barat dilihat dari indikator sumber

daya secara umum sudah cukup baik dan memadai. Sumber daya manusia/

pegawai pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Barat khususnya petugas Tax Amnesty yang menangani kebijakan ini dari segi kualitas dapat dikatakan mampu untuk melaksanakan kebijakan tersebut.

Alat-alat dan Fasilitas yang ada sudah cukup memadai untuk mendukung pelaksanaan kebijakan tersebut, sedangkan sumber dana sudah dipersiapkan dari pusat.

3. Implementasi Undang-Undang Nomor 11 tahun 2016 Tentang Tax Amnesty pada KPP Pratama Medan Barat dilihat dari indikator komunikasi

secara umum sudah cukup baik. Komunikasi sudah terjalin selama implementasi kebijakan, komunikasi juga dijalankan dalam bentuk

koordinasi maupun sosialisasi baik dalam KPP Pratama Medan Barat dan juga kepada instansi lain, tetapi komunikasi kepada Wajib Pajak pada periode I dapat dikatakan masih kurang maksimal, sebab KPP Medan Barat memiliki kendala keterbatasan sistem untuk mengatahui jumlah kekayaan atau aset yang sebenarnya dimiliki oleh Wajib Pajak maupun Masyarakat.

4. Implementasi Undang-Undang Nomor 11 tahun 2016 Tentang Tax Amnesty pada KPP Pratama Medan Barat dilihat dari indikator

Karakteristik Agen Pelaksana. Struktur birokrasi pada KPP Pratama secara umum sudah baik, dalam pengimplementasian kebijakan tersebut KPP Pratama Medan Barat tetap memegang tinggi nilai-nila integritas, profesionalisme, sinergi, pelayanan, dan kesempurnaan.

5. Implementasi Undang-Undang Nomor 11 tahun 2016 Tentang Tax Amnesty pada KPP Pratama Medan Barat dilihat indikator Sosial,Politik

dan ekonomi. Kebijakan akan akan mempengaruhi laju perekonomian dengan menghimbau pengusaha-pengusaha untuk melakukan investasi di dalam negri, antusias masyarakat juga sangat tinggi untuk mengikuti program Tax Amnesty. Namun tetap saja dalam pelaksanaannya pasti ada tekanan dari beberapa pihak.

6. Implementasi Undang-Undang Nomor 11 tahun 2016 Tentang Tax Amnesty pada KPP Pratama Medan Barat dilihat dari indikator disposisi

implementor atau sikap dan karakteristik pelaksana kebijakan secara umum sudah baik. Hal tersebut dilihat dari sikap agen pelaksana yang mengetahui tugas pokok dan fungsi, wewenang dan tanggung jawabnya,

tujuan serta sasaran dari kebijakan dan mendukung pelaksanaan kebijakan tersebut dengan sungguh-sungguh. Namun dalam pelaksanaannya pelayanan yang diberikan masi kurang maksimal karena dari respon masyarakat masi banyak yang mengeluh terhadap proses prosedur yang terlalu ribet.

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka penulis dapat memberikan saran-saran bersifat masukan yaitu:

1. Implementasi Undang-Undang Nomor 11 tahun 2016 Tentang Tax Amnesty Dalam Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak Periode I di Kantor

Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Barat, dilihat dari indikator standar dan sasaran kebijakan, sumber daya, komunikasi dan koordinasi, disposisi atau sikap implementor, kondisi sosial,politik dan ekonomi, karakteristik agen pelaksana secara umum sudah cukup baik, namun untuk kedepannya semua aspek tersebut masih memiliki beberapa kekurangan sehingga para pelaksana kebijakan dalam hal ini KPP Medan Barat perlu melakukan pembenahan dan perbaikan dengan tujuan agar pelaksanaan kebijakan tersebut dapat terlaksana dengan maksimal dan mencapai tujuan seperti yang sudah ditetapkan.

2. Untuk mendapatkan hasil yang maksimal, maka perlu ditingkatkan sosialisasi dan komunikasi kepada masyarakat khususnya pengusaha-pengusaha yang memiliki potensi untuk mengikuti Tax Amnesty, agar mereka semakin sadar akan tujuan dari kebijakan tersebut. Terkait kendala keterbatasan sistem peneliti menyarankan sebaiknya kordinasi sesama intasi lebih ditingkatkan lagi khusunya terhadap instansi swasta seperti Bank swasta yang ada, karena pada dasarnya Bank-Bank tersebut mempunyai sistem yang baik dan jangkauan yang luas untuk mengatahui jumlah aset atau kekayaan yang sebanarnya dari setiap Wajib Pajak yang terdaftar ataupun belum terdaftar.

DAFTAR PUSTAKA

Subarsono, A.G. 2005. Analisis Kebijakan Publik. Jakarta: Pustaka Pelajar Tangkilisan, Hesel Nogi. 2003. Kebijakan Publik yang Membumi. Yogyakarta:

YPAPI

Wahab, Solichin, A. 2004. Analisa Kebijakan dari Formulasi ke Implementasi Kebijakan Negara Edisi Kedua. Jakarta: Bumi Aksara

Wibawa, Samudra. 1994. Evaluasi Kebijakan Publik. Jakarta: Raja Grafindo Winarno, Budi. 2002. Teori dan Proses Kebijakan Publik. Jakarta: Med Press Mardiasmo. 2011. Perpajakan Edisi revisi. CV Andi Offset: Yogyakarta.

Resmi, Siti. 2008. Perpajakan teori dan kasus. PT Salemba Empat: Jakarta.

Waluyo, 2009. Perpajakan Indonesia. Jakarta.

Moleong, Lexy. 2007. Metodeologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT.Remaja Rosdakarya

Zuriah, Nurul. 2006. Metode Penelitian Sosial dan Pendidikan: Teori Aplikasi.

Jakarta: Bumi Aksara

Singarimbun,Masri,Effendi,Sofian.2006.Metode Penelitian Survei.Jakarta:LP3ES Undang-Undang No. 11 Tahun 2016 tentang pengampunan pajak

Nomor 118/PMK.03/2016 tentang keterangan isi, bentuk, dan tata cara penyampaian pengampunan pajak.

Dokumen terkait