ImplementasiUndang-Undang Nomor 11 tahun 2016 Tentang Tax Amnesty Dalam Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak Periode I di Kantor
Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Barat
Oleh:
150921029
RIDHO PRAWIRA ARDY
Diajukan guna memenuhi salah satu syarat Untuk memperoleh S-1
DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
2017
ABSTRAK
Dalam upaya meningkatkan penerimaan negara dari sektor pajak serta terus meningkatkan tax ratio melalui intensifikasi dan ekstensifikasi perpajakan, salah satu diantaranya adalah upaya alternatif implementasi pengampunan pajak (tax amnesty). Penerapan tax amnesty di Indonesia masih merupakan wacana yang pro dan kontra. Pada dasarnya penerapan kebijakan ini diharapkan dapat meningkatkan jumlah wajib pajak, subyek dan obyek pajak sekaligus meningkatkan penerimaan negara dari dana-dana yang di “parkir” di luar negeri.
Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Penelitian ini dilakukan di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan barat, yang menjadi Informan Kunci dalam penelitian ini adalah Bapak M.Idris Siregar selaku petugas Tax Amnesty dan yang menjadi Informan Tambahan adalah Wajib Pajak KPP Medan Barat.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa Implementasi Undan-Undang Nomor 11 tahun 2016 Tentang Tax Amnesty pada KPP Pratama Medan Barat yang bertujuan untuk menigkatkan kepatuhan wajib pajak serta penerimaan yang sebesar-besarnya dari dana tebusan Mendapat respon positif dari para implementor, memiliki standar dan sasaran yang jelas, pemahaman yang baik dari para agen pelaksana, ketersedia sumber daya yang memadai, pengaruh yang baik terhadap kondisi sosial, ekonomi dan politik. Namun dalam hal komunikasi dan koordinasi yang dilakukan masi kurang maksimal, perlu adanya pergembangan dan perbaikan sedikit agar jauh lebih baik kedepannya.
Kata Kunci : Kebijakan publik, Implementasi, Tax Amnesty
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat, karunia, kesehatan, hidayah, keselamatan dan kemampuan kepada penulis sehingga dapat menyusun dan menyelesaikan Skripsi ini. Tidak lupa pula penulis sanjung sajikan kepada Baginda Nabi Besar Muhammad SAW yang telah membawa kita dari alam kegelapan menuju alam terang benderang yang seperti kita rasakan pada saat ini.
Skripsi ini disusun dalam rangka menyelesaikan studi pada Program Studi Administrasi Negara FISIP USU. Adapun judul Skripsi ini adalah “Implementasi Undang-Undang Nomor 11 tahun 2016 Tentang Tax Amnesty Dalam Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak Periode I di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Barat”. Dalam menyelesaikan Skripsi ini banyak bantuan yang diterima baik berupa moral maupun material serta bimbingan yang banyak membantu penulis. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Dr.Muryanto Amin,S.sos,M.Si, selaku Dekan FISIP USU.
2. Bapak Drs. Rasudyn Ginting, M.Si selaku Ketua Program Studi Administrasi Negara FISIP USU.
3. Bapak Hatta Ridho, S.Sos, M.SP selaku Dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan saran kepada penulis dalam penyelesaian Skripsi ini.
4. Ibu Dra.Elita Dewi, M.SP selaku Sekretaris Jurusan Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
5. Seluruh Bapak/Ibu Dosen Administrasi Negara FISIP USU yang telah memberikan ilmunya selama penulis menjalani perkuliahan.
6. Kedua orang tua tercinta, Ayahanda Dody Perkasa S.H dan ibunda Arnida serta seluruh keluarga tercinta, yang telah memberikan semangat, doa dan dukungan berupa moral dan material kepada penulis selama menimba ilmu di Universitas Sumatera Utara.
7. Bapak M.Idris Siregar selaku Supervisor yang telah meluangkan waktunya dan membantu saya mendapatkan data yang diperlukan dalam penyelesaian Skripsi ini.
8. Seluruh Mahasiswa Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik yang telah banyak memberikan bantuan dan dorongan kepada penulis, khususnya Kelas Ekstensi Administrasi Negara 2015.
9. Kerabat Indonesia Taxation Watch (ITW) yang sedikit banyaknya telah membantu dan memberikan masukan dalam menyelesaikan Skripsi ini.
Medan, Februari 2017
Penulis,
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ... i
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B.Rumusan Masalah ... 4
C. Tujuan Penelitian . ... 5
D. Manfaat Penelitian . ... 5
E. Kerangka Teori. ... 6
1. Kebijakan Publik ... 6
2. Implementasi ... 9
3. Implementasi Kebijakan ... 10
4. Model-Model Implementasi Kebijakan ... 11
5. Defenisi Pajak ... 16
6. Pengampunan Pajak . ... 18
F. Defenisi Konsep ... 21
G.Sistematika Penulisan ... 23
BAB II METODE PENELITIAN . ... 24
A. Bentuk Penelitian . ... 24
B. Lokasi Penelitian. ... 25
C. Informan Penelitian. ... 25
D. Teknik Pengumpulan Data . ... 26
E. Teknik Analisis Data . ... 27
BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN...28
A. Sejarah Singkat KPP Pratama Medan Barat...28
B. Visi dan Misi KPP Pratama Medan Barat...30
C. Nilai-Nilai KPP Pratama Medan Barat...31
D. Tugas Umum dan Fungsi KPP Pratama Medan Barat...32
E. Struktur Organisasi KPP Pratama Medan Barat...33
F. Deskripsi Aktifasi Kerja KPP Pratama Medan Barat...35
BAB IV PENYAJIAN DATA...40
A. Karakteristik Informan...40
B. Penyajian Data Primer...41
a. Standar dan sasaran kebijakan...42
b. Sumber Daya...45
c. Komunikasi...47
d. Karkteristik agen pelaksana...50
e. Kondisi sosial,Ekonomi dan Politik...51
f. Disposisi Implementor...53
C. Penyajian Data Skunder...57
BAB V ANALISA DATA...59
A. Implementasi Undang-Undang nomor 11 Tahun 2016 Tentang Tax Amnesty Dalam Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak Periode I di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Barat...59
B. Wajib Pajak Terdaftar dan Wajib Pajak yang ikut Tax Amnesty pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Barat...68
BAB VI PENUTUP...70
A. Kesimpulan...70
B. Saran...73
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan yang berlangsung secara terus-menerus dan berkelanjutan selama ini, bertujuan meningkatkan kesejahteraan rakyat baik materil dan spiritual. Untuk merealisasikan tujuan tersebut diperlukan anggaran pembangunan yang sangat besar. Salah satu usaha untuk mewujudkan peningkatan penerimaan untuk pembangunan tersebut adalah dengan menggali sumber dana yang berasal dari dalam negeri, yaitu pajak. Secara ekonomi pemungutan pajak merupakan penerimaan negara yang digunakan untuk meningkatkan taraf kehidupan masyarakat, taraf hidup masyarakat yang meningkat diperlukan anggaran yang selalu meningkat pula. Pendapatan negara dari tahun ke tahun selalu mengalami peningkatan, namun peluang dalam meningkatkan anggaran pendapatan potensinya belum digali secara optimal pula khususnya dalam sektor pajak.
Namun dalam pelaksanaanya, implementasi perpajakan di Indonesia masih mempunyai beberapa permasalahan. Pertama, Tingkat kepatuhan Wajib Pajak masi rendah. Tingkat kepatuhan pembayaran pajak baik Pajak Pertambahan Nilai (PPN) maupun Pajak Penghasilan (PPh) oleh wajib pajak di negara ini masih sangat rendah dibanding dengan negara lain. Rasio kepatuhan wajib pajak di Indonesia masih tergolong rendah jika dibandingkan dengan rasio di negara- negara asean. pada 2015 tax ratio Indonesia hanya 11,9 persen. Padahal, Thailand sudah mencapai nilai 16,5 persen, Filipina 12, 9 persen, Malaysia 16, 1 persen dan Singapura 14 persen. Banyak faktor yang menyebabkan rendahnya rasio tersebut beberapa di antaranya adalah rendahnya tingkat kesadaran masyarakat dalam
melaksanakan kewajiban penyetoran dan pelaporan pajak, minimnya jumlah fiskus atau pemeriksa pajak. Sebenarnya pemerintah sedangmembutuhkan dana untuk meningkatkan pembangunan nasional dalam 5 tahun ke depan. Kedua, kekuasaan Direktorat Jendral Pajak masih terlalu besar karena mencakup fungsi eksekutif, legislatif, yudikatif sekaligus sehingga menimbulkan ketidakadilan dalam hal melayani hak Wajib Pajak yang berefek turunnya tingkat kepatuhan Wajib Pajak. Ketiga, masih rendahnya kepercayaan masyarakat terhadap aparat pajak dan berbelitnya aturan perpajakan. (www.kemenkeu.go.id)
Pajak merupakan sumber penerimaan negara yang dominan dalam struktur Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Hampir 75 persen targetan dana APBN pada tahun 2016 penerimaan berasal dari sektor Pajak. Untuk menggali penerimaan dalam sektor perpajakan dibutuhkan upaya-upaya nyata, serta diimplementasikan dalam bentuk kebijakan pemerintah. Upaya-upaya tersebut dapat berupa intensifikasi maupun ekstensifikasi perpajakan. Intensifikasi pajak dapat berupa peningkatan Wajib Pajak (WP) maupun peningkatan penerimaan pajak itu sendiri. Upaya Ekstensifikasi dapat berupa perluasan objek yang selama ini belum tergarap. Untuk mengejar penerimaan pajak tersebut, pemerintah mengeluarkan kebijakan salah satunya adalah Pengampunan Pajak atau Tax Amnesty.
Kebijakan tersebut telah disahkan oleh presiden pada tanggal 1 juli 2016, yang di atur dalam Undang-undang No 11 tahun 2016 tentang Pengampunan Pajak. Dalam undang-undang ditegaskan, pengampunan pajak atau tax amnesty adalah penghapusan pajak yang seharusnya terutang, tidak dikenai sanksi administrasi perpajakan dan sanksi pidana di bidang perpajakan, dengan cara
mengungkap Harta dan membayar Uang Tebusan sebagaimana diatur dalam Undang-undang. Menurut UU ini, setiap Wajib Pajak berhak mendapatkan pengampunan pajak yang diberikan melalui pengungkapan Harta yang dimiliknya melalui surat pernyataan.
Pengampunan Pajak sebagaimana dimaksud meliputi pengampunan atas kewajiban perpajakan sampai dengan akhir tahun pajak terakhir, yang belum atau belum sepenuhnya diselesaikan oleh Wajib Pajak. ( pasal 3 ayat (4) UU No. 11 tahun 2016)
Kebijakan ini diharapkan dapat meningkatkan subyek pajak maupun obyek pajak. Subyek pajak dapat berupa kembalinya dana-dana yang berada di luar negeri, sedangkan dari sisi obyek pajak berupa penambahan jumlah wajib pajak. Dengan adanya tax amnesty maka ada potensi penerimaan yang akan bertambah dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) kita baik di tahun ini atau tahun-tahun sesudahnya yang akan membuat Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) kita lebih sustainable. APBN lebih sustainable dan kemampuan pemerintah untuk spending atau untuk belanja juga semakin besar sehingga otomatis ini akan banyak membantu program-program pembangunan tidak hanya infrastruktur tapi juga perbaikan kesejahteraan masyarakat.
Menteri keuangan Sri Muliyani Indrawati menegaskan pada tanggal 5 Agustus 2016 target tax amnesty yaitu sebesar Rp 165 triliun. Total tebusan program pengampunan pajak hingga Jumat malam, 30 September 2016, pukul 20.03 WIB mencapai Rp 97,1 triliun. Perolehan dana ini terus meningkat menjelang berakhirnya periode pertama program amnesti tepat tengah malam.
Pada periode I inilah, wajib pajak berhak mendapatkan tarif tebusan termurah sebesar 2 persen untuk mendapatkan ampunan.
Pelaksanaan tax amnesty ini secara psikologis tidak memihak kepada wajib pajak yang selama ini taat membayar. Hal ini justru menjadi fasilitas bagi wajib pajak yang selama ini taat dalam membayar namun tidak tahu akan fasilitas ini. Keunggulan yang diharapkan bila kebijakan tax amnesty diimplementasikan yaitu akan dapat mendorong masuknya dana-dana dari luar negeri yang dalam jangka panjang dapat digunakan sebagai pendorong investasi yang pada gilirannya bermanfaat untuk menstimulasi perekonomian nasional.
Pengampunan pajak atau tax amnesty seringkali dijadikan alat untuk mempercepat penerimaan negara dalam bagian perpajakan yang terjadi secara cepat dan dalam jangka waktu yang singkat. Program ini dilaksanakan pemerintah sebagai upaya karena semakin banyaknya masyarakat yang melakukan penghindaran pajak.
Untuk itu dengan adanya latar belakang yang telah diuraikan di atas maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul
“ImplementasiUndang-Undang Nomor 11 tahun 2016 Tentang Tax Amnesty Dalam Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak Periode I di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Barat”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang yang sudah diuraikan, maka rumusan masalah yang akan dijawab melalui penelitian ini adalah:
Bagaimana pengimplementasian Undang-undang No. 11 tahun 2016 Tentang Tax Amnesty dalam meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak Periode I di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Barat?
C. Tujuan Penelitian
Setiap penelitian yang dilakukan tentunya memiliki tujuan yang hendak dicapai dalam setiap penyelenggaraannya. Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah :
Mengetahui Implementasi Undang-undang No.11 tahun 2016 Tentang Tax Amnesty dalam Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak Periode I di Kantor
Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Barat.
D. Manfaat Penilitian
1. Secara subyektif, sebagai sarana untuk melatih dan mengembangkan kemampuan berpikir ilmiah, sistematis dan kemampuan untuk menuliskannya dalam bentuk karya ilmiah berdasarkan kajian-kajian teori dan aplikasi yang diperoleh dari Ilmu Administrasi Negara.
2. Secara praktis, hasil penilitian ini diharapkan menjadi masukan atau sumbangan pemikiran bagi Kantor Pelayanan pajak (KPP) Pratama Medan Barat terkait pada implementasi Undang-Undang No.11 tahun 2016 Tentang tax amnesty dalam Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak.
3. Secara Akademis, sebagai suatu kontribusi baik secara langsung atau tidak langsung bagi perpustakaan Ilmu Administrasi Negara dan bagi kalangan penulis yang tertaik dalam masalah penelitian ini.
E. Kerangka Teori
Sebagai landasan berpikir dalam menyelesaikan atau memecahkan masalah yang ada, perlu adanya pedoman teoritis yang dapat membantu dan
bahan referensi dalam penilitian. Kerangkateori adalahbagiandari penelitian,tempatpenelitimemberikanpenjelasantentang hal- halyang berhubungan denganvariabelpokok,subvariabelataupokokmasalah yang adadalampenelitian(Arikunto,2000:92). Kerangka teoriinidiharapkanmemberikanpemahamanyangjelasdantepatbagi peneliti dalam memahami masalahyangdi teliti.
1. Kebijakan Publik
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kebijakan dapat diartikan sebagai rangkaian konsep dan asas yang menjadi pedoman dan dasar rencana dalam pelaksanaan suatu pekerjaan, kepemimpinan, dan cara bertindak.
Sedangkan public bisa diartikan sebagai umum, masyarakat, ataupun Negara.
Menurut Chandler dan Plano dalam (Tangkilisan, 2003) berpendapat bahwa kebijakan publik adalah pemanfaatan yang strategis terhadap sumber daya yang ada untuk memecahkan masalah-masalah publik atau pemerintah. Dalam kenyataannyakebijakan tersebuttelah banyakmembantu parapelaksana pada tingkatbirokrasipemerintahmaupunpara politisiuntukmemecahkan masalah- masalah publik. Selanjutnya dikatakan bahwa kebijakan publik merupakansuatubentukintervensi yangdilakukansecaraterusmenerusoleh pemerintah demi kepentingan kelompok yang kurang beruntung dalam masyarakat agar merekadapathidup,danikutberpartisipasidalampembangunan secaraluas.
MenurutHeglodalamAbidin(2004:21) kebijakanadalahsuatutindakan yang bermaksud untuk mencapai suatu tujuan tujuan tertentu. Defenisi Haglo ini
selanjutnya diuraikan oleh Charles O. Jones (1977) dalam kaitannya dengan beberapa isi kebijakan publiik yang terdiri Kompenen-kompenen sebegai berikut:
1. Goals atau tujuan yang diinginkan
2. Plans atau Proposal, yaitu pengertian yang spesisfik untuk mencapai tujuan
3. Program, yaitu upaya yang berwenang untuk mencapai tujuan
4. Decision atau keputusan, yaitu tindakan-tindakan untuk menentukan tujuan, membuat rencana, melaksanakan dan mengevaluasi program
5. Efek, yaitu akibat-akibat yang ditimbulkan dari program.
MenurutWilliam Dunn(2008:23),tahap–tahapkebijakanpublikadalah sebagai berikut:
1. Penyusunan Agenda (Agenda Setting)
Kelompok masyarakat seperti partai politik, organisasi masyarakat, serikat, ataukelompoklainnyaakanmenyuarakanisumerekakepadapemerintah.Isu yang disampaikan akan bersaing untuk dapat masuk ke dalamagenda kebijakan.
2. Formulasi Kebijakan (Policy Formulation)
Isuyangtelahmasukkedalam agendakebijakandandibahasolehpara pembuat kebijakan akan didefenisikan untuk dicari pemecahan masalah terbaik.
Pemecahanmasalahtersebutberasaldariberbagaialternatifyangada. Dalam tahap perumusan kebikan masing-masing alternatif bersaing untuk menyelesaikan masalah.
3. Adopsi Kebijakan (Policy Adoption)
Dari sekian banyak alternatif kebijakan yang ditawarkan oleh para perumuskebijakan,padaakhirnyasalahsatu alternatifkebijakantersebutdiadopsi dengandukungandarimayoritaslegislatif,konsensusantaradirekturlembaga atau keputusan peradilan
4. Implementasi Kebijkan (Policy Implemention)
Kebijakanyangsudahdiadopsikemudiandirangkum melaluiprogram – program yangharusdiimplementasikan, yaknidilaksanakanolehbadan administrasimaupunagenpemerintahdi tingkatbawah.Kebijakanyangtelah diambil akan dilaksanakan oleh unit – unit administrasi yang memobilisasikan sumber daya finansial dan sumber daya manusia.
5. Evaluasi Kebijakan (Policy Evaluation)
Pada tahap ini kebijakan yang telah dijalankan akan dinilai atau dievaluasi untuk melihat sejauh mana kebijakan yang telah mampu memecahkan masalah. Kebijakan publik yang pada dasarnya dibuat untuk meraih dampak yang diinginkan.Dalam halinimemperbaikimasalahyangdihadapimasyarakat.Oleh karena itu, ditentukanlah ukuran – ukuran atau kriteria – kriteria yang menjadi dasar untuk menilai apakah kebijakan publik telah meraih dampak yang diinginkan.
Berdasarkan pengertian para ahli dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kebijakan publik adalah serangkaian konsep dan asas yang menjadi dasar rencana yang akan dilakukan pemerintah dalam mengatasi persoalan yang ada di masyarakat maupun persoalan negara dengan hubungan yang mengikat. Jadi,
kebijakan publik bersifat menyelesaikan masalah yang sudah nyata melalui proses yang ada.
2. Implementasi
Pressman dan Wildavsky (dalam Tangkilisan, 2003:17),implementasidiartikansebagaiinteraksiantara penyusunantujuan dengan sarana-sarana tindakan dalam mencapai tujuan tersebut, atau kemampuan untukmenghubungkandalamhubungankausalantarayangdiinginkandengan cara untuk mencapainya.Implementasi mengatur kegiatan-kegiatan yang mengarahpada penempatansuatuprogramkedalamtujuankebijakanyang diinginkan.
DefinisilaintentangimplementasidiberikanolehLineberry (dalamPutra 2003:81)yaknitindakan-tindakanyang dilaksanakanolehpemerintahdanswasta baiksecaraindividudankelompokyang diarahkanpadapencapaiantujuandan sasaranyangmenjadi prioritas dalam keputusan kebijakan.
Menurut Mazmanian dan Sabatier dalam Wahab (2004:68) yang dimaksud dengan implementasi adalah pelaksanaan keputusan kebijaksanaan dasar,biasanya dalambentukundang-undang,namundapatpulaberbentuk perintah- perintah atau keputusan-keputusan eksekutifyangpenting atau keputusan badan peradilan.Lazimnya, keputusan tersebut mengidentifikasikan masalahyang ingindiatasi,menyebutkansecarategastujuan/sasaranyang ingindicapai,dan berbagaicara untukmenstrukturkan/mengatur prosesimplementasinya.Prosesini berlangsung setelahmelaluisejumlahtahapantertentu,biasanyadiawalidengan tahapan pengesahan undang-undang, kemudian output kebijaksanaan dalam
bentukpelaksanaankeputusanolehbadan(instansi) pelaksanaan, kesediaan dilaksanakannyakeputusan-keputusan tersebutoleh kelompok-kelompoksasaran, dampak nyata, baik yang dikehendaki atau yang tidak, dari output tersebut,
dampakkeputusansebagaidipersepsikanolehbadan-badanyang mengambil keputusan, dan akhirnya perbaikan-perbaikan penting (atau upaya untuk melakukanperbaikan-perbaikan) terhadapundang-undang/peraturanyang bersangkutan.
3. Implementasi Kebijakan
Dalam penjelasan mengenai kebijakan publik di atas, beberapa ahli menyatakan bahwa kebijakan publik merupakan tindakan pemerintah untuk mencapai tujuan tentu. Maka untuk mencapai tujuan tersebeut, sudah disusun rencana atau proses yang terkait dengan pencapaian tujuan tersebut. Pada saat kebijakan sudah dibuat maka kebijakan haruslah dilaksanakan atau diterapkan.
Pelaksanaan kebijakan tersebutlah yang di katakana implementasi kebijakan.
ImplementasiKebijakanpadaprinsipnyaadalahcaraagar sebuah kebijakan dapattercapaitujuannya.Tidak lebih dan tidak kurang untuk mengimplementasikankebijakanpublik,makaada dua pilihanlangkahyangada, yaitu langsung mengimplementasikan dalam bentuk program-program atau melaluiformulasikebijakanderivate atauturunandarikebijakanpubliktersebut. (Riant Nugroho. 2003:158).
Menurut Wibawa(1994), implementasikebijakan merupakan pengejahwantahankeputusan mengenaikebijakanyang mendasar, biasanya tertuang dalamsuatuUndang-Undang namunjugadapatberbentukinstruksi
instruksieksekutifyangpenting ataukeputusan perundangan.Idealnyakeputusan- keputusantersebutmenjelaskanmasalah-masalahyang hendakditangani, menentukan tujuan yang hendak dicapai dan dalam berbagai cara
“menggambarkanstruktur” prosesimplementasitersebut.Tujuanimplementasi kebijakan adalah untukmenetapkan arah agartujuan kebijakan publik dapat direalisasikansebagai hasil dari kegiatan pemerintah.
4. Model - Model Implementasi Kebijakan
Implementasimerupakan suatu prosesmengubah gagasanatau program menjaditindakandanbagaimana kemungkinancara menjalankanperubahan tersebut.
Untukmenganalisis bagaimanaproses implementasi kebijakan itu berlangsung secaraefektif,makadapatdilihatdariberbagaimodelimplementasi kebijakan.
1. Model yang dikembangkan oleh George C.Edward III
MenurutGeorgeEdwardsIII adaempatfaktoryang mempengaruhi proses implementasi kebijakan, antaralain (Winarno, 2002:125)
a. Komunikasi
Secaraumum,Edwardsmembahastigahalpenting dalamkomunikasi, yaknitransmisi, konsistensidan kejelasan (clarity). Transmisiadalah keputusan- keputusankebijakandanperintah-perintahtelahditeruskankepada personilyang tepat.
Kejelasan adalah perintah-perintah yang akan dilaksanakan tersebut haruslah jelas misalkan melalui petunjuk-petunjuk pelaksanaan. Konsistensi adalah perintah-perintahtersebutharusjelasdan tidak bertentangan dengan para pelaksana kebijakanagarproses implementasi dapat berjalan lebihefektif.
b. Sumber-sumber
Perintah-perintahimplementasimungkin diteruskan secaracermat, jelas dankonsisten,tetapijika para pelaksanakekurangansumber-sumberyang diperlukanuntukmelaksanakankebijakan-kebijakan,maka implementasiinipun cenderungtidakefektif. Dengan demikian, sumber-sumber dapat menjadi faktor yang penting dalam melaksanakan kebijakan publik. Sumber-sumber yang penting meliputi staff yang memadai serta keahlian-keahlian yang baik untuk melaksanakan tugas-tugas mereka, wewenang dan fasilitas-fasilitas yang diperlukan untuk menterjemahkan usul-usul di atas kertas guna pelaksakan pelayanan publik.
c. Kecenderungan
Kecenderungan dari para pelaksana kebijakan merupakan faktor ketiga yang mempunyai konsekuensi-konsekuensi penting bagi implementasi kebijakan yang efektif jika para pelaksana bersikap baik terhadap suatu kebijakan tertentu, dalam hal ini berarti adanya dukungan, kemungkinan besar mereka melaksanakan kebijakan sebagaimana yang diinginkan oleh para pembuat keputusan di awal.
Demikian pula sebaliknya, bila tingkah laku-tingkah laku atau perspektif- perspektif para pelaksana berbeda dengan para pembuat keputusan, maka proses pelaksanaan suatu kebijakan menjadi semakin sulit. Dalam beberapa kasus, karena sifat dari kebijakan serta sifat dari sistem pengadilan, seringkali suatu kebijakan dilaksanakan oleh yurisdiksi yang lain. Hal ini berakibat pada semakin terbukanya
interpretasi terhadap kebijakan yang dimaksud dan bila hal ini benar-benar terjadi maka akan berakibat pada semakin sulitnya implementasi kebijakan, sebab interpretasi yang terlalau bebas terhadap kebijakan akan semakin mempersulit implementasi yang efektif dan besar kemungkinan implementasi yang dijalankan menyimpang dari tujuan awalnya.Olehkarenaparapelaksanamemegang peranpenting dalamimplementasikebijakanpublik,makausaha-usaha
untukmemperbaiki kecenderungan-
kecenderunganmerekamenjadipenting.Salahsatuhalyang dapat dilakukan adalah denganmemberikan insentif.
d. Struktur Birokrasi
MenurutEdwards,adadua karakteristikutama daribirokrasi,yakni prosedur- prosedur kerjaukuran-ukurandasaratauseringdisebutsebagaiStandard OperatingProcedure(SOP)berkembang sebagaitanggapaninternalterhadap
waktuyang terbatasdansumber-sumberdariparapelaksanasertakeinginanuntuk keseragamandalambekerjasamanyaorganisasi-organisasiyang kompleksdan tersebarluas.Fragmentasiadalahtekanan-tekanandiluar unit-unitbirokrasi, sepertikomite-komite legislative,kelompok-kelompokkepentingan,pejabat- pejabateksekutif, konstitusiNegaradan sifatkebijakanyang mempengaruhi organisasi birokrasi-birokrasi pemerintah.
2. Model yang dikembangkan oleh Van Meter dan Van Horn, yang disebut sebagai model proses implementasi kebijakan
Meter danHorndalamteorinya iniberanjakdarisuatuargumenbahwa perbedaan-perbedaan dalamproses implementasiakan dipengaruhioleh sifat kebijakanyang akandilaksanakan.Selanjutnyamerekamenawarkan suatu pendekatanyang mencobauntukmenghubungkanantaraisukebijakandengan implementasi dan suatumodel konseptualyangmempertalikan kebijakandengan prestasikerja.Kedua ahliinimenegaskanpulapendiriannya bahwa perubahan, kontroldankepatuhanbertindakmerupakankonsep-konseppenting dalam prosedur- prosedurimplementasi.
Menurut Van Meter dan Van Horn dalam (Subarsono.2005:99) menyatakanbahwaadaenam variabelyangmempengaruhikinerjaimplementasi yakni :
a. Standard dan Sasaran Kebijakan
Standard dan sasaran kebijakan harus jelas dan terukur sehingga dapat direalisasikan. Apabila standard dan sasaran kebijakan kabur, maka akan terjadi multiinterpretasidan mudahmenimbulkankonflikdiantaraparaagen implementasi.
b. Sumber daya
Implementasikebijakanperludukungansumberdaya,baiksumber daya manusiamaupun sumberdayanon manusia.
c. Komunikasi antarorganisasi dan penguatanaktivitas
Dalamimplementasiprogramperlu dukungandan koordinasidengan instansilain.Untukituperlukoordinasidankerjasamaantarainstansi bagi keberhasilansuatuprogram.
d. KarakteristikAgenPelaksana
Agenpelaksana mancakupstrukturbirokrasi,StandardOperating Procedure(SOP),norma-norma,danpola-polahubunganyang terjadi
dalambirokrasi,yang semuanyaakanmempengaruhiimplementasisuatu program.
e. Kondisi sosial, ekonomi dan politik
Variabelinimencakupsumberdayaekonomi,lingkunganyang dapat mendukung keberhasilanimplementasikebijakan,sejauhmanakelompok- kelompok kepentingandapat memberikan dukungan bagi implementasi kebijakan,karakteristikpara partisipan,yaknimendukungataumenolak, bagaimanasifat opini publik yangadadi lingkungan, dan apakah elit politik mendukungimplementasi kebijakan.
f. DisposisiImplementor
Disposisi implementor ini mencakup tiga (3) hal, yakni:a)respon implementor terhadap kebijakan yang akan dipengaruhi kemauannya untukmelaksanakankebijakan,b) kognisi,yaknipemahamannyaterhadap kebijakan,danc)intensitasdisposisiimplementor, yakniprefansinilai yangdimiliki oleh implementor.
Variabel-variabel kebijakan bersangkut paut dengan tujuan-tujuan yang telahdigariskan dansumber-sumberyangtersedia.Pusatperhatianpada badan-badan pelaksanameliputibaik organisasiformalmaupun informal, sedangkankomunikasiantara organisasiterkaitbeserta kegiatan-kegiatan pelaksanaannyamencakupantarahubungandidalamlingkungansistempolitik dan dengan para pelaksana mengantarkan kita pada pemahaman mengenai
orientasidarimerekayang mengoperasionalkanprogramdilapangan ( Subarsono,2005:99).
Model implementasi Van Meter dan Van Horn inilah yangakan digunakan penulis di lapangan untukmenganalisi ImplementasiUndang-Undang No. 11 tahun 2016 Tentang Tax Amnesty dalam Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak Periode I di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Barat.
5. Definisi Pajak
Defenisi pajak menurut Rochmat Soemitro mengatakan, Pajak adalah iuran rakyat,pada negara berdasarkan undang-undang yang dapat dipaksakan dengan tidak mendapat jasa timbal balik,yang langsung dapat ditunjukan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum (Mardiasmo,2011:1).
Menurut N.J.Feldman, Pajak adalah prestasi yang dipaksakan oleh sepihak dan terutang kepada pengusaha oleh pihak yang terutang kepada pengusaha (menurut norma-norma yang ditetapkan secara umum),tanpa adanya kontraprestasi dan semata-mata digunakan untuk menutup pengeluaran- pengeluaran umum (Resmi,2008:2).
Menurut P. J. A. Andriani, Pajak adalah iuran masyarakat kepada Negara (yang dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan umum (undang-undang) dengan tidak mendapat prestasi kembali yang langsung dapat ditunjuk dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaranpengeluaran umum berhubung tugas Negara untuk menyelenggarakan pemerintahan (Waluyo, 2009:2)
a. Fungsi Pajak
Terdapat dua fungsi pajak, yaitu :
1. FungsiBudgetair, adalah pajak berfungsi salah satu sumber penerimaan Negara untuk membiayai pengeluaran baik rutin maupun pembangunan Negara.
2. FungsiReglured, adalah sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan pemerintah dalam bidang social dan ekonomi serta mencapai tujuan- tujuan tertentu diluar bidang keuangan (Resmi,2008:3).
b. Wajib Pajak
Wajib pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayaran pajak, pomotongan pajak dan pemungutan pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
(Pasal 1 ayat 2 UU KUP)
c. Jenis Pajak
Penggolongan pajak berdasarkan lembaga pemungutannya di Indonesia dapat dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu Pajak Pusat dan Pajak Daerah.
1. Pajak Pusat adalah pajak-pajak yang dikelola oleh Pemerintah Pusat yang dalam hal ini sebagian besar dikelola oleh Direktorat Jenderal Pajak - Kementerian keuangan.
2. Pajak Daerah adalah pajak-pajak yang dikelola oleh Pemerintah Daerah baik di tingkat Propinsi maupun Kabupaten/Kota.
6. Pengampunan Pajak (Tax Amnesty)
Pengampunan Pajak adalah penghapusan pajak yang seharusnya terutang, tidak dikenai sanksi administrasi perpajakan dan sanksi pidana di bidang perpajakan, dengan cara mengungkap Harta dan membayar Uang Tebusan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Pengampunan Pajak. (Pasa 1 ayat 2 UU No. 11 tahun 2016)
Dalam pelaksanaanya Pengampunan pajak memiliki kebijakan yang dibagi dalam beberapa priode. Sesuai dengan pasal 10 ayat (1) UU No. 11 tahun 2016 Pengampunan pajak dibagi menjadi tiga (3) priode yaitu :
1. 2% (dua persen) untuk periode penyampaian Surat Pernyataan terhitung sejak Undang-Undang Pengampunan Pajak berlaku sampai dengan tanggal 30 September 20 16;
2. 3% (tiga persen) untuk periode penyampaian Surat Pernyataan terhitung sejak tanggal 1 Oktober 20 16 sampai dengan tanggal 31 Desember 2016; dan
3. 5% (lima persen) untuk periode penyampaian Surat Pernyataan terhitung sejak tanggal 1 Januari 2017 sampai dengan tanggal 31 Maret 2017.
Dalam Undang-Undang No. 11 Tahun 2016 Pengampunan Pajak, Tax Amnesty mempunyai tujuan yang ingin dicapai, yaitu:
1. Meningkatkan penerimaan pajak dalam jangka pendek.
2. Menambah jumlah wajib pajak.
3. Memanfaatkan dana yang tidak terpakai.
4. Langkah awal kebijakan rezim baru untuk menerapkan sanksi yang lebih besar.
5. mempercepat pertumbuhan dan restrukturisasi ekonomi melalui pengalihan Harta, yang antara lain akan berdampak terhadap peningkatan likuiditas domestik, perbaikan nilai tukar Rupiah, penurunan suku bunga, dan peningkatan investasi;
6. mendorong reformasi perpajakan menuju sistem perpajakan yang lebih berkeadilan serta perluasan basis data perpajakan yang lebih valid, komprehensif, dan terintegrasi; dan
7. meningkatkan penerimaan pajak, yang antara lain akan digunakan untuk pembiayaan pembangunan.
Pengampunan Pajak atau Tax Amnesty tetap berpegang teguh berdasarkan asas:
1. kepastian hukum, yaitu pelaksanaan Pengampunan Pajak harus dapat mewujudkan ketertiban dalam masyarakat melalui jaminan kepastian hukum.
2. keadilan, yaitu pelaksanaan Pengampunan Pajak menjunjung tinggi keseimbangan hak dan kewajiban dari setiap pihak yang terlibat.
3. kemanfaatan, yaitu seluruh pengaturan kebijakan Pengampunan Pajak bermanfaat bagi kepentingan negara, bangsa, dan masyarakat, khususnya dalam memajukan kesejahteraan umum.
4. kepentingan nasional, yaitu pelaksanaan Pengampunan Pajak mengutamakan kepentingan bangsa, negara, dan masyarakat di atas
kepentingan lainnya.
Yang dapat memanfaatkan kebijakan amnesti pajak adalah:
1. Wajib Pajak Orang Pribadi 2. Wajib Pajak Badan
3. Wajib Pajak yang bergerak di bidang Usaha Mikro Kecil dan Menengan (UMKM)
4. Orang Pribadi atau Badan yang belum menjadi Wajib Pajak
Manfaat Amnesty Pajak yang akan didapat oleh Wajib Pajak yang mengikuti program Amnesti Pajak antara lain:
• penghapusan pajak terutang yang belum diterbitkan ketetapan pajak, tidak dikenai sanksi administrasi perpajakan, dan tidak dikenai sanksi pidana di bidang perpajakan, untuk kewajiban perpajakan dalam masa pajak, bagian Tahun Pajak, dan Tahun Pajak, sampai dengan akhir Tahun Pajak Terakhir yang berkaitan dengan kewajiban perpajakan PPh dan PPN atau PPnBM.
• penghapusan sanksi administrasi perpajakan berupa bunga, atau denda, untuk kewajiban perpajakan dalam masa pajak, bagian Tahun Pajak, dan Tahun Pajak, sampai dengan akhir Tahun Pajak Terakhir yang berkaitan dengan kewajiban perpajakan PPh dan PPN atau PPnBM.
• tidak dilakukan pemeriksaan pajak, pemeriksaan bukti permulaan, dan penyidikan Tindak Pidana di Bidang Perpajakan, atas kewajiban perpajakan dalam masa pajak, bagian Tahun Pajak, dan Tahun Pajak, sampai dengan akhir Tahun Pajak Terakhir yang berkaitan dengan kewajiban perpajakan PPh dan PPN atau PPnBM.
• penghentian pemeriksaan pajak, pemeriksaan bukti permulaan, dan penyidikan Tindak Pidana di Bidang Perpajakan, dalam hal Wajib Pajak sedang dilakukan pemeriksaan pajak, pemeriksaan bukti permulaan, dan penyidikan Tindak Pidana di Bidang Perpajakan atas kewajiban perpajakan, sampai dengan akhir Tahun Pajak Terakhir yang berkaitan dengan kewajiban perpajakan PPh dan PPN atau PPnBM.
Program tax amnesty tahun ini dan seterusnya dihrapkan sangat membantu upaya pemerintah memperbaiki kondisi perekonomian, pembangunan dan mengurangi pengangguran, mengurangi kemiskinan serta memperbaiki ketimpangan.
F. Defenisi Konsep
Konsep adalah istilah dan defenisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak mengenai kejadian, kelompok atau individu yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial (Singarimbun,1993:33). Berdasarkan kerangka teori yang telah diuraikan, maka penulis mengemukakan defenisi dari beberapa konsep yang digunakan :
1. Implementasi kebijakan adalah serangkaian prosespenerapan ataupun pelaksanaan suatu kebijakan yang telah dipahami secara mendalam melalui proses pembahasan bersama yang diinterpretasikan ke dalam bentuk perintah, program ataupun tertuang dalamsuatuUndang-undang namunjugadapatberbentukinstruksi instruksieksekutifyangpenting ataukeputusan
2. Implementasi Undang-Undang No.11 tahun 2016 tentang Pengampunan Pajak adalah penghapusan pajak yang seharusnya terutang, tidak dikenai sanksi administrasi perpajakan dan sanksi pidana di bidang perpajakan, dengan cara mengungkap Harta dan membayar Uang Tebusan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Pengampunan Pajak. Implementasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah ImplementasiUndang-Undang No. 11 tahun 2016 Tentang Tax Amnesty Dalam Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak Periode I di Kantor
Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Barat yang diukur dengan 6 (enam) variabel yaitu:
a. standard dan sasaran kebijakan e. kondisi sosial, ekonomi dan politik
b. sumber daya f. disposisi implementor
c. komunikasi
d. karakteristik agen pelaksana
G. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan yang disusun dalam rangka memaparkan keseluruhan hasil penelitian ini secara singkat dapat diketahui sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Padababiniberisilatarbelakang masalah, perumusanmasalah, tujuan dan manfaat penelitian, kerangka teori, defenisi konsep, serta sistematika penulisan skripsi.
BAB II METODE PENELITIAN
Pada bab ini memuat bentuk penelitian, lokasi penelitian, informan penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data.
BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
Babinimembahasgambaranumum ataukarakteristiklokasi penelitian yang mencakup, visi danmisi, tugas dan fungsi, serta struktur organisasi.
BAB IV PENYAJIAN DATA
Bab ini memuat hasil penelitian yang diperoleh dari lapangan dan dokumentasi dan data tertulis.
BABV ANALISISDATA
Pada bab ini memuat pembahasan daninterpretasidaridata-data yang disajikan pada bab sebelumnya.
BAB VI PENUTUP
Pada bab ini berisi kesimpulan dan saran yang diperoleh dari hasil penelitian.
BAB II
METODE PENELITIAN
A. Bentuk Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitan ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Metode deskriptif memusatkan perhatian terhadap masalah-masalah atau fenomena yang ada pada saat penelitan dilakukan atau bersifat aktual, kemudian menggambarkan fakta-fakta tentang masalah yang diselidiki sebagaimana adanya diiringi dengan rasional yang akurat.
Menurut Zuriah (2006:47), penelitian dengan menggunakan metode deskriptif adalah penelitian yang diarahkan untuk memberikan gejala-gejala, fakta-fakta atau kejadian-kejadian secara akurat dan sistematis mengenai sifat- sifat populasi dan daerah tertentu. Dalam penelitian deskriptif cenderung tidak perlu mencari atau menerangkan saling berhubungan dan menguji hipotesis.
Menurut Bogdan dan Taylor (Meleong, 2007:3) penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengatahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan terhadap manusia dalam kawasan sendiri dan
berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan dalam peristilahnya.
Berdasarkan pemahaman tersebut, penelitian ini menggambarkan fakta- fakta dan menjelaskan bagaimana implementasi Undang-Undang No. 11 tahun 2016 Tax Amnesty terhadap Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak.
B. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Barat di Jalan Asrama No. 7A, Sei Sikambing C II, Medan Helvetia.
C. Informan Penelitian
Penelitian kualitatif tidak dimaksudkan untuk membahas generalisasi dari hasil penelitiannya. Oleh karena itu, pada penelitian kualitatif tidak dikenal adanya populasi dan sampel. Subjek penelitian yang telah tercermin dalam fokus penelitian ditentukan dengan sengaja, subjek penelitian ini menjadi informan yang akan memberikan berbagai informasi yang diperlukan.
Dalam informasi ini, penulis menggunakan informan kunci (key informan) dan informan utama. Informan kunci adalah mereka yang mengetahui dan memiliki berbagai informasi pokok yang diperlukan dalam penelitian, sedangkan informan utama adalah mereka yang terlibat langsung dalam interaksi sosial yang sedang diteliti, serta informan tambahan adalah mereka yang dapat memberikan informasi walaupun tidak langsung terlibat dalam interaksi sosial yang di teliti.
Berdasarkan uraian di atas peneliti menggunakan informan penelitian sebagai berikut:
1. Informan Kunci adalah Kepala Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Barat, Kepala Seksi Pelayanan KPP Medan Barat, dan Pegawai Ekstensifikasi KPP Medan Barat.
2. Informan Tambahan adalah Masyarakat yang mengikuti progam Tax Amnesty.
D. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik pungumpulan data dengan dua cara yaitu:
1. Teknik Pengumpulan Data Primer, yaitu teknik pengumpulan data yang diperoleh melalui kegiatan penelitian secara langsung ke lokasi penelitian untuk mencari data yang lengkap dan berkaitan dengan masalah yang diteliti.
Teknik pengumpulan data primer ini dilakukan dengan cara:
a. Metode Observasi, yaitu dengan mengadakan pengamatan langsung terhadap objek penelitian, dan selanjutnya mengadakan pencatatan terhadap gejala-gejala yang ditemukan dilapangan.
b. Metode Wawancara, yaitu kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh data yang lengkap dan mendalam dari para informan.
Pengumpulan data dilakukan melalui pertanyaan secara lisan kepada informan secara sistematis dan terorganisasi, yang dilakukan oleh peneliti sehubung dengan masalah yang diteliti.
2. Teknik pengumpulan data sekunder, yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui studi pustaka untuk mendukung data primer. Adapun bentuk pengumpulan data sekunder yang dilakukan adalah:
a. Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data dengan menggunakan catatan atau foto-foto dan rekaman video yang ada di lokasi penelitian serta sumber-sumber lain yang relevan dengan objek penelitian.
b. studi kepustakaan adalah teknik pengumpulan data dengan menggunakan berbagai literatur seperti buku, karya ilmiah dan lainnya yang berkenaan dengan penelitian ini.
E. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data kualitatif yaitu menguraikan serta menginterpretasikan data yang diperoleh dilapangan dari para informan kunci (key informan). Teknik analisis data ini didasarkan pada kemampuan nalar dalam menghubungkan fakta, data dan informasi, kemudian data yang diperoleh akan dianalisis sehingga diharapkan muncul gambaran yang dapat mengungkapkan permasalahan penelitian dan kemudian dapat menarik kesimpulan.
analisis terdiri dari tiga tahapan kegiatan yang terjadi secara bersamaan, yaitu:
a. Reduksi Data, diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstakan dan transformasi data “kasar” yang muncul dari catatan-catatan tertulis dilapangan.
b. Penyajian Data; penyajian-penyajian yang lebih baik merupakan suatu cara yang utama bagi analisis kualitatif yang valid, yang meliputi: berbagai jenis matrik, grafik, jaringan dan bagan. Semuanya dirancang guna menggabungkan informasi yang tersusun dalam suatu bentuk yang padu dan mudah diraih.
c. Menarik kesimpulan; penarikan kesimpulan menurut Miles dan Huberman hanyalah sebagian dari satu kegiatan konfigurasi yang utuh. Kesimpulan- kesimpulan juga diverifikasi selama penelitian berlangsung.
BAB III
DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
A. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pratama Medan Barat
Pada tahun 1976, Kantor Pelayanan Pajak Pratama masih disebut Kantor Inspeksi Pajak (Karikpa). Pada saat itu masih ada dua Kantor Inspeksi Pajak yaitu Kantor Inspeksi Pajak Medan Selatan dan Kantor Inspeksi Pajak Medan Utara.
Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan No. 276/KMK/01/1989 tanggal 25 Maret 1989 tentang Organisasi dan Tata Usaha Direktorat Jendral Pajak, maka Kantor Inspeksi Pajak diubah namanya menjadi Kantor Pelayanan Pajak sehingga sejak April 1989 Kantor Inspeksi Pajak Medan Utara diganti namanya menjadi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Utara.
Kemmudian pada tanggal 29 Maret 1994 dikeluarkan Keputusan Menteri Keuangan No. 94/KMK/1994. Terhitung sejak tanggal 1 April 1994, Kantor Pelayanan Pajak di Medan dipecah menjadi 4 Kantor Pelayanan Pajak, yaitu :
1. Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat yang beralamatn di jalan Sukamulia no. 17-a Medan
2. Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur di jalan Diponegoro no. 30 Medan 3. Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara di jalan Asrama no. 7 Medan 4. Kantor Pelayanan Pajak Binjai di jalan Asrama no. 7 Medan
Kemudian sesuai dengan surat Keputusan Menteri Keuangan No.
443/KMK/01/2001 tanggal 23 Juli 2001, Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat dipecah menjadi dua yaitu Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Medan Barat dan Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Medan Polonia, yang berlaku sejak tanggal 25 Januari 2002.
Mulai 1 Juni 2006, Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Medan Barat berpindah alamat ke jalan Asrama no. 7-A Medan. Kemudian sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan No. 123/PKM/01/2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertical Direktorat Jenderal Pajak (DJP) sebagaimana telah diubah dengan Pertauran Menteri Keuangan no. 67/PMK.CI/2008, tanggal 27 Mei 2008 Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Medan Barat diubah menjadi Pratama dan dipecah menjadi dua yaitu Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Medan Barat dan Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Petisah. KPP Pratama Medan Barta merupakan Wilayah Direktorat Jendral Pajak (DJP) Sumatera Utara I.
Dua wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat adalah Kecamatan Medan Barat yang terdiri dari 6 kelurahan, yaitu :
1. Kelurahan Glugur Kota 2. Kelurahan Kesawan
3. Kelurahan Pulo Barayan Kota
4. Kelurahan Karang Berombak 5. Kelurahan Sei Agul
6. Kelurahan Silalas
Tabel 1.3 Wilayah Kerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat
Waskon I Glugur Kota
Waskon II Kesawan
Waskon III Pulo Brayan
Karang Brombak
Waskon IV Sei Agul
Silalas
B. Visi dan Misi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat 1. Visi
Adapun visi dari Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat adalah menjadi pelayan masyarakat yang profesional dengan kinerja yang baik dan dapat dipercayai untuk meningkatkan penerimaan negara dari sektor pajak di lingkungan kantor wilayah DJP Sumatera bagian Utara .
2. Misi
Adapun yang menjadi Misi dari Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat adalah sebagai berikut :
a. Bidang Fiskal
Mengembangkan kebijakan fiskal yang sehat dan berkelanjutan serta mengelola kekayaan dan utang negara secara hati - hati (prudent), bertanggung jawab dan trasparan.
b. Bidang Ekonomi
Mengatasi masalah-masalah ekonomi serta proaktif senantiasa mengambil peran strategis dalam upaya membangun ekonomi
bangsa yang mampu mengantarkan bangsa Indonesia menuju masyarakat yang dicita-citakan konstitusi.
c. Bidang Politik
Mendorong proses demokrasi fiskal dan ekonomi d. Bidang Sosial dan Budaya
Mengembangkan masyarakat finansial yang berbudaya dan modern
e. Bidang Kelembagaan
Memeperbaharui diri (self reinventing) sesuai dengan aspirasi masyarakat dan perkembangan mutakhir teknologi keuangan serta administrasi publik, serta pembenahan pembangunan kelembagaan dibidang keuangan yang baik dan kuat yang akan memberikan dukungan dan pedoman pelaksana yang rasional dan adil, dengan didukung oleh pelaksana yang potensial dan mempunyai integritas yang tinggi.
C. Nilai – nilai Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat
Untuk mencapai Visi dan Misi diatas maka Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat perlu menganut nilai – nilai sebagai Berikut :
1. Integritas
Yaitu berpikir, berkata, berprilaku, dan bertindak dengan baikdan benar serta memegang teguh kode etik dan prinsip – prinsip moral.
Bersikap jujur, tulus, dan dapat dipercaya, serta menjaga martabat dan tidak melakukan hal – hal tercela.
2. Profesionalisme
Yaitu bekerja tuntas dan akurat atas dasar kpmpetensi terbaik dengan penuh tanggung jawab dan komitmen yang tinggi, mempunyai keahlian dan pengatahuan yang luas dan bekerja dengan hati
3. Sinergi
Yaitu membangun dan memastikan hubungan kerjasama internal yang produktif serta kemitraan yang harmonis dengan para pemangku kepentingan, untuk menghasilkan karya yang bermanfaat dan berkualitas, memiliki sangka baik, saling percaya dan menghormati, serta menemukan dan melaksanakan solusi terbaik.
4. Pelayanan
Yaitu memberikan layanan yang memenuhi kepuasan pemangku kepentingan yang dilakukan dengan sepenuh hati, transparan, cepat, akurat, dan aman, melayani dengan berorientasi pada kepuasan pemangku kepentingan serta bersikap produktif dan cepat tanggap.
5. Kesempurnaan
Yaitu senantiasa melakukan upaya perbaikan di segala bidang untuk menjadi dan memberikan yang terbaik, melakukan perbaikan terus menerus serta mengembangkan inovasi dan kreatifitas
D. Tugas Umum dan Fungsi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat
Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat mempunyai tugas melaksanakan penyuluhan , pelayanan, pengawasan Wajib Pajak dibidang pajak penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai ( PPN ) , Pajak Penjualan Barang Mewah (PPnBM) , serta Pajak Tidak Langsung lainnya dalam wilayah wewenangnya berdasarkan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku dalam melaksanakan tugasnya.
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat menyelenggarakan fungsi : 1. Pengumpulan, pencarian, dan pengolahan data, pengamatan potensi
perpajakan, penyajian informasi perpajakan, pendataan objek dan subjek pajak.
2. Penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan
3. Pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan , penerimaan dan pengolahan Surat Pemberitahuan, serta pemberitahuan surat lainnya.
4. Penyuluhan Perpajakan
5. Pelaksanaan Registrasi Wajib Pajak 6. Pelaksanaan Ekstensifikasi
7. Penatausahaan kepatuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak 8. Pelaksanaan Pemeriksaan Pajak
9. Pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan wajib pajak 10. Pelaksanaan Konsultasi Perpajakan
11. Pelaksanaan Intensifikasi 12. Pembetulan Ketetapan Pajak 13. Pelaksanaan administrasi kantor
E. Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat
Struktur organisasi adalah suatu rangkaian yang mewujudkan pola tetap dari hubungan - hubungan diantara bidang kerja, namun orang mewujudkan kedudukan, wewenang dan tanggung jawab dalam sistem kerjasama.
Struktur organisasi yang digunakan Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Barat adalah struktur organisasi lini dan staf, yang dipimpin oleh seseorang Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jendral Pajak Sumatera Utara, dan seluruh pegawai tetapnya adalah Pegawai Negeri Sipil dibawah naungan Departemen Keuangan Negara Republik Indonesia.
Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Barat dikepalai oleh seorang Kepala Kantor Pelayanan Pajak Pratama yang terdiri atas Sub Bagian Umum dan beberapa seksi yang dipimpin oleh masing-masing seorang kepala seksi.
Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Barat terdiri dari 11 (sebelas) seksi, diantaranya Sub Bagian Umum dan kelompok Jabatan Fungsional.
Adapun bidang-bidang atau struktur organisasi yang ada di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Barat antara lain sebagai berikut:
1. Sub Bagian Umum
2. Seksi Pengolahan Data dan Informasi(PDI)
3. Seksi Pelayanan
4. Seksi Penagihan
5. Seksi Pemeriksaan dan Kepatuhan Internal( RIKI)
6. Seksi Ekstensifikasi Perpajakan\
7. Seksi Pengawasan dan Konsultasi I
9. Seksi Pengawasan dan Konsultasi III
10. Seksi Pengawasan dan Konsultasi IV
11. Seksi Fungsional
Saat ini di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat tercatat ada sekitar 76 orang pegawai yang terdaftar. Dibawah ini terdapat rincian mengenai jumlah pegawai disetiap unit pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat.
Tabel 2.3 Jumlah Pegawai KPP Pratama Medan Berat
No Unit Jumlah Pegawai
(orang )
1 Sub Bagian Umum 8
2 Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI) 6
3 Seksi Pelayanan 11
4 Seksi Pemeriksaan dan Kepatuhan Internal 4
5 Seksi Penagihan 5
6 Seksi Ekstensifiksi Perpajakan 5
7 Seksi Pengawasan dan Konsultasi I 6
8 Seksi Pengawasan dan Konsultasi II 7
9 Seksi Pengawasan dan Konsultasi III 7
10 Seksi Pengawasan dan Konsultasi IV 7
11 Seksi Fungsional 10
Jumlah 76 orang
Sumber:Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat 2016
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat ini dikepalai oleh seorang Kepala Kantor yang membawahi 11 seksi. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat terletak di jalan Asrama No. 7 A , Medan . KPP Pratama Medan Barat dipimpin oleh seorang Kepala Kantor yang mempunyai tugas
mengkoordinasi penyusunan rencana kerja KPP , mengkoordinasikan penyusunan rencana penerimaan pajak berdasarkan potensi yang ada dan mengkoordinasikan segala hal yang bersangkutan dengan rencana kerja yang telah ditargetkan oleh Kanwil yang bersangkutan Kepala Kantor tersebut membawahi 11 seksi,
F. Deskripsi Aktifitas Kerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat Tugas dan fungsi masing-masing akan diuraikan dalam setiap seksi, dimana Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat mempunyai tugas pokok yaitu melaksanakan kegiatan operasional pelayanan perpajakan di bidang pajak penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Pertambahan Nilai Atas Barang Mewah (PPnBM), Pajak Tidak Langsung lainnya dalam daerah wewenangnya, berdasarkan kebijaksanaan teknis yang ditetapkan oleh Direktorat Jendral Pajak.
Untuk dapat melaksanakan tugas pokok dan funsi sesuai Keputusan Menteri Keuangan Nomor 94/KMK.01/1994 tanggal 29 Maret 1994, maka pembagian tugas dan wewenang masing - masing seksi dalam struktur organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat adalah :
1. Kepala Kantor
Kepala Kantor KPP Pratama mempunyai tugas dan mengkoordinasi pelaksanaan penyuluhan, pelayanan, dan pengawasan wajib pajak di bidang pajak penghasilan , Pajak Pertambahan Nilai , Pajak Penjualan atas Barang Mewah dan Pajak Tidak Langsung lainnya berdasarkan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.
2. Sub Bagian Umum
Membantu dan menunjang kelancaran tugas kantor dan mengkoordinasikan tugas dan fungsi pelayanan kesekretariatan terutama dalam hal pengaturan perlengkapan . Adapun tugasnya adalah sebagai berikut :
a. Melakukan urusan tata usaha b. Melakukan urusan kepegawaian
c. Melakukan urusan dan perlengkapan rumah tangga
d. Melaksanakan pengurusan surat masuk KPP yang bukan WP e. Melaksanakan pengurusan surat keluar KPP
f. Melaksanakan pemrosesan berkas/arsip umum( non WP)
g. Melaksanakan penyusutan arsip yang tidak mempunyai nilai guna atau telah memenuhi jadwal retensi arsip
h. Mengelola penyelenggaraan penataan berkas kepegawaian (dosir) , surat atau dokumen di KPP untuk memudahkan penelusuran kembali.
i. Mengelola penyusunan rencana kinerja , revisi rencana kinerja pelaksana, serta evaluasi kinerja pelaksanaan di lingkungan KPP j. Mengelola penyusunan usulan surat keputusan penetapan jabatan dan
peringkat jabatan pelaksana di lingkungan KPP k. Menyetujui Konsep Surat Perjalanan Dinas ( SPD)
l. Menyelenggarakan sosialisasi /pelatihan teknis pada KPP m. Menyetujui konsep laporan barang inventaris kantor di KPP
n. Mengelola penyiapan kebutuhan rapat atau pertemuan dinas kantor untuk menunjang kelancaran pelaksanaan tugas.
o. Menyusun konsep tindak lanjut LHP dari instansi pengawasan fungsioanal
p. Membimbing pegawai untuk meningkatkan efesiensi , produktivitas , dan profesionalitas di Sub Bagian Umum.
3. Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI)
Mempunyai tugas melakukan pengumpulan, pencarian, dan pengolahan data, penyajian informasi perpajakan, perekaman dokumen perpajakan, urusan tata usaha, penerimaan perpajakan, pelayanan dukungan teknis komputer, pemantauan aplikasi e-SPT dan e-Filling serta penyampaian laporan kinerja.
4. Seksi Pelayanan
Mempunyai tugas melakukan penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan, pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan dan pengolahan Surat Pemberitahuan, serta surat lainnya, penyuluhan perpajakan, pelaksanaan registrasi perpajakan Wajib Pajak, menyusun konsep tanggapan atas permasalahan dari Wajib Pajak, serta melakukan kerjasama perpajakan.
5. Seksi Penagihan
Mempunyai tugas melakukan urusan penatausahaan piutang pajak, penundaan angsuran dan tunggakan pajak, penagihan aktif, usulan penghapusan piutang pajak, serta penyimpanan dokumen - dokumen penagihan.
6. Seksi Pemeriksaan
Mempunyai tugas melakukan penyusunan rencana pemeriksaan,
Surat Perintah Pemeriksaan Pajak serta pemeriksaan administrasi perpajakan lainnya.
7. Seksi Ekstensifikasi Perpajakan
Mempunyai tugas melakukan tugas pengamatan potensi perpajakan, pendataan objek pajak dan subjek pajak, pembentukan dan pemuktakhiran basis data nilai objek pajak dalam menunjang ekstensifikasi.
8. Seksi Pengawasan dan Konsultasi
Masing - masing mempunyai tugas pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak, bimbingan/himbauan kepada Wajib Pajak dan konsultasi teknis perpajakan, penyusunan profil Wajib Pajak, melakukan rekonsiliasi data Wajib Pajak dalam rangka melakukan intensifikasi, usulan pembetulan ketetapan pajak, dan melakukan evaluasi hasil banding.
9. Seksi Jabatan Fungsional
Kelompok jabatan fungsional mempunyai tugas melakukan kegiatan sesuai dengan jabatan fungsional masing-masing berdasarkan peraturan perundang - undangan yang berlaku:
a. Kelompok jabatan fungsional terdiri dari sejumlah jabatan fungsional yang terbagi dalam berbagai kelompok sesuai dengan bidang keahlian.
b. Setiap kelompok tersebut dikoordinasikan oleh pejabat fungsional senior yang ditunjuk oleh Kepala Kantor Wilayah dan Kepala Kantor Pelayanan Pajak yang bersangkutan.
c. Jumlah jabatan fungsional tersebut ditentukan berdasrkan kebutuhan dan beban kerja.
d. Jenis dan jenjang jabatan diatur sesuai dengan peraturan perundang- undangan yang berlaku.
BAB IV PENYAJIAN DATA
Pada bab ini penulis akan menyajikan data-data hasil penelitian yang diperoleh melalui wawancara sesuai masalah yang dikaji peneliti dari indikator- indikator yang digunakan dengan mengatur, mengurutkan dan mengelompokkan data-data atau informasi yang telah didapatkan selama penelitian di lapangan sehingga diperoleh temuan, baik temuan formal maupun temuan substansif yang dapat menjawab fokus atau masalah penelitian.
Melalui penelitian ini maka diperoleh data hasil wawancara yang terdapat kaitannya dengan Implementasi Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2016 Tentang Tax Amnesty Dalam Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak Periode I di Kantor
Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Barat yang dapat dilihat dari model
A. Karakteristik Informan
Penyajian data karakteristik informan bertujuan untuk mengidentifikasi ciri-ciri khusus yang dimiliki informan, sehingga memudahkan penulis dalam mengadakan analisis penelitian. Karekteristik informasi dapat dilihat di bawah ini:
1. Identitas Informan Kunci
Informasi kunci adalah mereka yang mengetahui dan memiliki berbagai informasi pokok yang diperlukan dalam penelitian. Dalam penelitian ini yang menjadi informan kunci adalah Bapak M.IDRIS SIREGAR selaku Acount Receptentativ dan Petugas Tax Amnesty.
2. Identitas Informan Tambahan
Informan Tambahan adalah mereka yang dapat memberikan informasi walaupun tidak langsung terlibat dalam interaksi sosial yang di teliti.
Informan Tambahan pada penelitian ini adalah Masyarakat yang mengikuti Tax Amnesty.
B. Penyajian Data Primer Implementasi Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2016 Tentang Tax Amnesty Dalam Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak Periode I di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Barat
1. Hasil Wawancara
Penelitian dilakukan di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Barat. Dalam pengumpulan data yang diperlukan untuk menjawab permasalahan penelitian, ada beberapa tahap yang dilakukan peneliti, yang pertama peneliti diawali dengan pengumpulan dokumen tertulis pada Kantor Pelayan Pajak (KPP)
Pratama Medan Barat terkait data yang bersangkutan. Kedua, peneliti melakukan observasi dengan melihat kondisi dan keadaan Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Barat. Ketiga, peneliti melakukan wawancara kepada informan kunci sebanyak 1 orang yaitu Bapak M.Idris Siregar bagian Acount Recepentatif (A.R) yang juga bertugas sebagai Pelaksana Tax Amnesty dan wawancara kepada Informan tambahan sebanyak 2 orang yaitu Masyarakat.
Tipe wawancara yang dipilih peneliti yaitu wawancara terstruktur dimana sebelum memulai wawancara terlebih dahulu peneliti menyusun draf pertanyaan yang hendak diajukan. Pertanyaan-pertanyaan yang disusun jelas berhubungan dengan Implementasi Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2016 Tentang Tax Amnesty Dalam meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak Periode I di Kantor
Pelayana Pajak (KPP) Pratama Medan Barat. Namun didalam prosesnya peneliti tidak menutup kemungkinan akan munculnya pertanyaan-pertanyaan baru yang dapat menggali informasi lebih dalam dari para informan.
Adapun indikator-indikator yang digunakan untuk menganalisis Implementasi Kebijakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
a. Standar dan Sasaran Kebijakan
Pada dasarnya suatu kebijakan diformulasikan dengan maksud untuk mencapai tujuan dan sasaran tertentu. Standard dan sasaran kebijakan harus jelas dan terukur sehingga dapat direalisasikan. Apabila standard dan sasaran kebijakan
kabur, maka akan terjadi multiinterpretasidan
mudahmenimbulkankonflikdiantaraparaagen implementasi.
Hasil Wawancara penelitian dengan informan terkait variabel standart dan
M.Idris selaku AR KPP Medan Barat, dengan pertanyaan yaitu : Pada implementasi kebijakan Tax Amnesty yang dilaksanakan apa yang menjadi sasaran dari program tersebut?
Beliau menjawab:
“kebijakan ini pada dasarnya untuk mengumpulkan dana tebusan pengampunan pajak yang sebesar-besarnya bagi pemasukan negara serta untuk menambah biaya/dana APBN. Ya kita tahu bahwa yang menjadi dasar sasaran kebijakan ini adalah dana-dana para pengusaha yang terparkir di luar negri sana, namun yang menjadi sasaran pada program ini di Periode I di masing-masing KPP adalah Wajib Pajak yang sudah terdaftar tetapi tidak melaporkan pajaknya yang sebenarnya”( Hasil wawancara tanggal 25 januari 2016)
Berdasarkan jawaban bapak idris diatas, dapat penulis pahami bahwa yang menjadi sasaran ialah WP yang memiliki kekayaan namun berada diluar negeri dan WP yang sudah terdaftar, kemudian penulis bertanya kepada bapak M Idris Siregar dengan pertanyaan yaitu : Apakah KPP Medan Barat memiliki standart kebijakan dalam pelaksanaan program Tax Amnesty?
Beliau menjawab:
“standart dan prosedur penyelenggaraan program Tax Amnesty ini berdasarkan peratuaran UU No.11 Tahun 2016 tentang Tax Amnesty.”
( hasil wawancara tanggal 25 januari 2016)
Berdasarkan jawaban dari bapak M Idris diatas, dapat penulis pahami bahwa standart dan prosedur menyesuaikan dengan UU Tax Amnesty dan petunjuk pelaksanaan dan teknis itu dari UU itu sendiri, kemudian penulis bertanya mengenai target program Tax Amnesty di KPP Medan Barat kepada bapak M Idris dengan pertanyaan yaitu : Apakah KPP Medan Barat memiliki targetan dalam pelaksanaan program Tax Amnesty khususnya pada periode I?
Apakah targetan itu sudah tercapai?
Beliau menjawab:
“untuk targetan Tax Amnesty pada KPP Medan Barat tidak ada targetan khusus, karena pada dasarnya targetan program Tax Amnesty ini diglobalkan kepada kanwil DJP Sumut I dan lebih globalnya lagi tetap kepada target nasional Tax Amnesty sesuai yang ingin dicapai yaitu sebesar 165 triliun.” ( hasil wawancara tanggal 25 januari 2016)
Berdasarkan jawaban dari bapak M Idris diatas, dapat diketahui bahwa untuk KPP tidak memiliki target tersendiri, melainkan target yang sudah ditetapkan Kanwil DJP Sumut 1. Selanjutnya penulis bertanya kepada Bapak M Afif selaku Wajib Pajak KPP Medan Barat (informan tambahan) seputar standart dan sasaran kebijakan, pertanyaan pertama kepada bapak Afif yaitu : menurut bapak siapa saja yang menjadi sasaran dari program Tax Amnesty ?
Beliau menjawab:
“sasaran program Tax Amnesty yang saya tahu wajib pajak yang sudah terdaftar tapi masih punya hutang pajak dan yang belum terdaftar, kalau untuk periode pertama ini mungkin itu” (Hasil wawancara tanggal 27 januari 2016)
Berdasarkan jawaban dari bapak M.Afif diatas dapat dipahami, bahwa yang menjadi sasaaran program Tax Amnesty ialah Wajib Pajak dan masyarakat yang belum menjadi Wajib Pajak, kemudian penulis bertanya kepada bapak M Afif dengan pertanyaan yaitu: menurut bapak bagaimana dengan standart kebijakan pelaksanaan program Tax Amnesty ?
“saya rasa standart pelaksanaannya terkesan terburu-buru ya, karena untuk periode pertama dengan pengampunan pajak yang tinggi waktunya terlalu cepat, sementara banyak wajib pajak yang belum memehami, seperti sayalah.” (Hasil wawancara tanggal 27 januari 2016)
Berdasarkan jawaban bapak M.Afif diatas dapat dipahami bahwa standart kebijakan pelaksanaannya tidak mempertimbangkan kesiapan dari masyarakat sebagai sasaran dari program tersebut.
b. Sumber Daya
Sumber daya, yaitu menunjuk setiap kebijakan harus didukung oleh sumber daya yang memadai, baik sumber daya manusia maupun sumber daya non manusia/finansial. Berikut ini merupakan kriteria sumber daya yang dibutuhkan dalam proses Implementasi Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2016 Tentang Tax Amnesty Dalam Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak Periode I di Kantor
Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Barat. Argumen pertama mengenai sumber daya penulis dapatkan dari bapak M Idris Siregar dengan pertanyaan yaitu: Bagaimana kualitas tenaga kerja atau pegawai KPP Medan Barat dalam melaksanakan program Tax Amnesty? apakah ada pelatihan sebelumnya?
Beliau menjawab:
“Sumber daya manusia yang dimiliki oleh KPP Pratama Medan Barat sudah cukup memadai dan mampu melaksanakan kebijakan tersebut sesuai dengan tugas pokok dan fungsi yang ada. kalau bicara kualitas tenaga kerja di KPP Pratama Medan Barat sudah dari awal kita dipersiapkan menjadi petugas penerima dan pelayanan program Tax Amnesty. Pelatihan-pelatihan tentang program Tax Amnesty ini juga sudah dilakukan sebelumnya dengan pedoman dari peraturan UU No.11 Tahun 2016 tentang Tax Amnesty. Jadi bisa dikatakan bahwa sebelum kami melakukan sosialisasi atau melaunchingkan program ini, kami sudah dipersiapkan terlebih dahulu.”(Hasil wawancara tanggal 25 januari 2016)
Berdasarkan jawaban dari bapak Idris diatas, dapat diketahui bahwa kualitas dari pegawai yang ada sudah sangat baik, telah dilakukan berbagai persiapan terhadap pegawai sebelum program dilaksanakan. Kemudian penulis bertanya kepada bapak M Idris Siregar dengan pertanyaan: Apakah sumber daya dari segi financial/dana sangat mempengaruhi pelaksanaan program Tax Amnesty