BAB IV HASIL PENELITIAN
4.2 Penyajian Data
Memulai suatu usaha pastilah selalu diawali dengan adanya ide-ide. Dari sekian banyak ide yang muncul maka dipilih/ diputuskan satu ide yang memiliki prospek yang lebih menguntungkan untuk kedepannya. Setelah ide ditetapkan maka seorang wirausaha akan mengembangkan rencana usaha tersebut dan mengimplementasikannya kedalam bentuk kerja nyata dengan tetap melakukan pengendalian/ control agar usaha tetap berjalan dengan baik.
Pada bagian penyajian data ini, penulis akan menyajikan data-data yang penulis peroleh dari hasil penelitian di lapangan (observasi) dan wawancara kepada 3 orang informan. 1 informan kunci yaitu pemilik usaha dan 2 informan utama yaitu karyawan (suami dan anak), untuk mendapatkan data yang penulis butuhkan yang kemudian dijabarkan penulis dalam bentuk narasi. Berikut data dari informan dalam penelitian ini.
Tabel 4.2 identitas Informan
Nama Jabatan
Tingkat Pendidikan
Umur Status
Marianam Hutagaol Pemilik Usaha S1 49 tahun Informan Kunci Efendi Gurning Karyawan
(suami pemilik usaha)
STM 51 tahun Informan Utama Rony Gurning Karyawan
(anak pemilik usaha)
STM 19 tahun Informan Utama Sumber: UD. Siganupari, 2014
Informan penelitian ini sengaja penulis ambil untuk membantu dalam mencari informasi yang dibutuhakan penulis untuk melengkapi data yang dibutuhkan penulis. Ibu Marianam Hutagaol sebagai informan kunci karena ibu Marianam Hutagaol merupakan pemilik usaha UD. Siganupari yang sudah pasti mengetahui seluruh seluk-beluk yang terjadi dalam usahanya. Penulis memilih karyawan sebagai informan utama yaitu Bapak Efendi Gurning dan Rony Gurning (suami dan anak pemilik usaha) karena merekalah yang membantu langsung pemilik usaha dalam mengoperasikan seluruh kegiatan yang ada dalam usaha tersebut.
4.2.1 Hasil Wawancara
UD. Siganupari merupakan usaha yang memperdagangkan pupuk. Usaha ini terletak di Dusun III Tanjung Pasir Kecamatan Tanah Jawa Kabupaten Simalungun. Usaha pupuk ini menjadi usaha yang sangat menjanjikan karena lokasinya yang strategis, dimana Sumber Daya Alam (SDA) sangat melimpah. Usaha ini di kelilingi oleh areal persawahan dan terletak tepat di pinggir jalan sehingga memudahkan para petani untuk mengetahui keberadaan usaha pupuk ini. Dari posisi usaha ini, petani akan sangat diuntungkan dimana dapat mengurangi biaya transportasi karena UD. Siganupari dekat dengan sawah para petani. Di daerah ini selain petani padi, ada juga petani sawit, petani jagung dan petani sayuran. Melihat kondisi ini, UD. Siganupari juga menyediakan berbagai jenis bibit pertanian untuk memenuhi kebutuhan pertanian yang ada di daerah tersebut diantaranya ada bibit jagung, bibit sayuran dan bibit padi. Untuk medukung pertanian ini UD. Siganupari juga menyediakan berbagai jenis pestisida dan alat- alat pertanian.
Produk-produk pupuk yang di jual UD. Siganupari berkualitas baik. Tetapi jika dilihat dari kandungannya, kandungan pupuk non subsidi lebih baik dan harganyapun jauh lebih mahal dari pupuk subsidi. Dari segi cakupan pendistribusian pupuk subsidi dan non subsidipun berbeda. Cakupan pupuk subsidi lebih sempit dibandingkan cakupan distribusi pupuk non subsidi karena pupuk subsidi dibatasi oleh pemerintah dalam pendistribusiannya yaitu terbatas pada wilayah-wilayah tertentu. Seperti pupuk subsidi hanya boleh disalurkan pada satu kecamatan saja yaitu kecamatan tanah jawa (sesuai RDKK). Sedangkan pupuk non subsidi bebas disalurkan kemana saja. Produk-produk yang di jual UD. Siganupari tidak dipromosikan karena barang tersebut telah lebih dahulu dipromosikan oleh perusahaan-perusahaan yang memproduksinya. Sehingga produk tersebut sudah dikenal oleh masyarakat tanpa harus dipromosikan lagi. Tetapi UD. Siganupari melakukan promosi usaha yang dilakukan melalui pembuatan plakat didepan kios agar mudah diketahui oleh masyarakat dan pembuatan kalender setiap tahunnya untuk dibagikan kepada pelanggan.
Dalam roda perekonomian, harga tidak bisa dipastikan dapat selalu stabil. Demikian juga dengan harga-harga pupuk pasti akan mengalami kenaikan maupun penurunan harga. Dalam menyikapi situasi ini UD.Siganupari selalu menyesuaian harga dengan situasi yang ada. Apabila terjadi kenaikan harga pupuk, maka UD. Siganupari juga akan ikut menaikan harga pupuk yang dijual tetapi tetap memperhatikan harga pasaran pupuk yang ada di daerah Tanah Jawa. kenaikan harga ini sering terjadi apabila terjadi kekosongan barang. Artinya, kios- kios sulit mendapatkan pasokan barang yang bisa terjadi akibat kelangkaan barang (pupuk). Kalaupun barangnya ada, kios pupuk harus membeli barang tersebut
dengan harga yang lebih tinggi. Hal inilah yang paling sering mengakibatkan naiknya harga pupuk khususnya pupuk subsidi. Sehingga kios-kios pupuk terkadang mengalami kekosongan barang akibat kelangkaan pupuk subsidi, namun UD. Siganupari memiliki cara untuk dapat mengatasi masalah ini, yaitu dengan membuat stok barang di gudang sebagai langkah pencegahan apabila terjadi kelangkaan pupuk subsidi.
Sebuah usaha tidak akan dapat berjalan dengan baik tanpa didukung dengan Sumber Daya Manusia (SDM) yang baik pula. UD. Siganupari merupakan usaha keluarga yang dimana dalam menjalankan bisnisnya masih menggunakan aggota keluarga yaitu suami dan anak sebagai pekerja atau karyawan. Karyawan tersebut telah memiliki kemampuan (skill) yang berkompeten dibidangnya.
Dimana karyawan sudah mengetahui jenis-jenis dan tata letak dari produk yang dijual sehingga pelayanan dapat dilakukan dengan cepat apabila ada pembeli. Selain itu, karyawan juga telah mengetahui harga dari setiap produk dan mengetahui rumah maupun letak sawah/ladang dari pelanggan-pelanggannya sehingga memudahkan untuk melakukan penghantaran barang sampai ketujuan.
Bisnis erat kaitannya dengan modal. Modal merupakan organ vital yang harus dimilik sebelum memulai suatu usaha. Untuk kelangsungan UD.Siganupari, selain menggunakan modal sendiri pemilik usaha juga melakukan pinjaman ke Bank untuk menambah modal usaha dimana setiap bulannya pemilik usaha harus membayar kredit ke Bank. Dalam sistem keuangan, UD. Siganupari masih menggunakan sistem pembukuan yang sederhana/manual dan belum menggunakan teknologi.
Pelayanan yang baik merupakan kunci sukses utama sebuah usaha. Hal ini juga dilakukan oleh UD. Sganupari dalam menjalankan usahaya yaitu melayani pelanggan dengan ramah dan menyuguhkan teh/ air minum kepada pelanggan sembari menunggu pesanan pupuknya selesai diproses (dicampur), membagikan kalender setiap tahunnya kepada pelanggan dan memberikan kaos-kaos dari produk obat-batan (pestisida) kepada pelanggan. Selain itu, UD. Siganupari juga memberikan pelayanan konsultasi pertanian bagi para petani yaitu memberikan resep dengan menyesuaikan dosis terhadap usia tanaman dan luas lahan para petani agar hasil produksi gabah petani meningkat. Hal ini dilakukan pengusaha/ pemilik usaha berdasarkan pengalaman yang didapat oleh pengusaha selama menggeluti usahanya di bidang pertanian.
Dalam kegiatan operasionalnya, karyawan bekerja sesuai dengan permintaan pelanggan. Apabila pupuk yang telah dipesan oleh pelanggan diminta untuk dicampurkan maka pekerja akan mencampurnya kemudian dikemas kembali didalam karung dan diantar ke tempat tujuan sehingga petani tinggal hanya menaburkan pupuk tersebut ke sawah atau ladangnya. Adapun kendala- kendala yang dihadapi oleh UD.Siganupari dalam melakukan proses operasinalnya adalah transportasi yang belum memadai karena masih hanya menggunakan roda tiga (becak) dan roda dua (sepeda motor). Sehingga apabila pesanan dalam jumlah yang banyak, maka proses penghantaran tidak dapat dilakukan dengan cepat karena belum memiliki mobil pick up untuk mengangkutnya. Apabila diantar dengan menggunakan becak, maka akan banyak memakan waktu karena perlu proses pelangsiran beberapa kali untuk
menghantarkan pesanan tersebut sampai ke tujuan. Kendala lain yaitu apabila terjadi ban kempes, bensin habis, jarak tempuh yang terlalu jauh dan jalan rusak.
Bisnis tidak dapat berjalan sendiri tanpa adanya mitra usaha/partner. Adapun yang menjadi mitra usaha UD. Siganupari adalah:
1. Bermitra dengan distributor yaitu CV. Jaya Bersama di Tanah Jawa untuk memperoleh pupuk subsidi seperti NPK Phonska, ZA, SP 36, organik.
2. Bermitra dengan distributor yaitu UD. Garuda di Pematangsiantar untuk memperoleh pupuk subsidi seperti Urea.
3. Bermitra dengan Bintang Petani Jaya (BPJ) di Tanah Jawa untuk memperoleh pupuk non subsidi antara lain SS Merauke, SS Mahkota, TSP Mahkota, TSP merauke, NPK Mutiara, KCL, TSM, garam kotor, dolomit. 4. Untuk memperoleh Pestisida bekerjasama dengan perusahaan Bayer,
Sygenta, Nufam, Dupon, Petro Kimia, dll.
UD.Siganupari jika ditinjau dari aspek persaingannya, sampai saat ini belum ada muncul pesaing baru di daerah ini. Kios ini merupakan kios pupuk satu- satunya di Tanjung Pasir dan berada cukup jauh dari para pesaing sejenisnya sekitar 2 km. Adapun pesaing sejenisnya antara lain, ada tiga yaitu UD. Nunut, UD. Miduk, dan BPJ (Bintang Petani Jaya) yang terletak di pekan Tanah Jawa. Dalam menghadapi pesaing-pesaingnya UD. Siganupari tetap melakukan pelayanan terbaik (ramah) untuk menarik simpati pelanggan. Dalam proses penjualan setiap produk tidak pernah terjadi adanya tawar-menawar pembeli. Kalaupun hal itu terjadi hanya beberapa kali saja sehingga bisa dikatakan jarang terjadi. Masyarakat yang didominasi oleh petani mengakibatkan tingginya
permintaan masyarakat akan pupuk didukung lagi dengan daya beli masyarakat juga tinggi. Didaerah ini tidak hanya ada petani padi tetapi ada juga petani sawit, petani jagung dan petani sayuran. Keanekaragaman petani yang ada di daerah ini semakin mendukung keberadaan kois pupuk UD. Siganupari. Untuk memenuhi kebutuhan petani akan pupuk, UD. Siganupari harus memasok pupuk dari distributornya. Dimana dalam memasok pupuk non subsidi terjadi daya tawar- menawar pemasok karena pupuk non subsidi dipegang oleh swasta. Sedangkan pupuk subsidi tidak terjadi daya tawar-menawar pemasok karena harga sudah ditentukan oleh pemerintah. Adapun cara yang dapat dilakukan untuk memasok pupuk adalah melalui mitra kerja. Khusus pasokan pupuk subsidi disesuaikan dengan RDKK dari kelompok tani kemudian kios melakukan penebusan kepada distributor yang telah diunjuk oleh pemerintah. Sedangakan pupuk non subsidi dapat dipasok dari mitra-mitra usaha lainnya salah satunya dari Bintang Petani Jaya (BPJ) yang ada di pekan Tanah Jawa. Pupuk-pupuk ini juga memiliki subtitusi yang dapat digunakan apabila petani tidak memiliki cukup uang untuk membeli pupuk buatan pabrikan dari kios-kios pupuk yaitu dengan memanfaatkan pupuk alam seperti pupuk organik, kompos/ pupuk kandang yang dapat diolah sendiri oleh petani melalui sisa-sisa tumbuhan yang dibusukkan maupun kotoran hewan tenak. Sehingga petani tidak perlu mengeluarkan uang banyak untuk membeli pupuk buatan pabrikan.