• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

B. Penyajian Data

Penyajian data bertujuan agar data dapat terorganisasikan, tersusun dalam pola hubungan, sehingga akan semakin mudah dipahami. Penyajian data dengan menggunakan teks yang bersifat naratif merupakan salah satu bentuk yang paling sering digunakan dalam penelitian kualitatif.

c. Penarikan Kesimpulan atau Verifikasi

Kesimpulan dalam penelitian kualitatif merupakan temuan yang berupa deskripsi atau gambaran suatu obyek, dapat berupa perbandingan berbagai kategori dan dapat berupa hubungan kausal, interaktif dan hubungan struktural (hubungan jalur, memuat variabel intervening satu atau lebih). Dalam penelitian ini, kegiatan penarikan kesimpulan meliputi kegiatan diskusi untuk memberikan sedikit pemahaman terkait PISA, kemudian kegiatan tes merancang soal berstandar PISA pada materi pola bilangan dan terakhir wawancara yang dilakukan sebagai

upaya untuk memperdalam data serta salah satu cara untung melakukan triangulasi data.

Dalam penarikan kesimpulan, deskripsi data yang telah diperoleh kemudian dibandingkan dan ditarik hubungannya dengan dengan tabel kriteria kemampuan berpikir kreatif dalam merancang soal berstandar PISA, yang ditinjau dari indikator kefasihan, fleksibilitas dan orisinalitas. Kemampuan kreativitas subyek mahasiswa akan dianalisis per indikator meliputi kefasihan, fleksibilitas dan orisinalitas. Setiap indikator akan diberi skor 0, 1, 2, 3, 4, 5 sesuai dengan kriteria dengan jawaban yang diberikan subyek. Kriteria penilaian kemampuan berpikir kreatif ditinjau dari kefasihan, fleksibilitas, dan orisinalitas merupakan hasil modifikasi dari Bosch (dalam Moma, 2015). Perbedaan terdapat pada keterangan di masing-masing skor. Berikut merupakan kriteria kemampuan berpikir kreatif yang peneliti gunakan:

Tabel 3.7 Kriteria Penilaian Kemampuan Berpikir Kreatif dalam Merancang Masalah Ditinjau dari Indikator Kefasihan, Fleksibilitas

dan Orisinalitas Aspek yang

diukur Respon Subyek terhadap soal atau masalah Skor Kefasihan Tidak merancang satupun masalah. 0

Merancang sebuah masalah tetapi tidak sesuai dengan syarat yang ada. Atau merancang sebuah masalah tetapi tidak memiliki penyelesaian.

1

Merancang lebih dari satu masalah yang memiliki penyelesaian namun ada mak1salah

yang tidak memenuhi persyaratan yang diberikan.

Merancang lebih dari satu masalah yang sesuai dengan syarat yang diberikan namun penyelesaian yang diberikan kurang tepat.

3

Merancang lebih dari satu masalah yang sesuai dengan syarat yang diberikan dan memiliki penyelesaian yang sesuai.

4

Fleksibilitas Tidak menuliskan penyelesaian dari masalah yang dirancang.

0 Menuliskan jawaban hanya satu cara tetapi memberikan jawaban salah dari masalah yang dirancang.

1

Menuliskan jawaban dengan satu cara, proses dan hasil perhitungan benar, atau memberikan jawaban dengan beberapa cara dalam konteks atau bentuk serupa dan hasil perhitungan benar dari masalah yang dirancang.

2

Menuliskan jawaban lebih dari satu cara yang berbeda tetapi hasilnya ada yang salah karena terdapat kekeliruan dalam proses perhitungan dari masalah yang dirancang.

3

Menuliskan jawaban lebih dari satu cara yang berbeda, proses perhitungan dan hasilnya benar dari masalah yang dirancang.

4

Orisinalitas Tidak merancang satupun masalah atau menuliskan ulang masalah contoh yang diberikan.

0

Merancang masalah yang hampir sama (konsep matematika yang diterapkan sama, hanya mengubah pola bilangan yang termuat pada contoh dengan masalah yang telah diberikan.

1

Merancang masalah dengan memodifikasi masalah contoh yang diberikan namun tidak memenuhi syarat yang diberikan.

2

Merancang masalah yang berbeda dengan masalah contoh yang diberikan, tetapi tidak memenuhi syarat yang diberikan atau merancang masalah dengan memodifikasi masalah contoh yang diberikan dan memenuhi syarat yang diberikan.

Merancang masalah yang berbeda dengan masalah contoh yang diberikan dan memenuhi syarat yang diberikan.

4

Setelah mengetahui skor total yang diperoleh subyek melalui tabel diatas, selanjutnya untuk mengetahui tingkat kemampuan berpikir kreatif, peneliti membandingkan skor total yang diperoleh oleh subyek dengan skor maksimum kemampuan berpikir kreatif subyek. Secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut:

𝐾𝐡𝐾 =π‘†π‘˜π‘ 

𝑆𝑑 Γ— 100% Keterangan:

𝐾𝐡𝐾 : kemampuan Berpikir Kreatif

π‘†π‘˜π‘  : skor kreativitas yang subyek peroleh

𝑆𝑑 : total skor maksimal untuk setiap indikator

100% : bilangan persen tetap

Berdasarkan hasil analisis tersebut, kemudian dihitung ketercapaian subyek dengan kategori sebagai berikut:

Tabel 3.8 Kategori Indikator Kreativitas Interval (%) Tingkat Kreativitas 86 βˆ’ 100 Sangat Tinggi 76 βˆ’ 85 Tinggi 60 βˆ’ 75 Cukup 55 βˆ’ 59 Rendah < 54 Sangat Rendah

Purwanto (2009:103)

K. Keabsahan Data

Keabsahan suatu data dapat ditetapkan dengan teknik pemeriksaan. Menurut Moleong (2012), triangulasi data adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data tersebut. Pada penelitian ini peneliti memeriksa kembali data yang telah diperoleh (data hasil tes menyelesaikan dan tes merancang soal berstandar PISA pada materi pola bilangan) dengan membandingkan hasil tes menyelesaikan dan hasil tes merancang dengan hasil wawancara dengan subyek.

L. Prosedur Pelaksanaan Penelitian Secara Keseluruhan 1. Tahap eksplorasi dan penentuan masalah

Pada tahap ini peneliti menentukan topik penelitian yaitu analisis tingkat kemampuan berpikir kreatif mahasiswa pendidikan matematika semester 6 dalam menyelesaikan dan merancang soal PISA dalam materi pola bilangan. Kemudian peneliti menyusun latar belakang masalah yang berisi alasan mengapa peneliti memilih topik tersebut, hasil-hasil penelitian yang menunjukkan bahwa masalah tersebut benar adanya., batasan masalah yang akan diteliti, rumusan masalah serta tujuan dari penelitian yang akan dilakukan. Selanjutnya, peneliti menentukan subyek penelitian. Sesuai dengan judul penelitian, maka subyek dalam penelitian ini adalah mahasiswa pedidikan matematika semester 6.

2. Tahap pembuatan proposal

Penyusunan proposal yang terdiri atas bab I hingga bab III dilakukan sebelum penelitian dilaksanakan. Proposal penelitian ini berisi rancangan secara garis besar alur penelitian yang akan dilaksanakan. Dalam proses penyusunannya, peneliti berkonsultasi dengan dosen pembimbing.

3. Tahap pelaksanaan penelitian

Pelaksanaan penelitian diawali dengan perkenalan serta penyesuaian waktu temu. Hal tersebut dikarenakan kegiatan penelitian dilangsungkan di luar jam perkuliahan. Setelah itu penelitian dilanjutkan dengan pelaksanaan Tes I yaitu tes menyelesaikan soal berstandar PISA pada materi Pola Bilangan. Tes diberikan kepada beberapa mahasiswa semester enam pendidikan matematika Universitas Sanata Dharma. Soal tes disusun berdasarkan karakteristik soal PISA dengan berbagai macam tingkatan level. Berdasarkan hasil pekerjaan mahasiswa, peneliti melanjutkan langkah berikutnya yaitu wawancara I. Wawancara I digunakan sebagai salah satu teknik pengambilan data untuk memperdalam data yang telah diperoleh dan juga sebagai salah satu langkah validasi data hasil tes I. Tahap selanjutnya peneliti memberikan handout berisi ringkasan dan materi terkait PISA tahap ini berguna untuk menyamakan paham serta memberikan pengetahuan terkait PISA kepada mahasiswa. Setelah pemberian handout peneliti mengadakan kegiatan pembelajaran mandiri atau kegiatan diskusi bersama mahasiswa guna membahas handout yang telah diterima mahasiswa. kegiatan diskusi dilaksanakan sebanyak 1 kali pertemuan dengan

masing-masing pertemuan dilaksanakan selama kurang lebih 1 jam disesuaikan dengan kebutuhan mahasiswa. Setelah melalui tahap diskusi kemudian dilanjutkan dengan pemberian Tes II kepada mahasiswa. Tes II berisi perintah-perintah serta panduan bagi mahasiswa untuk merancang soal berstandar PISA pada materi Pola Bilangan. Setelah tes dilaksanakan, langkah berikutnya adalah wawancara kepada subyek penelitian dan terakhir adalah analisis hasil pekerjaan mahasiswa dan menarik kesimpulan. 4. Tahap penyusunan laporan penelitian

Setelah menarik kesimpulan, langkah terakhir dalam penelitian ini yaitu menyusun laporan penelitian yaitu skripsi.

116

HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini dibagi menjadi lima sub bab. Sub bab pertama berisi tentang pelaksanaan penelitian. Sub bab kedua berisi data hasil penelitian tingkat kemampuan berpikir kreatif dalam menyelesaikan soal berstandar PISA pada materi pola bilangan yang meliputi data uraian jawaban tes menyelesaikan soal berstandar PISA pada materi pola bilangan dan transkrip wawancara I serta berisi tentang data dan analisis data hasil penelitian tingkat kemampuan berpikir kreatif dalam merancang soal berstandar PISA pada materi pola bilangan. Sub bab ketiga berisi analisis data hasil penelitian tingkat kemampuan berpikir kreatif dalam menyelesaikan dan merancang soal berstandar PISA pada materi pola bilangan. Sub bab keempat berisi pembahasan terkait analisis tingkat kemampuan berpikir kreatif mahasiswa dalam menyelesaikan dan merancang soal berstandar PISA pada materi pola bilangan khususnya dalam baris dan deret aritmetika. Sub bab kelima berisi tentang keterbatasan penelitian.

A. Pelaksanaan Penelitian

Pada bab ini akan dipaparkan bagaimana langkah-langkah yang dilakukan peneliti dalam rangka mengumpulkan data hasil tes menyelesaikan dan merancang soal berstandar PISA pada materi pola bilangan terkhusus pada baris dan deret aritmetika untuk melihat kemampuan berpikir kreatif mahasiswa semester 6 pendidikan matematika Universitas Sanata Dharma.

Sebelum melakukan pengambilan data, peneliti terlebih dahulu membuat surat permohonan untuk mengadakan penelitian yang ditujukan kepada dosen pengampu mata kuliah pengajaran mikro dalam hal ini Prof. St. Suwarsono. Setelah itu peneliti diberi kesempatan oleh dosen untuk masuk ke dalam kelas guna menjelaskan langkah penelitian yang akan dilaksanakan. Prof St. Suwarsono menegaskan bahwa beliau memberi kesampatan kepada peneliti untuk masuk ke dalam kelas, namun tidak dapat mewajibkan mahasiswa kelasnya untuk menjadi subyek dalam penelitian yang akan dilaksanakan. Oleh sebab itu ketika subyek diberi kesempatan untuk masuk ke dalam kelas, peneliti juga bertanya ketersediaan mahasiswa untuk menjadi subyek dalam penelitian yang akan dilaksanakan. Terdapat 17 mahasiswa yang bersedia menjadi subyek dalam penelitian yang akan dilaksanakan, ke 17 mahasiswa tersebut merupakan keseluruhan mahasiswa yang hadir pada perkuliahan saat itu.

Langkah berikutnya yang dilakukan peneliti adalah merancang soal yang akan digunakan untuk melakukan tes menyelesaikan soal berstandar PISA pada materi pola bilangan, setelah itu peneliti juga merancang instrumen yang digunakan untuk tes merancang soal berstandar PISA pada materi pola bilangan. Peneliti juga merancang handout berisi tentang karakteristik PISA, dan sedikit tentang kreativitas. Handout ini digunakan peneliti ketika melakukan diskusi dengan subyek sebelum tes merancang dilaksanakan. Selain itu peneliti juga merancang instrumen wawancara untuk memperdalam data serta melakukan triangulasi data yang telah diperoleh dari tes

menyelesaikan soal berstandar PISA pada materi pola bilangan dan tes merancang soal berstandar PISA pada materi pola bilangan.

Langkah selanjutnya yaitu validasi pakar. Instrumen-instrumen yang telah dirancang sebelumnya yang meliputi instrumen tes menyelesaikan soal berstandar PISA pada materi pola bilangan, instrumen tes merancang soal berstandar PISA pada materi pola bilangan serta instrumen berupa pedoman wawancara semi terstruktur divalidasi oleh pakar dalam hal ini Bapak Febi Sanjaya, M.Sc. Validasi dilakukan untuk melihat apakah instrumen-instrumen yang telah dirancang dapat digunakan oleh peneliti untuk melihat kemampuan berpikir kreatif subyek. Selain itu validasi yang dilakukan juga untuk melihat apakah bahasa yang digunakan dalam soal dapat dipahami dengan mudah atau tidak.

Proses pengambilan data penelitian adalah sebanyak kurang lebih 6 kali pertemuan. Pertemuan pertama dilaksanakan untuk memperoleh data dari Tes menyelesaikan soal berstandar PISA pada materi pola bilangan. Pertemuan kedua merupakan wawancara dengan subyek terkait dengan tes menyelesaikan soal berstandar PISA pada materi pola bilangan. Pertemuan ketiga merupakan kegiatan diskusi tentang karakteristik PISA dan sedikit tentang kreativitas. Pertemuan keempat dan kelima merupakan pertemuan yang dilaksanakan untuk memperoleh data tes merancang soal berstandar PISA pada materi pola bilangan. Pertemuan keenam ialah wawancara kepada subyek terkait dengan tes merancang soal berstandar PISA pada materi pola bilangan.

Tabel 4.1. Jadwal Pelaksanaan Penelitian

No Hari, Tanggal Kegiatan

1 Rabu, 27 Maret 2019 Pelaksanaan Tes tertulis di Kampus III USD menyelesaikan soal berstandar PISA pada materi pola bilangan.

2 Jumat, 5 April 2019 Sabtu, 6 April 2019 Senin, 8 April 2019

Wawancara dengan subyek terkait hasil tes tertulis menyelesaikan soal berstandar PISA pada materi pola bilangan.

3 Rabu, 10 April 2019 Diskusi materi karakteristik PISA dan indikator kreativitas

4 Selasa, 23 April 2019 Pertemuan I: Tes merancang soal berstandar PISA pada materi pola bilangan

5 Rabu, 24 April 2019 Pertemuan II: Tes merancang soal berstandar PISA pada materi pola bilangan

6 Senin, 29 April 2019 Selasa, 30 April 2019

Wawancara dengan subyek terkait hasil tes merancang soal berstandar PISA pada materi pola bilangan.

Secara garis besar, proses tersebut dipaparkan seperti di bawah ini: 1. Tes Menyelesaikan Soal Berstandar PISA Pada Materi Pola Bilangan

Tes menyelesaikan soal berstandar PISA pada materi pola bilangan dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 27 Maret 2019. Penentuan waktu pengambilan data disesuaikan dengan ketersediaan subyek. Dari total 19 mahasiswa yang ada di kelas mikro tersebut terdapat 13 orang mahasiswa yang mengikuti tes ini. 2 orang mahasiswa berhalangan mengikuti tes karena mengikuti kelas tambahan, 1 orang mahasiswa berhalangan karena sakit, dan 3 lainnya tidak menjawab pesan yang peneliti sampaikan.

Tes menyelesaikan soal berstandar PISA pada materi pola bilangan dilaksanakan selama 100 menit. Waktu tersebut diberikan dengan pertimbangan agar subyek dapat memberikan lebih dari 1 cara

penyelesaian. Soal-soal yang terdapat dalan tes ini merupakan soal uraian yang dapat diselesaikan dalam beberapa cara. Tes menyelesaikan soal berstandar PISA pada materi pola bilangan ini dilaksanakan untuk melihat kemampuan berpikir kreatif mahasiswa dalam menyelesaikan masalah tersebut. Tes menyelesaikan soal berstandar PISA pada materi pola bilangan terdiri atas 3 buah nomor, dengan rincian nomor 1 terdiri atas bagian a dan b dengan masing-masing bagian berada di level 1 dan 2 secara berurutan. Soal nomor 2 terdiri atas 3 bagian yaitu bagian a, b, dan c, masing-masing berada pada level 3, 4, dan 5. Dan soal terakhir yaitu soal nomor 3 yang tergolongkan dalam level 6. Selain itu melalui hasil yang diperoleh dalam tes ini peneliti akan memilih subyek untuk tes merancang soal berstandar PISA pada materi pola bilangan.

Penentuan subyek dilakukan dengan menganalisis hasil kerja subyek dalam menyelesaikan tes ini. Analisis dilakukan dengan melihan jawaban subyek di tiap-tiap nomor. Hal tersebut karena tiap-tiap nomor memiliki level yang berbeda sehingga peneliti tidak dapat mengelompokkannya secara umum. Hasil kerja subyek terbagi dalam tiga kategori. Kategori pertama ialah subyek yang mampu menyelesaikan semua soal dengan benar namun cara penyelesaian dari masalah tersebut masih belum lengkap. Kategori kedua adalah subyek yang dapat menyelesaikan persoalan pada level 1 hingga level 5 namun belum dapat menyelesaikan masalah level 6 yang diberikan. Kategori ketiga ialah subyek yang tidak dapat menyelesaikan masalah pada level 4, 5, dan 6.

Masing-masing kategori peneliti memilih 2 orang mahasiswa yang memiliki pengerjaan yang unik. Namun pada kategori ketiga hanya terdapat satu subyek sehingga jumlah subyek yang peneliti pilih yaitu 5 orang mahasiswa. Berikut adalah hasil analisis tes menyelesaikan soal berstandar PISA pada materi pola bilangan.

Pemilihan subyek dilakukan dengan melakukan tes menyelesaikan masalah PISA dengan materi Pola Bilangan (baris dan deret aritmatika) setingkat SMP kepada 13 mahasiswa semester 6 program studi pendidikan Matematika Universitas Sanata Dharma. Soal tes yang diberikan merupakan soal PISA dengan materi dibatasi pada baris dan deret aritmatika tingkat SMP disesuaikan dengan karakteristik soal PISA. Soal yang diberikan terdiri atas 3 nomor, dengan rincian soal sebagai berikut: a. Nomor 1 terdiri atas 2 buah pertanyaan yang mewakili level 1 PISA di

nomor 1a dan mewakili level 2 PISA di nomor 1b.

b. Nomor 2 terdiri atas 3 buah pertanyaan yang mewakili level 3 Pisa di nomor 2a, mewakili level 4 PISA di nomor 2b, dan mewakili level 5 PISA di nomor 2c.

c. Nomor 3 terdiri atas 1 buah pertanyaan yang mewakili level 6 PISA. Level-level tersebut dipilih untuk mengetahui tingkat kemampuan berpikir mahasiswa dalam meyelesaikan soal di setiap level yang disediakan. Semakin tinggi level dalam PISA maka akan semakin rumit pula pola penyelesaian yang harus ditempuh subyek, oleh sebab itu kemampuan berpikir kreatif akan semakin dibutuhkan.

Untuk memilih subyek, langkah pertama yang dilakukan adalah memeriksa hasil kerja subyek dalam menyelesaikan soal tes dan memberikan penilaian terhadap hasil kerja subyek. Melihat nilai hasil kerja subyek yang tidak jauh berbeda, sedangkan level soal yang disajikan berbeda-beda, maka selanjutnya kita petakan hasil pekerjaan subyek ke dalam bentuk matriks untuk melihat lebih detail hasil pekerjaan subyek berdasarkan kesalahan yang dibuat dalam pengerjaannya di setiap level dalam soal PISA. Adapun matriks pemilihan subyek yang dibuat peneliti adalah sebagai berikut:

Tabel 4.2 Hasil Tes Tertulis Menyelesaikan Soal Berstandar PISA pada Materi Pola Bilangan

S1 S2 S3 S4 S5 S6 S7 S8 S9 S10 S11 S12 S13 L1 βœ“ βœ“ βœ“ βœ“ βœ“ βœ“ βœ“ βœ“ Γ— βœ“ βœ“ Γ— βœ“ L2 βœ“ βœ“ βœ“ βœ“ βœ“ βœ“ βœ“ βœ“ Γ— βœ“ βœ“ βœ“ βœ“ L3 βœ“ βœ“ βœ“ βœ“ βœ“ βœ“ βœ“ βœ“ βœ“ βœ“ βœ“ βœ“ βœ“ L4 βœ“ βœ“ βœ“ βœ“ βœ“ βœ“ βœ“ βœ“ βœ“ βœ“ Γ— βœ“ βœ“ L5 βœ“ βœ“ βœ“ βœ“ βœ“ βœ“ βœ“ βœ“ βœ“ βœ“ Γ— βœ“ βœ“ L6 βœ“ Γ— βœ“ Γ— Γ— βœ“ βœ“ Γ— βœ“ βœ“ Γ— Γ— βœ“ Keterangan:

βœ“ : Jawaban benar dan alasan lengkap

βœ“ : Jawaban benar, namun alasan yang diberikan kurang lengkap

L (1-6) : Level (1-6)

Berdasarkan matriks tersebut terdapat pola hasil pengerjaan yang cukup ganjil. Seperti yang sudah diketahui bahwa semakin tinggi level PISA maka keterampilan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan soal juga semakin tinggi. Jika diamati secara mendalam terdapat keanehan terhadap subyek S9 dan subyek S11. Subyek S9 belum dapat memberikan jawaban yang tepat untuk nomor 1a dan nomor 1b dengan masing-masing soal merupakan soal level 1 dan level 2, padahal subyek S9 dapat memberikan jawaban yang tepat untuk soal-soal lain yang memiliki level lebih tinggi. Sama halnya dengan subyek S9, subyek S11 juga belum dapat memberikan jawaban yang tepat untuk soal nomor 1a dengan tingkatan level 1, tetapi subyek S11 dapat memberikan jawaban tepat untuk pertanyaan lain yang memiliki level yang lebih tinggi. Berdasarkan hasil analisis tersebut, untuk mengetahui apakah penyebab kesalahan subyek S9 dan S11 maka peneliti melakukan wawancara khusus untuk melihat apakah subyek melakukan kesalahan karena mmemang subyek belum dapat memahami penyelesaian dari masalah tersebut, atau karena subyek salah dalam memahami pertanyaan yang diajukan.

Berdasarkan hasil wawancara terhadap subyek S9 dan S11 dapat diketahui bahwa subyek sebenarnya mengetahui jalan penyelesaian masalah yang ada namun kurang teliti dalam memahami soal yang diberikan. berikut merupakan kutipan wawancara subyek S9 yang menyatakan mengetahui letak kesalahan yang ada:

P : β€œMenurut kamu pemahaman tersebut sudah tepat atau belum?” S9 : β€œSalah, soalnya saya kurang teliti. Disini ada tulisannya gabungan tapi saya tidak tulis karena saya hanya memperhatikan kolomnya”

Kemudian ketika subyek diminta untuk menjelaskan jawaban yang benar, subyek S9 dapat menjelaskan langkah dan menyebutkan jawaban yang tepat. Berbeda dengan subyek S9 yang langsung menyadari kesalahan yang ada, subyek S12 di awal belum menyadari letak kesalahan hasil yang dituliskan.

P : β€œMenurut kamu pemahamanmu terhadap soal nomor 1a seperti apa?”

S12 : β€œMenurut saya sih untuk yang nomor 1a ini saya cukup memahami ya maksud soalnya seperti apa terus menurut saya bisa menjawabnya walaupun tidak tahu benar salah tapi itu benar.”

Peneliti mencoba untuk menuntun subyek dengan mengingatkan kembali jawaban yang diberikan oleh subyek. Kemudian peneliti mencoba untuk menanyakan kembali kepada subyek S12.

P : β€œMenurut kamu jawaban yang kamu tulis inni sudah benar atau belum?”

S12 : β€œMenurut saya sih, ya ini menurut ya sudah benar menurut saya” P : β€œNah dari jawaban ini, coba kamu amati kembali soal yang ada.” S12 : β€œoh iya, saya malah menjumlahkan semuanya salahnya, oh iya ya.”

Setelah peneliti mencoba menuntun subyek S12, akhirnya subyek dapat mengetahui letak kesalahannya.

S12: β€œSalah dalam memahami soal, terburu-buru iya”

Ketika peneliti meminta subyek untuk menjelaskan langkah serta memberikan jawaban yang baru, subyek dapat menyebutkan jawaban yang tepat serta menjelaskan langkah untuk menemukan jawaban tersebut.

Berdasarkan hasil wawancara tersebut diketahui bahwa subyek S9 dan subyek S11 dapat menuliskan jawaban yang tepat dari persoalan yang ada, hanya saja subyek keliru dalam memahami soal yang diberikan.

Berikut merupakan matriks hasil pengerjaan subyek yang sudah digabungkan dengan hasil wawancara terhadap subyek S9 dan S11.

Tabel 4.3 Hasil Tes Tertulis Menyelesaikan Soal Berstandar PISA pada Materi Pola Bilangan

S1 S2 S3 S4 S5 S6 S7 S8 S9 S10 S11 S12 S13 L1 βœ“ βœ“ βœ“ βœ“ βœ“ βœ“ βœ“ βœ“ βœ“ βœ“ βœ“ βœ“ βœ“ L2 βœ“ βœ“ βœ“ βœ“ βœ“ βœ“ βœ“ βœ“ βœ“ βœ“ βœ“ βœ“ βœ“ L3 βœ“ βœ“ βœ“ βœ“ βœ“ βœ“ βœ“ βœ“ βœ“ βœ“ βœ“ βœ“ βœ“ L4 βœ“ βœ“ βœ“ βœ“ βœ“ βœ“ βœ“ βœ“ βœ“ βœ“ Γ— βœ“ βœ“ L5 βœ“ βœ“ βœ“ βœ“ βœ“ βœ“ βœ“ βœ“ βœ“ βœ“ Γ— βœ“ βœ“ L6 βœ“ Γ— βœ“ Γ— Γ— βœ“ βœ“ Γ— βœ“ βœ“ Γ— Γ— βœ“ Ket ST ST ST ST ST Keterangan

βœ“ : Jawaban benar dan alasan lengkap

βœ“ : Jawaban benar, namun alasan yang diberikan kurang lengkap

Γ— : Jawaban tidak tepat

L (1-6) : Level (1-6)

ST : Subyek terpilih

Berdasarkan matriks tersebut, dapat diamati bahwa hasil pengerjaan subyek dapat terbagi ke dalam 3 kelompok dengan masing-masing kelompok memiliki karakteristik sebagai berikut: (1) kelompok pertama merupakan kelompok subyek dapat menuliskan jawaban yang tepat namun pada beberapa nomor subyek belum memberikan alasan yang lengkap; (2) kelompok 2 adalah kelompok subyek yang telah mampu memberikan jawaban yang tepat dari soal level 1 hingga level 5 dengan beberapa bagian masih belum memiliki alasan yang lengkap dan masih belum dapat menuliskan jawaban serta alasan yang tepat untuk menyelesaikan soal dengan level 6; (3) kelompok 3 ini terdiri atas seorang subyek yang belum dapat memberikan jawaban serta alasan tepat atau dengan kata lain belum dapat menyelesaikan permasalahan yang berada pada level 4, 5, dan 6.

Berdasarkan matriks serta pertimbangan pembagian kelompok tersebut, subyek yang diambil untuk peneliian ini adalah S1, S9, S8, S12, S11.

a. S1 : Subyek S1 ketika mengerjakan soal nomor 3 dia mampu mengisi tabel secara benar namun tidak menuliskan alasan bagaimana ia dapat

mengisi tabel tersebut, dengan kata lain subyek belum menuliskan formula umum yang dapat digunakan untuk menyelesaikan permasalahan tersebut. Kemudian pada soal nomor 5, subyek S1 telah mampu menuliskan jawaban dengan tepat hanya saja subyek menuliskan langkah sistematis yang kurang tepat yaitu proses penyelesaian pertidaksamaan yang kurang tepat. Pada nomor 6 subyek sudah mampu memilih pernyataan yang tepat, namun subyek belum dapat menampilkan formula umum yang menjadi alasan dari jawaban tersebut. Secara umum, subyek S1 telah mampu memahami soal yang

Dokumen terkait