HASIL DAN PEMBAHASAN
B. Industri farmasi :
32. Penyakin Lain-lain
Jumlah jenis tumbuhan obat di Kabupaten Cianjur yang dapat digunakan untuk mengobati penyakit lain- lain sebanyak 46 jenis dari 27 famili. Bagian tumbuhan yang digunakan sebagai obat dapat dikelompokkan kedalam 9 macam, yaitu : daun, semua bagian tumbuhan, buah, kulit batang, akar, rimpang, kayu, biji, dan bunga; sedangkan macam penyakit lain- lain yang dapat diobati sebanyak 64 macam, antara lain : beri-beri, muntah darah, menghentikan pendarahan,
61
kelumpuhan, weil, obat luar, kolesterol tinggi, dan antibakteri. Informasi selengkapnya tentang nama jenis, bagian tumbuhan yang digunakan, dan macam penyakitnya secara rinci disajikan pada Lampiran 23; sedangkan contoh 10 (sepuluh) jenis tumbuhan obat yang dapat digunakan untuk mengobati penyakit lain- lain tersaji pada Tabel 53.
Tabel 53 Contoh 10 (sepuluh) jenis tumbuhan obat di Kabupaten Cianjur yang dapat digunakan untuk mengobati penyakit lain- lain
No. Nama Ilmiah Nama Lokal Bagian yang
Digunakan
Macam Penyakit/Penggunaan
1. Achyranthes aspera L. Jarong Semua bagian
tumbuhan
Muntah darah
2. Ananas comosus (L.)
Merr.
Nanas Buah Bengkak pada leher, beri-beri
3. Bidens pilosa L. Hareuga Semua bagian
tumbuhan
Radang selaput otak belakang
4. Catimbium
malaccensis (Burm.f.)
Holtt.
Lengkuas Rimpang Menyaringkan suara
5. Cycas rumphii Miq. Pakis haji Kayu atau kulit
batang
Beri-beri, sakit badan
6. Leucas lavandulifolia
Smith.
Leng-lengan Daun Anak rewel, stuip (pingsan) dan kejang-kejang pada anak-anak
7. Litsea monopetala
Perr.
Huru manuk Kulit batang Antibakteri, antivirus
8. Phyllanthus niruri L. Meniran Daun Weil
9. Rauwolfia javanica K.
& V.
Lame Daun Obat luar
10. Sonchus arvensis L. Tempuyung Daun atau semua
bagian tumbuhan
Kolesterol tinggi
Teknik Pengembangan Tumbuhan Obat
Dalam penelitian ini, yang dimaksud dengan teknik pengembangan tumbuhan obat adalah mulai dari budidaya sampai pengolahan atau pembuatan produk obat tradisional. Pengolahan dan pembuatan produk yang ada biasanya tidak spesifik untuk masing- masing jenis tumbuhan obat, namun berlaku secara umum. Informasi tentang pengolahan dan pembuatan produk-produk obat tradisional pada umumnya sudah berkembang, sehingga jenis-jenis tumbuhan obat yang terdapat di Kabupaten Cianjur pada umumnya sudah diketahui teknik pengolahan dan pembuatan produknya.
Khusus untuk aspek budidaya, kegiatan yang paling menentukan dalam kegiatan budidaya adalah ketersediaan teknik perbanyakan tumbuhan obatnya, dimana jika suatu jenis tumbuhan obat sudah diketahui perbanyakannya, maka dapat disimpulkan bahwa jenis tersebut dapat dibudidayakan.. Berdasarkan teknik
perbanyakannya, jenis-jenis tumbuhan obat di Kabupaten Cianjur belum seluruhnya diketahui cara perbanyakannya. Dari 210 jenis tumbuhan obat yang terdapat di Kabupaten Cianjur, 116 jenis diantaranya sudah diketahui cara perbanyakannya, sedangkan sisanya (94 jenis) belum diketahui. Informasi tentang teknik perbanyakan jenis-jenis tumbuhan obat di Kabupaten Cianjur secara rinci disajikan pada Lampiran 24, sedangkan rekapitulasi jumlah jenis tumbuhan obat di Kabupaten Cianjur berdasarkan teknik perbanyakannya disajikan pada Tabel 54.
Tabel 54 Daftar jumlah jenis tumbuhan obat di Kabupaten Canjur berdasarkan teknik perbanyakannya
No. Teknik Perbanyakan Jumlah Jenis
A. Sudah diketahui teknik perbanyakannya :
1. Biji 91 2. Stek batang 23 3. Stek cabang/ranting 3 4. Stek akar 5 5. Stek pucuk 15 6. Stek rimpang 4 7. Sambungan 6 8. Tempelan 12 9. Cangkok 3 10. Tunas 2 11. Stek umbi 3 12. Stek daun 2 Jumlah A 116
B. Belum diketahui teknik perbanyakannya 94
Jumlah B 94
Jumlah A+B 210
Pemasaran
Pemasaran merupakan salah satu aspek yang sangat menentukan dalam pengembangan tumbuhan obat di Kabupaten Cianjur. Oleh karena itu dalam penelitian ini dilakukan kajian terhadap jenis simplisia yang diperjalbelikan di lokasi tersebut, lokasi penjualan dan asal simplisia yang diperjualbelikan.
Rantai Pemasaran Simplisia
Sistem pemasaran tumbuhan obat di kabupaten Cianjur adalah sistem pemasaran sesudah panen dan sistem tebasan. Pemasaran purna panen merupakan sistem penjualan dimana petani melakukan pemanenan sendiri baru dijual ke pedagang pengumpul atau eksportir, sistem tebasan merupakan cara penjualan dimana sebelum tumbuhan obat di panen sudah dilakukan transaksi antara petani
63
dengan pembeli atas dasar perincian produksi oleh pembeli dan pembeli melakukan pemanenan sendiri.
Dalam aspek pemasaran tumbuhan obat ini terdapat beberapa kelembagaan yang berperan cukup besar, yaitu pedagang pengump ul, pedagang antar daerah, pedagang pasar kecamatan/kabupaten, eksportir, dan industri pengolahan. Secara rinci rantai pemasaran simplisia di Kabupaten Cianjur tersaji pada Gambar 2.
Gambar 2. Rantai pemasaran simplisia di Kabupaten Cianjur
Jenis Simplisia yang Diperjulbelikan
Berdasarkan hasil penelitian di lapangan ditemukan sebanyak 12 jenis simplisia yang diperdagangkan. Dari 12 jenis simplisia tersebut, harganya berkisar antara Rp 6.000 sampai Rp 50.000, dengan harga simplisia termahal adalah jenis kapulaga dan harga yang termurah adalah jenis lengkuas. Informasi selengkapnya tentang nama lokal, nama ilmiah, harga, dan asal simplisianya secara rinci disajikan pada Tabel 55.
Dari 12 (duabelas) jenis simplisia yang diperjualbelikan, setelah dianalisis ternyata 6 jenis simplisia jenis tumbuhan obatnya ditemukan di Kabupaten Cianjur, sedangkan 6 jenis simplisia lainnya tidak ditemukan.
Petani
Pedagang pengumpul
Pedagang antar daerah Pedagang
penebas
Pedagang pasar kecamatan/kabupaten
Tabel 55 Jenis-jenis simplisia yang diperjualbelikan di Kabupaten Cianjur
No. Nama Lokal Nama Ilmiah Harga/kg
(Rp)
Asal Simplisia
1. Pulai/lame Alstonia scholaris R.Br. 25..000 Jampang 2. Pulasari Alyxia reindwartii BI. 25..000 Jampang 3. Kapulaga Ammomum cardamummum Act. 50..000 Cianjur 4. Sambiloto Andrographis paniculata (Burm.f.)Ness. 20..000 Jampang 5. Adas Anethum foeniculum L. 25..000 Jawa Tengah 6. Ki koneng Arcangelia flava Merr. 15..000 Jampang 7. Jungrahab Baeckea frutescens L. 15..000 Jampang 8. Temu kunci Boesenbergia pandurata (Roxb.) Schlet. 45..000 Jampang 9. Secang Caesalpinia sappan Linn. 15..000 Jampang 10. Antanan Centella asiatica (L.) Urban. 40..000 Cianjur 11. Temu ireng Curcuma aeruginosa Roxb. 15..000 Jawa Tengah 12. Lengkuas Languas galanga (L.) Stuntz. 6.000 Cianjur
Jenis Produk Obat Tradisional/Jamu yang Diperjualbelikan
Berdasarkan hasil penelitian di lapangan menunjukkan bahwa produk- produk obat tradisional/jamu yang dipasarkan tidak hanya berasal dari Kabupaten Cianjur saja, tetapi juga berasal dari luar Cianjur. Jamu-jamu luar yang dipasarkan di Kabupaten Cianjur, antara lain : jamu-jamu yang diproduksi oleh PT. Tenaga Tani Farma, Sukabumi; PT. Deltomed Laboratories, Sukabumi; PT. Sinar Efendi, Sukabumi; Koperasi Produsen Obat Tradisional Bhinneka Karya Manunggal, Bogor; PT. Tenaga Tani Farma, Tangerang; PT. Sido Muncul, PT. Nyonya Meneer, PT. Mustika Ratu dan PT. Dua Putri Dewi; sedangkan produk- produk obat tradisional/jamu yang dipasarkan di dalam maupun di luar Kabupaten Cianjur ditemukan sebanyak 7 (tujuh) macam (Tabel 6). Dari ketujuh jenis produk tersebut harganya berkisar antara Rp 1.000 sampai Rp 20.000, dengan harga produk termahal adalah benalu teh dan harga termurah adalah tepung cacing. Informasi selengkapnya tentang nama produk, pemproduksi, dan harga dari ketujuh jenis produk tersebut secara rinci tersaji pada Tabel.56.
Tabel 56 Jenis-jenis produk obat tradisional/jamu yang terdapat di Kabupaten Cianjur
Jenis Produk obat taradisional/jamu No.
Nama Produk Pemroduksi Harga/unit (Rp)
1. Minyak kayu putih PJ. Bunga Ros 4.000/50 ml 2. Benalu teh PJ. Benalu Teh Murni 20.000/kg 3. Obat gosok PJ. Perdan Sakti Indonesia 7.500/50 ml 4. Tepung cacing PJ. Indra 1.000/kapsul 5. Jamu encok/rematik cap Ny. Amih PJ. Ny. Amih 3.000/bks 6. Jamu an-nis (kencing manis) cap
Ny. Amih
PJ. Ny. Amih 3.000/bks
7. Jamu hypsi (hipertensi) cap Ny. Amih
65
Kelayakan Pemanfaatan tentang Potensi Tumbuhan Obat untuk Pengayaan Materi Pembelajaran di Sekolah Kabupaten Cianjur
Aspek-aspek yang dianalisis guna melihat kelayakan pemanfaatan informasi tentang potensi tumbuhan obat untuk pengayaan materi pembelajaran di sekolah Kabupaten Cianjur, meliputi : (1) jenis-jenis tumbuhan obat potensial/unggulan yang akan diakomodasikan kedalam materi pembelajaran di sekolah, (2) sumberdaya manusia di sekolah, (3) sarana dan prasarana, (4) kebijakan dan peraturan perundanga n, serta (5) Persepsi stakeholder.
Jenis-jenis Tumbuhan Obat Potensial/Unggulan yang akan Diakomodasikan kedalam Materi Pembelajaran di Sekolah
Kriteria yang digunakan untuk menentukan jenis-jenis tumbuhan obat potensial/unggulan di setiap kecamatan, melip uti : (1) jenis-jenis tumbuhan obat tersebut ditemukan di Kabupaten Cianjur; (2) teknik pengembangannya sudah diketahui, mulai dari teknik budidaya sampai pengolahannya; (3) memiliki nilai ekonomis tinggi, yaitu dapat dipasarkan secara lokal maupun ekspor dan dibutuhkan oleh industri- industri obat tradisional; (4) jenis-jenis tumbuhan obat tersebut berguna untuk mengobati penyakit-penyakit yang banyak diderita oleh masyarakat di Kabupaten Cianjur; dan (5) jenis-jenis tumbuhan obat secara ekologis dapat dikembangkan di kecamatan.
Ketersediaan Jenis-jenis Tumbuhan Obat Potensial/Unggulan yang akan Diakomodasikan kedalam Materi Pembelajaran di Sekolah
Untuk mengetahui ketersediaan jenis-jenis tumbuhan obat
potensial/unggulan pada setiap kecamatan di Kabupaten Cianjur digunakan beberapa kriteria sebagai berikut, antara lain : (1) teknik pengembangan jenis tumbuhan obat sudah diketahui, mulai dari teknik budidaya sampai pengolahannya; (2) memiliki nilai ekonomis tinggi, yaitu dapat dipasarkan secara lokal maupun ekspor dan dibutuhkan oleh industri- industri obat tradisional; (3) jenis-jenis tumbuhan obat tersebut berguna untuk mengobati penyakit-penyakit yang banyak diderita oleh masyarakat di Kabupaten Cianjur.
Dari hasil cek silang dengan aspek teknis (teknik perbanyakan), ekonomis (jenis-jenis simplisia yang diperjualbelikan) dan relevansi dengan jenis-jenis penyakit yang banyak diderita oleh masyarakat Kabupaten Cianjur menunjukkan bahwa jumlah jenis tumbuhan obat unggulan/potensial di wilayah tersebut
sebanyak 11 jenis, sedangkan 1 (satu) jenis tidak layak, seperti tersaji pada Tabel 57.
Tabel 57 Daftar jenis tumbuhan obat yang layak dikembangkan pada setiap kecamatan di Kabupaten Cianjur berdasarkan aspek teknis, ekonomis, dan relevansi dengan jenis-jenis penyakit yang banyak diderita masyarakat
Jenis Tumbuhan Obat Kelayakan Aspek
No.
Nama Ilmiah Nama Lokal Teknis Ekono- mis Relevansi dengan penyakit prioritas Seluruh aspek
1. Alstonia scholaris R.Br. Pulai/ lame Layak Layak Layak Layak 2. Alyxia reinwardtii Bl. Pulasari Layak Layak Layak Layak 3. Amomum compactum
Soland. ex Maton.
Kapulaga Layak Layak Layak Layak
4. Andrographis paniculata (Burm.f.) Wall. ex Nees.
Sambiloto Layak Layak Layak Layak
5. Arcangelisia flava Merr. Ki koneng Layak Layak Layak Layak 6. Baeckea frutescens L. Jungrahab Tidak
layak
Layak Layak Tidak
layak 7. Boesenbergia pandurata
(Roxb.) Schlet.
Temu kunci Layak Layak Layak Layak
8. Caesalpinia sappan Linn.
Secang Layak Layak Layak Layak
9. Centella asiatica Urb. Cecenet, antanan gede
Layak Layak Layak Layak
10. Curcuma aeruginosa Roxb.
Temu ireng Layak Layak Layak Layak
11. Foeniculum vulgare Mill.
Adas Layak Layak Layak Layak
12. Languas galanga (L.) Stuntz.
Lengkuas Layak Layak Layak Layak
Kesesuaian Kondisi Ekologis (Ketinggian Tempat) setiap kecamatan dengan Jenis-jenis Tumbuhan Obat
Pada umumnya data ekologis setiap kecamatan, seperti keinggian tempat, jenis tanah dan curah hujan tersedia, namun informasi tentang jenis tanah dan curah hujan yang diinginkan oleh masing- masing jenis tumbuhan obat yang terdapat di Kabupaten Cianjur tidak semuanya tersedia. Oleh karena itu data kondisi ekologis setiap kecamatan yang seauai dan relevan guna mengetahui kesesuaian jenis tumbuhan obatnya adalah ketinggian tempat. Analisis diarahkan terhadap 2 (dua) hal, yaitu (1) kesesuaian ketinggian tempat setiap kecamatan dengan total jenis-jenis tumbuhan obat yang terdapat di Kabupaten Cianjur dan (2) kesesuaian ketinggian tempat setiap kecamatan dengan jenis-jenis tumbuhan obat unggulan/potensial di Kabupaten Cianjur.
67
Kesesuaian Kondisi Ketinggian Tempat setiap Kecamatan dengan Jenis-jenis Tumbuhan Obat yang terdapat di Kabupaten Cianjur
Dari hasil cek silang antara kondisi ketinggian tempat setiap kecamatan dengan ketinggian tempat yang diinginkan oleh jenis-jenis tumbuhan obat yang terdapat di Kabupaten Cianjur menunjukkan bahwa jumlah total jenis yang sesuai dikembangkan di setiap kecamatan sebanyak 178 jenis, sedangkan yang tidak sesuai sebanyak 32 jenis. Daftar jenis tumbuhan obat yang dapat dikembangkan pada setiap kecamatan di Kabupaten Cianjur secara rinci disajikan pada Lampiran 25, sedangkan rekapitulasi jumlah jenis tumbuhan setiap kecamatan tersaji pada Tabel 58.
Tabel 58 Daftar jenis tumbuhan obat yang dapat dikembangkan pada setiap kecamatan di Kabupaten Cianjur berdasarkan kesesuaian kondisi ketinggian tempatnya
No. Nama Kecamatan Ketinggian Tempat
(m dpl) Jumlah Jenis 1. Cibeber 200-1.250 169 2. Tanggeung 350-1.200 168 3. Kadupandak 350-1.200 168 4. Pagelaran 250-1.200 168 5. Cugenang 300-1.035 168 6. Warungkondang 300-900 163 7. Sukanagara 700-1.010 162 8. Cibinong 141-800 161 9. Naringgul 800-2.300 158 10. Takokak 800-2.100 158 11. Agrabinta 7-600 157 12. Campaka 475-700 152 13. Cilaku 436-675 152 14. Cianjur 436-675 152 15. Sindangbarang 7-500 149 16. Cidaun 15-500 149 17. Bojongpicung 200-450 147 18. Mande 250-500 147 19. Cikalongkulon 225-500 147 20. Sukaluyu 200-316 142 21. Ciranjang 200-316 142 22. Karangtengah 350-375 140 23. Pacet 1.080-1.450 133 24. Sukaresmi 1.080-1.450 133 Jumlah 178*) Keterangan :
*) Jumlah total jenis tumbuhan obat yang sesuai pada setiap kecamatan di Kabupaten Cianjur.
Dari Tabel 58 terlihat bahwa jumlah jenis tumbuhan obat yang layak dikembangkan pada setiap kecamatan di Kabupaten Cianjur berdasarkan ketinggian tempatnya berkisar antara 133-169 jenis. Jumlah jenis terbanyak terdapat di Kecamatan Cibeber sebanyak 169 jenis, sedangkan terendah terdapat di Kecamatan Pacet dan Sukaresmi.
Kesesuaian Kondisi Ketinggian Tempat setiap Kecamatan dengan Jenis-jenis Tumbuhan Obat Unggulan/Potensial di Kabupaten Cianjur
Jumlah jenis tumbuhan obat unggulan yang layak dikembangkan pada setiap kecamatan di Kabupaten Cianjur berkisar antara 6-11 jenis. Jumlah jenis tumbuhan obat unggulan terbanyak terdapat di Kecamatan Cugenang, Pagelaran, Cibeber, Cibinong, Sukanegara, Tanggeung, dan Kadupandak masing- masing sebanyak 11 jenis; sedangkan terendah terdapat di Kecamatan Pecet dan Sukaresmi masing- masing sebanyak 6 jenis. Informasi tentang jenis-jenis tumbuhan obat unggulan yang dapat dikembangkan pada masing- masing kecamatan di Kabupaten Cianjur tersaji pada Tabel 59.
Tabel 59 Daftar jenis tumbuhan obat unggulan yang layak dikembangkan pada setiap kecamatan di Kabupaten Cianjur berdasarkan kondisi ketinggian tempatnya
Jenis Tumbuhan Obat Unggulan No. Nama Kecamatan
Nama Jumlah 1. Cugenang 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11 11 2. Pagelaran 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11 11 3. Cibeber 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11 11 4. Cibinong 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11 11 5. Sukanagara 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11 11 6. Tanggeung 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11 11 7. Kadupandak 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11 11 8. Agrabinta 1, 2, 3, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11 10 9. Campaka 1, 2, 3, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11 10 10. Cilaku 1, 2, 3, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11 10 11. Cianjur 1, 2, 3, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11 10 12. Warungkondang 1, 2, 3, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11 10 13. Mande 1, 2, 3, 5, 6, 7, 8, 9, 11 9 14. Cikalongkulon 1, 2, 3, 5, 6, 7, 8, 9, 11 9 15. Bojongpicung 1, 2, 3, 5, 6, 7, 8, 9, 11 9 16. Cidaun 1, 2, 3, 5, 6, 7, 8, 9, 11 9 17. Sindangbarang 1, 2, 3, 5, 6, 7, 8, 9, 11 9 18. Sukaluyu 1, 3, 5, 6, 7, 8, 11 7 19. Ciranjang 1, 3, 5, 6, 7, 8, 11 7 20. Naringgul 1, 2, 3, 5, 8, 10, 11 7 21. Takokak 1, 2, 3, 5, 8, 10, 11 7 22. Karangtengah 1, 3, 5, 6, 7, 8, 11 7 23. Pacet 1, 2, 5, 8, 10, 11 6 24. Sukaresmi 1, 2, 5, 8, 10, 11 6 Keterangan :
1 = Pulai/lame (Alstonia scholaris R.Br.) 2 = Pulasari (Alyxia reinwardtii Bl.)
3 = Kapulaga (Amomum compactum Soland. ex Maton.) 4 = Sambiloto (Andrographis paniculata (Burm.f.) Wall. ex Nees.)
5 = Ki koneng (Arcangelisia flava Merr.) 6 = Temu kunci (Boesenbergia pandurata (Roxb.) Schlet.)
7 = Secang (Caesalpinia sappan Linn.) 8 = Cecenet, antanan gede (Centella asiatica Urb.) 9 = Temu ireng (Curcuma aeruginosa Roxb.) 10 = Adas (Foeniculum vulgare Mill.)
69
Berdasarkan informasi tersebut di atas menunjukkan pada masing- masing kecamatan di Kabupaten Cianjur terdapat jenis tumbuhan obat unggulan/potensial yang dapat dikembangkan, sehingga dari segi ketersediaan jenis-jenis tumbuhan obat unggulan yang akan diakomodasikan kedalam materi pembelajaran di sekolah termasuk layak.
Kelayakan Sumberdaya Manusia di Sekolah
Sumberdaya manusia di setiap sekolah yang berperan dalam pemanfaatan informasi tentang potensi tumbuhan obat untuk pengayaan materi pembelajaran di sekolah adalah guru.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan yang dimiliki oleh guru berkaitan dengan potensi tumbuhan obat masih sangat terbatas. Materi yang telah banyak diketahui terkait dengan pengenalan jenis-jenis tumbuhan obat, sedangkan materi tentang budidaya, pasca panen dan pengolahan belum banyak diketahui. Berkaitan dengan informasi tersebut menunjukkan bahwa sumberdaya manusia di sekolah dalam rangka menunjang pemanfaatan potensi tumbuhan obat untuk pengayaan materi pembelajaran di sekolah termasuk belum layak atau memadai.
Kelayakan Sarana dan Prasarana di Sekolah
Sarana dan prasarana di sekolah yang diperlukan berkaitan dengan pemanfaatan informasi tentang potensi tumbuhan obat untuk pengayaan materi pembelajaran di sekolah, antara lain : laboratorium, peralatan praktik, lahan kosong untuk praktik, kebun koleksi, alat peraga/spesimen, bahan ajar dan buku referensi.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum sarana dan prasarana yang terdapat di sekolah terkait dengan tumbuhan obat belum semuanya tersedia atau masih terbatas, seperti lahan praktik, kebun koleksi, alat peraga/spesimen, modul, bahan ajar, dan buku referensi. Dari informasi tersebut menunjukkan bahwa dari segi sarana dan prasarana yang tersedia di sekolah guna mendukung pemanfaatan potensi tumbuhan obat untuk pengayaan materi pembelajaran di sekolah termasuk belum layak atau memadai.
Dukungan Kebijakan dan Peraturan Perundangan
Dukungan kebijakan dan peraturan perundangan yang memadai sangat diperlukan dalam pemanfaatan informasi tentang potensi tumbuhan obat untuk pengayaan materi pembelajaran di sekolah.
Kebijakan
Beberapa kebijakan yang mendukung pemanfaaatan potensi tumbuhan obat untuk pengayaan materi pembelajaran di sekolah Kabupaten Cianjur telah dikeluarkan oleh beberapa instansi terkait, antara lain :
1. Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Cianjur. Dinas Pendidikan dan Kebudayaan yang memberlakukan KBK (Kurikulum Basis Kompetensi), MBS (Managemen Basis Sekolah), MULOK (Muatan Lokal), dan Pendidikan Lingkungan Hidup sehingga materi tumbuhan obat dapat diintegrasikan pada kegiatan-kegiatan tersebut.
2. Dinas Kesehatan. Kebijakan yang telah ada adalah melakukan pembinaan dan pengendalian terhadap peredaran obat tradisional serta melakukan pembinaan terhadap produsen obat tradisional sesuai dengan kewenangan tingkat kabupaten.
3. BAPPEDA. Kebijakan yang telah dilaksanakan adalah memprogramkan
kepada instansi- instansi terkait untuk meningkatkan produksi tumbuhan obat yang mengarah kepada agribisnis.
4. Dinas Perhutanan dan Konsevasi Tanah telah melaksanakan kebijakannya dengan mengembangkan budidaya tanaman empon-empon untuk memanfaatkan lahan bawah tegakan hutan dalam rangka meningkatkan pendapatan masyarakat.
Berdasarkan informasi tersebut menunjukkan bahwa dari sisi kebijakannya, pemanfaatan potensi tumbuhan obat untuk pengayaan materi pembela jaran di sekolah Kabupaten Cianjur termasuk layak atau memadai.
Peraturan Perundangan
Menurut Undang-undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional pada bab X tentang kurikulum pasal 36 menyebutkan bahwa (1) Pengembangan kurikulum dilakukan dengan mengacu pada standar nasional pendidikan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional, (2)
71
Kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan dengan prinsip diversifikasi sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah dan peserta didik, dan (3) Kurikulum disusun sesuai dengan jenjang pendidikan dalam rangka Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan memperhatikan : (a) peningkatan iman dan taqwa; (b) peningkatan ahlak mulia; (c) peningkatan potensi, kecerdasan dan minat peserta didik; (d) keragaman potensi daerah dan lingkungan; (e) tuntutan pembangunan daerah dan nasional; (f) tuntutan dunia kerja; (g) perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni; (h) agama; (i) dinamika perkembangan global dan persatuan nasional dan nilai- nilai kebangsaan.
Berkaitan dengan pada Pasal 36 ayat 2 terlihat bahwa kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan dengan prinsip diversifikasi sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah dan peserta didik. Salah satu potensi daerah yang terdapat di Kabupaten Cianjur adalah tumbuhan obat, dimana berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa potensi tumbuhan obat yang terdapat di wilayah tersebut sebanyak 210 jenis. Dengan mengacu pada Pasal 36 ayat 2, maka potensi tumbuha n obat yang merupakan salah satu potensi yang terdapat di Kabupaten Cianjur dapat digunakan untuk pengayaan materi pembelajaran di sekolah.
Oleh karena itu dari sisi kebijakan dan peraturan perundangannya, pemanfaatan informasi tentang potensi tumbuhan obat untuk pengayaan materi pembelajaran di sekolah Kabupaten Cianjur termasuk memadai atau layak.
Dukungan Stakeholder
Keberhasilan dalam pemanfaatan informasi tentang potensi tumbuhan obat untuk pengayaan materi pembelajaran di sekolah Kabupaten Cianjur sangat diperlukan adanya dukungan seluruh pihak terkait, antara lain : Dinas Pendidikan dan Kebudayaan setempat, pengawas sekolah, kepala sekolah, guru, dan siswa.
Dinas Pendidikan dan Kebudayaan
Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Cianjur memberikan dukungan terhadap pemanfaatan informasi tentang potensi tumbuhan obat untuk pengayaan materi pembelajaran di sekolah. Dukungan tersebut terlihat dengan adanya pemberlakuan KBK (Kurikulum Basis Kompetensi), MBS (Managemen Basis Sekolah), MULOK (Muatan Lokal), dan Pendidikan Lingkungan Hidup.
Siswa Sekolah
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar siswa SD di Kabupaten Cianjur menyatakan belum diajarkan materi tumbuhan obat (57,69%), sedangkan siswa SMP dan SMA/SMK menyatakan sudah diajarkan materi tumbuhan obat di sekolahnya, yaitu masing- masing sebesar 76,92% dan 87,50%, seperti tersaji pada Tabel 60.
Tabel 60 Persepsi siswa sekolah di Kabupaten Cianjur terhadap pemanfaatan informasi tumbuhan obat sebagai materi pembelajaran
Persepsi Responden (%) No. Pemanfaatan Informasi Tumbuhan Obat
sebagai materi Pembelajaran di Sekolah SD SMP SMA/SMK
1. Sudah diajarkan materi tumbuhan obat 42,31 76,92 87,50
2.. Belum diajarkan materi tumbuhan obat 57,69 23,08 12,50
3. Melalui jalur kurikule r 54,55 75,00 91,43
4. Melalui jalur ekstrakurikuler 45,45 25,00 8,57
5. Berdiri sendiri 0,00 33,33 6,25
6. Diintegrasikan 100,00 66,67 93,75
7. Belum ada modul 100,00 94,23 92,50
8. Senang diberi materi tumbuhan obat 100,00 100,00 100,00
Dari Tabel 60 terlihat bahwa dari SD sampai SMA/SMK, sebagian besar siswa mengatakan materi tumbuhan obat diajarkan melalui jalur kurikuler, yaitu masing- masing sebesar 54,55% (SD), 75,00% (SMP), dan 91,43% (SMA/SMK). Penyampaian materi tumbuhan obat kepada siswa SD, SMP dan SMA/SMK diintegrasikan kedalam mata pelajaran yang relevan.
Pembelajaran materi tumbuhan obat di SD diberikan secara terintegrasi pada mata pelajaran Sains, Bahasa Indonesia, IPS, Bahasa Sunda, dan Pendidikan Kesehatan dan Jasmani (PENJASKES ); di SMP diintegrasikan pada mata pelajaran Biologi dan PENJASKES; sedangkan di SMA/SMK diintegrasikan pada mata pelajaran Biologi, Kimia, Produksi Pertanian, dan PENJASKES. Pembelajaran materi tumbuhan obat melalui jalur ekstrakurikuler diberikan pada kegiatan UKS, kepramukaan, PMR, KIR, kebun botani, produktif pertanian, dan pencinta alam.
Pada umumnya semua siswa SD, SMP, dan SMA/SMK menyatakan senang diberi pelajaran tumbuhan obat. Sebagian besar siswa mengatakan bahwa modul yang memuat tentang materi tumbuhan obat belum tersedia di sekolah.
73
Guru
Pemberian Materi Tumbuhan Obat
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar guru SD, SMP, dan SMA/SMK di Kabupaten Cianjur mengatakan sudah mengajarkan materi tumbuhan obat kepada siswanya, yaitu sebesar 67,31% (guru SD), 63,46% (guru SMP), dan 57,50% (guru SMA/SMK), seperti tersaji pada Tabel 61.
Tabel 61 Persepsi guru sekolah di Kabupaten Cianjur terhadap pemanfaatan informasi tumbuhan obat sebagai materi pembelajaran
Persepsi responden ( % )
No. Uraian
SD SMP SMA/SMK