• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penyakit Batu ginjal

Dalam dokumen BAB II TINJAUAN PUSTAKA (Halaman 28-32)

Penyakit batu ginjal adalah sebuah kelainan pada ginjal yang menyebabkan kumpulan kristal mengendap di dalam ginjal. Penyakit ini dialami oleh 12%

populasi di dunia yang artinya penyakit ginjal yang paling umum dialami. Penyakit ini dikaitkan dengan penyebab penyakit kronis lainnya seperti gagal ginjal.

Penyakit ginjal merupakan silent disease, yang pada prosesnya tidak menunjukkan gejala atau menunjukkan penurunan fungsi. Ketika batu ginjal terbentuk tidak menunjukkan gejala, namun ketika sudah terbentuk dan dikeluarkan dari ginjal menunjukkan gejala-gejala yang dapat dirasakan (Alelign & Petros, 2018).

Ukuran dari batu ginjal beragam, kurang dari 5mm sampai 10mm. Batu ginjal dengan ukuran kurang dari 5mm lebih mudah dikeluarkan dari tubuh dengan sendirinya melalui urine namun bergantung pada posisi, jenis batu dan rekam medis pasien. Batu ginjal yang lebih besar akan sulit untuk dikeluarkan dan dapat tersangkut pada organ yang terlibat dalam sistem ekskresi ginjal yang menyebabkan rasa sakit dan mengganggu proses pembuangan urine (Bowick, 2021)

Batu ginjal merupakan sebuah penyakit yang dapat mempengaruhi dan dipengaruhi oleh penyakit lainnya. Seperti dipengaruhi oleh obesitas atau dapat berpengaruh pada risiko gagal ginjal maupun infeksi saluran kemih. Infeksi saluran kemih dapat disebabkan oleh batu ginjal karena batu yang terbentuk pada tubuli ginjal turun ke saluran kemih bagian bawah (Hasanah, 2016).

Gambar 2. 33 Batu Ginjal (Kompas.com, 2020)

2.3.1. Jenis-jenis Batu Ginjal

Menurut Hasanah (2016), dalam sebuah batu ginjal biasanya terdapat unsur kalsium oksalat, asam urat, kalsium fosfat, sistin, xanthyn dan magnesium-amonium-fosfat. Terdapat 4 jenis batu ginjal berdasarkan unsur yang terkandung di dalamnya yaitu batu kalsium, batu struvit, batu urat, dan batu cystin.

- Batu Kalsium

Pada batu kalsium terdapat unsur kalsium oksalat dan kalsium fosfat. Batu ini dapat terbentuk karena terjadinya suatu gangguan pada proses penyerapan kalsium pada ginjal. Selain itu, hiperoksaluria yang diakibatkan mengonsumsi makanan yang mengandung kadar oksalat yang tinggi seperti kacang-kacangan, kopi instan, minuman ringan, teh, cokelat, kentang, kadar asam urat yang tinggi (hiperurikosuria) dari sayuran berwarna hijau yang mengandung purin tinggi terutama bayam juga memicu pembentukan batu kalsium.

Penyebab lainnya adalah hipomagnesiuria dan hipositraturia.

Hipomagnesiuria yaitu kekurangan urine magnesium yang dapat bereaksi dengan oksalat sehingga mencegah pembentukan ikatan antara kalsium dengan oksalat. Sedangkan Hipositraturia adalah kurangnya sitrat dalam urin yang dapat bereaksi dengan kalsium sehingga mencegah kalsium dengan oksalat (Hasanah, 2016). Batu kalsium merupakan jenis batu ginjal paling sering ditemukan dengan persentase 80% dan berisiko paling besar untuk kambuh atau terbentuk kembali (Alelign & Petros, 2018).

- Batu Struvit

Batu struvit terbentuk dari infeksi pada saluran kemih yang disebabkan oleh kuman pemecah urea. Kuman penyebab infeksi ini menghasilkan enzim urease yang membuat sifat urine menjadi basa. Unsur-unsur seperti magnesium, amonium, fosfat dan karbonat dalam keadaan basa akan lebih mudah membentuk batu magnesium-amonium-fosfat (Hasanah, 2016). Batu jenis ini paling banyak terjadi pada wanita dari pada pria (Alelign & Petros, 2018).

- Batu Urat

Orang yang sedang melakukan diet tinggi protein, mengalami obesitas, atau mengonsumsi alkohol dalam jumlah yang tinggi sangat berisiko mempunyai

batu urat. Batu urat juga dapat disebabkan oleh dehidrasi yang mengakibatkan urine mempunyai sifat terlalu asam (Hasanah, 2016). Volume urin yang kurang, orang dengan atritis gout (memiliki kadar asam urat yang tinggi) merupakan penyebab dari terbentuknya batu urat. Jenis batu ginjal ini lebih banyak ditemukan pada pria dari pada wanita (Alelign & Petros, 2018).

- Batu Cystin

Batu cystin adalah batu yang terbentuk karena faktor keturunan. Terjadi pada keturunan yang memiliki kelainan memproduksi asam amino cystinuria dalam jumlah yang tinggi pada ginjal.

2.3.2. Penyebab Batu Ginjal

Menurut Fauzi (2016), batu ginjal dapat terjadi jika kandungan mineral seperti kalsium dalam ginjal terlalu tinggi sehingga ginjal bekerja lebih ekstra untuk mengeluarkan kelebihan mineral melalui urine. Hal tersebut menyebabkan penurunan fungsi ginjal yang mengakibatkan penumpukan kalsium. Penumpukan ini mengakibatkan adanya endapan yang membentuk suatu padatan batu ginjal.

Selain karena penurunan fungsi ginjal, batu ginjal juga dapat terbentuk karena kurangnya kadar sitrat dan tingginya kadar oksalat. Sitrat dalam ginjal berfungsi untuk menghambat pembentukan batu kalsium sedangkan oksalat yang tinggi dapat memicu pembentukan batu kalsium. Selain itu asam urat yang terlalu tinggi dapat memicu terbentuknya jenis batu ginjal asam urat.

Menurut Lina (2008), penyebab terjadinya batu ginjal dipengaruhi oleh faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik.

- Faktor Intrinsik

Faktor intrinsik penyebab terjadinya batu ginjal adalah umur, jenis kelamin, keturunan atau riwayat keluarga. Penyakit batu ginjal mempunyai risiko tinggi pada orang yang berumur 30-60 tahun. Jenis kelamin pria tiga kali lebih berisiko dari pada wanita, hal ini disebabkan oleh hormon testosteron yang rendah pada wanita. Selain itu orang yang

memiliki riwayat penyakit keluarga memungkinkan terjadinya pembentukan batu ginjal dari kelainan produksi asam amino.

- Faktor Ekstrinsik

Faktor ekstrinsik pembentukan batu ginjal yang pertama adalah geografi karena adanya perbedaan kebiasaan, pola makan, gaya hidup, temperatur dan kelembapan setiap daerah. Lalu faktor iklim dan cuaca juga mempengaruhi karena pada tempat yang bersuhu tinggi tubuh akan mengeluarkan keringat yang akan berpengaruh pada konsentrasi urine.

Akan semakin berisiko jika memiliki kadar asam urat yang tinggi. Lalu hal yang mempengaruhi lainnya adalah jumlah air yang diminum harian.

Orang yang tidak mencapai minimum asupan air dalam sehari memiliki risiko yang tinggi. Orang yang banyak minum berisiko rendah karena air yang diminum akan mengurangi kristal batu ginjal dengan mengeluarkan bersamaan dengan urine. Gaya hidup yang jarang berolahraga, sering menahan buang air kecil, obesitas, memiliki pola makan khusus seperti diet protein juga meningkatkan risiko pembentukan batu ginjal. Selain itu terlalu sering duduk dan pengaruh konsumsi obat juga berpengaruh pada pembentukan batu ginjal.

2.3.3. Gejala Batu Ginjal

Menurut Hasanah (2016), gejala yang dirasakan oleh penderita batu ginjal adalah rasa nyeri yang muncul dan hilang pada bagian punggung sampai paha dalam. Penderita juga mengalami demam dan menggigil yang disertai dengan mual atau muntah. Gejala lainnya juga dapat terlihat dari warna urine, penderita batu ginjal sering menemukan adanya darah pada urine (hematuria) yang diakibatkan oleh luka pada saluran kemih.

2.3.4. Upaya Pencegahan Batu Ginjal

Terdapat berbagai upaya dalam mencegah terbentuknya batu ginjal seperti mencukupi kebutuhan air dalam sehari minum sebanyak 8-10 gelas. Mengurangi makanan pemicu tingginya asam urat dalam tubuh yang mengandung purin seperti ikan kaleng atau olahan, organ dalam hewan, kerang ataupun otak. Selain itu juga

dapat mengurangi makanan yang tinggi kadar oksalatnya seperti kacang-kacangan, bayam, teh ataupun coklat (Hasanah, 2016). Dianjurkan untuk mengonsumsi makanan yang mengandung serat seperti buah yang banyak mengandung sitrat dan sayur (yang tidak mengandung purin dan oksalat) karena dapat mengurangi penyerapan kalsium pada usus. Mengonsumsi buah yang memiliki kandungan sitrat dapat mengurangi risiko pembentukan batu ginjal karena sifat sitrat yang menghambat pembentukan batu kalsium dalam ginjal.

Untuk mencegah pembentukan batu kalsium, bisa dilakukan dengan tidak mengonsumsi produk mengandung susu dan makanan tinggi kalsium secara berlebihan. Untuk pencegahan batu urat, kadar asam urat harus dikontrol. Untuk mencegah batu cystin dapat dilakukan dengan membatasi konsumsi natrium dan protein. Untuk pencegahan batu struvit, menjaga sifat keasaman urine adalah hal yang penting (Alelign & Petros, 2018).

Dalam dokumen BAB II TINJAUAN PUSTAKA (Halaman 28-32)

Dokumen terkait