• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPAYA KESEHATAN

C. PELAYANAN KESEHATAN RUJUKAN

1. Penyakit Bersumber Binatang

a. Pemberantasan Penyakit Malaria ( P2 Malaria )

Malaria merupakan salah satu penyakit yang dapat muncul kembali setelah dilakukan upaya eradikasi maupun eliminasi (Re-emerging desease) dan masih tetap merupakan masalah kesehatan masyarakat Asia Tenggara, begitu juga

di Indonesia penyakit ini menjadi ancaman dan mempengaruhi tingginya angka kesakitan dan kematian. Penyakit Malaria menyebar cukup merata di seluruh kawasan Indonesia, namun paling banyak dijumpai di luar wilayah Jawa-Bali, bahkan di beberapa tempat dapat dikatakan sebagai daerah endemis malaria. Menurut hasil pemantauan program diperkirakan sebesar 35% penduduk Indonesia tinggal di daerah endemis Malaria.

Pada tahun 2008 jumlah penduduk yang terkena malaria sebanyak 3 orang, yaitu di kecamatan karangtengah sebanyak 1 orang, Kecamatan Mranggen sebanyak 1 orang, Kecamatan Bonang sebanyak 1 orang.

b. Pemberantasan Penyakit Demam Berdarah Dengue (P2DBD).

Penyakit Demam Berdarah Dengue ( DBD ) merupakan salah satu penyakit yang dapat menimbulkan kepanikan masyarakat karena perjalanan penyakitnya yang cepat dan dapat menimbulkan kematian dalam waktu singkat dan dapat menimbulkan kejadian luar biasa. Hingga kini masalah surveilans DBD masih dihadapkan banyak permasalahan karena kasus-kasus yang dilaporkan tidak semua didukung dengan pemeriksaan laboratorium ( penurunan trombosit dan hematokrit ) sehingga terjadi kecenderungan “ over diagnosa “. Hal ini menyebabkan tidak dilakukan pengelompokkan penderita antara demam dengue ( DD ), demam berdarah dengue ( DBD ) dan dengue shock syndrome.

Vektor yang berperan dalam penularan DBDB dan Chikungunya adalah nyamuk Aedes Aegypti dan vektor potensialnya nyamuk Aedes Albopictus.

Jentik Aedes Aegypti banyak ditemukan di bak mandi, drum, tempat penampungan air dispenser, tempat penampungan air refrigerator, ban bekas, vas bunga, talang rumah, kolam ikan hias yangterbelengkalai / tidal di gunakan lagi, sedangkan untuk larva Aedes Albopictus lebih banyak ditemukan di luar rumah seperti pada ketiak pohon, lubang-lubang pohon, potongan bambu dan pada berbagai barang-barang bekas yang berada di luar rumah.

Pada tahun 2008 Angka kesakitan penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) sebanyak 585 kasus ( IR : 54,51 ). Angka ini mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan tahun 2007 yang berjumlah 425 kasus dan tahun 2006 yang berjumlah 141 kasus.

Gambar 11

Grafik Jumlah Kejadian Penyakit DBD Kabupaten Demak Tahun 2005-2008 65 141 425 585 0 100 200 300 400 500 600 700 2005 2006 2007 2008

Dari gambar diatas terlihat bahwa Angka kesakitan penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) mulai tahun 2005 sampai dengan tahun 2008 selalu mengalami peningkatan. Namun berbagai upaya telah dilakukan untuk menekan kejadian DBD di Kabupaten Demak antara lain, dengan : Gerakan Pemberantasan sarang nyamuk ( PSN ), Pemberdayaan masyarakat dalam mengatasi DBD, Fogging fokus dan lain – lain.

Gambar 12

Grafik Cakupan Rumah/Bangunan Bebas Jentik Kabupaten Demak Tahun 2005-2008 88,42 83,31 75,20 49,63 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 2005 2006 2007 2008

Kalau melihat angka bebas jentik yang masih rendah, sangat wajar kalau di Kabupaten Demak masih menghadapi masalah dengan Demam Berdarah. Angka yang diharapkan adalah minimal 95 % sesuai Standar Pelayanan Minimal.

Upaya pencegahan telah dilakukan dengan gerakan pemberantasan sarang nyamuk, Keberhasilan gerakan ini dapat

terjadi. Tampaknya Kabupaten Demak kurang berhasil dalam melakukan gerakan pemberantasan sarang nyamuk ini.

c. Leptospirosis

Penyakit Leptospira merupakan penyakit zoonosa yang dapat menular ke manusia dan sering menimbulkan kejadian luar biasa. Penyakit ini dapat menyebabkan kematian karena terjadi kerusakan organ tubuh yang penting ( ginjal, lever, jantung ) dan kelompok yang terserang adalah mereka yang mempunyai perilaku tidak bersih, serta sangat erat kaitannya dengan riwayat kontak dengan air kotor.

Kecenderungan penyakit leptospira terjadi bersamaan dengan datangnya musim penghujan karena terjadinya banjir atau meningkatnya genangan air yang tercemar urine tikus reservoir kuman leptospira.

Di wilayah Kabupaten Demak pada tahun 2008 kasus leptospirosis sebanyak 72 kasus, dan semua telah mendapatkan perawatan. Dari sejumlah kasus tersebut meninggal 8 orang (11,11%). Dan kasus terbanyak terjadi di wilayah kerja Puskesmas Bonang I yaitu sebanyak 14 kasus.

d. Avian Influenza

Avian Influenza merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh virus influenza tipa A (H5N1), yang ditularkan oleh unggas dan dapat menyerang manusia.

Kasus suspek adalah seseorang dengan gejala demam/panas 38 ≥ 38° C, dengan disertai gejala : batuk, sakit tenggorokan, pilek, napas pendek / sesak napas, dan harus disertai satu atau lebih keaadaan dibawah ini :

1) 7 hari terakhir sebelum timbul gejala diatas kontak dengan unggas (ayam, itik, burung, dll...) sakit/mati mendadak yang belumm diketahui penyebabnya dan babi serta produk mentahnya (pupuk kandang, telur yang masih kotor/terkontaminasi).

2) 7 hari terakhir sebelum timbul gejala diatas pernah tinggal di daerah yang terdapat kematian unggas yang tidak biasa.

3) 7 hari terakhir sebelum timbul gejala diatas pernah kontak dengan specimen Avian Influensa H5N1 (bekerja di laboratorium untuk Avian Influenza).

4) Pemeriksaan darah menunjukkan leukopeni ≤ 5000

ul dan atau trombositopenia ( trombosit ≤150.000 )

5) Ditemukan adanya titer antibodi terhadap H5 dengan pemeriksaan HI test menggunakan eritrosit kuda atau ELISA test untuk influenza A tanpa subtipe.

6) 7 hari terakhir sebelum timbul gejala di atas pernah kontak dengan penderita Avian Influenza konfirmasi.

Kematian akibat Acute respiratory Distress Syndrome ( ARDS ) dengan salah satu atau lebih keadaan di bawah ini :

1) lekopenia atau limfopenia (relatif / Diff. Count ) atau trombositopenia.

2) Foto thorax serial menggambarkan pneumonia atipikal atau infiltrat di kedua sisi paru yang makin meluas.

Di wilayah Kabupaten Demak pada tahun 2008 sebanyak 5 kasus suspek flu burung, dari sejumlah kasus tersebut tidak ada yang meninggal. Dari 5 kasus tersebut 2 kasus menjalani rawat jalan, dan 3 kasus mendapat perawatan di RSUP DR Karyadi

e. Pemberantasan Penyakit Filariasis ( P2 Filariasis )

Program eliminasi filariasis dilaksanakan atas dasar kesepakatan global WHO tahun 2000 yaitu ”The Global Goal of Elimination of

Lymphatic Filariasis as a Public Health Problem The Year 2020”.

Dampak dari serangan penyakit ini adalah menurunkan derajat kesehatan masyarakat karena menurunnya daya kerja dan produktivitas serta timbulnya cacat anggota tubuh yang menetap. Penyakit yang ditularkan melalui gigitan nyamuk, beberapa jenis nyamuk diketahui berperan sebagai vektor Filariasis antara lain

Mansonia, Anopheles dan Culex.

Di Indonesia, sampai dengan tahun 2003 kasus kronis Filariasis telah menyebar ke 30 provinsi pada lebih dari 231 kabupaten dengan jumlah kasus kronis 6.635 orang. Sampai saat ini di Indonesia telah ditemukan 3 species cacing filaria, yaitu

Wucherecia bancrofti, Brugia Malayi dan Brugia Timori.

Di kabupaten Demak meskipun pada tahun 2008 penyakit Filariasis kasusnya menurun bila dibandingkan pada tahun sebelumnya, Jumlah kasus penyakit filaria pada tahun 2008 sebanyak 2 kasus sedangkan tahun 2007 hanya 4 kasus. Kasus ini merupakan kasus lama.

Program P2 Filariasis masih harus diperhatikan karena mengingat tidak menutup kemungkinan penyebarannya akan meluas ke wilayah lainnya jika tidak dilakukan upaya pencegahan dan pengobatan.

Dokumen terkait