IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.5 Penyakit
Kasus penyakit pada ikan uji banyak ditemukan pada perlakuan keramba jaring tancap baik kelompok KJTK maupun KJTB yaitu sebanyak 2 kasus pada masing-masing kelompok. Pada KJTK ikan yang terkena penyakit memiliki ciri-ciri mata katarak, terdapat benjolan seperti kutil, lecet pada mulut dan terdapat cacing pada siripnya, sedangkan pada KJTB ikan sakit terlihat benjolan seperti kutil dan terdapat cacing pada siripnya. Kasus penyakit pada perlakuan KJA hanya ditemukan pada kelompok KJAK saja sebanyak 1 kasus dengan ciri-ciri penyakit terdapat benjolan seperti kutil pada tubuh ikan dan untuk kelompok KJAB tidak ditemukan. Beberapa gambaran dari kasus yang ditemukan terdapat pada Lampiran 8. Jumlah kasus penyakit yang ditemukan selama penelitian terlihat pada Gambar 15.
Berdasarkan uji statistik dengan SK 95% kasus penyakit yang terjadi pada perlakuan KJT, KJA dan kelompok ukuran kecil, besar tidak berbeda nyata (Lampiran 9).
Gambar 15 Kasus penyakit pada ikan kerapu macan (Ephinephelus fuscoguttatus) yang dipelihara selama 4 minggu. KJTK dan KJTB adalah ikan dalam keramba jaring tancap yang masing-masing berukuran kecil dan besar. KJAK dan KJAB adalah ikan dalam keramba jaring apung yang masing-masing berukuran kecil dan besar.
29
Gambar 16 Fluktuasi kadar oksigen dalam keramba jaring apung dan keramba jaring tancap selama 4 minggu. KJTK dan KJTB adalah ikan dalam keramba jaring tancap yang masing-masing berukuran kecil dan besar. KJAK dan KJAB adalah ikan dalam keramba jaring apung yang masing-masing berukuran kecil dan besar.
4.1.6 Fisika-Kimia Air a. Oksigen Terlarut
Kadar oksigen perairan pada saat pengamatan selama 4 minggu, antara kedua perlakuan memiliki kisaran yang hampir sama yaitu 5,968 – 9,671 ppm untuk keramba jaring tancap dan 5,893 – 9,661 ppm untuk KJA. Kadar oksigen perairan meningkat pada minggu ke-2 dan menurun kembali pada minggu ke-3 dan ke-4. Kadar oksigen yang berada pada kedua sistem budidaya masih berada di atas standar baku kelayakan budidaya yaitu antara 4-15 ppm. Fluktuasi dari oksigen terlarut selama pengamatan dapat dilihat pada Gambar 16.
b. Kecerahan
Kecerahan perairan di sekitar lokasi penelitian pada umumnya berada pada kisaran baku mutu perairan untuk budidaya kerapu yaitu di atas 3 m. kecerahan di kedua wadah perlakuan memiliki nilai yang sama yaitu berkisar antara 4-10 m. Fluktuasi dari kecerahan selama pengamatan dapat dilihat pada Gambar 17.
c. Suhu
Suhu perairan selama penelitian berkisar antara 29,0 0C hingga 29,6 0C untuk keramba keramba jaring tancap dan 29,5 0C hingga 29,8 0C untuk keramba jaring apung. kedua kisaran tersebut berada di luar kisaran baku mutu perairan untuk budidaya kerapu secara intensif (Gambar 18).
Gambar 18 Fluktuasi suhu dalam keramba jaring apung dan keramba jaring tancap selama 4 minggu. KJTK dan KJTB adalah ikan dalam keramba jaring tancap yang masing-masing berukuran kecil dan besar. KJAK dan KJAB adalah ikan dalam keramba jaring apung yang masing-masing berukuran kecil dan besar.
Gambar 17 Fluktuasi kecerahan dalam keramba jaring apung dan keramba jaring tancap selama 4 minggu. KJTK dan KJTB adalah ikan dalam keramba jaring tancap yang masing-masing berukuran kecil dan besar. KJAK dan KJAB adalah ikan dalam keramba jaring apung yang masing-masing berukuran kecil dan besar.
31
d. Kecepatan Arus
Kecepatan arus pada kedua wadah perlakuan sama yaitu berkisar antara 0,03 m/s sampai dengan 0,08 m/s. Kisaran kecepatan arus selama penelitian masih berada di bawah nilai baku mutu perairan untuk budidaya kerapu. Fluktuasi dari kecepatan arus selama pengamatan dapat dilihat pada Gambar 19.
e. Salinitas
Salintas perairan pada kedua wadah perlakuan cenderung normal berada pada kisaran baku mutu perairan untuk budidaya kerapu. Pada umumnya salinitas di keramba jaring tancap lebih tinggi berkisar antara 33-35 ppt dibandingkan KJA yang kisarannya antara 30-33 ppt. Fluktuasi dari salinitas selama pengamatan dapat dilihat pada Gambar 20.
Gambar 19 Fluktuasi kecepatan arus dalam keramba jaring apung dan keramba jaring tancap selama 4 minggu. KJTK dan KJTB adalah ikan dalam keramba jaring tancap yang masing-masing berukuran kecil dan besar. KJAK dan KJAB adalah ikan dalam keramba jaring apung yang masing-masing berukuran kecil dan besar.
f. Derajat Keasaman (pH)
Kisaran pH pada kedua tempat berada pada kisaran baku mutu perairan untuk budidaya kerapu yaitu 6,5 – 9. Nilai derajat keasaman pada KJA cenderung lebih tinggi berkisar 8 – 9 dibandingkan pH pada keramba jaring tancap yang berkisar 7 – 8. Fluktuasi dari derajat keasaman selama pengamatan dapat dilihat pada Gambar 21.
g. Nitrat
Gambar 21 Fluktuasi pH dalam keramba jaring apung dan keramba jaring tancap selama 4 minggu. KJTK dan KJTB adalah ikan dalam keramba jaring tancap yang masing-masing berukuran kecil dan besar. KJAK dan KJAB adalah ikan dalam keramba jaring apung yang masing-masing berukuran kecil dan besar.
Gambar 20 Fluktuasi salinitas dalam keramba jaring apung dan keramba jaring tancap selama 4 minggu. KJTK dan KJTB adalah ikan dalam keramba jaring tancap yang masing-masing berukuran kecil dan besar. KJAK dan KJAB adalah ikan dalam keramba jaring apung yang masing-masing berukuran kecil dan besar.
33
Kadar nitrat pada kedua tempat memiliki kisaran yang sangat rendah, bahkan pada saat awal pemeliharaan hampir tidak terdeteksi dan selalu di dalam kisaran nilai baku mutu. Fluktuasi dari nitrat selama pengamatan dapat dilihat pada Gambar 22.
h. Amoniak
Nilai kisaran amoniak selama penelitian masih berada pada kisaran baku mutu perairan untuk budidaya kerapu yaitu di bawah 1,00 ppm. Pada wadah keramba jaring tancap kisaran amoniak cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan di KJA yaitu 0,10 – 0,22 ppm berbanding 0,06 – 0,10 ppm. Fluktuasi dari amoniak selama pengamatan dapat dilihat pada Gambar 23.
Gambar 22 Fluktuasi nitrat dalam keramba jaring apung dan keramba jaring tancap selama 4 minggu. KJTK dan KJTB adalah ikan dalam keramba jaring tancap yang masing-masing berukuran kecil dan besar. KJAK dan KJAB adalah ikan dalam keramba jaring apung yang masing-masing berukuran kecil dan besar.
i. Ortophosphat
Nilai ortophosphat di KJA cenderung lebih tinggi yaitu 0,10 – 0,12 ppm dibandingkan dengan keramba jaring tancap yang berkisar antara 0,05-0,08 ppm. Kedua kisaran tersebut masih dalam kondisi yang baik untuk budidaya ikan kerapu yaitu 0,01 – 0,10 ppm. Fluktuasi dari ortophosphat selama pengamatan dapat dilihat pada Gambar 24.
Gambar 23 Fluktuasi amoniak dalam keramba jaring apung dan keramba jaring tancap selama 4 minggu. KJTK dan KJTB adalah ikan dalam keramba jaring tancap yang masing-masing berukuran kecil dan besar. KJAK dan KJAB adalah ikan dalam keramba jaring apung yang masing-masing berukuran kecil dan besar.
Gambar 24 Fluktuasi ortophosphat dalam keramba jaring apung dan keramba jaring tancap selama 4 minggu. PCK dan PCB adalah ikan dalam keramba jaring tancap yang masing-masing berukuran kecil dan besar. KJAK dan KJAB adalah ikan dalam keramba jaring apung yang masing-masing berukuran kecil dan besar.
35