• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambar 13 Penyakit karat merah (Cephaleuros sp.): a. bercak merah pada daun; b. sporangium Cephaleuros sp.

Vxvjdh

Gambar 14 Kejadian dan keparahan penyakit karat merah (Cephaleuros sp.) selama empat minggu. ( ) Lahan A, ( ) Lahan B, ( ) Lahan C, ( ) Lahan D

Embun jelaga

Embun jelaga tumbuh pada embun madu yang di sekskresikan A.dispersus. Koloni Capnodium sp. berwarna hitam pekat menyerupai jelaga dan menyelimuti daun jambu air (Gambar 15a). Embun jelaga menyebabkan kerusakan secara tidak langsung, yaitu menghalangi sinar matahari ke daun, sehingga proses fotosintesis menjadi terhambat. Gejala yang ditimbulkan berupa klorotik pada daun. Pertumbuhan tanaman menjadi lambat dan dalam jangka panjang dapat menurunkan vigor tanaman (Lamborn 2009). Tubuh buah berbentuk peritesium atau piknidium.

Gambar 15 Penyakit embun jelaga (Capnodium sp.):a. gejala pada daun; b. piknidium Capnodium sp.

Waktu pengamatan (minggu)

a b

17

Keberadaan embun jelaga hanya ditemukan pada lahan B. Hal tersebut dikarenakan pengamatan dilakukan pada musim hujan. Laksono et al. (2012) melaporkan tingkat keparahan Capnodium sp. meningkat pada musim kemarau seiring dengan berkembangnya populasi kutukebul.

Pengendalian hama kutukebul dapat mencegah tumbuhnya embun jelaga pada daun jambu air. Semut rang-rang dapat membantu mencegah tumbuhnya embun jelaga di daun. Embun madu yang dihasilkan kutukebul dikonsumsi oleh semut rang-rang, sehingga tidak tersedia media tumbuh bagi embun jelaga (Lamborn 2009).

Jamur upas

Jamur upas (Corticium salmonicolor) menyerang pada bagian ranting tanaman jambu air. Serangan jamur upas ditandai adanya tubuh buah cendawan berwarna jingga (Gambar 16b). Ranting yang terserang menjadi busuk, kering dan menyebabkan daun jambu air rontok. Jamur upas yang ditemukan pada lahan B merupakan stadium kortisium. Ciri stadium ini adalah munculnya kerak berwarna jingga pada permukaan ranting (Semangun 2000).

Inang jamur upas adalah tanaman-tanaman berkayu. Jamur upas menjadi penyakit penting pada beberapa tanaman perkebunan dan hortikultura di Indonesia. Beberapa tanaman yang diserang meliputi kopi, kakao, karet, jeruk, dan cengkeh (Alfieri 1968).

Gambar 16 Penyakit jamur upas (C. salmonicolor) pada ranting

Antraknosa

Penyakit antraknosa pada tanaman jambu air menyerang bagian buah, daun, pucuk, dan ranting. Antraknosa pada jambu air disebabkan oleh Gloeosporium sp.

Antraknosa menyebabkan busuk pada bagian dasar buah. Busuk berwarna hitam membentuk pola lingkaran atau bercincin (Gambar 17a). Gejala kerusakan pada daun dan pucuk berupa bercak coklat selanjutnya melebar menjadi hawar (Gambar 17b). Bercak coklat biasanya dimulai dari bagian ujung atau tepi daun. Pucuk yang terserang menjadi layu dan kemudian mati. Serangan pada ranting menyebabkan ranting kering disertai tanda berupa miselium berwarna kelabu yang menyelimuti ranting (Gambar 17c). Infeksi busuk buah antraknosa tidak tinggi pada pertanaman jambu air di Demak. Hal tersebut dikarenakan suhu lingkungan di Demak tidak sesuai untuk perkembangan antraknosa.

18

Gambar 17 Penyakit antraknosa (Gloeosporium sp.):a. busuk pantat buah; b. hawar daun; c. gejala pada ranting; d. kumpulan konidiofor; e. konidia

a b c

10 µm

19

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Hama jambu air yang ditemukan pada lahan penelitian di Kabupaten Demak antara lain kutukebul (Aleurodicus dispersus), ulat pemakan pucuk (Lepidoptera: Tortricidae), kumbang penggulung daun (Apoderus trinotatus), ulat pengorok daun (Lepidoptera: Gracillaridae), wereng pucuk mete (Sanurus indecora), lalat buah (Bactrocera albistrigata), dan ulat pelipat daun (Lepidoptera: Tortricidae). Tingkat kerusakan tertinggi diakibatkan oleh hama ulat pengorok daun sebesar 81.46% di lahan B. Penyakit jambu air yang ditemukan pada empat lahan pengamatan adalah karat merah pada daun (Cephaleuros sp.) dengan keparahan penyakit tertinggi pada lahan B sebesar 34.75%. Penyakit lain yang ditemukan antara lain embun jelaga (Capnodium sp.), jamur upas (Corticium salmonicolor), dan antraknosa (Gloeosporium sp.).

Saran

Teknik pengendalian hama dan penyakit yang perlu diperbaiki oleh petani jambu air di Kabupaten Demak antara lain adalah teknik pengendalian lalat buah dan frekuensi penyemprotan insektisida. Pengendalian lalat buah sebaiknya tidak hanya dengan penguburan buah yang terserang, namun juga dengan pembalikkan tanah. Hal tersebut dilakukan untuk mencegah perkembangan larva menjadi pupa di dalam tanah. Penggunaan perangkap (feromon dan insektisida) dianggap tidak efektif. Hal tersebut dikarenakan waktu pemberongsongan pada area pertanaman jambu air tidak serempak, sehingga apabila perangkap hanya digunakan pada satu lahan saja menyebabkan kerusakan pada lahan lain yang belum masuk pada masa pemberongsongan (masih pembungaan).

Frekuensi penyemprotan insektisida yang dilakukan oleh petani jambu air dianggap terlalu sering. Penyemprotan insektisida kontak dapat dilakukan untuk mengendalikan ulat pemakan pucuk. Sehingga insektisida hanya perlu disemprotkan pada saat tanaman jambu air mengalami fase pemucukan, tidak sepanjang tahun. Penyemprotan insektisida tidak hanya mematikan serangga hama, manun juga mematikan beberapa jenis musuh alami. Sehingga, penelitian selanjutnya diharapkan dapat menghitung kelimpahan hama dan musuh alami pada tanaman jambu air. Selain itu penelitian selanjutnya diharapkan dapat melakukan identifikasi hama dan penyakit jambu air di beberapa daerah lain.

24

DAFTAR PUSTAKA

Agrios GN. 2005. Plant Phatology. Ed ke-5. San Burlington (US): Elsevier Academic Pr.

Alfieri SA. 1968. Limb blight disease caused Corticium salmonicolor B. & BR.

Plant Pathology Circular. 71.

Ashari S. 2006. Meningkatkan keunggulan bebuahan tropis. Yogyakarta (ID): Andi offset.

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2013. Produksi Buah-buahan dan Sayuran Tahunan di Indonesia. [Internet] [diunduh 2014 Des 27]. Tersedia pada: http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?kat=3&tabel=1&daftar=1&id_suby ek=55%20&notab=16.

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2013. Jawa Tengah dalam Angka. Semarang (ID): BPS-BAPPEDA Jateng.

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2014. Jawa Tengah dalam Angka. Semarang (ID): BPS-BAPPEDA Jateng.

Barnett H L, Hunter B B. 1998. Illustrated Genera of Imperfect Fungi. Paul (US): APS Pr.

Borror DJ, Johnson NF, Triplehorn CA. 1981. Introduction to the Study of Insect. Philadelphia (EU): Sounders College Publishing.

Faridah D. 2011. Hama dan penyakit tanaman jambu biji (Psidium guajava L.) di Kecamatan Rancabungur dan KampusIPB Darmaga Bogor[skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Faridah D, Mutaqin KH, Sartiami D. 2013. Lalat buah jambu biji (Bactrocera carambolae (Diptera: Teprithidae). [Internet]. [diunduh 2015 Mei 10]. Tersedia pada: http://apps.cs.ipb.ac.id/ipm/ main/komoditi/detail/25

Hasyim A, Setiawati W, Liferdi L. 2014. Teknologi pengendalian hama lalat buah pada tanaman cabai. Iptek hortikultura. (10): 20-25.

Holliday P, Mowat WP. 1963. Foot rot of Piper nigrum L. (Phytophthora palmivora). London (UK): Commonwealth Mycological Institute.

Kalie MB.1992. Mengatasi Buah Rontok, Busuk, dan Berulat. Depok (ID): Panebar Swadaya.

Kalshoven LGE. 1981. The Pestsof Crops In Indonesia.Vander PA, penerjemah. Jakarta (ID): Ichtiar Baru-van Hoeve. Terjemahan dari: De Plagen van de Culturgewassen in Indonesië.

Karmini M, Hermana, Rozanna RA, Zulfianto NA, Ngadiarti I, Hartati B, Bernandus, Tinexcelly. 2004. Daftar Komposisi Bahan Makanan. Bogor (ID): Puslitbang Gizi dan Makanan Bogor.

Kartikawati LD, Sebayang HT, Sumarni T. 2012. Pengaruh aplikasi pupuk kandang dan tanaman sela (Crotalaria juncea L.) pada gulma dan pertanaman jagung (Zea mays L.). Malang (ID): Universitas Brawijaya. Laksono KD, Nasahi C, Susniahti N. 2010. Inventarisasi Penyakit pada tanaman

Jarak Pagar (Jatripha curcas L.) pada tiga Daerah di Jawa Barat. Jurnal Agrikultura.21(1).

Lamborn AR. 2009. Black, Sooty Mold on Landscape Plants. Florida (US): University of Florida.

23

Mardiningsih TL. 2007. Potensi cendawan Synnematium sp. untuk mengendalikan wereng pucuk jambu mete (Sanurus indecora Jacobi). Jurnal Litbang Pertanian. 26(4): 146-152.

Marwoto, Inayati A. 2011. Kutukebul: Hama kedelai yang pengendaliannya kurang mendapat perhatian. Iptek Tanaman Pangan. 6(1): 87-98.

Morton J. 1987. Fruits of Warm Climates. Miami (US): Florida Flair.

Nelson SC. 2008. Cephaleuros species, the plant parasitic green algae. Plant diease.43.

Rahayu GA. 2011. Keefektifan tiga atraktan menggunakan bola berwarna dalam menangkap imago lalat buah pada jambu biji di Kecamatan Tanah Sareal Kota Bogor[skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Semangun H. 2000. Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan. Yogyakarta: UGM Press.

Siwi SS, Hidayat P, Suputa. 2006. Taksonomi dan Bioekologi Lalat Buah Penting di Indonesia (Diptera: Tephritidae). Bogor: Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian.

Soesanto L. 2006. Penyakit Pascapanen. Yogyakarta (ID): Kanisius.

Suwandi. 2003. Peledakan penyakit karat merah alga pada tanaman gambir (Uncaria gambir) di Babat Tomat, Sumatera Selatan. Pest Tropical Journal. 1(1).

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah pada tanggal 20 Desember 1993 yang merupakan putri pertama dari 3 bersaudara pasangan Drs Enang Basuki dan Mulyantini, Spd. Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Menengah Atas pada tahun 2011 di SMA N 1 Demak. Pada tahun yang sama, penulis diterima sebagai mahasiswa Departemen Proteksi Tanaman di Institut Pertanian Bogor melalui jalur SNMPTN Undangan.

Selain aktif di bidang akademik, penulis juga aktif di bidang non-akademik. Penulis menjadi pengurus Himpunan mahasiswa proteksi tanaman (HIMASITA) 2013-2015. Organisasi lain yang diikuti adalah organisasi daerah IKAMADE (Ikatan mahasiswa dan alumni Demak) sebagai bendahara tahun 2012-2013. Penulis juga aktif di beberapa kegiatan kepanitian, salah satunya menjadi ketua divisi hubungan masyarakat dalam acara National Plant Protection Event IPB 2014. Penulis mengikuti kegiatan IPB Goes to Field di Pekalongan pada tahun 2013. Kegiatan seni yang diikuti oleh penulis adalah Klub Tari Saman Departemen Proteksi Tanaman. Penulis memperoleh beasiswa PPA pada tahun 2013-2014. Pada tahun 2014, penulis menjadi asisten praktikum mata kuliah Dasar-dasar Proteksi Tanaman dan mata kuliah Biologi Cendawan. Pada tahun yang sama, penulis beserta tim berhasil memperoleh juara III pada LCC Plant Protection Day tingkat Nasional di Universitas Padjajaran.

Dokumen terkait