• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

2.4 Penyakit-Penyakit Infeksius pada Ikan Lele

2.4 Penyakit-Penyakit Infeksius pada Ikan Lele

2.4.1 Parasit

Supriyadi et al. (1986) menyatakan bahwa kematian benih ikan lele sekitar 80-100 % disebabkan oleh parasit-parasit dari golongan ciliata seperti Ichthiophthirius multifiliis, Trichodina spp. dan Epistylis spp. ; cacing monogenea seperti Gyrodactylus spp. dan Dactylogyrus spp. ; serta parasit yang tergolong berbahaya dari golongan Myxosporea yaitu Henneguya spp.. Berdasarkan data yang ada pada Dinas Perikanan Propinsi Jawa Barat, bahwa parasit yang umum

menyerang ikan lele antara lain Ichthiophthirius multifiliis dan Argulus sp. Hasil penelitian yang dilakukan di Balai Budidaya Air Tawar Sukabumi diperoleh jenis-jenis parasit yang ditemukan menginfeksi benih ikan lele dumbo yaitu Trichodina spp.,Trichodinella spp., Ichthiophthirius multifiliis, Gyrodactylus spp., Cryptobia spp.. Sedangkan menurut Hariyadi (2006), parasit yang menyerang ikan lele yaitu Vorticella, Cryptobia sp., Trichodina, Ichthyophthirius multifiliis, Myxosporidea,

Gyrodactylus, Dactylogyrus, Branchionus, Metaserkaria dari trematoda digenea

dan Lytocestus parvulus.

1. Protoza

Epistylis spp.

Menurut Kabata (1985), Epistylis spp. digolongkan dalam filum Ciliophora, sub kelas Peritricha, ordo Peritrichida, sub ordo Sessilina, famili Epistylidae, genus Epistylis, spesies Epistylis spp..

Menurut Flynn (1973), tubuh berbentuk seperti kerucut dn mempunyai cilia di daerah ujung adoral. Organisme muda berenang bebas mempunyai cilia tambahan yang melingkar disekitar ujung posterior tubuh. Kabata (1985) menambahkan, Epistylis spp. mempunyai makronukleus lonjong seperti sosis, ciri perbedaan yang paling penting adalah tangkai yang tidak kontraktil. Selnya sendiri cukup baik untuk berkontraksi dan menarik kembali periostoma ke dalam sel.

Secara individual Epistylis spp. hidup di dekat luka atau kerusakan lainnya di daerah kulit. Beberapa genus ini bersifat parasit obligat dan hampir tidak spesifik terhadap ikan sebagai induk semang definitif. Asia Tenggara yang kehidupan akuakultur air tawar kaya akan unsur organik mendukung dan mungkin dapat diharapkan adanya kondisi seperti itu untuk kehidupan protozoa. Gejala klinis yang tampak pada ikan yang terserang Epistylis spp. yaitu ikan menjadi lemah, menyebabkan terjadinya iritasi kulit, menekan sel epitel yang diserangnya mengakibatkan kelainan bentuk dan gangguan fungsi dari epitel. Kumpulan koloni pada kulit dapat menginfeksi alat pernafasan, pada beberapa ikan yang umumnya kulit berfungsi sebagai alat untuk bernafas. Koloni besar dari Epistylis spp. pada opercula dapat menggangu gerakan normal dan menginfeksi alat

pernafasan, pertumbuhan terhambat serta berat badan ikan menurun (Kabata 1985).

Eimeria

Menurut Woo (2006), Emeria digolongkan dalam filum Apicomplexa, kelas Sporozoasida, Subkelas Coccidiasina, Ordo Eucoccidiorida, Subordo Eimeriorina, famili Eimeriidae dan genus eimeria.

Eimeria spp. merupakan coccidia yang menginfeksi beragam jenis ikan air

tawar dan air laut serta menyebabkan penyakit coccidiosis. Emeria tidak hanya menginfeksi sel-sel epitel tetapi juga organ dalam termasuk gonad. Emeria subepitelia merupakan spesies emeria yang menginfeksi ikan-ikan cyprinid menyebabkan area bintik-bintik putih agak menonjol pada bagian saluran pencernaan anterior dan tengah. E. carpelli menginfeksi ikan cyprinid menyebabkan borok, hemoragi pada saluran pencernaan. Adapun E. sardinae menginfeksi ikan-ikan air laut menyebabkan reaksi granulomatous pada hati dan testis (Irianto 2005). Infeksi pada usus sering bersifat asimtomatis tetapi dapat menyebabkan nekrosa pada epitel usus dan enteritis. Inflamasi pada usus disebabkan oleh pembentukan ookista. Parasit ektraintestin dapat juga menyebabkan lesion dengan kerusakan sel target yang khas dan diikuti dengan inflamasi. Selain itu, infeksi juga terjadi pada organ reproduksi, hati, limpa dan gelembung renang (Noga 2000).

2. Trematoda Digenea

Anatomi Trematoda Digenea

Digenea menyebabkan infeksi asimtomatik pada ikan yang hidup liar/bebas. Ada 1700 spesies digenea dewasa menginfeksi ikan. Metaserkaria lebih sering terdapat pada ikan dewasa (Noga 2000). Bentuk tubuh pipih dorsoventral, tidak bersegmen, biasanya berbentuk oval atau seperti wajik kadang-kadang juga berbentuk oval secara melintang (leher lebih dominan). Trematoa digenea umumnya mempunyai dua alat penghisap (sucker), satu penghisap oral yang terletak di dekat anterior dan satu penghisap ventral yang letaknya bervariasi (Kabata 1985).

Siklus Hidup

Menurut Noga (2000), siklus hidup dari trematoda digenea yaitu digenea dewasa menghasilkan telur yang keluar dari usus inang definitif (ikan, beruang atau mamalia), telur menetas menjadi mirasidium yang menginfeksi moluska (siput atau keong) sebagai inang antara. Serkaria berkembang dikeluarkan oleh moluska dan mengalami penetrasi pada ikan. Setelah menempati jaringan target, serkaria berubah menjadi metaserkaria dimana biasanya membentuk kista di jaringan. Ikan yang juga sebagai inang antara mengandung kista dari metaserkaria trematoda digenea dimakan oleh inang definitif kemudian metaserkaria berubah menjadi dewasa. Irianto (2005) menambahkan, trematoda digenea memiliki siklus hidup yang komplek dengan melibatkan sejumlah inang definitif. Ikan dapat berperan sebagai inang sementara dan inang definitif tergantung spesies trematoda digenea. Trematoda dapat berupa parasit ekternal atau internal pada berbagai macam organ.

Patogenesis

Kebanyakan digenea dewasa berada di dalam gastrointestinal, tetapi jarang menginfeksi gelembung renang, ovary, peritoneum, vesica urinaria atau sistem sirkulasi (Noga 2000).

Kerusakan inang biasanya terjadi selama serkaria migrasi yang menyebabkan hemoragi, nekrosis dan inflamasi di tempat migrasi dari serkaria, jika terjadi infeksi bersifat akut sangat fatal khususnya pada ikan kecil. Serkaria berpindah atau migrasi dari jaringan inang definitif dapat mengganggu fungsi organ. Metaserkaria dapat ditemukan di beberapa jaringan, tergantung pada spesies digenea yang menginfeksi. Metaserkaria dapat merusak nilai estetika dan menurunnya laju pertumbuhan pada ikan. Lesion terlihat bewarna putih atau kuning karena warna dari cacing, selain itu juga bewarna hitam karena hiperpigmentasi reaksi dari inang definitif (Noga 2000).

Metaserkaria trematoda digenea dapat berbahaya bagi ikan yaitu

Diplostomum yang metaserkarianya menginfeksi lensa mata ikan salmon dan ikan

lainnya, menyebabkan kebutaan dan selanjutnya dapat menghambat kemampuan mencari makan. Metaserkaria dari famili heterophyidae menyebabkan kerusakan hebat pada insang, penurunan kemampuan respirasi dan mortalitas yang tinggi

pada ikan subtropis dan tropis selain itu juga menyebabkan morbiditas serius di Florida dan Israel (Noga 2000). Menurut Olson dan Pierce (1997), kista dari metaserkaria dapat menimbulkan respon pada inang definitif berupa proliferasi kartilago dari perikondrium dan respon fibroblastik pada jaringan insang, selain itu juga mengakibatkan hiperplasia epitel insang dan fusi (penyatuan) lamela insang sehingga terjadi kerusakan dan berkurangnya permukaan respirasi insang serta berkurangnya efisiensi difusi gas.

Beberapa trematoda digenea yaitu dari kelompok heterophyds

(Heterophyes, Haplorchis, Metagonimus) dan opisthorchids (Chlonorchis,

Opisthorchis) dapat menginfeksi manusia karena cacing ini bersifat zoonosis.

Manusia dapat terinfeksi dengan cara memakan daging ikan yang mengandung kista dari metaserkaria trematoda digenea yang tidak dimasak dengan baik atau sempurna dan tidak diasinkan (Noga 2000). Menurut Woo (2006), kasus pada manusia pernah dilaporkan di negara Israel dan Jepang menyebabkan laryngitis akut pada manusia.

Dokumen terkait