• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

2.3 Kondisi Rongga Mulut pada Atlet

2.3.4 Penyakit periodontal

Penyakit periodontal adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri yang terakumulasi dalam plak yang menyebabkan gingiva mengalami peradangan. Faktor yang mempengaruhi pembentukan plak adalah oral higiene, serta faktor-faktor penjamu seperti diet, komposisi dan laju aliran saliva. Ada dua tipe penyakit periodontal yang biasa dijumpai yaitu gingivitis dan periodontitis.26,41

Gingivitis merupakan lesi inflamasi pada gingiva.41 Gingivitis adalah bentuk penyakit periodontal yang ringan, yang secara klinis ditandai dengan gingiva berwarna merah, membengkak, mudah berdarah, perubahan kontur, kehilangan adaptasi terhadap gigi, dan peningkatan jumlah cairan sulkular.26,41 Terjadinya gingivitis akibat adanya plak gigi yang meliputi berbagai macam bakteri dan menginduksi perubahan patologis pada jaringan secara langsung maupun tidak langsung.41

Periodontitis merupakan infeksi yang disebabkan inflamasi kronis yang mengenai jaringan gingiva, tulang penyangga gigi, dan jaringan ikat di sekitar gigi.42 Secara klinis perbedaan periodontitis dan gingivitis adalah pada periodontitis dijumpai adanya kehilangan perlekatan jaringan ikat ke gigi pada keadaan gingiva yang terinflamasi. Juga terjadi kehilangan ligamen periodontal dan terganggunya perlekatannya ke sementum, dan resorpsi tulang alveolar.

Faktor risiko penyakit periodontal dibagi menjadi faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi atau dapat dimodifikasi. Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi biasanya berasal dari individu itu sendiri, oleh karena itu tidak mudah diubah, sedangkan faktor risiko yang dapat dimodifikasi biasanya berupa lingkungan atau perilaku.43,44

Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi, yaitu: 43,44 1. Respons host

Pandangan saat ini didasarkan pada banyaknya bukti bahwa penyakit periodontal adalah hasil dari respons imun yang tidak memadai terhadap infeksi bakteri daripada efek merusak dari bakteri patogen secara langsung. Periodontitis kronis melibatkan interaksi kompleks antara faktor mikroba dan kerentanan host.

2. Osteoporosis

Banyak penelitian yang dilakukan sampai saat ini menunjukkan ada hubungan antara osteoporosis dan kehilangan tulang. Osteoporosis secara signifikan dikaitkan dengan kehilangan tulang alveolar yang parah dan prevalensi kasus periodontitis pada wanita pasca menopause.

Faktor risiko yang dapat dimodifikasi, yaitu:34,43,44 1. Mikroorganisme

Terdapat ratusan spesies bakteri subgingival pada periodontitis dan sejumlah kecil dikaitkan dengan perkembangan penyakit dan dianggap etiologi penting.Dari semua jenis bakteri yang berkolonisasi di mulut, ada tiga spesies yang diyakini terlibat sebagai agen penyebab periodontitis, yaitu Porphyromonas gingivalis, Actinobacillus actinomycetemcomitans, dan Tannerella forsythia.

2. Merokok

Merokok memberikan efek merusak yang cukup besar pada jaringan periodontal dan meningkatkan laju perkembangan penyakit periodontal . Hal ini dapat dijelaskan dengan fakta bahwa nikotin menyebabkan vasokonstriksi lokal, mengurangi aliran darah, edema, dan tanda-tanda klinis peradangan. Reseptor asetilkolin nikotin ditemukan memainkan peran penting dalam pengembangan nikotin terhadap periodontitis.

3. Diabetes melitus

Salah satu manifestasi diabetes di rongga mulut adalah gingivitis dan periodontitis. Pasien dengan diabetes yang tidak terdiagnosis atau tidak terkontrol berada pada risiko tinggi untuk penyakit periodontal. Periodontitis juga berlangsung lebih cepat pada penderita diabetes yang tidak terkontrol.

4. Obat-obatan

Obat dapat menjadi faktor risiko dalam penyakit periodontal. Obat-obatan seperti antikonvulsan dan calcium channel-blocker dapat menginduksi pertumbuhan gingiva yang berlebih.

5. Stres

Pasien stres mempunyai risiko lebih besar untuk terjadinya penyakit periodontal yang parah. Stres berkaitan dengan kebersihan mulut yang buruk, meningkatkan sekresi glukokortikoid yang dapat menekan fungsi kekebalan tubuh, meningkatkan resistensi insulin, dan berpotensi meningkatkan risiko periodontitis. Respons host terhadap infeksi Porphyromonas gingivalis dapat menurun pada individu dengan stres.

Berdasarkan faktor-faktor diatas, salah satu faktor yang banyak mempengaruhi atlet adalah ketidakseimbangan antara kompetisi olahraga dan kehidupan sehari-hari yang menyebabkan banyak atlet menghadapi stres dan kecemasan yang lebih dari orang lain. Terdapat dua tipe stres yang dialami para atlet: eustress dan distress. Eustress adalah tipe stres yang baik berasal dari tantangan aktivitas yang menyenangkan (tantangan olahraga). Sebaliknya, distress adalah tipe yang buruk dari stres yang ditimbulkan ketika harus beradaptasi dengan tuntutan yang teralu banyak. Stres berkepanjangan juga dapat dialami oleh atlet ketika mereka bertemu dengan faktor stres secara berkesinambungan dan dalam durasi yang lama. Ketika program pelatihan diperpanjang, mereka akan dihadapkan pada stres dan kecemasan yang berlebih. Stres yang meningkat menghasilkan perubahan dalam diet, nutrisi, dan berpengaruh pada kesehatan gigi dan mulut yang dapat menyebabkan penyakit gingiva dan periodontal.20

Berbagai studi mengindikasikan adanya korelasi antara penyakit periodontal dengan stres. Penyakit gingiva dan periodontal sangat umum terjadi pada atlet apabila stres dan kecemasan telah melewati titik batas maksimum. Ketika tidak ada homeostasis antara jumlah stres dan mekanisme untuk mengatasi stres, hal tersebut akan menghasilkan perubahan mekanisme pertahanan tuan rumah dan meningkatkan kerentanan terhadap penyakit periodontal. Ketika stres berada di luar kemampuan untuk mengatasinya, hormon stres yang mengatur hasil inflamasi gingiva dan penyakit periodontal meningkat. Atlet dengan tingkat kecemasan tinggi pra-kompetisi lebih rentan terhadap penyakit periodontal.20

Penelitian yang dilakukan oleh Needleman, dkk. pada atlet yang berpartisipasi dalam 25 cabang olahraga pada Olympic Games di London pada tahun 2012, diperoleh prevalensi gingivitis sebesar 76% dan periodontitis sebesar 15%.7 Pengamatan yang dilakukan oleh Ashley, dkk. terhadap beberapa hasil studi yang dilakukan pada atlet, melaporkan bahwa prevalensi penyakit periodontal sebesar 15-76%.5

Beberapa indeks sederhana dan dapat dipercaya tersedia untuk membantu dokter gigi dan peneliti mengukur status periodontal seseorang. Ada beberapa indeks

yang biasa digunakan seperti indeks plak oleh Loe dan Silness, indeks plak O’Leary, indeks oral hygiene dan oral hygiene simplified, indeks plaque formation rate, indeks oral rating, community periodontal index and treatment needs, indeks keparahan penyakit periodontal oleh Russel dan Ramfjord, dan indeks gingivitis oleh Loe dan Silness.26

2.4 Pencegahan

Penyakit gigi dan mulut pada atlet dapat dicegah walaupun beberapa faktor risiko mungkin sulit untuk dikurangi, misalnya frekuensi asupan karbohidrat selama latihan, tetapi tindakan untuk mengurangi dampak negatif mungkin dapat membantu. Tindakan sederhana dapat memiliki dampak yang besar pada kesehatan mulut. Namun, banyak tindakan ini bergantung pada perilaku kesehatan yang sangat sulit untuk diubah. Sama halnya dengan penyakit gigi dan mulut, cedera traumatis olahraga juga dapat dicegah walaupun beberapa di antaranya tidak dapat dihindari.45 Pencegahan awal terhadap semua penyakit gigi dan mulut dapat dilakukan dengan melakukan promosi kesehatan dan pendidikan dengan pendekatan multilevel termasuk individu (atlet), lokal (tim medis dan dental), dan tingkat tinggi (organisasi olahraga nasional/internasional).6

Beberapa cara pencegahan lain yang juga dapat dilakukan, yaitu:6,31,46 1. Karies

a. Pengurangan kuantitas dan frekuensi asupan karbohidrat dilakukan apabila memungkinkan dan konsumsi sport drink harus sesuai dengan tujuannya yaitu untuk menghilangkan dehidrasi.

b. Menggunakan pasta gigi dengan kandungan fluor.

c. Menjaga kebersihan gigi dan mulut dengan membersihan plak gigi setiap hari (menyikat gigi dan membersihkan interdental).

2. Erosi gigi

a. Hindari mengulum sport drink.

b. Gunakan sedotan saat mengonsumsi sport drink.

d. Hindari juga menyikat gigi segera setelah mengonsumsi sport drink.

e. Mengonsumsi keju atau produk lain yang dapat memberikan manfaat untuk meremineralisasi enamel setelah mengonsumsi makanan atau minuman bersifat asam.

3. Trauma dental

Pemakaian mouthguard dapat mengurangi keparahan cedera olahraga pada daerah gigi dan struktur disekitarnya atau bahkan dapat dihindari. Peran mouthguard sebagai pelindung yaitu mencegah laserasi lidah, bibir, dan pipi akibat benturan dengan gigi dan mengurangi risiko cedera gigi anterior disebabkan pukulan frontal. Sejumlah penelitian telah menunjukkan bahwa pemakaian mouthguard mengarah ke penurunan yang signifikan dalam trauma dental.

4. Penyakit periodontal

a. Deteksi dini

b.Menjaga kebersihan gigi dan mulut dengan membersihan plak gigi setiap hari (menyikat gigi dan membersihkan interdental).

BAB 1 PENDAHULUAN

Dokumen terkait