• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. LANDASAN TEORI

II. B. 3. Penyebab Kesepian

Ada beberapa hal yang dapat menyebabkan seseorang merasakan kesepian, yaitu (Brehm, 2002):

Ada beberapa alasan mengapa kita merasa tidak puas atas hubungan yang kita miliki. Rubenstein dan Shaver (dalam Brehm, 2002) menyimpulkan beberapa alasan yang banyak dikemukakan oleh orang-orang yang merasakan kesepian, yaitu:

1) Tidak terikat: tidak memiliki pasangan (suami atau istri); tidak memiliki partner seksual; berpisah dengan pasangan (suami atau istri) atau kekasih.

2) Terasing: merasa berbeda; tidak dimengerti; tidak dibutuhkan; tidak memiliki teman dekat.

3) Sendirian: pulang ke rumah tanpa ada orang di rumah; selalu sendirian 4) Isolasi yang dipaksakan: dikurung di rumah; dirawat inap di rumah sakit;

tidak adanya transportasi.

5) Dislocation: jauh dari rumah; memulai pekerjaan atau sekolah baru; terlalu sering pindah; sering bepergian.

Pada janda, kesepian yang dialaminya lebih disebabkan karena kehilangan pasangannya (suaminya).

b. Terjadi perubahan dalam apa yang diinginkan seseorang dari suatu hubungan Brehm (2002) menyimpulkan berdasarkan model Perlman dan Peplau tentang kesepian, kesepian dapat muncul karena perubahan dalam pemikiran kita tentang apa yang kita inginkan dari suatu hubungan. Pada suatu waktu dalam kehidupan kita, hubungan sosial kita mungkin sangat memuaskan sehingga kita tidak merasakan kesepian. Hubungan ini mungkin terus bertahan tetapi terjadi perubahan kepuasan karena apa yang kita inginkan juga mengalami perubahan.

Menurut Peplau dkk. (dalam Brehm, 2002) perubahan itu dapat muncul dari beberapa sumber yang berbeda, yaitu:

1) Perubahan suasana hati

Jenis hubungan yang diinginkan seseorang ketika dia senang akan berbeda dengan jenis hubungan yang diinginkannya ketika dia sedih.

2) Usia

Seiring dengan bertambahnya usia, perkembangan seseorang membawa perubahan yang akan mempengaruhi harapan atau keinginannya terhadap suatu hubungan. Jenis persahabatan yang sangat memuaskan ketika seseorang berusia 15 tahun dapat menjadi tidak memuaskan ketika dia berusia 25 tahun.

3) Perubahan situasi

Banyak orang yang tidak menginginkan suatu hubungan emosional yang dekat ketika sedang mempersiapkan karirnya. Namun, ketika dia telah merasa puas terhadap karirnya, mereka akan merasakan kebutuhan yang besar akan suatu hubungan yang memiliki komitmen secara emosional. Jadi, apapun alasannya, kita akan merubah pemikiran kita tentang apa yang kita inginkan dari suatu hubungan, dan jika hubungan itu tidak turut berubah, maka kita akan mengalami kesepian.

c. Self-esteem

McWhirter, Rubenstein dan Shaver (dalam Brehm, 2002) mengatakan bahwa kesepian berhubungan dengan self-esteem yang rendah. Orang yang mengatakan bahwa dia kesepian juga sering menganggap dirinya memalukan dan tidak pantas dicintai. Kemungkinan karena dia memiliki self-esteem yang rendah, orang yang

merasa kesepian cenderung merasa tidak nyaman dalam situasi sosial yang beresiko. Untuk mengantisipasi ketidaknyamanan ini mendorong orang yang kesepian untuk mengurangi kontak sosialnya yang akan menyebabkannya kesulitan dalam membangun hubungan sosial untuk mengurangi kesepian yang dialaminya.

d. Perilaku interpersonal

Berbeda dengan orang yang tidak kesepian, orang yang kesepian menilai orang lain secara negatif (Jones dkk. dalam Brehm, 2002). Mereka sangat tidak menyukai orang lain (Rubenstein & Shaver dalam Brehm, 2002); tidak percaya pada orang lain (Vaux dalam Brehm, 2002); menginterpretasikan tindakan dan perhatian orang lain secara negatif (Hanley-Dunn dkk. dalam Brehm, 2002); dan memiliki sikap bermusuhan (Check dkk. dalam Brehm, 2002).

Orang yang kesepian juga tidak memiliki kemampuan sosial yang baik dengan orang lain (Solano & Koester dalam Brehm, 2002). Dalam interaksi sosial, orang yang kesepian lebih pasif dibanding yang tidak kesepian, ragu-ragu untuk mengekspresikan opininya di depan publik (Hansson & Jones dalam Brehm, 2002), secara sosial mereka tidak responsif dan tidak sensitif (Brehm, 2002). Dari hasi penelitian Jones, Hobbs, & Hackenbury dalam Brehm, 2002) dapat dilihat orang yang kesepian itu mempunyai percakapan yang sedikit dengan orang lain, sedikit bertanya, lambat dalam merespon percakapan orang lain, kurang tertarik untuk melanjutkan topik diskusi. Orang yang kesepian juga kelihatan ragu untuk mengembangkan hubungan intimnya dengan orang lain, dan memiliki self-disclosure yang rendah (Davis dalam Brehm, 2002). Selain itu, Check dkk. (dalam

Brehm, 2002) menambahkan bahwa laki-laki yang kesepian lebih agresif secara fisik dibandingkan yang tidak kesepian.

Berdasarkan perilaku yang negatif dan janggal secara sosial atau perilaku yang tidak diinginkan, orang-orang yang kesepian akan mendatangkan reaksi yang negatif dari orang lain (Brehm, 2002). Teman berbicara orang yang kesepian merasa bahwa dia tidak mengenal orang itu dengan baik (Solano dkk. dalam Brehm, 2002) dan menganggap orang yang kesepian itu tidak mampu bersosialisasi (Spitzberg & Canery dalam Brehm, 2002). Selain itu, orang yang kesepian terlihat terperangkap dalam tingkat sosial yang menurun terus. Mereka menolak orang lain, tidak memiliki kemampuan sosial dalan berperilaku dengan orang lain, dan ditolak orang lain.

e. Atribusi Kausal

Menurut pandangan ini, kesepian akan terjadi lebih sering dan lebih lama ketika seseorang yakin bahwa karakteristik yang mereka miliki menyebabkan kesepian yang mereka rasakan (Michela dalam Brehm, 2002). Dari tabel di bawah akan tampak perbedaan locus of causality terhadap kesepian.

Tabel 1

Penjelasan Tentang Kesepian

Stabilitas Locus of causality

Internal Eksternal

Stabil Saya kesepian karena saya tidak menarik.

Saya tidak pernah pantas untuk dicintai.

Orang-orang yang ada di sini bersikap sangat dingin dan impersonal. Tidak ada dari antara mereka yang dapat berbagi ketertarikan dengan saya. Saya rasa saya harus pindah dari sini.

Tidak stabil

Saya merasa kesepian sekarang, tetapi saya tidak ingin hal ini terus berlanjut. Saya ingin berhenti bekerja dan berjalan keluar serta bertemu dengan orang-orang yang baru.

Semester pertama di perguruan tinggi merupakan masa yang terburuk. Saya yakin hal ini akan segera membaik.

Sumber: diadaptasi dari Intimate Relationship (hal. 413) oleh Sharon S. Brehm, New York:McGraw-Hill,Inc.

Jenis atribusi internal yang stabil menggambarkan orang-orang yang depresi- dialah penyebab kesengsaraan yang dirasakannya dan hal tersebut tidak dapat diubah. Atribusi ini menghalangi seseorang untuk bertemu dengan orang lain dan menjalin pertemanan. Dalam atribusi eksternal yang tidak stabil menunjukkan adanya harapan bahwa keadaannya akan berubah menjadi lebih baik.

Dokumen terkait