• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

B. Penyebab Terjadinya Keluhan Musculoskeletal Disorders

Terjadinya keluhan musculoskeletal disorders terdapat beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya keluhan musculoskeletal disorders, antara lain :

1. Faktor Individu a. Umur

Pada umumnya keluhan otot skeletal mulai dirasakan pada usia kerja, yaitu 25-65 tahun. Keluhan pertama biasanya dirasakan pada umur 35 tahun dan tingkat keluhan akan terus meningkat sejalan dengan bertambahnya usia (umur). Hal ini terjadi karena pada umur setengah baya, kekuatan dan ketahanan otot mulai menurun sehingga tingkat risiko terjadinya keluhan otot meningkat.1

b. Lama Kerja

Lamanya seseorang bekerja sehari secara baik pada umumnya 6-8 jam dan sisanya dipergunakan untuk beristirahat. Memperpanjang waktu kerja lebih dari itu biasanya disertai menurunnya efisiensi, timbulnya rasa lelah, penyakit dan kecelakaan kerja, faktor-faktor lingkungan seperti cuaca kerja

(panas atau dingin), getaran, penerangan berpengaruh terhadap lamanya kerja. Dalam hal lamanya kerja melebihi ketentuan-ketentuan yang ada, perlu diatur waktu istirahat khusus dengan mengadakan organisasi kerja secara khusus. Pengaturan kerja demikian bertujuan agar kemampuan kerja dan kesegaran jasmani serta rohani dapat dipertahankan.10

c. Jenis Kelamin

Walaupun masih ada perbedaan pendapat dari beberapa ahli tentang pengaruh jenis kelamin terhadap risiko keluhan otot skeletal, namun beberapa hasil penelitian secara signifikan menunjukan bahwa jenis kelamin sangat mempengaruhi tingkat risiko keluhan otot. Hal ini terjadi karena secara fisiologis, kemampuan otot wanita memang lebih rendah dari pada pria.1 d. Status Gizi

Status gizi merupakan situasi keadaan tubuh manusia akibat mengkonsumsi makanan dan pengaruh zat-zat gizi yang lebih maupun kurang. Secara klasik kata gizi hanya dihubungkan dengan kesehatan tubuh yaitu untuk menyediakan energi, membangun dan memelihara jaringan tubuh serta untuk mengatur proses-proses kehidupan dalam tubuh. Disamping hanya untuk kesehatan, gizi juga dikaitkan dengan potensi ekonomi seseorang karena gizi berkaitan dengan perkembangan otak, kemampuan belajar dan produktivitas kerja.11

Status gizi seseorang dapat diukur dengan menggunakan Indeks Masa Tubuh / IMT (Body Mass Indeks / BMI):12

IMT = ( )

² ( )

Tabel 2.1

Batas Ambang IMT Untuk Indonesia

Kategori IMT

Kurus Kekurangan berat badan tingkat berat < 17,0 Kekurangan berat badan tingkat ringan 17,0 – 18,4

Normal 18,5 – 25,0

Gemuk Kelebihan berat badan tingkat ringan 25,1 – 27,0 Kelebihan berat badan tingkat berat > 27,0

Sumber : Depkes RI 1994 dalam Sunita Almatsier, 2001

e. Ukuran Tubuh

Walaupun pengaruhnya sangat relatif kecil, berat badan, tinggi badan dan massa tubuh merupakan faktor yang dapat menyebabkan terjadinya kelelahan otot skeletal. Hal ini diperkuatnya temuan oleh Werner et al (1994) yang menyatakan bahwa bagi pasien yang gemuk (obesitas dengan massa tubuh >29) mempunyai tingkat risiko 2,5 lebih tinggi dibandingkan dengan yang kurus (massa tubuh <20), khususnya pada otot kaki.1 Temuan lain menyatakan bahwa pada tubuh yang tinggi umumnya sering mengalami keluhan sakit punggung, tetapi untuk tubuh tinggi tidak mempunyai pengaruh terhadap keluhan pada leher, bahu, dan pergelangan tangan. Apabila di cermati, keluhan otot skeletal yang terkait dengan ukuran tubuh lebih di sebabkan oleh kondisi keseimbangan struktur rangka di dalam menerima beban, baik beban berat tubuh maupun beban tambahan lainnya.1

f. Kekuatan Fisik

Dalam kondisi kekuatan yang berbeda apabila harus melakukan pekerjaan yang memerlukan pengerah atau gerakan otot, sangat terlihat yang memiliki kekuatan otot yang rendah akan lebih rentan terhadap risiko cedera otot. Secara fisiologis ada yang dilahirkan dengan struktur otot yang memiliki kekuatan fisik lebih kuat dibandingkan dengan yang lainnya.1

g. Kebiasaan Olahraga

Mengingat pentingnya kesegaran jasmani (olahraga) untuk kesehatan dan produktivitas kerja, maka pembinaan kesegaran jasmani perlu mendapat perhatian yang lebih sungguh-sungguh baik berupa pelaksanaan, pembinaan kesegaran jasmani yang khusus maupun berbagai jenis olahraga. Pembinaan kesegaran jasmani perlu dilakukan sejak seleksi tenaga kerja berupa tes kesegaran jasmani misalnya dangan progam aerobik.10

Pada umumnya, kelelahan otot lebih jarang ditemukan pada seseorang yang dalam aktivitas keseharianya mempunyai cukup waktu untuk beristirahat. Namun, sebaliknya bagi seseorang yang dalam kesehariannya melakukan pekerjaan yang memerlukan pengerahan tenaga atau gerakan otot yang besar dan disisi lain tidak mempunyai waktu yang cukup untuk beristirahat, hampir dapat dipastikan akan terjadinya keluhan musculoskeletal disorders. Untuk tingkat kesegaran tubuh atau kebiasaan dalam berolahraga yang rendah akan mempertinggi risiko terjadinya keluhan musculoskeletal disorders serta keluhan musculoskeletal

disorders akan meningkat seiring dengan berjalannya aktivitas dalam bekerja.1

h. Kebiasaan Merokok

Kebiasaan merokok akan dapat menurunkan kapasitas paru-paru, sehingga kemampuan untuk mengkonsumsi oksigen menurun dan sebagai akibatnya, tingkat kesegaran tubuh juga menurun. Hal ini sebenarnya berkaitan erat dengan kondisi kesegaran tubuh seseorang. Apabila seseorang harus melaksanakan tugas yang menuntut pengerahan tenaga extra, maka akan mudah lelah dikarenakan kandungan oksigen dalam darah rendah, pembakaran karbohidrat terhambat, terjadinya tumpukan asam laktat serta akhirnya menimbulkan keluhan musculoskeletal disorders.1

i. Masa Kerja

Masa kerja adalah seorang yang bekerja di hitung dari pertam masuk hingga saat penelitian berlangsung. Massa kerja ini menunjukan lamanya seseorang tertekan paparan ditempat kerja hingga saat terjadi penelitian. Semakin lama massa kerja seseorang, semakin lama tertekan paparan di tempat kerja sehingga semakin tinggi risiko terjadinya penyakit akibat kerja seperti musculoskeletal disorders. Massa kerja di kategorikan menjadi 3 (tiga), yaitu 13 :

1. Masa kerja baru : < 6 tahun. 2. Masa kerja sedang : 6-10 tahun. 3. Masa kerja lama : > 10 tahun.

Berdasarkan hasil penelitian Joice Sari Tampubolon (2014) menunjukan bahwa responden dengan masa kerja < 1 tahun berjumlah 10 orang (33,33%); kategori masa kerja 1-2 tahun berjumlah 16 orang (53,33%); dan kategori > 2 tahun berjumlah 4 orang (13,33%). Dapat dilihat bahwa sebagian besar pekerja laundry memiliki masa kerja ≥ 1 tahun (66,66%). Semakin lama masa kerja seseorang, semakin lama terkena paparan di tempat kerja sehingga semakin tinggi resiko terjadinya penyakit akibat kerja.14

2. Faktor Pekerjaan

a. Peragangan Otot yang Berlebihan

Peregangan otot yang berlebihan (over exertion) pada umumnya sering di keluhkan oleh pekerja dimana aktivitas kerjanya menuntut pengarahan tenaga yang besar seperti aktivitas mengangkat, mendorong, menarik dan menahan beban yang berat. Peregangan otot yang berlebihan ini terjadi karena pengerahan tenaga yang di perlukan melampaui kekuatan optimum otot. Apabila hal serupa sering dilakukan, maka dapat mempertinggi tingkat risiko terjadinya keluhan otot, bahkan dapat menyebabkan terjadinya cedera otot skeletal.1

b. Aktifitas Berulang

Aktivitas berulang adalah pekerjaan yang dilakukan secara terus-menerus seperti pekerjaan mencangkul, membelah kayu besar, angkat-angkut. Keluhan otot terjadi karena otot menerima tekanan akibat beben kerja secara terus-menerus tanpa memperoleh kesempatan untuk relaksasi.1

c. Sikap Kerja Tidak Alamiah

Sikap kerja tidak alamiah adalah sikap kerja yang menyebabkan posisi bagian-bagian tubuh bergerak menjauhi posisi alamiah, misalnya pergerakan tangan terangkat, punggung terlalu membungkuk, kepala terangkat. Semakin jauh posisi bagian tubuh dari pusat gravitasi tubuh, maka semakin tinggi pula risiko terjadinya keluhan otot skeletal.1

3. Faktor Lingkungan a. Tekanan

Terjadinya tekanan langsung pada jaringan otot yang lunak. Sebagai contoh, pada saat tangan harus memegang alat, maka jaringan otot tangan yang lunak akan menerima tekanan langsung dari pegangan alat dan apabila hal ini sering terjadi, dapat menyebabkan rasa nyeri otot yang menetap.1

b. Geteran

Getaran dengan frekuensi tinggi akan menyebabkan kontraksi otot bertambah. Kontraksi statis ini menyebabkan peredaran darah menjadi tidak lancar, penimbunan asam laktat meningkat dan akhirnya timbul rasa nyeri otot.1

c. Mikroklimat

Paparan suhu dingin yang berlebihan dapat menurunkan kelincahan, kepekaan dan kekuatan pekerja sehingga gerakan pekerja menjadi lamban, sulit bergerak yang disertai dengan menurunnya kekuatan otot. Demikian juga dengan paparan udara yang panas. Beda suhu lingkungan dengan suhu tubuh yang terlampau besar menyebabkan sebagian energi yang ada dalam tubuh akan termanfaatkan oleh tubuh untuk beradaptasi dengan lingkungan tersebut. Apabila hal ini tidak diimbangi dengan pasokan energi yang cukup, maka akan terjadi kekurangan suplai energi ke otot. Sebagai akibatnya, peredaran darah kurang lancar, suplai oksigen ke otot menurun, proses metabolisme karbohidrat terhambat dan terjadi penimbunan asam laktat yang dapat menimbulkan rasa nyeri otot.1

Dokumen terkait