SIR 20VK 3CV60 Dirt (Max) %wt 0,3 0.03 0.03 0.03 0.05 0.10 0.10 0.20 0.20 Ash (Max) %wt 0.60 0.50 0.50 0.50 0.50 0.75 0.75 1.00 1.00 Nitrogen (Max) %wt 0.60 0.60 0.60 0.60 0.60 0.60 0.60 0.60 0.60 Volatile matter (Max) %wt 0.60 0.60 0.80 0.80 0.80 0.80 0.80 0.80 0.80 Initial Plasticity (Min) 30 30 30 30 30 30 30 30 30
PRI Index (Min) 60 60 75 75 70 60 60 50 50
Color lovibond scale NA NA 60 NA NA NA NA NA NA Individual Value (Max) Mooney Viscosity 50+/-5 60+/-5 NA NA NA NA 60+/-5* NA 60+/-5* (ML, 1+4, 100oC
*
No specification status2.7 Penyebab Terjadinya Prokoagulasi
Prokoagulasi merupakan pembekuan pendahuluan yang menghasilkan lumps atau gumpalan – gumpalan pada cairan getah sadapan. Kejadian ini sering terjadi di areal
perkebunan karet sebelum karet sampai ke pabrik atau tempat pengolahan. Bila hal ini terjadi akan timbul kerugian yang tidak sedikit. Hasil sadapan yang mengalami prokoagulasi hanya dapat diolah menjadi karet yang bukan jenis baku dan kualitasnya pun rendah.
Prokoagulasi terjadi karena kemantapan bagian koloidal yang terkandung dalam lateks berkurang. Bagian – bagian koloidal ini kemudian menggumpal menjadi satu dan membentuk komponen yang berkurang lebih besar. Komponen koloidal yang lebih besar ini akan membeku. Inilah yang menyebabkan terjadinya prokoagulasi.
Penyebab terjadinya prokoagulasi antara lain adalah sebagai berikut.
1. Jenis karet yang ditanam
Perbedaan antara jenis yang ditanam akan menghasilkan lateks yang berbeda – beda pula. Otomatis kestabilan atau kemantapan koloidalnya berbeda. Klon – klon tertentu ada yang rendah kadar kestabilannya. Namun, banyak pula karet yang mempunyai kadar kestabilan koloidal yang tinggi. Kadar kestabilan koloidal yang ini sedikit banyak berpengaruh terhadap faktor lain yang juga mampu menyebabkan terjadinya prokoagulasi.
2. Enzimatis
Enzim dikenal sebagai bokatalais yang mampu mempercepat berlangsungnya suatu reaksi walau hanya terdapat dalam jumlah kecil. Cara kerjanya adalah dengan mengubah susunan protein yang melapisi bahan karet. Akibatnya, kemantapan karet berkurang dan terjadilah prokoagulasi. Biasanya enzim – enzim mulai aktif setelah lateks keluar dari batang yang disadap.
3. Mikroorganisme atau jasad – jasad renik
Mikroorgaisme banyak terdapat dilingkungan perkebunan karet. Jasa ini dapat berada dipepohonan, udara, tanah, air, atau menempel pada alat – alat yang digunakan. Lateks yang berasal dari pohon karet yang sehat dan baru disadap dapat dikatakan steril atau bersih sama sekali dari mikroorganisme. Tetapi, pohon yang baru disadap mudah sekali terkena infeksi oleh jasad – jasad renik.Apabila mikrooganisme masuk ke dalam getah yang baru disadap, dan melakukan aktivitas hidup di dalamnya, maka akan terjadi reaksi dengan senyawa – senyawa yang terkandung dalam lateks. Akibatnya timbul senyawa – senyawa seperti asam dan sejenisnya. Bila banyak mikroorganisme dalam lateks, maka senyawa asam yang dihasilkan akan banyak pula. Ini memungkinkan terjadinya prokoagulasi. Oleh karena itu, kebersihan kebun serta alat – alat yang dipergunakan harus dijaga agar jumlah mikroorganisme yang merugukan dapat ditekan.
4. Faktor cuaca dan musim
Faktor cuaca atau musim sering menyebabkan timbulnya prokoagulasi. Pada saat tanaman karet menggugurkan daunnya (musim gugur daun) prokoagulasi terjadi lebih sering. Begitu juga pada saat usim hujan. Itulah sebabnya penyadapan pada saat banyak turun hujan sering tidak dilakukan di perkebunan- perkebunan. Selain pelaksanaannya sulit, juga untuk mencegah prokoagulasi. Akan tetapi bila tindakan pencegahan prokoagulasi telah dilaksanakan, maka penyadapan pada musim hujan bisa terus dilakukan. Lateks yag bau disadap juga mudah menggumpal jika terkena sinar matahari yang terik karena kestabilan koloidnya rusak oleh panas yang terjadi.
5. Kondisi tanaman
Tanaman karet yang sedang sakit, masih muda atau sudah tua bisa mempengaruhi prokoagulasi. Penyadapan pada tanaman yang belum siap sadap akan
menghasilkan lateks yang kurang mantap, mudah menggumpal. Hasil sadapan dari tanaman yang menderita penyakit fisiologis sering membeku dimangkok. Sedangkan tanaman tua dan sering sakit – sakitan sering menghasilkan lateks yang sudah membeku diatas bidang sadap.
6. Air sadah
Air sadah atau hard water adalah air yang memiliki reaksi kimia, biasanya bereaksi asam. Apabila air ini tercampur kedalam lateks, mak prokoagulasi akan terjadi dengan cepat. Untuk menjaga jangan sampai air sadah dipakai dalam pengolahan, maka dilakukan analisis kimia. Derajat kesadahan air yang masih mungkin digunakan adalah 6oC (Derajat Jerman).
7. Cara pengangkutan
Sarana transportasi, baik jalan atau kendaraan, yang buruk akan menambah frekuensi terjadinya prokoagulasi. Jalan yang buruk atau angkutan yang berguncang – guncang mengakibatkan lateks yang diangkut terkocok – kocok secara kuat sehingga merusak kestabilan koloidal. Jarak yang jauh yang menyebabkan lateks baru tiba ditempat pengolahan pada siang hari dan sempat terkena terik matahari di perjalanan juga dapat menyebabkan terjadinya prokogulasi.
8. Kotoran dan bahan – bahan lain yang tercampur
Prokogulasi sering terjadi karena tercampurnya kotoran atau bahan – bahan lain yang mengandung kapur atau asam. Air yang kotor juga berpengaruh sama. Lateks dari kebun karena rakyat biasa banyak tercampur kotoran atau bahan – bahan lain daripada lateks hasil perkebunan besar swasta atau milik pemerintah.
2.7.1 Tindakan Pencegahan Prokogulasi Dan Zat Antikoagulan
Beberapa tindakan yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya prokoagulasi antara lain sebagai berikut :
1. Menjaga kebersihan alat – alat yang digunakan dalam penyadapan, penampungan,
maupun pengankutan.
2. Mencegah pengenceran lateks dari kebun dengan air kotor, misalnya air sungai, air saluran atau air got.
3. Memulai penyadapan pada pagi hari sebelum matahari terbit untuk membantu
agar lateks dapat ampai ke pabrik atau tempat pengolahan sebelum udara menjadi
panas. (Tim penulis .1999)
2.7.2 Senyawa Kimia Sebagai Bahan Antikoagulan
Pemakaian bahan antikoagulan ahrus dibatsi, karena pemakainnya berarti memakan biaya, perlu penambahanb dosis asam dalam proses kogulasi ,dan mempengaruhi proses pengeringan. Pemberian antikoagulan ke dalam lateks biasanya dilakukan pada musim rontok daun, sesudah berlangsung hujan malam, pengankutan lateks pada jarak yang jauh, dan hasil penyedapan kebun – kebun muda.
Bahan yang digunakan sebagai antikoagulan adalah :
1. Soda atau natrium karbonat
Anti koagulan ini tidak mempengaruhi waktu pengeringan dan kualitas produk yang dihasilkan , hanya mudah membentuk gas asam arang (CO2) dalam lateks, sehingga mempermudah pembentukan gelembung gas dalam bekuan (Koagulum).
2. Amoniak
Bersifat senyawa antikogulan dan juga sebagai desinfektan. 0,7% NH3 biasa
digunakan untuk pengawetan lateks pusingan ((centrifuge latex). Tiap liter lateks membutuhkan 5 – 10 cc larutan amoniak 2 – 2,5%.
3. Natrium sulfit
Bersifat senyawa antikoagulan dan desinfektan. Untuk pemakaian segera dibuat larutan 10% dan untuk tiap liter lateks diperlukan 5 – 10 cc Natrium sulfit 10%.
4. Formaldehida
Pemakaian formaldehid sebagai antikogulan paling merepotkan dibanding zat lainnya. Formaldehid kurang baik apabila digunakan di musim hujan .Apabila disimpan, zat ini sering teroksidasi menjadi asam semut atau asam format.
2.7.3 Bahan Senyawa Penggumpal (Koagulan)
Berupa cairan yang jernih dan tidak bewarna, mudah larut dalam air, berbau merangsang, dan masih bereaksi asam pada pengenceran.
2. Asam cuka (disebut juga asam asetat, CH3COOH)
Berupa cairan yang jernih dan tidak bewarna, berbau merangsang dan mudah
diencerkan dengan air. (Setyamidjaja.d, 1993)