• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penyelaan dengan tujuan untuk memperjelas pertanyaan

Dalam dokumen ANALISIS WACANA PERCAKAPAN DEBAT TV ONE (Halaman 88-95)

BAB IV HASIL ANALISIS DATA

7) Penyelaan dengan tujuan untuk memperjelas pertanyaan

Dalam percakapan Debat TV One, penulis menemukan beberapa data tentang penyelaan yang dilakukan oleh penutur dikarenakan lawan tuturnya tidak menanggapi atau kurang jelas mengenai apa yang ditanyakan penutur. Hal itulah yang menyebabkan adanya pertanyaan yang sama dan diperjelas dengan tujuan untuk memperjelas pertanyaan sebelumnya. Penulis menemukan 7 data yang menunjukkan peristiwa penyelaan tersebut, akan tetapi penusis hanya mengambil 2 data untuk di analisis dengan tujuan data tersebut sudah bisa mewakili ketujuh data lainnya.

Data nomor (34) diambil dari potongan percakapan debat pada episode kontroversi rokok. M1 menanyakan apakah Ns 2 merokok. Pertanyaan itu tidak ditanggapi dengan baik oleh Ns 1, dia mengatakan itu tidak ada hubungannya dengan apa yang akan di bahas, kareana yang akan dibahas dalam acara ini adalah haram dan halal mengenai rokok. Pada percakapan sebelumnya di terangkan bahwa MUI belum memutuskan tentang hukum rokok, akan tetapi media masa sudah gencar menayangkan tentang hal tersebut.

(34) 1 M2 : “Oke, pendapat pribadi kalo bapak ditanya, pendapat pribadi bapak gimana?”

2 NS1 : “Saya di sini mewakili MUI jadi saya belum berpendapat.” 3 M2 : “Ngomong-ngomong anda merokok ya?.”

4 NS1 : “Nggak, itu ngggak ada hubungannya.” 5 NS2 : //”Karena anda tidak merokok anda tidak suka rokok.”

6 M2 : //”Saya hanya ingin tahu apakah anda merokok?” 7 NS1 : “Ya saya merokok kebetulan.”

(146/KR/I)

Data nomor (34) terjadi pada saat M2 menanyakan pendapat pribadi Ns 1 tentang rokok. Oleh karena Ns 1 adalah wakil dari MUI dan MUI belum mengeluarkan fatwa tentang rokok, dia belum bisa menjawab pertanyaan itu. M2 segera memberikan pertanyaan lain, yaitu apakah Ns 1 merokok. Pertanyaan itu tidak mendapat respon yang baik, Ns 2 tidak menjawab pertanyaan itu karena sekali lagi itu

commit to user

tidak ada hubungannya dengan fatwa MUI. Mendengar pernyataan dari Ns 1 yang berbelit-belit, M2 segera melakukan penyelaan dengan memperjelas pertanyaannya ‘saya hanya ingin tahu apakah anda merokok’, kemudian Ns 2 segera menjawab dengan sebenarnya bahwa dia juga merokok.

Pelanggaran 1 (a) aturan bicara Sack, Schegloff dan Jefferson dilakukan oleh M2. M2 sebagai C menempatkan Ns 1 sebagai N. Menurut aturan tersebut, C boleh berbicara apabila N sudah selesai berbicara. Hal itu tidak dipatuhi oleh M2, dia berbicara pada saat N belum selesai berbiacara. Penyelaan yang dilakukan M2 bertujuan untuk memperjelas pertanyaan yang dilontarkan penutur dikarenakan pada pertanyaan sebelumnya, penutur tidak menjawab pertanyaan yang dilontarkan kepadanya.

Seperti halnya dengan data nomor (34), data (35) juga mengandung peristiwa penyelaan langsung dengan madsud untuk memperjelas pertanyaan yang dilontarkan penyela.

(35) 1 M1 : ada yang mau menyampaikan pendapat! Silakan ibu berdiri! 2 Pn1 : bapak bilang tolak aja, sedangkan kami bayar aja kami masih

digusur

3 Pn2 : //betuul itu, betul. 4 M1 : siapa itu bu?

5 Pn1 :kan ada yang menagih… 6 NS1 :siapa?

7 Pn : ada....

8 M1 : //yang menagih siapa itu bu? 9 NS1 :pake baju apa itu bu, baju dinas?

10 Pn1 :yang mengutip retribusi itu lho

11 NS2 :oo, ga boleh itu

(147/KPKL/II) Data nomor (35) diambil dari potongan percakapan debat episode kontroversi pedagang kaki lima (PKL). Sebelum sampai pada analisis, M1 (T1) memberi kesempatan kepada penonton (Pn1) untuk berbicara. Pn1 segera mengambil kesempatan yang diberikan kepadannya. Sebelum sampai pada data nomor (36) Ns 1

commit to user

sudah memberikan penjelasan bahwa pedagang kaki lima tidak dibebani dengan pungutan liar. Data nomor (35) membahas tentang perkara pungutan yang menimpa para PKL. Maksud dari PKL apabila sudah ada pungutan, mereka akan merasa aman dan bebas dari gusuran, akan tetapi tidak demikian kenyataannya seperti apa yang dilontarkan oleh PN1 pada (T2) Mereka sudah membayar saja masih digusur apalagi kalau tidak membayar.

Mendengar pernyataan itu, M1 segera menanggapi dan menanyakan kepada Tn 1 tentang siapa yang memungut itu (T4). Pertanyaan yang dilontarkan oleh M1 kepada penonton 1 tersebut tidak di tanggapi dan terkesan di rahasiakan. Penonton 1 hanya menjawab ‘kan ada yang menagih’ (T5). Ns 2 sebagai peserta lain juga mempertanyakan itu (T6), akan tetapi Pn1 tidak juga memberikan penjelasan, hanya mengatakan ‘ada’. Hal itulah yang mendorong M2 menyela pernyataan Penonton 1. M2 menyela dengan memperjelas pertanyaannya tantang siapa yang menagih. Mendengar pertanyaan itu penonton 1 segera menjawab apa yang sebelumnya dirahasiakannya bahwa yang menagih adalah orang yang memungut retribusi itu.

M1 telah melanggar aturan 1 (a) giliran bicara Sack, Schegloff dan Jefferson. Menurut aturan tersebut, M1 sebagai C harus menunggu N selesai berbicara baru dia mulai berbicara. Hal itu tidak dilakukan oleh M1, dia menyela dengan memberi pertanyaan-pertanyaan kepada penonton 1 dengan tujuan untuk memperjelas pertanyaan sebelumnya yang tidak segera di jawab oleh penonton 1.

Data lain yang menunjukkan peristiwa penyelaan langsung yang dilakukan oleh peserta tutur dengan tujuan untuk membantah tuturan lawan bicara adalah data dengan nomor (148/KPKL/II), (149/KPM/III), (149/KPM/III), (149/KPM/III), dan (149/KPM/III).

commit to user b. Penyelaan dengan Tanda

Selama melakukan penelitian Debat TV One, penulis menemukan penyelaan bentuk lain yang ada pada percakapan tersebut. Penyelaan yang dilakukan oleh penyela dengan memberi tanda atau isyarat bahwa ia akan menyela. Penyelaan seperti itu dianggap lebih sopan dibandingkan dengan penyelaan langsung.

Data yang ditemukan oleh penulis tentang penyelaan dengan tanda atau isyarat yang terjadi pada percakapan Debat TV One berjumlah 11 data. Semua penyelaan tersebut dilakukan dengan maksud untuk menghentikan tuturan lawan bicara. Dari 11 data tersebut hanya 3 data yang akan dianalisis dikarenakan sudah bisa mewakili kesemua data.

Data yang didapat penulis dari percakapan Debat TV One mengenai penyelaan dengan tanda sebagian besar ditandai dengan kata sebentar. Adapun kata-kata lain yang menjadi tanda adalah kata “maaf saya potong” (di sertai dengan menggunakan bahasa nonverbal, yaitu mengangkat tangan sejajar dengan muka penutur sendiri yang menandakan lawan tutur harus berhenti berbicara), “Sorry, maaf sekarang saya tanya.”. Kata-kata yang digunakan oleh penutur tersebut bertujuan untuk memberi perintah supaya lawan tuturnya berhenti berbicara.

Data nomor (36) merupakan potongan percakapan Debat TV One pada episode kontroveri rokok. Sebelum sampai pada nomor (36), percakapan ini membahas tentang nasib anak muda sebagai penerus generasi bangsa akan tetapi sebagian besar sudah mengkonsumsi rokok. Hal itulah yang dikhawatirkan sebagian kalangan masyarakat. Bagaimana nasib bangsa apabila semua generasi muda sudah mengkonsumi barang tersebut.

(36) 1 M2 : “Silakan silakan.”

2 PN4 :”Sebagai konsumen terbesar adalah remaja pak. Bagaimana remaja kita, Padahal remaja penerus generasi bangsa, bagaimana nasib bangsa kita?”

commit to user 3 PN3 :”//Betul…

4 PN5 :”Betul...”

5 M2 :”//Oke, oke. Sebentar pak. Silakan pak!

6 Ns3 :”Kita ini semua sama-sama orang Indonesia, kita melihat sama- sama ada problem mengenai rokok. Mengapa kita tidak hidup bersama-sama ya dengan kami, bu tutik di belakang, ya bu dengan kami untuk bersama-sama membicarakan tentang peraturan dan perundangan yang berimbang dan komperhensif. Berimbang dalam arti kami-kami ini, baik kami dari industri, petani juga pihak yang terkait membicarakan masalah ini.”

7 M2 ://Sebentar, saya potong ya Pak, terlalu panjang. Apa yang bapak usulkan kepada teman-teman di sini?

8 NS3 :”Mari kita duduk bersama membuat undang-undang,

(153/KR/I) Pada data nomor (36), M2 memberikan kesempatan bicaaa kepada salah satu penonton (T1). Penonton segera menuturkan apa yang ada dalam pikiranya. Tuturan dari penonton ternyata menghasilkan reaksi dukungan dari penonton lain dan banyak dari penonton yang berteriak menandakan bahwa mereka setuju dengan apa yang dikatakan penutur.

Ada dua penyelaan dengan tanda yang dilakukan oleh M2. Pertama, pada (T5) M2 menyela dengan menggunakan kata-kata ”oke-oke sebentar, silakan Pak. Penyelaan yang dilakukan oleh moderator tersebut bertujuan untuk mengambil kembali posisinya sebagai pembicara sekarang (current speaker/C), karena dialah yang berkuasa membagi siapa yang harus berbicara dan siapa yang tidak boleh berbicara pada satu waktu. Setelah semua tenang, M2 segera memberikan kesempatan kepada Ns 3 (T5). Kedua, pada (T5) M2 memberikan kesempata berbicara kepada Ns 3. Ns 3 segera mengambil gilirannya dan dia mulai berbicara. Belum selesai Ns 3 berbcara, M2 pada (T7) kembali melakukan penyelaan dengan tanda dengan mengatakan ”sebentar Pak, saya potong.terlalu panjang”. Kata sebentar pada konteks tuturan tersebut mempunyai maksud meminta agar supaya Ns 3 menghentikan tuturannya yang terlalu panjang.

commit to user

M2 telah melanggar aturan 1 (a) giliran bicara Sack, Schegloff dan Jefferson. Menurut aturan tersebut, M2 sebagai C harus menunggu N selesai berbicara baru dia mulai berbicara. Hal itu tidak dilakukan oleh M2, dia menyela dengan tujuan untuk menghentikan pembicaraan lawan tuturnya. Hal itu dianggap sopan dalam suatu percakapan karena menyela dengan meminta ijin terlebih dahulu, akan tetapi tidak sesuai dengan aturan giliran bicara Sack, Schegloff dan Jefferson tersebut.

Berbeda dengan data nomor (36), pada data nomor (37) Ns 1 pada saat melakukan penyelaan menggunakan kata lain dan memberikan isyarat dengan bahasa nonverbal untuk memberikan tanda bahwa lawan tutur harus berhenti berbicara. (37) 1 M2 :"Oke, mohon tenang. Kalau misalnya pak muhdi pakai pasport

hijau dan mengatakan iya saya lagi dinas. Apa alasannya pakai pasport hijau?kenapa tidak pakai pasport biru?"

2 NS1 :"Dia mempunyai dua pasport, bisa biru bisa hijau dan bisa digunakan...."

3 M2 :"Biru [maksudnya] 4 NS2 : [yang biru dong ]

5 NS1 :"//Maaf, maaf sekarang saya tanya, di dinas kemana dia?"

6 NS2 :"Ya pengakuannya di Malaysia."

(162/KPM/III) Pada data nommor (37) membahas tentang pasport yang digunakan Muhdi PR. Kalau dia dinas mengapa menggunakan pasport hijau bukan biru. Hal itulah yang menjadi permasalahan di atas bahwa pasport biru digunakan untuk dinas, sedangkan pasport hijau digunakan untuk hal-hal yang sifatnya umum. M2 pada (T3) menanyakan maksud dari pasport biru, Ns 2 juga mengatakan hal yang sama sehingga terjadi tumpang tindih. Mendengar kedua pernyataan itu, Ns 1 menyela perkataan M2 dan Ns 2, dengan mengatakan ‘maaf, maaf sekarang saya tanya, dia dinas kemana, sambil mengangkat tangan menunjuk ke Ns 2 sehingga memberi kesan menyuruh Ns 2 untuk berhenti berbicara. Penyelaan yang dilakukan oleh Ns 1 dilakukan dengan tujuan agar dia diberikan kesempatan berbicara dan memberi pertanyaan kepada Ns 2.

commit to user

Pelanggaran 1 (a) giliran bicara Sack, Schegloff dan Jefferson dilakukan oleh Ns 1, karena M2 sebagai C menempatkan Ns 1 sebagai N, pergantian terjadi setelah TRP pertama setelah pemilihan N. Pada (T3), M2 berusaha mempertanyakan ssesuatu kepada Ns 1, akan tetapi sebelum selesai bicara, Ns 1 sudah menyela dengan pertanyaan (T5).

Sama halnya dengan data nomor (37), data nomor (38) juga menggunakan kata sebentar dalam penyelaan. Data ini di ambil dari potongan percakapan Debat TV One pada episode kontroversi pembebasan Muhdi PR berkaitan dengan pembunuhan aktivis HAM Munir.

(38) 1 M1 : “Silakan, silakan Bu!”

2 PN2 :”Maaf jangan disamakan sama kasus yang lain, ini kasus BIN ini. Anda tidak bisa membuktikan. pengadilan benar, anda tidak melihat, tidak merasakan, bisanya ngomong doang.

3 NS1 : “Dia mengatakan seorang Jenderal, kalau dia tidak bersalah ya harus dibebaskan. Kedua kalau anda mengatakan kasus tanjuung priuk, kasis timor timur, kasus ambon, kasus poso, mana kawan- kawan HAM ini ketika kasus itu ada?mana? dia hanya tertarik atas pembelaannya HAMnya munir saja. Kalau mereka itu mendasarkannya pas buktinya itu hanya CD record data record, itu saja..."

4 NS2 : //"Sebentar, kalau kami dikatakan dimana dalam kasus tanjung priuk dan korbannya adalah orang muslim, kalau kita dikatakan..."

5 NS1 : //”Ambon. Mana..."

6 NS2 : [ Sebentar ]

7 PN2 : [ Interupsi... ] 8 NS1 : [ Poso mana... ]

9 NS2 : “Ketika kami dikatakan waktu kasus tanjung priuk kami ada dimana, Ambon, Poso, kepala divisi kontras anak Ambon. Artinya kita terlibat langsung gitu loh....”.

10 NS1 : “↑//Ini kredibilitas plin-plan macam-macam kayak gini...”

11 NS2 : “Budi santoso ditekan untuk sepaya tidak hadir di persidangan, supaya kita tidak bisa menguji kebenarannya, kebohongannya. Itu yang dikhawatirkan."

12 M2 : “//Mungkin dia merasa terancam kalau dia datang ke persidangan.”

commit to user

Penyelaan pada data nomor (38) dilakukan oleh Ns 2 dan di tandai dengan kata ”sebentar” (T4).Ketika Ns 1 mengatakan bahwa kawan-kawan HAM tidak vokal pada waktu kasus timor timor, tanjung priuk, ambon, dan Poso, Ns 2 segera menyela pernyataan itu dengan menghentikan tuturan Ns 1. penyelaan itu ditandai dengan kata sebentar, dengan tujuan membantah apa yang dikatakan Ns 1. Ns 2 merasa mereka selalu ada dalam kasus HAM buktinya ketua divisi Kontras anak Ambon, jadi mereka terlibat langsung.

Pelanggaran aturan 1 (a) giliran bicara Sack, Schegloff dan Jefferson dilakukan oleh Ns 2 dikarenakan pada waktu Ns 1 belum selesai bicara, Ns 2 sudah berbicara. Tujuan penyelaan yang dilakukan oleh Ns 2 adalah untuk menghentikan tuturan Ns 1 yang dianggap tidak benar. Selain untuk menghentikan, penyelaan dilakukan untuk membantah tuturan narasumer 1.

Data lain yang menunjukkan peristiwa penyelaan dengan tanda yang dilakukan oleh peserta tutur adalah data dengan nomor (154/KPKL/II), (155/KPKL/II), (156/KPM/III), (157/KPM/III), (158/KPM/III), (159/KPM/III), (160/KPM/III), (161/KPM/III), (162/KPM/III), dan (163/KPM/III).

Dalam dokumen ANALISIS WACANA PERCAKAPAN DEBAT TV ONE (Halaman 88-95)

Dokumen terkait