• Tidak ada hasil yang ditemukan

Setiap kredit yang direalisasikan dan dianalisis dengan baik masih tetap mengandung resiko gagal bayar (default risk) yang dapat menimbulkan kerugian bagi bank itu sendiri. Untuk itu setiap kredit yang bermasalah pihak bank perlu melakukan penyelamatan sehingga tidak akan menimbulkan kerugian dikemudian hari. Penyelamatan yang dilakukan apakah dengan memberikan keringanan kepada debitur atau melakukan penyitaan (pelelangan) terhadap aset yang menjadi tanggungan di PT Bank Tabungan Negara (Persero) Kantor Cabang Medan.

Penyelamatan kredit bermasalah yang ada di PT Bank Tabungan Negara (Persero) Kantor Cabang Medan antara lain sebagai berikut:

1. Restrukturisasi Kredit

Yang dimaksud dengan restrukturisasi kredit adalah upaya perbaikan yang dilakukan dalam kegiatan perkreditan terhadap debitur yang mengalami kesulitan untuk memenuhi kewajibannya. Adapun restrukturisasi kredit yang ada di PT Bank Tabungan Negara (Persero) Kantor Cabang Medan adalah:

a. Penjadwalan Ulang Sisa Tunggakan (PUST)

Yang dimaksud dengan PUST adalah debitur tidak mampu menyelesaikan tunggakan bulan berjalan secara keseluruhan. Sebagai contoh pada Januari 2017 debitur memiliki tunggakan bulan berjalan sebesar Rp. 1.542.000,- dan tahun jatuh tempo kredit sampai dengan januari 2020, dimana angsuran perbulan debitur tersebut sebesar Rp. 821.400,-.

R.PUST =sisa tunggakan

n

+ a

R.PUST = ��.1.542.000,− 36

+ RP. 821.400,-

= Rp. 42.833,- + Rp.821.400,- = Rp. 864.234,- Keterangan:

Sisa Tunggakan: Tunggakan sampai dengan bulan berjalan a : Angsuran perbulan

Dengan mengikuti pola restrukturisasi ini debitur hanya mencicil tunggakan berjalan ditambah dengan angsuran. Sehingga pada bulan berikutnya debitur sudah lancar kembali dan mencicil tunggakan yang direstrukturisasi tersebut selama 36 bulan kedepan. Dimana besaran cicilan tunggakan disesuaikan dengan kemampuan debitur.

b. Penjadwalan Ulang Sisa Pokok (PUSP)

Yang dimaksud dengan Penjadwalan Ulang Sisa Pokok (PUSP) adalah penjadwalan ulang angsuran debitur dimana diperhitungkan berdasarkan sisa utang atau pokok yang bersangkutan dan menambah tahun jatuh tempo kredit dikarenakan debitur tidak mampu mencicil angsuran seperti biasa. Sebagai contoh seorang debitur memiliki angsuran kredit perbulan Rp. 2.500.000,- debitur tersebut akad kredit pada bulan Januari 2011 dan jatuh tempo pada Januari 2021. Pada saat akad kredit pinjaman yang bersangkutan sebesar Rp. 100.000.000,-. Pada Januari 2017 sisa pokok pinjaman yang bersangkutan sebesar Rp. 50.0000.000,- yang bersangkutan tidak mampu mencicil kembali, sehingga memohon untuk menurunkan angsuran. Disini pola restrukturisasi kredit yang dilakukan adalah menambahkan tahun jatuh tempo kredit debitur tersebut, yang seharusnya dilunaskan pada Januari 2021 menjadi bertambah sesuai kemampuan debitur dan aturan yang berlaku di PT Bank Tabungan Negara (Persero) Kantor Cabang Medan.

c. Grace Period

Yang dimaksud dengan grace priod adalah tenggang waktu yang diberikan bank untuk tidak melakukan pembayaran cicialan pokok dan bunga sampai

pada waktu tertentu. Dimana pada saat jatuh tempo seluruh tagihan yang ditangguhkan harus dibayarkan secara keseluruhan. Di PT Bank Tabungan Negara (Persero) Kantor Cabang Medan sendiri grace period terbagi menjadi beberapa bagian:

1. Grace Period Angsuran, dimana debitur sama sekali tidak membayar cicilan sampai dengan jatuh tempo grace period .

2. Grace Period Pokok, dimana debitur hanya membayar tagihan bunga selama masa grace period itu berlangsung.

3. Grace Period Bunga dimana debitur hanya membayar tagihan pokok selama masa berlangsungnya grace period dan bunga yang ditangguhkan harus dibayar pada saat jatuh tempo.

4. Grace Period + PUST, dimana debitur tidak membayar tagihan pokok dan bunga selama masa penangguhan dan tunggakan yang muncul akibat grace period tersebut dilakukan pencicilan atau penjadwalan ulang sisa tunggakan. Sehingga pada saat jatuh tempo grace period debitur tidak membayar seluruh tagihan yang ditangguhkan melainkan debitur membayar angsuran ditambah dengan cicilan tunggakan akibat grace period tersebut.

5. Grace Period + PUSP, dimana debitur tidak membayar selama masa grace period. Pada saat jatuh tempo grace period debitur tidak membayarkan seluruh tagihan yang ditangguhkan dikarenakan jatuh tempo kredit ditambahkan dengan masa grace period kredit tersebut.

d. Penurunan Suku Bunga

Yang dimaksud dengan penurunan suku bunga adalah restrukturisasi yang dilakukan dengan menurunkan suku bunga yang berlaku pada debitur dengan tujuan menurunkan jumlah angsuran perbulan yang harus dibayarkan oleh debitur setiap bulannya.

2. Penyitaan Jaminan

Penyitaan jaminan merupakan jalan terakhir yang dilakukan oleh bank untuk menyelesaikan kredit bermasalah. Penyitaan jaminan dilakukan oleh bank apabila debitur sudah tidak memiliki itikad baik dalam menyelesaikan kreditnya. Itikad baik bukan hanya niat untuk membayar namun ditunjukan dengan pembayaran ataupun penyelesaian kredit dengan cara dilunasi seluruhnya. Di PT Bank Tabungan Negara (Persero) Kantor Cabang Medan sendiri penyitaan agunan dapat dilakukan dengan berbagai macam cara dengan tujuan untuk mengebalikan kerugian akibat gagal bayar debitur (default risk), antara lain adalah:

a. Lelang

Lelang adalah penjualan objek kredit bermasalah kepada masyarakat umum melalui balai lelang. Dalam hal ini PT Bank Tabungan Negara (Persero) Kantor Cabang Medan melakukan lelang eksekusi hak tanggungan.

b. Surat Kuasa Menjual (SKM)

Surat Kuasa Menjual (SKM) adalah perjanjian antar pihak pemberi kuasa (debitur) dengan penerima kuasa (kreditur), dimana debitur dengan sukarela dan tidak keberatan untuk dilakukan penjualan atas objek yang menjadi

jaminan pada bank apabila debitur wanprestasi dengan syarat apabila terjadi kelebihan harga objek jaminan dari sisa pinjaman, maka kelebihan harga tersebut dikembalikan kepada debitur.

c. Cessie

Cessie adalah pengalihan hak atas pinjaman kepada pihak ketiga. Cessie dapat dilakukan melalui akta otentik atau akta bawah tangan. Syarat utama keabsahan atas cessie adalah pemberitahuan atas cessie tersebut kepada pihak terhutang untuk disetujui dan diakuinya.

Dapat disimpulkan bahwa potofolio kredit PT Bank Tabungan Negara (Persero) Kantor Cabang Medan belum dapat dikatakan baik karena belum memenuhi syarat kredit lancar diatas 95% dan kredit bermasalah (NPL) dibawah 5%, yang disebabkan hal-hal sebagai berikut:

1. Posisi kredit lancar selalu berada dibawah 95%. Salah satu penyebabnya adalah proses pembinaan terhadap debitur lancar yang belum optimal, dikarenakan jangkauan wilayah kerja yang cukup luas, masih sedikitnya Kantor Cabang Pembantu (KCP) yang ada di daerah-daerah sehingga pembinaan terhadap debitur tersebut mengalami kendala jarak, waktu, dan biaya yang cukup besar dan masalah objek agunan kredit seperti sertifikat belum selesai, konfilk dengan pengembangan, pengembang wanpretasi.

2. Posisi kredit bermasalah selalu berada diatas 5%. Yang menjadi penyebab rasio kredit bermasalah cukup tinggi adalah belum optimalnya pembinaan dan penyelamatan kredit melalui aturan-aturan dan cara yang telah tetapkan seperti restrukturisasi kredit, serta belum maksimalnya proses penyelesaian kredit

melalu lelang, SKM dan cessie, dikarenakan setiap objek jaminan belum tentu

marketable atau bernilai jual tinggi, proses penyelesaian yang membutuhkan waktu yang cukup panjang, permasalahan yang ada pada objek agunan kredit seperti sertifikat yang belum selesai, tanah dalam sengketa, pengembang wanpretasi, dan hal-hal lain yang berkaitan dengan objek jaminan yang harus diselesaikan sebelum penyelesaian kredit serta minat pasar atas objek yang akan dilakukan penyelesaian masih rendah.

Selain itu juga terdapat masalah yang dapat menyebabkan rasio kredit lancar dan bermasalah yang masih berada diatas ambang yang telah ditetapkan, antara lain: proses awal mulai dari permohonan pengajuan kredit, analisis kemampuan dan kelayakan debitur serta pola pembinaan terhadap setiap debitur yang belum dilakukan secara optimal.

BAB IV

Dokumen terkait