• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penyelenggaraan upacara

Dalam dokumen DAMAS PRIABADA ARKA PAMUNGKAS C9408036 (Halaman 37-44)

BAB II LATAR BELAKANG DAN PROSESI UPACARA ADAT

D. Penyelenggaraan upacara

Upacara penyelenggaraan dilaksanakan setiap tujuh bulan sekali yaitu 26 Juli 2011 dan menetap yaitu di “Pundhen Bale Pathokan”. Dilaksanakan di tempat itu karena menurut kepercayaan masyarakat setempat bahwa di tempat itulah terjadinya peristiwa antara Prabu Baka dengan Puthut Tetuka dan di tempat itulah terdapat Batu Gilang. Tempat ini berupa sebuah rumah yang khusus digunakan sebagai Punden, di depannya terdapat halaman yang saat upacara dilaksanakan

digunakan sebagai tempat pementasan reog, di tempat itu juga terdapat rumah yang berisi Batu Gilang. (wawancara dengan Bp. Saryadi bulan Oktober 2011)

Upacara dilaksanakaan pada hari Selasa Kliwon tepatnya wuku Mandhasiya. Upacara tersebut dilaksanakan setiap tujuh bulan sekali dengan dasar wuku ada 30 nama.

Pada jaman dahulu pelaksanaan upacara tersebut ditangani oleh Pamong Desa yang pada waktu dulu disebut Petinggi yang dibantu oleh para Bekel yang jumlahnya ada 10 orang. Pada waktu sekarang masih melestarikan naluri tersebut bahwa yang menangani pelaksanaan upacara tersebut adalah Kepala Lingkungan yang dibantu para Ketua RT. ( wawancara dengan Bp. Saryadi bulan Oktober 2011)

Dua hari sebelum pelaksanaan upacara sudah menjadi kebiasaan masyarakat setelah mendengar pengumuman dari kepala Lingkungan, mereka pergi ke tempat Kepala Lingkungan untuk menyerahkan 1 liter belas, kayu bakar dan sejumlah uang. Penyerahan barang-barang tersebut oleh masyarakat setempat dinamakan atau dikenal dengan nama cebukan.

Penggunaan bahan-bahan tersebut adalah sebagai berikut :

1. Beras diolah menjadi gandik atau sesaji lainnya tempat pengolahannya berada di tempat Kepala Lingkungan. Gandik yang digunakan sebagai sesaji dan sisanya dibagikan kepada masyarakat.

commit to user

2. Kayu bakar digunakan sebagai bahan bakar memasak gandik dan sesaji lainnya.

3. Uang digunakan untuk membeli ketan yang akan dibua menjadi tape ketan, kambing kendit yaitu kambing jawa yang dibadannya melingkar warna putih. Beberapa ayam untuk sesaji dan perlengkapan lainnya.

Dalam pembuatan sesaji yang sangat beragam bahan-bahan tersebut dimasak oleh wanita yang sudah tua yang sudah berpengalaman dikarenakan pemasak dilarang mencicipi masakan tersebut.

1. Persiapan Upacara Mandhasiya

a. Perlengkapan berupa sesaji

Perlengkapan upacara dapat dibedakan menjadi 9 macam, Sajen diletakkan pada dua tempat yaitu pada ruangan khusus yang disebut sanggar pada rumah Kepala Lingkungan dan di tempatkan pada Pundhen Bale Pathokan.

Perlengkapan yang berupa Sajen banyak macamnya diantaranya sebagai berikut :

Gandik, makanan yang terbuat dari beras yang digiling kemudian dibentuk dengan bentuk tertentu kemudian di tanak atau direbus, pisang kepyok, tape ketan, pencok bakal, perlengapan sesaji yang berisi sebatang rokok, telur, kacang hijau, daun sirih dan lain-lain, bothok ares, sayuran dari daging pelepah pisang, kedelai goreng, kinangan, berisi sirih dan tembakau, kumpang dan beras, tumpeng rakan, tumpeng dari bahan jagung, daging kambing matang, belulang kambing kaki kambing, usus dan daging kambing mentah, tempe bakar, pelas dele, kedelai yang

commit to user

ditumbuk kemudian dibungkus daun pisang dan direbus, gula kelapa atau gula jawa, minyak wangi, ayam (godhog, mentah, panggang), degan paes, kelapa muda yang dihias.

Syarat pembuatan sesaji

- Harus bersih atau suci (mandi keramas dahulu).

- Tidak dalam masa haid (orang tua yang tidak mengalami haid).

- Tidak boleh mencicip.

- Selama memasak tidak boleh berdiri dan bercakap-cakap.

- Memegang sesuatu dalam memasak harus menggunakkan tangan kanan.

- Kayu bakar tidak boleh dilangkahi.

b. Perlengkapan berupa alat

Perlengkapan upacara penyiraman Watu Gilang dengan Bhadeg (air tape ketan). Alat yang digunakan yaitu air tape ketan yang dimasukkan pada tembaga yang sudah dipersiapan petugasnya. Perlengapan Bendhe tradisional, Bendhe adalah sebuah alat music khusus Mandhasiya yang dibunyikan pada waktu-waku terentu. Perlengkapan pakaian para Danyang Desa, pakaian ersebut dijemur untuk disanggarkan. Perlengkapan upacara nadar, alat yang digunakan adalah ketupat atau ketupat luwar, tumpeng, beras kuning dan uang logam. Perlengkapan Gamelan tradisional, gamelan tersebut merupakan gamelan khusus digunakan pada waktu upacara adat Mandhasiya secara turun temurun. Dari mana asal usul

commit to user

gamelan tersebut tidak dapat diketahui secara pasti. Gamelan tersebut tidak akan dijual atau diganti karena telah menjadi kegemaran Danyang Desa. Gamelan tersebut disimpan pada salah satu rumah warga.

Persiapan seni reog, perlengkapan ini disiapkan oleh beberapa warga karena kelompok yang akan menghiasi atau meramaikan upacara adalah kelompok dari dalam dusun sendri yang berfungsi sebagai hiburan bari masyarakat.

Perlengkapan janur kuning, beras kuning dan uang logam, janur kuning, beras kuning dan uang logam, janur kuning dipergunakan untuk hiasan dan kupat luwar pada acara pelepasan nadar sadangkan beras kuningdan uang logam digunakan untuk tabur sebelum dan sesudah upacara penyiraman batu gilang dengan air tape.

Perlengkapan payung kebesaran, perlengkapan ini berupa payung diletakkan pada depan Punden Bale Patokan yang jumlahnya dua buah karena dusun Pancot terdiri dari dua dusun yaitu Pancot Utara dan selatan. (wawancara dengan Bp. Saryadi bulan Oktober 2011)

2. Prosesi upacara

a. Upacara pendahuluan

Sehari sebelum pelaksanaan upacara disiapkan sesaji dan pakaian Danyang Desa pada tempat khusus di rumah Kepala Lingkungan yang disebut Sangar sesaji. Pada malam harinya sekitar pukul 19.00 WIB ada warga yang

commit to user

memukul Bendhe tradisional di sekitar dusun dan tempat-tempat yang dianggap keramat.yang bertujuan unuk pemberitahuan terhadap warga desa karena keesokan harinya akan dilaksanakaan upacara Bersih Desa Mandhasiya dengan permohonan kepada dayang dimohon datang dan tidak menggangu upacara.

b. Puncak acara

Pada hari selasa pagi, Kepala Lingkungan beserta pembantunya mendatangi Punden Bale Pathokan untuk menyembelih kambing kendit dan beberapa ayam jantan sebagai sesaji. Kambing dan ayam langsung dimasak di punden dan dapat dibawa pulang setelah acara selesai. Semua bahan sesaji disanggarkan di tempat sesaji punden. Dilaksanakan pemberian gandik kepada masyarakat. Kemudian mengambil gamelan tradisional.

Pada siang hari sekitar pukul 13.00 WIB gamelan mulai dimainkan oleh masyarakat yang mempunyai keahlian menabuh. Kemudian sekitar pukul 15.00 WIB seni Reyog mulai menari di sekiar jalan desa menuju punden bale pathokan. Seni Reyog adalah seni yang berupa tarian dengan merak diatas kepala hariamau diiringi beberapa pendamping tarian yaitu kuda lumping yang ditarikan oleh wanita dan tarian lainnya. Dengan diiringi alat music kendang, kempul, kenong, angklung, gong dan alat lainnya saat tarian ini telah sampai di Punden Bale Pathokan maka disambut suara bendhe tradisional. Terdapat tiga tempat sebagai pusat acara yaitu, Punden Bale Patokan, Pasar Pancot dan Tempat batu gilang.

Setelah selesainya pentas reyog maka dilaksanakan upacara penyiraman watu gilang dengan Badheg (air tape ketan) yang didahului oleh penyiraman beras

commit to user

kuning oleh sesepuh dusun. Acara ini adalah acara inti dari seluruh proses upacara.

Kemudian dilanjutkan upacara nadar yaitu untuk warga yang memiliki janji tertentu jika keinginannya tercapai akan mengadakan upacara nadar dengan menarik kupat luwar yang berisi beras kuning yang artinya lepas dari nadar atau keluar dari kesulitan hidup.Warga yang melaksanakan upacara nadar maka harus menyumbangkan ayam yang akan diperebutkan. Acara inilah yang sangat menarik pengunjung dari luar desa. Ayam dilepaskan di samping atap punden untuk diperebutkan pengunjung. Acara ini diiringi gamelan dengan irama kebogiro.

c. Mengakhiri upacara

Upacara ini berakhir dengan sendirinya setelah Ketua Lingkungan beserta para pembantunya menyebarkan uang logam dan beras kuning yang artinya ayam nadar telah habis.

Sebagai salah satu kekayaan budaya yang berasal dar leluhur maka acara Bersih Desa Mandhasiya sangat mengakar dimasyarakat. Mereka percaya bahwa keamanan terjamin setelah dilaksanakannya upacara Mandhasiya tersebut. Oleh karena itu masyarakat Pancot masih melaksanakaanya sampai sekarang. Mandhasiya dan desa Pancot adalah saatu rangkaian, sampai saat ini tidak ada tanda-tanda bahwa upacara adat ini berakhir sejalan dengan berkembangnya peradaban. Semua peralatan masih dikemas rapi dan dilakukan sesuai alur. Upacara adat Mandhasiya ini adalah kebangaan warga Pancot. ( wawancara dengan Bp. Saryadi bulan Oktober 2011).

commit to user

BAB III

POTENSI DAN UPAYA PENGEMBANGAN UPACARA ADAT MANDHASIYA

Dalam dokumen DAMAS PRIABADA ARKA PAMUNGKAS C9408036 (Halaman 37-44)

Dokumen terkait