• Tidak ada hasil yang ditemukan

Potensi Upacara Adat Mandhasiya

Dalam dokumen DAMAS PRIABADA ARKA PAMUNGKAS C9408036 (Halaman 44-54)

BAB II LATAR BELAKANG DAN PROSESI UPACARA ADAT

A. Potensi Upacara Adat Mandhasiya

Dalam upaya mewujudkan suatu wilayah sebagai tujuan wisata, perlu dikembangkan upaya-upaya pemberdayaan seluruh potensi yang ada untuk ditampilkan sebagai atraksi wisata. Untuk itu perlu dilakukan eksplorasi kreatif guna mengenali potensi lain yang terpendam. Upaya ini dimaksudkan agar dapat memperkaya khasanah daya tarik wisata. Tingkat keanekaragaman daya tarik akan sangat penting artinya bagi kelangsungan industri pariwisata suatu daerah. Semakin banyak jenis daya tarik yang ditawarkan akan semakin banyak pangsa

yang akan dirambah dan akan lebih punya peluang “memaksa” wisatawan untuk

tinggal lebih lama di suatu tempat.

Di kawasan Tawangmangu, selain suasana alam juga suasana pedesaan yang masih cukup terasa merupakan potensi lain yang juga layak ditawarkan sebagai daya tarik wisata. Wilayah pedesaan yang secara geografis dan sosial berbeda dengan perkotaan, terdapat suasana khusus dan khas. Potensi daya tarik wisata di kawasan Tawangmangu paling tidak terdapat tiga jenis daya tarik, yaitu daya tarik budaya upacara adat seperti upacara tradisional dukutan dan upacara bersih desa Mandhasiya, kesenian local seperti gemelan tradisional, kegiatan ekonomi khas seperti pusat oleh-oleh pasar wisata Tawangmangu, keramahan penduduk, dll. daya tarik alam, yaitu keindahan alam pedesaan seperti desa

commit to user

Pancot, Blumbang, Gondosuli yang sebagian besar warga bermata pencahariaan sebagai petani sehingga alam pedesaan sangat terasa, karakter khas lingkungan, dll. daya tarik khusus meliputi event-event khusus seperti pemilihan putra putrid lawu yang menjadi daya tarik.

Daya tarik budaya dalam bentuk upacara adat bersih desa merupakan daya tarik unggulan bagi kawasan Tawangmangu khususnya desa Pancot sebagai daerah tujuan wisata. Pengembangan daya tarik budaya ini harus dilakukan dengan ekstra hati-hati. (Observasi bulan Juni-November 2011)

Adapun komponen-komponen yang menjadi dasar potensi obyek dan daya tarik wisata meliputi empat komponen utama (4A) yaitu Atraksi, Aksesibilitas, Amenitas, dan Aktivitas (Samsuridjal D dan Kaelany HD, 1997: 20-21).

1. Atraksi

Dalam dunia pariwisata segala sesuatu yang menarik dan bernilai untuk dikunjungi dan dilihat disebut atraksi (Nyoman S. Pendit, 2003:19). Dalam istilah menyebutkan yang dimaksud dengan atraksi atau daya tarik

wisata adalah “The features that attract a tourist to aparticular

destination…They constitute the main reason for travel to the destination. They are the pull factors tourism” artinya atraksi merupakan aspek yang menarik bagi wisatawan untuk mengunjungi tempat tertentu. Atraksi merupakan salah satu tujuan utama dalam suatu perjalanan dan merupakan salah satu faktor penarik dalam pariwisata. (Soekadijo, 1996: French, 1996:124).

Berikut ini adalah berbagai acara dalam bersih desa Mandhasia yang menarik untuk dikunjungi, yang pertama adalah kisah dilaksanakannya upacara adat bersih desa Mandhasia, atraksi reyog dengan penari kuda lumping serta penari penari lainnya yang diiringi oleh alat musik tradisional, upacara nadar dengan cara melepaskan ayam atau dilempar ke atas atap punden dan diperebutkan oleh warga, kemudian kebersamaan warga yang masih mau melestarikan budayanya agar tidak punah, selain itu alam pedesaan yang masih asri dengan hamparan saawah yang indah adalah salah satu hal menarik di tempat ini. (Obsevasi pada bulan November 2011).

2. Aksesibilitas

Aksesibilitas adalah sarana pendukung yang memberikan kemudahan untuk mencapai daerah tujuan wisata. Asesibilitas tidak hanya menyangkut kemudahan transportasi bagi wisatawan tetapi juga waktu yang dibutuhkan untuk sampai di lokasi. Dengan kata lain aksesibilitas atau disebut juga keterjangkauan obyek merupakan sarana pendukung untuk mencapai suatu obyek wisata serta jarak tempuh dan waktu yang diperlukan untuk mencapai obyek wisata tersebut. Faktor-faktor yang penting di dalam

aksesibilitas meliputi ”... road signage, acces to tourist attractions, and

ground transport,... time taken to reach the destination, the cost of travelling to destination, and the frequency of transport to the destination.” Aksesibilitas yang dimaksud meliputi penunjuk jalan, jalan menuju atraksi wisata, transportasi darat, waktu yang dibutuhkan untuk

commit to user

mencapai obyek, biaya perjalanan menuju obyek dan jumlah transportasi yang tersedia menuju obyek (French, 1996: 204).

Akses menuju tempat upacara adat Mandhasiya tidak terlalu sulit karena letaknnya yang hanya sekitar 3 kilometer dari pusat kota Tawangmangu dan sekitar 46 kilometer dari kota Surakarta. Wisatawan yang berasal dari arah Solo dapat dicapai dengan menggunakan bus umum jurusan Tawangmangu dengan harga penumpang umum Rp.6.000.- dan pelajar Rp.4.000.-. Dari Terminal Tawangmangu pengunjung dapat menggunakan angkutan desa yang biasa disebut colt disel menuju desa Pancot dengan membayar antara Rp.2.000-Rp.3.000. Jika menggunakan kendaraan pribadi dapat dicapai dari Solo melewati Karanganyar, Karangpandan kemudian Tawangmangu dan langsung menuju desa Pancot, jika dari arah Matesih dapat melalui jalur Matesih Tawangmangu. (Observasi pada bulan November 2011).

Untuk kunjungan wisatawan yang berupa group atau rombongan yang menggunakan transportasi bus pariwisata dapat langsung menuju obyek, tetapi bus tidak dapat masuk ke dalam desa hanya dapat parkir di jalan raya karena jalan desa tidak dapat menampung bus pariwisata. Kondisi jalan menuju lokasi sudah cukup baik dan beraspal walau sedikit berlubang dan bergelombang tetapi memungkinkan untuk dilalui berbagai macam alat transportasi temasuk bus pariwisata yang berukuran besar serta kendaraan pribadi baik mobil maupun motor walaupun tidak sampai ke area desa pancot untuk bus pariwisata. Papan petunjuk arah menuju obyek

commit to user

juga sudah terpasang cukup baik, sehingga para wisatawan yang berkunjung dapat dengan mudah untuk menemukan obyek wisata yang dituju (Tawangmangu). (Obsevasi pada bulan November 2011).

3. Amenitas

Amenitas adalah fasilitas pendukung demi kelancaran kegiatan pariwisata yang juga ditujukan untuk memberikan kenyamanan kepada wisatawan. Pengertian lain menyebutkan “…basic facilities required by tourist…aminities do not usually in themselves generate or attract tourist, but the lack of amenities might cause tourist to avoid a particular destination ’’ artinya amenitas merupakan fasilitas dasar yang menjadi permintaan wisatawan. Amenitas biasanya tidak untuk menghasilkan atau menarik wisatawan, tetapi kurangnya amenitas di suatu obyek wisata dapat mengakibatkan para wisatawan enggan untuk mengunjungi obyek tersebut. (French, 1996:15).

Berbagai sarana wisata yang harus dibangun atau disediakan oleh daerah tujuan wisata antara lain adalah hotel, biro perjalanan, alat transportasi, restoran dan rumah makan serta sarana pendukung lainnya. Tidak semua obyek wisata memerlukan sarana yang sama atau lengkap, pengadaan sarana wisata tersebut harus disesuaikan dengan kebutuhan wisatawan. Adapun fasilitas pendukung dari sekitar obyek upacara adat mandhasiya antara lain hotel, rumah makan (restaurant), pusat perbelanjaan, bank.

Bahwa pusat perbelanjaan yang ada sebagian besar berlokasi di pusat kota Tawangmangu yang jaraknya sekitar 2-3 kilometer dari desa Pancot walau begitu banyak terdapat juga disekitar desa Pancot. Salah satu tempat belanja

commit to user

yang sangat menarik bagi para wisatawan untuk membeli cinderamata adalah di Pasar Wisata Tawangmangu. Ditempat ini menjual berbagai macam oleh- oleh khas Tawangmangu serta makanan khas tawangmangu dan buah-buahan. (Obsevasi pada bulan November 2011).

Akomodasi yang tersedia bagi wisatawan banyak disekitar desa Pancot. Hal ini disebabkan daerah tersebut adalah kawasan wisata alam sehingga para wisatawan selain menginap sekaligus dapat menikmati suasana alam.

Restoran atau rumah makan sangat banyak di sekitar desa, pengunjung tinggal memilih menu apa yang akan mereka pilih. Tentu saja sate khas Tawangmangu. (Obsevasi pada bulan November 2011).

4. Aktivitas

Aktivitas adalah segala kegiatan yang dapat dilakukan oleh wisatawan selama berada di suatu daerah wisata. Faktor ini sangat berpengaruh terhadap minat wisatawan untuk tinggal lebih lama ataupun mempercepat kepulangannya. French menyebutkan bahwa aktivitas adalah “…What the tourist does at the destination area “ atau kegiatan apa yang dapat dilakukan oleh para wisatawan di daearah tujuan wisata. (French, 1996:124). Aktivitas juga dapat berarti kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat di sekitar obyek wisata, yang berfungsi sebagai penunjang keberlangsungan kegiatan pariwisata di daerah tersebut serta sebagai wujud partisipasi dalam

commit to user

industri pariwisata. Menurut Murphy (1995:46) aktivitas dapat digolongkan menjadi:

a. Sightseeing (melihat-lihat tempat menarik), hiking (mendaki gunung), photography (fotografi), enjoying the outdoors. (menikmati udara bebas).

b. Extractive-symbolic, seperti picking berries (memetik buah), bird hunting (berburu burung).

c. Passive-free play (permainan bebas yang pasif), seperti resting and relaxing (istirahat dan bersantai), getting away from the city (pergi jauh dari kota), campin (kemah) cooking, (memasak), reading (membaca), enjoying camp-fires (menikmati api unggun), playing cards (bermain kartu).

d. Sociable-learning (pembelajaran social), seperti visiting friends and relatives (mengunjungi teman dan relasi), meeting people (menemui seseorang), drinking (minum), partying, (pesta), nature study (belajar di alam terbuka).

e. Active-expressive, seperti swimming (berenang), canoeing (bermain kano), beach activities (bermain di pantai) children’s play (permainan anak-anak) boating (bermain boat).

Adapun berbagai akitivitas yang dapat dilakukan oleh para wisatawan yang berkunjung ke obyek upacara adat Mandhasiya adalah pertama, pemandangan alam pedesaan yang asri dan terawat serta hamparan sawah yang

commit to user

hijau di sekeliling desa yang dapat dijadikan tujuan pengunjung untuk berfoto. Kemudian saat acara upacara adat bersih desa Mandhasiya dilaksanakan terdapat banyak sekali tontonan yang dapat menjadi sebuah atraksi wisata. Permainan instrument gamelan turun-temurun yang selalu dipakai saat upacara adat Mandhasiya sangat menarik. Dijaman sekarang hanya sedikit orang yang mau mempelajari tentang budaya leluhur tetapi di desa ini yang memainkan instrument gamelan tersebut adalah anak-anak muda yang mereka sangat cinta terhadap budaya mereka tradisi mereka. Gamelan tersebut dimainkan saat prosesi tertentu saja. Setelah itu juga terdapat permainan reog yang diiringi oleh penari kuda lumping dan yang menarikannya adalah perempuan yang belum dewasa atau anak-anak, hal ini berarti para warga desa mengajarkan anak-anak mereka dari kecil tentang budaya mereka sehingga budaya tersebut tidak akan hilan atau dilupakan. Reog-reog dari desa tersebut memainkan berbagai atraksi seperti memutar dan berjoged. Selain itu para penari kuda lumping menari dengan luesnya diiringi seperangkat gamelan. Selain itu penari yang biasa disebut penari warok yaitu penari dengan wajah garang berwarna merah memakai jenggot dan kumis tebal menari gagah dengan sesekali melakukan atraksi dalam sirkus seperti salto, membuat menara manusia, dan lain-lain. Beristirahat di pedesaan sangat menarik bagi wisatawan dan terdapat di sekitar desa, melihat pembuatan makanan khas upacara adat yaitu gandik. (Obsevasi pada bulan November 2011).

Selain atraksi tersebut pengunjung dapat melihat sebuah batu yang konon adalah batu yang dipakai oleh Puthut tetuka untuk benghancurkan kepala prabu Baka. Batu tersebut saat upacara besih desa disiram dengan air tape ketan yang

berfungsi agar tempat tersebut dan sekitar desa tidak dikeramatkan. Kemudian atraksi sebelum akhir acara yang sangat menarik adalah saat upacara nadar yaitu orang-orang yang mempunyai keinginan dan keinginanya terpenuhi maka warga desa tersebut wajib menyumbang ayam yang akan diperebutkan penonton. Hal inilah yang sangat ditunggu-tunggu oleh masyarakat. Karena mereka percaya jika mendapatkan ayam nadar tersebut maka mendapatkan berkah. Ayam dilempar ke atap punden kemudian diperebutkan oleh masyarakat, walaupun harus berebut tetapi sampai saat ini masih banyak warga desa atau pendatang yang akan merebutkan ayam tersebut. Terakhir dan paling penting adalah rasa persatuan warga, gotong royong, dan kecintaan warga desa dengan budayanya yang sangat mengagumkan. Mereka berhenti bekerja saat upacara tersebut dengan tujuan menyerahkan waktu mereka untuk acara tersebut. Rasa cinta mereka terhadap budayanya itulah yang mendorong mereka enggan meninggalkan budayanya tetapi mengajarkan kepada anak cucu mereka agar budaya tersebut tidak mati dimakan usia. (Obsevasi pada bulan November 2011).

5. Pengelola

Sementara ini pengelola dari Pamong desa atau perangkat desa, Ketua RT desa Pancot lor (utara) dan desa Pancot kidul (selatan) serta masyarakat desa Pancot. (Obsevasi pada bulan November 2011).

Potensi dilihat dari analisis SWOT sebagai berikut: 1. Kekuatan (Strength)

commit to user

Alam sekitar tempat penyelenggaraan upacara bersih desa Mandhasiya sangat menjadi daya tarik tersendiri bagi pendatang, selain itu terdapat atraksi tambahan yang berupa ritual yang dapat menarik wisatawan bahkan wisatawan mancanegara, dalam prosesi terdapat pentas tari reyog yang disini sebagai hiburan bagi masyarakat, di puncak acara terdapat pelepasan ayam nadar yang dapat dijadikan hiburan tersendiri. Prosesi awal awal dari untukpacara ini adalah daya tarik tersendiri seperti acara pemasakan sesaji dan masakan khas yaitu gandik selain itu pemotongan ayam sesaji dan kambing sesaji adalah atraksi yang menarik.

2. Kelemahan (Weaknesses)

Akses jalan yang bergelombang dan berlubang menjadi salah satu hambatan datangnya wisatawan, kemudian waktu pelaksanaan yang hanya dua kali dalam satu tahun sehingga menjadikan satu keemahan, seharusnya obyek-obyek sekitar harus dikelola secara optimal sehingga terjadi saling menjadi promosi wisata, transportasi yang terbatas menjadi kelemahan lain untuk upacara bersih desa Mandhasiya ini. Kemudian belum adanya homestay adalah kelemahan di obyek sehingga wisatawan harus menginap di rumah penduduk.

3. Peluang atau Kesempatan (Oppertunities)

Kekayaan alam yang indah dan masih pedesaan dimungkinkan menarik wisatawan kota yang ingin merasakan hidup di pedesaan dan berinteraksi langsung dengan warga desa, selain itu prosesi dari upacara bersih desa Mandhasiya yang sacral dapat menjadi suatu atraksi wisata yang dapat dijual

menjadi sebuah paket wisata. Animo dari masyarakat atau wisatawan mancanegara dan wisatawan dalam negeri dapat menjadikan upacara ini sebagai bahan penelitian budaya atau akademik sehingga dapat mendatangkan wisatawan.

4. Ancaman (Threats)

Suatu daerah tujuan wisata memiliki hal negativ yaitu persaingan dengan obyek wisata lain dan cuaca yang tidak menentu dapat menjadikan berkurangnya pemgumjumg bahkan pembatalan atraksi pendukung.

Dalam dokumen DAMAS PRIABADA ARKA PAMUNGKAS C9408036 (Halaman 44-54)

Dokumen terkait