• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penyelesaian Melalui Jalur Perdamaian

BAB II PELAKSANAAN PRAKTEK MAWAH DIKECAMATAN

A. Penyelesaian Melalui Jalur Perdamaian

Damai mempunyai beberapa arti yang berbeda.Konsep damai membawa konotasi yang positif.Hampir tidak ada orang yang menentang perdamaian.Perdamain merupakan tujuan utama dari kemanusiaan.Beberapa kelompok, berpandangan berbeda tentang apakah damai itu, bagaimana mencapai kedamaian, dan apakah perdamaian benar-benar mungkin terjadi.Sebuah definisi yang sederhana dan sempit dari damai adalah ketiadaan sengketa. (bahasa Roma kuno untuk damai adalah Pax yang didefinisikan sebagai Absentia Belli). Damai dapat terjadi secara sukarela, dimana peserta perang memilih untuk tidak masuk dalam keributan, atau dapat dipaksa, dengan menekan siapa yang menyebabkan gangguan.100

Para ulama membolehkan dilakukannya perdamain tentang gugatan yang ingkari dan didiamkan. Ibnu Hazam dan imam Syafe’iberpendapat bahwa sesuatu yang diingkari dan didiamkan tidak boleh didamaikan. Damai itu dilakukan untuk sesuatu yang diakui karena Al-shulh adalah mengenai hak yang ada, sedagkan dalam ingkar dan sukut tidak ada. Pemberian yang dilakukan oleh orang yang ingkar dan sukut akan harta untuk menolak menyelesaikan perselisihan dengan lawan tidaklah benar. Dengan demikian, pemberian harta adalah penyogokan yang sangat dilarang agama Islam. Hal ini berdalil dalam firman Allahdalam surat Albaqarah ayat 188,

yang artinya: “Dan jaganlah kamu membawa (urusan) urusan harta kepada hakim.” Ayat tersebut tidak berarti urusan tidak boleh diselesaikan melalui pengadilan (hakim), tetapi jaganlah melakukan penyogokan kepada hakim untuk memperoleh kemenangan dalam suatu persengketaan.101

Membatasi konsep perdamaian hanya kepada ketiadaan perang dan sengketa dan kekerasan lainnya yang terjadi dalam Negara dan masyarakat. Oleh karena itu, mendefinisikan 'damai' sebagai ketiadaan kekerasan: tidak hanya ketiadaan perang atau sengketa, tapi juga ketiadaan setan (evil). Dan banyak juga yang percaya bahwa perdamaian tidak hanya ketiadaan dari kejadian sosial yang tragis.Dari sudut pandang ini, perdamaian tidak hanya ketiadaan kekerasan tapi juga kehadiran keadilan, seperti yang digambarkan oleh MartinLutherKing, Jr..Dalam konsepsi ini, sebuah masyarakat di mana suatu grup ditekan oleh grup lainnya juga merupakan ketiadaan kedamaian, karena penekanan ini juga merupakan bagian dari setan.102

Beberapa pemikir perdamaian memilih membuat ide damai tunggal; dan mendorong ide banyak arti dari damai, Mereka berpikir tidak ada definisi tunggal yang benar tentang damai harus dilihat sebagai sesuatu yang jamak.

Contohnya, di Wilayah Danau Besar Afrika, kata damai adalah kindoki, yang menunjuk kepada keseimbangan yang harmonis antara manusia, dan dunia alam lainnya, dan juga kosmos.Pandangan ini lebih luas dari damai yang berarti "ketiadaan

101

perang dan sengketa" atau bahkan "kehadiran keadilan".103

Banyak pemikir yang sama juga mengkritik ide damai sebagai harapan dan yang akan terjadi pada suatu hari. Mereka mengenal damai tidak harus sesuatu yang manusia harus tercapai "suatu hari". Mereka menganggap bahwa damai hadir, bila kita menciptakan dan mengembangkannya dalam cara yang kecil dalam kehidupan sehari-hari, dan damai akan berubah secara terus menerus. Dalam beberapa hubungan, damai dapat menunjuk secara umum ke keadaan tenang - ketiadaan gangguan atau godaan. Bagi orang yang sering bepergian ke daerah terpencil seringkali memperhatikan perbedaan antara tingkat kebisingan antara kota dan desa; oleh karena itu muncul istilah 'damai dan tenang.Satu arti dari damai menunjuk ke damai dalam diri, sebuah keadaan pikiran, badan, dan jiwa, yang dikatakan terjadi di dalam diri kita.Orang yang melakukan eksperimen dengan damai dalam diri mengatakan bahwa rasa ini tidak tergantung oleh waktu, orang, atau tempat, menekankan bahwa setiap individu dapat mengalami ketenangan dalam diri di dalam suatu peperangan.104

Seperti dalam agama-agama Abrahamik lainnya, didalam Islam perdamaian adalah konsep dasar dalam pemikiran Islam. Istilah bahasa Arab “Islam” itu sendiri biasanya diterjemahkan sebagai “penyerahan”; penyampaian hasrat kepada kehendak Allah. Ini berasal dari istilah aslama, yang berarti “menyerah” atau “mundur diri”.Kata Arab salaam (“damai”) memiliki akar yang sama dengan kata Islam, Salam

“Salaam alaikum”, disukai oleh umat Islam, memiliki arti harfiah “Salam bagimu”. Dalam sabdanya Nabi Muhammad SAW: “Tidak salah satu dari kalian percaya sampai ia mencintai saudaranya apa yang ia mencintai dirinya sendiri.” Ulama besarMuslim dari tradisi kenabian seperti Ibn Hajar al-Asqalani dan al Sharafuddin Nawawi mengatakan bahwa saudaranya kata-kata “berarti setiap orang terlepas dari iman.Konsep Perdamaian Islamadalah agama monoteistik dan menurut Quran semua orang adalah anak-anak Adam.Setan dianggap musuh kemanusiaan, menyebabkan permusuhan di antara semua orang.Rangkaian nabi dan utusan yang datang dari Allah sepanjang zaman adalah untuk memanggil orang-orang lagi terhadap identitas bawaan mereka cinta dan persahabatan.Kehidupan yang baik menurut Islam adalah dalam menyerahkan kepada Allah dan menyembah Dia sebagai Sang Pencipta dan untuk mengenali sifat bawaan manusia. Individu yang akan mengakui hakikatnya yang sejati yang diciptakan setiap orang akan dapat hidup bersama dalam masyarakat dengan damai dan kasih sayang satu sama lain. Aturan untuk Perdamaian tradisi Islam menyatakan bahwa nabi diutus oleh Allah kepada setiap bangsa atau Rahmatalil’alamin. Dalam Islam, hanya Muhammad diutus untuk menyampaikan wahyu Allah kepada manusia di seluruh dunia, sedangkan nabi lain diutus untuk menyampaikan wahyu mereka kepada sekelompok orang tertentu atau bangsa. Jadi, kebangsaan yang ideal dalam Islam berada di luar semua batasan dan perbedaan. Nabi Muhammad adalah utusan terakhir menurut Islam. Pembentukan ummah (komunitas Islam) di bumi berdasarkan aturan syariah adalah tujuan akhir Islam menurut pendekatan yurisprudensi umat Islam tidak dibatasi untuk geografi tertentu,

atau terbatas pada ras tertentu.Agak itu terdiri dari semua orang percaya di seluruh dunia dari segala latar belakang, bahasa, keyakinan, sejarah atau geografi. Tidak seperti ras, bahasa, sejarah dan lain kriteria paksa seperti dalam kebangsaan, di mana individu tidak memiliki pilihan dan nasionalisme dan patriotisme meminta kesetiaan kepada bangsa dan Negara.

Oleh karena itu sebuah pilihan sadar dan diinformasikan bahwa membangun ummat dan kesetiaan itu bukan faktor-faktor non-sukarela seperti dalam kebangsaan. Pentingnya Perdamaian seperti yang diucapkan oleh St perdamaianAgustinus adalah ‘ketenangan perintah’, agar menjadi “disposisi hal yang sama dan tidak merata sedemikian rupa untuk memberikan setiap tempat yang tepat.”105

Salah satu istilah yang berarti perdamaian dan upaya mewujudkan perdamaian di Arab, sulh, yang digunakan dalam Al,Quran, juga merupakan akar kata yang menunjukkan Islah pengembangan dan perbaikan. Istilah ini digunakan untuk merujuk ke perdamaian. Pembawa damai adalah manusia yang baik dan mereka yang melanggar itu adalah elemen dari korupsi dan dosa. Oleh karena itu diamati bahwa perdamaian terlihat dalam tradisi Islam sebagai bagian dari pembangunan manusia. Dalam kata lain damai dan membuat damai dipandang sebagai tindakan Ilahi layak menerima pujian dan penghargaan.106

105 Chris Brown et al. (eds.), International Relations in Political Thought, Cambridge:

Cambridge University Press, p. 130. 106

An-Na’im, Abdullah Ahmed, Toward an Islamic Reformation Civil Liberties,Human Rights and International Law, Dekonstruksi Syari’ah, Wacana Kebebasan Sipil, Hak Asasi Manusia dan Hubungan Internasional dalam Islam, terj. Ahmad Suaedy dan Amiruddin ar-Rany, LkiS, Yogyakarta, Cet. III, 2001

Kalimat perdamaian adalah jawaban yang paling lembut sekaligus penyelesaian yang sama-sama menguntungkan (win-win solution)dan tidak ada yang merasa dipecundangi, rasa egoisme para pihak akan sirna seiring dengan terpenuhinya perdamaian sehingga terbangun nilai-nilai ukhuwwah yang lebih kuat. Dalam menciptakan konsep tersebut bukan hal yang mudah, karena masing-masing pihak telah terbius dengan ambisi masing-masing untuk saling ingin menguasai/memenangkan/mengalahkan. Dalam tulisan ini penulis ingin mencoba menawarkan konsep-konsep untuk dapat dilaksanakan oleh berbagai pihak dalam rangka mewujudkan kebersamaan dan menjalin ukhuwwah antar sesama secara mudah dan rasional.107

Konsep ini bukan saja konsumsi para penegak hukum akan tetapi juga dapat diresapi oleh semua orang yang mendambakan penyelesaian persengketaan/ perbedaan pendapat yang melibatkan orang lain sebagai mediatornya. Ada beberapa bentuk ishlah dalam Islam yang dapat kita kenal:

a. Ishlah antara orang muslim dengan non muslim b. Ishlah antara suami dengan istri,

c. Ishlah antar kelompok yang bersengketa d. Ishlah antar orang yang saling menuntut

e. Ishlah dalam hal penganiayaan seperti memaafkan dengan ganti uang f. Ishlah untuk memutuskan suatu persengketaan yang terjadi dalam hak milik

107Candra Irawan, Aspek hukum dan mekanisme penyelesaian sengketa diluar Pengadilan

Penerapan konsep mediasi akan membawa hasil maksimal apabila semua pihak mempunyai komitmen yang sama, niat yang sama dan saling memahamidraf- draf yang disodorkan oleh semua pihak, termasuk mengutamakan positive thinking terhadap solusi yang ditawarkan oleh mediator. Kesamaan ini perlu dibangun agar sejak awal semua pihak tidak terjebak oleh egoisme semu dan saling merasa paling benar. Semua pihak harus mempunyai tekat untuk sepakat mengakhiri perselisihan dan mencari solusi jitu yang saling menguntungkan, agar semua pihak terikat dan dapat dilaksanakan materi perdamaian haruslah dituangkan dalam bentuk tulisan yang transparan, sederhana, riil dan memiliki dasar hukum yang jelas. Akibat perdamaian yang dihasilkan melalui mediasi akan sangat membantu menyelesaikan pokok konflik dengan lebih singkat, mudah dan memupuk rasa persaudaraan, apalagi proses penyelesaian perkara dengan mediasi dapat melaui by pass yang sangat menguntung semua pihak. Rekonsiliasi diambil dari kata dalam bahasa Inggris yaitu “Reconciliation” yang berarti perdamaian.108

Ash-Shulh berasal dari bahasa Arab yang berarti perdamaian, penghentian perselisihan, penghentian peperangan. Dalam kazanah keilmuan, ash-shulhu dikategorikan sebagai salah satu akad berupa perjanjian diantara dua orang yang berselisih atau berperkara untuk menyelesaikan perselisihan diantara keduanya.Dalam terminologi ilmu fiqih ash-shulhu memiliki pengertian perjanjian untuk menghilangkan polemik antar sesama lawan sebagai sarana mencapai

108John M Echlor dan Harun Shadily,kamus Ingris Indonesia,(Jakarta : Gramedia 2000),

kesepakatan 109 antara orang-orang yang berselisih.Sedangkan menurut W.J S

Poerwadarminto perdamaian adalah sesuatu pemufakatan untuk menghentikan

permusuhan.110Goldie Bristol dan Carol mengutarakan bahwa “Berdamai kembali berarti menyelaraskan atau menyelesaikan suatu ketidakcocokan, bergabung kembali, berbaik kembali, sependapat kembali, memulihkan persekutuan kembali dan kepercayaan.111

Jadi dapat disimpulkan bahwa rekonsiliasi adalah mengejar suatu perdamaian dengan menyelesaikan akar permasalahannya dan memaafkan, guna memperoleh persekutuan (kerukunan kembali).Tujuan dari rekonsiliasi sendiri adalah terciptanya suatu perdamaian (kerukunan kembali) tanpa kebencian, dendam, amarah, akar pahit, serta membina hubungan kembali.Sementara keduaHobbes dan Kantpercaya bahwa perdamaian adalah cara hidup yang lebih baik dan resep buatan negara damai untuk mempromosikan keamanan manusia, kemajuan dan stabilitas (mereka, bagaimanapun, tidak setuju secara luas tentang cara untuk mencapai negara itu) sebagai wacana rasional, dalam Islam perdamaian adalah menganjurkan sebagai kualitas ilahi untuk dikejar untuk mencapai keadaan kebahagiaan yang berujung di surga.Dalam Al Quran terdapat ayat mengenai damai, yang artinya:

“Jika dua golongan orang beriman bertengkar damaikanlah mereka. Tapi jika salah satu dari kedua golongan berlaku aniaya terhadap yang lain maka perangilah orang yang aniaya sampai kembali kepada perintah Allah tapi jika ia telah kembali damaikanlah keduanya dengan adil, dan bertindaklah benar.

109www/httpalawiyahtuti18.blogspot.com diakses tanggal 17 April 2014

110W.J.S Poerwadarminto,Kamus umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka Indonesia

1999), hal 224.

Sungguh Allah cinta akan orang yang bertindak adil”112

Mengenai hukum shulhu (Hukum perdamaian) diungkapkan juga dalam berbagai hadits nabi, salah satunya yang diriwayatkan oleh Ibnu Hibbandan Imam Tirmizi yang artinya “perdamaian dibolehkan dikalangan kaum muslimin, kecuali perdamaian menghalalkan yang haram atau mengharamkan yang halal Dan orang- orang islam (yang mengadakan perdamaian itu) bergantung pada syarat-syarat mereka (yang telah disepakati), selain syarat yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram.113(HR. Ibnu Hibban dan Turmuzi)”.

Perdamaian berdasarkan keadilan, karena itu, akan berarti seimbang, negara yang adil dan tenang, di mana semua pihak akan menikmati hak yang seharusnya mereka miliki. Nabi Muhammad SAW pernah berkata, yang artinya “Tidak salah satu dari kalian percaya sampai ia mencintai saudaranya apa yang ia mencintai dirinya sendiri.” Ulama besar Muslim dari tradisi kenabian seperti Ibn Hajar al- Asqalani dan al Sharafuddin Nawawi mengatakan bahwa saudaranya kata-kata “berarti setiap orang terlepas dari iman. House of Peace (rumah kedamain) Masyarakat yang ideal, menurut Alquran adalah Dar as-Salam, secara harfiah, “Alam kedamaian” yang khusus. Pembentukan tempat tinggal damai di atas bumi berarti membangun perdamaian di kehidupan sehari-hari, di semua tingkat. Ini termasuk pribadi, sosial, negara dan tingkat internasional.114

112Terjemahan Al Quran Al karim, hal. 516

113

Ibnu Hibban dan Turmuzi

Menurut Islam, akan ada sebuah era di mana keadilan, banyak, kelimpahan, kesejahteraan, keamanan, perdamaian, dan persaudaraan akan menang di antara manusia, dan satu di mana orang akan merasakan cinta, pengorbanan diri, toleransi, belas kasihan, kemurahan, dan loyalitas. Dalam sebuah hadist Nabi Muhammad SAW besabda, bahwa masa yang diberkahi ini akan dialami melalui mediasi Mahdi, yang akan datang pada akhir zaman untuk menyelamatkan dunia dari bentuk kekacauan, ketidakadilan, dan keruntuhan moral. Mahdiakan menghapus ideologi tak bertuhan dan mengakhiri ketidakadilan yang berlaku. Selain itu, Imam Mahdi akan membuat agama seperti di zaman Nabi MuhammadSAW, menyebabkan ajaran moral Al Qur’an untuk menang di antara manusia, dan menegakkan perdamaian dan kesejahteraan di seluruh dunia.115Dimana-nilai moral yang sama dan, lebih dekat satu sama lain dalam cinta daripada semua orang lain, akan diperbaiki dan kedua terbesar komunitas keagamaan dunia akan bersatu. Jadi, dengan Islam dunia akan mengalahkan filosofi ateistik dan kepercayaan cara intelektual, dunia akan diselamatkan dari perang, konflik, permusuhan ras dan etnis, kekejaman dan ketidakadilan. Kemanusiaan akan memasuki “Usia Emas” dari kedamaian, kebahagiaan dan kesejahteraan.116

“Memang persoalan sengketa dilapangan jarang terjadi, tapi kalau memang ada persoalan dan sengketa pertani akan menyelesaikannya secara musyawarah. Dan kalau juga tidak mendapatkan titik temunya maka petaniakan membawa masalah ini ke Imam Menasah. Dan kalau masalah ini juga tidak selesai ditingkat Imam Menasah sebagai perangkat pengadilan

115Ibn Hajar al-Haythami, Al-Qawl al-Mukhtasar fi `Alamat al-Mahdi al-Muntazar, hal 23,

34, 50, 44.

adat tingkat Gampong maka akan dibawa kepada perangkat adat yang lebih tinggi yaitu Imam Mukim selaku pengadilan adat tingkat Mukim”.117

Untuk menyelesaikan masalah mengenai Mawah tersebut, ada beberapa metode yang digunakan untuk menyelesaikannya. Menurut ketua Mahkamah Adat Aceh (MAA) Aceh besar MuhammadAli dalam wawancaranya mengatakan secara umum sengketa adat Mawah tidak pernah masuk ke Majelis Adat Aceh, karena semua komplik yang terjadi didalam masyarakat sudah berhasil ditangani ditingkat gampong dan mukim, memang sengketa

adat Mawah ada terjadi dimasyarakat, namun semuanya itu berhasil

diselesaikan dengan baik ditingkat gampong. Kalau umpamanya terjadi sengketa biasanya pihak yang punya tanah yang berulah atau mengingkari janjinya atau menakuti pihak pengelola tanah untuk tidak melanjutkan kerja samanya, tapi itu dilakukan secara diam-diam oleh yang punya tanah, ini terjadi dikarenakan pihak yang punya tanahmempunyai sifat kapitalis yang berlebihan terhadap hasil panen yang didapatnya. Dikecamatan ingin jaya saja ada orang yang punya sifat demikian.Disinilah biasanya timbul komplik dan sengketa. Kalau sudah mempunyai sengketa diantara mereka maka biasanya diselesaikan dulu oleh kedua belah pihak yaitu antara penggarab dan pemilik tanah secara mufakat dan berdamai. Seandainya juga tidak selesai maka kedua belah pihak akan membawanya ke tingkat Gampong untuk diselesaikan oleh pemangku adat atau pengadilan adat tingkat gampong (desa), dan umpanya ditingkat gampong tidak selesai maka akan dibawa ketingkat mukim atau pengadilan adat mukim untuk diselesaikan. Biasanya jarang yang sampai ketingkat ini, dikarenakan ditingkat pengadilan Gampong sudah selesai. Akibat dari sengketa ini maka biasanya yang punya tanah akan merasa malu dan memalukan, karena akan da cemooh dari masyarakat. Inilah yang membuat para pelaku Mawahharus menyelesaikan ditingkat Gampong, kalau tidak maka kalau sampai ditingkat pengadilan mukim maka satu kemukiman akan tau kejadian ini dan sangat memalukan lagi apabila ditidak selesai, maka setiap ada sengketa adat bagi hasil Mawah ini, Insya Allah cepat selesainya karena malu akan cemooh masyarakat.118

Peraturan yang mengatur penyelesaian melalui adat di atur dalam peraturan Daerah Nomor 7 tahun 2000 tentang penyelenggaraan Kehidupan adat, kemudian di ikuti dengan Undang-undang 18 tahun 2001 tentang otonomi khusus yang kemudian diganti Undang-undang Pemerintahan Aceh dalam Bab Tentang Wali Nanggro dan

117Op.cit.Zainun

Lembaga Adat, kemudian Qanun nomor 4 tahun 2003 tentang pemerintahan Mukim dan Qanun Nanggro Aceh Darussalam nomor 5 tahun 2003 tentang Pemerintahan Gampong.Serta dikuat lagi setelah lahirnya UU No 11 tahun 2006 yaitu Undang- undang tentang Pemerintahan Aceh.

Dengan adanya peraturan/qanun tersebut telah memperkuat untuk melaksanakan keistimewaan Aceh di Nanggro Aceh Darussalam, Dalam perkembangannya, khusunya menyangkut tentang Peradilan Adat di Aceh, meskipun tidak di jumpai nama-nama peradilan adat dalam penyelesaian di gampong-gampong, pada kenyataannya orang-orang Aceh (Geuchikdi Gampong) masih menerapkan dan mempertahankan hukum adat menyangkut penyelesaian hukum adat atau delik. Jadi jelas disini bahwa penyelesai sengketa adat termasuk praktek Mawah ini telah diakomodasi didalam cara penyelesaian sengketa adat ini.Setelah mewawancarai beberapa pelaku Mawah, maka sejak tahun 2013-2014 telah terjadi tiga sengketa mawah, yang mana dua kasus dapat diselesaikan ditingkat Desa (Gampong) dan yang satu perkara lagi mencabut pengaduannya.

Untuk menyelesaikan suatu perkara Adat dan cara mendamaikannya, di Aceh telah Terdapat tiga belas Lembaga Adat yang secara jelas disebut dalam Undang- Undang No 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh (UUPA). Lembaga adat tersebut meliputi Majelis Adat Aceh (MAA), Imuem Mu-kim (Kepala kemukiman), Imeum Chik(Iman Mesjid Kemukiman),Keuchik(kepala desa) dan Imeum menasah, Tuha peuet (anggota dewah musyawarah utama desa), Tuha Lapan (anggota dewan musyawarah besar desa), Imeum Meunasah (Iman desa), Keujruen Blang (petugas

adat tali air), Panglima Laot (pemimpin adat nelayan), Pawang Glee (pawang gunung),Peutua Seuneu-bok (pemimpin adat perkebunan),Haria Peukan(juru cukai adat pasar rakyat) danSyahbanda.

Dalam hal mendamaikan sengketa Mawah, itu dilakukan bila adanya pengaduan dari pelaksana Mawah itu sendiri, bahwasannya telah terjadi suatu penyimpangan baik dilakukan oleh petani penggarap maupun yang dilakukan oleh yang punya sawah. Adapun cara mendamaikannya, pertama-tama dilakukan Kepala desa dan Imeum Meunasah memanggil kedua belah pihak yang bersengketa untuk diminta keterangan mengenai duduk persoalannya, kemudian baru pihak kepala desa(Geuchik) dan Imeum Meunasah meminta kedua belah pihak untuk kembali kepada perjanjian antara mereka. Bila hal tersebut tidak tercapai maka para pemangku adat dalam hal ini, Kepala Desa (Geuchik) dan Imaeum meunasah memaksa untuk kembali kepada persoalan hukum yaitu kembali kepada perjanjian hukum adat. Demikian seterusnya apabila sengketa tidak dapat diselesaikan ditingkat desa, maka akan diteruskan ketingkatPengadilan Mukim dan seterusnya apabila juga tidak dapat didamaikan ditingkat Pengadilan Mukim maka akan diserahkan kepada Majelis Adat Aceh (MAA) untuk didamaikan dan diselesaikan. Dalam hal ini Majelis Adat Aceh (MAA) tidak dapat menyelesaikan sesuai dengan amanah Qanunyang diamanah kepadanya yaitu penyelesaian secara non formal(Non litigasi) yaitu sesuai dengan :

1. Perda Nomor 7 Tahun 2000 tentang Penyelenggraan Kehidupan Adat;

Adat istiadat

3. Qanun Aceh Nomor 10 Tahun 2010 Tentang Lembaga Adat.119

Untuk mengetahui apakah masyarakat menggunakan aturan adat yang ada, di Aceh telah ada satu Majelis Adat Aceh (MAA) sebagai sarana penerangan untuk mempublikasikan tentang aturan-aturan hukum adat yang ada didaerah Aceh tentang hal-hal apa saja yang dapat ditangani oleh hukum adat tentu salah satunya adalah masalahMawahyang merupakan tradisi adat yang ada di Aceh, dimana Majelis Adat Aceh (MAA) telah ada disetiap daerah kabupaten dan kota, bahkan Majelis Adat Aceh ini juga telah ada dibeberapa kota besar seperti Medan, Jakarta, Bandung dan Surabaya.

Maka sesuai Qanun Nomor 10 Tahun 2002 Tentang Peradilan Syariah Islam dijelaskan bahwa Mahkamah Syar’iyah mempunyai kewenangan dan kekuasaan mengadili salah satunya dalam hal Muamalah secara formal (Litigasi) Seperti yang tertera didalam pasal 49 Qanun Nomor 10 Tahun 2002 Tentang Peradilan Syari’ah Islam yaitu “Mahkamah Syar'iah bertugas dan berwenang memeriksa, memutus dan menyelesaikan perkara-perkara pada tingkat pertama. Disini jelas sekali disebutkan

Dokumen terkait