• Tidak ada hasil yang ditemukan

YANG DI PECAT

C. Upaya Penyelesaian Kredit Bermasalah dengan Jaminan Surat Keputusan Pegawai Negeri Sipil yang dipecat

Kredit yang diberikan oleh bank termasuk oleh PT. Bank Aceh Cabang Kota Sabang tentu saja mengandung risiko. Oleh karena itu, dalam pelaksanaannya bank harus memperhatikan asas-asas perkreditan yang sehat. Untuk mengurangi risiko

tersebut, jaminan pemberian kredit dalam arti keyakinan atas kemampuan dan kesanggupan debitur untuk melunasi kewajibannya sesuai dengan yang diperjanjikan merupakan faktor penting yang harus diperhatikan oleh bank, dimana untuk memperoleh keyakinan tersebut sebelum memberikan kredit, bank harus melakukan penilaian yang seksama terhadap watak, kemampuan, modal agunan, dan prospek usaha dari debitur.

Kegiatan penyaluran kredit secara umum membutuhkan adanya jaminan utang atau yang disebut jaminan kredit (agunan). Agunan yang dijadikan salah satu persyaratan dalam pemberian kredit, agunan dapat berupa benda yang menurut hukum digolongkan sebagai barang tidak bergerak seperti tanah dan bangunan dan dapat juga berupa benda yang menurut hukum digolongkan sebagai barang bergerak seperti kendaraan bermotor yang dilengkapi dengan Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK) dan Bukti Pemilikan Kendaraan Bermotor (BPKB).143Jaminan berupa surat- surat berharga maupun surat-surat yang berharga yang di dalamnya melekat hak tagih, seperti saham, efek, Surat Keputusan Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil atau berupa surat keputusan pensiun pegawai negeri sipil, dan lain sebagainya. Walaupun Surat Keputusan Pengangkatan Pegawai Negeri bukan merupakan benda yang dapat dipindahtangankan (yang mempunyai nilai pengalihan), tetapi perkembangan dalam praktik perbankan yang melihat sisi ekonomis pada surat tersebut menjadikannya dapat diterima oleh beberapa bank sebagai jaminan kredit. Namun disisi lain terdapat

143

Iswadi, Staf Account Oficer (AO) PT. Bank Aceh Cabang Kota Sabang Wawancara tanggal 20 Juli 2016 di Sabang

pertentangan atas Surat Keputusan Pengangkatan Pegawai Negeri yang bersangkutan yang dijadikan sebagai jaminan kredit mengingat Surat Keputusan Pengangkatan Pegawai Negeri tidak dapat dialihkan sehingga akan menimbulkan kesulitan terhadap pihak bank untuk dapat melakukan eksekusi apabila terjadi kredit macet dalam masa pelunasan atas kredit yang dimaksud.

Berdasarkan uraian tersebut dapat diketahui bahwa terhadap kredit yang diikat dengan jaminan berupa Surat Keputusan Pengangkatan Pegawai Negeri yang bermasalah juga mengikuti prosedur penyelesaian kredit bermasalah pada umumnya. Kemudian apabila tidak berhasil, maka akan dilakukan upaya eksekusi. Pelaksanaan eksekusi atas kredit bermasalah dengan menggunakan Surat Keputusan Pegawai Negeri Sipil dilakukan dengan melibatkan pihak ketiga (perusahaan asuransi), di mana pihak perusahaan asuransi hanya mengcover 75% dari sisa kredit yang ada (baki debet). Pihak Perusahaan asuransi hanya menggantikan sementara jumlah kredit yang tersisa dan bank tetap melakukan penagihan 100% kepada nasabah. Dengan kata lain, pihak bank tetap melakukan penagihan sampai lunas 100% dan apabila telah lunas pihak bank mengembalikan dana talangan pihak asuransi.

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa apabila ditelaah mengenai upaya penyelesaian kredit bermasalah dengan jaminan Surat Keputusan Pegawai Negeri Sipil yang dipecat tetap menempuh prosedur standar penyelesaian kredit sebagaimana diatur dalam ketentuan Surat Edaran Bank Indonesia No. 26/4/BPPP tanggal 29 Mei 1993, dengan melakukan penjadwalan kembali (Rescheduling) suatu upaya hukum untuk melakukan perubahan terhadap beberapa syarat perjanjian kredit yang

berkenaan dengan jadwal pembayaran kembali/jangka waktu kredit termasuk tenggang (grace period) termasuk perubahan jumlah angsuran, bila perlu dengan penambahan kredit baru. Kemudian apabila tidak berhasil dilakukan teguran dan mengundang nasabah untuk melakukan musyawarah guna penyelesaian secara damai dan melakukan tindakan pengajuan klaim dari asuransi kredit disamping tetap berupaya melakukan penagihan secara langsung kepada nasabah.144

Guna lebih jelasnya mengenai upaya yang dilakukan terhadap kredit yang jaminannya berupa Surat Keputusan Pengangkatan Pegawai Negeri dapat ditelaah beberapa uraian langkah-langkah berikut .

a. Dalam hal nasabah debitor pindah/mutasi ke kota maupun propinsi lain, maka PT. Bank Aceh Cabang Kota Sabang melakukan langkah-langkah :

1) Pemberitahuan kepada bendahara gaji tempat debitor bekerja secara lisan atau tertulis, apabila kemudian diperoleh informasi yang dibutuhkan misalnya alamat instansi debitor yang baru, pihak bank kemudian;

2) Mengirim surat kepada Pemimpin instansi dimana instansi tempat debitor bekerja, untuk dapat dilakukan tindakan peringatan kepada debitor, apabila kemudian debitor menyetujui membayar maka pembayaran dilakukan dengan;

3) Melalui transfer antar bank kepada PT. Bank Aceh Cabang Kota Sabang

144

T. Nasrullah, Pimpinan PT. Bank Aceh Cabang Kota Sabang tanggalWawancara18 Juli 2016 di Sabang

b. Dalam hal debitor diberhentikan dengan tidak hormat dari jabatannya, dan kemudian terjadi kredit yang wanprestasi. Bagian penyelamatan kredit yang wanprestasi dengan persetujuan dari pemimpin PT. Bank Aceh Cabang Kota Sabang akan menempuh langkah-langkah :

1) Akan memberikan peringatan tertulis kepada debitor sebanyak 3 kali berturut-turut. Apabila tidak diperoleh tanggapan pihak bank akan mendatangi si debitor untuk menanyakan itikad baik dari debitor untuk melunasi utangnya.

2) Apabila si debitor tetap nakal dan tidak mempunyai itikad baik untuk melunasi utangnya maka untuk kredit bermasalah PT. Bank Aceh Cabang Kota Sabang menyerahkannya ke jalur hukum. Jalur hukum yang akan ditempuh oleh pihak PT. Bank Aceh Cabang Kota Sabang, antara lain adalah :145

(a) Melalui Badan Peradilan

Dalam mengatasi kredit macet kreditur dapat menempuh jalur hukum melalui pengajuan gugatan perdata kepada pengadilan. Peradilan yang dapat menyelesaikan dan menangani kredit wanprestasi, yaitu peradilan umum melalui gugatan perdata, dan peradilan niaga melalui gugatan kepailitan.

145T. Nasrullah, Pimpinan Bank Aceh Cabang Kota Sabang, Wawancara di Sabang, Tanggal 23 Agustus 2016

Menurut pendapat Muhamad Djumhana, ketentuan HIR Pasal 195 apabila sudah ditetapkan keputusan pengadilan yang mempunyai kekuatan hukum untuk dilaksanakan tetapi debitor tetap tidak melunasi hutangnya, maka pelaksanaan keputusan tersebut dilaksanakan atas dasar perintah dan dengan putusan Ketua Pengadilan Negeri yang memeriksa gugatannya pada tingkat pertama. Atas perintah Ketua Pengadilan tersebut dilakukan penyitaan harta kekayaan debitor, untuk kemudian dilelang dengan perantara Kantor Pengurusan Piutang dan Lelang Negara (KP2LN).

Dari hasil pelelangan itu kreditor memperoleh pembayaran piutangnya. Prosedur ini memakan waktu yang relatif lama, oleh karena debitor yang dikalahkan biasanya mengulur waktu dengan mempergunakan upaya banding dan kasasi. Sehingga biasanya PT. Bank Aceh Cabang Kota Sabang hanya melakukan dengan cara mensomasi pihak debitor.

Somasi adalah surat teguran yang diperuntukkan kepada debitor untuk segera melunasi piutangnya kepada PT. Bank Aceh Cabang Kota Sabang. Apabila pihak debitor tidak menanggapi maka akan dilakukan menyertakan gugatan kepada pengadilan.

(b) Melalui Kantor Pengurusan Piutang dan Lelang Negara (KP2LN) KP2LN adalah suatu instansi pemerintah berbentuk badan setingkat eselon 1 yang berada dibawah dan bertanggung jawab

langsung kepada Menteri Keuangan. Pengurusan Piutang dan Lelang Negara dilakukan dimana setiap kredit yang wanprestasi yang pengurusannya diserahkan ke KP2LN dari pihak PT. Bank Aceh yaitu yang jumlah atau nilai pelunasan kreditnya diatas Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah). Sehingga prosedur ini jarang dipakai oleh PT. Bank Aceh Cabang Kota Sabang yang dikarenakan nilai kredit dengan jaminan Surat Keputusan Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil hanyalah termasuk kredit konsumtif.

c. Apabila si debitor meninggal dunia maka pihak bank akan terus melakukan penagihan dan tidak akan menempuh jalur hukum. Terkecuali jika nama debitur ada tercantum dalam polis asuransi jiwa terhadap kreditnya maka pihak bank merealisasikan dana asuransi jiwa untuk pelunasan kredit tersebut. Berdasarkan uraian di atas jelaslah bahwa hal yang utama yang dilakukan upaya penyelamatan yang merupakan adalah suatu langkah penyelesaian kredit bermasalah melalui perundingan kembali antara kreditur dan debitur dengan memperingan syarat-syarat pengembalian kredit sehigga dengan memperingan syarat- syarat kredit tersebut diharapkan debitur memiliki kemampuan untuk menyelesaikan kredit itu. Selanjutnya upaya PT. Bank Aceh dalam penyelesaian kredit macet terhadap Pegawai Negeri Sipil yang dipecat pada awalnya tetap menempuh prosedur standar penyelesaian kredit sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia yaitu dengan melakukan penjadwalan kembali (Rescheduling) sebagai upaya hukum untuk melakukan perubahan terhadap beberapa syarat perjanjian kredit yang

berkenaan dengan jadwal pembayaran kembali/jangka waktu kredit termasuk tenggang (grace period) termasuk perubahan jumlah angsuran, bila perlu dengan penambahan kredit baru. Selanjutnya dilakukan teguran dan mengundang nasabah untuk melakukan musyawarah guna penyelesaian secara damai dan melakukan tindakan pengajuan klaim dari asuransi kredit disamping tetap berupaya melakukan penagihan secara langsung kepada nasabah.

BAB V

Dokumen terkait