BAB III PENYELESAIAN SENGKETA JAMINAN FIDUSIA DALAM
B. Penyelesaian Kredit Macet Dengan Jaminan Fidusia Berupa Piutang
Jika terjadi kredit macet upaya penyelamatan yang dapat dilakukan oleh Kreditur adalah melalu tiga tahap, yaitu :
1. Penjadwalan Kembali (Rescheduling), 2. Persyaratan Kembali (Reconditioning), dan 3. Penataan Kembali (Restructuring).
Jika upaya tersebut diatas tidak berhasil, maka kreditor dapat menempuh upaya penyelesaian dengan melalui jalur litigasi ataupun non-litigasi.
Penyelesaian melalui jalur non litigasi berdasarkan Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa (UU Arbitrase dan APS) dapat dilakukan dengan cara :
1. Konsultasi adalah suatu tindakan yang bersifat “personal”antara suatu pihak tertentu (klien) dengan pihak lain yang merupakan pihak konsultan, dimana pihak konsultan memberikan pendapatnya kepada klien sesuai dengan keperluan dan kebutuhan kliennya.
2. Negosiasi adalah suatu proses tawar-menawar atau upaya untuk mencapai kesepakatan dengan pihak lain melalui proses interaksi, komunikasi yang dinamis dengan tujuan untuk mendapatkan penyelesaian atau jalan keluar atas suatu masalaah yang sedang berlangsung. Negosiasi menjadi suatu metode alternatif penyelesaian sengketa yang sangat tepat, sederhana, dan menguntungkan kedua belah pihak (win-win solution). Mediasi adalah cara penyelesaian sengketa melalui proses perundingan untuk memperoleh kesepakatan para pihak dengan dibantu oleh mediator.
3. Konsiliasi adalah penengah akan bertindak menjadi konsiliator dengan kesepakatan para pihak dengan mengusahakan solusi yang dapat diterima.
4. Penilaian ahli adalah pendapat para ahli untuk suatu hal yang bersifat teknis dan sesuai dengan bidang keahliannya.40
Penyelesaian melalui jalur non-litigasi bersifat sementara, karena apabila permasalahan kredit tersebut tidak terselesaikan melalui jalur non-litigasi para pihak yang bersangkutan dapat memutuskan untuk menempuh jalur litigasi.
Penyelesaian melalui jalur litigasi merupakan upaya terakhir pihak Bank untuk mendapatkan pengembalian kredit. Penyelesaian melalui jalur litigasi dapat dilakukan dengan cara melakukan Tindakan pelelangan terhadap barang jaminan tambahan, menyita asset debitur (Pasal 1131 KUHPerdata) ataupun jalur pidana sesuai dengan Pasal 35 UUJF. Namun, sebelum menentukan strategi penyelesaian
40Frans Hendra Winarta, Hukum Penyelesaian Sengketa, Jakarta, Sinar Grafika, 2012, h 15, cetakan ke 2
kredit, pihak Bank harus melakukan pendekatan kepada debitor terlebih dahulu.
Pendekatan tersebut terbagi menjadi dua bentuk, yaitu :
1. Pendekatan secara tertulis yaitu dengan cara : a. Pemberian surat tagihan.
Surat Tagihan ini berupa rincian cicilan yang belum dibayar beserta bunganya, surat tagihan ini ditujukan kepada debitor dengan tujuan agar debitor ingat akan kewajibannya untuk melunasi utang-utangnya. Surat tagihan biasanya diberikan sampai tiga kali hal ini sesuai dengan landasan bank yang selalu mengutamakan jalur perdamaian dengan debitur, memberikan debitur waktu tetapi sekaligus selalu mengingatkan kewajibannya.
b. Pemberian surat peringatan.
Surat peringatan ini layaknya somasi, digunakan untuk memperingatkan debitur akan kewajibannya, somasi pada hakikatnya digunakan apabila terdapat suatu wanprestasi. Dengan kredit macet maka debitur sudah terbukti melakukan wanprestasi, dan apabila di dalamnya ada pelanggaran hukum seperti piutang fiktif itu termasuk perbuatan melawan hukum yang seharusnya tidak memerlukan surat peringatan di dalam hukum, tetapi bank tetap menggunakan langkah- langkah ini sebagai standar penyelesaian. Isi pokok surat peringatan adalah :
1. Pemberitahuan mengenai jatuh tempo pembayaran bunga dan/atau pokok kredit.
2. Perintah untuk membayar utangnya dengan jumlah tertentu.
3. Batas waktu bagi debitur untuk melaksanakan pembayaran.
2. Pendekatan secara lisan atau negosiasi, dapat dilakukan dengan cara :
- Pihak bank dapat berkunjung ke tempat usaha debitur untuk segera melunasi kewajibannya sebelum diberikan surat tagihan.
- Apabila surat pemberitahuan sudah diberikan namun nasabah belum melunasi utangnya pihak bank dapat melakukan kunjungan untuk menilai usaha milik nasabah.
- Pihak Bank / Lembaga Keuangan melakukan pembinaan kepada debitur yang mempunyai kategori prospek baik dan itikad baik, prospek tidak baik dan itikad baik, dan prospek tidak baik dan itikad tidak baik supaya menjadi kooperatif dan mau segera melunasi kewajibannya.
3. Melakukan penagihan kepada pihak ketiga. Kreditor dapat menagih kepada pihak ketiga (yang berutang kepada debitor) untuk melunasi utang-utang debitor kepada kreditor sesuai dengan perjanjian kepada pihak kedua yang bukan termasuk ke dalam piutang fiktif berdasarkan standing instruction.
4. Meminta penggantian jaminan dilakukan pada saat negosiasi terhadap debitor gagal dilakukan. Piutang yang fiktif tidak dapat dimintakan pembayarannya kepada pihak ketiga yang tercantum
karena piutang tersebut memang disengaja dibuat untuk mengelabui dengan tujuan agar mendapatkan kredit yang lebih besar oleh karna itu pihak kreditur mengajukan penggantian jaminan.
C. Kendala-Kendala Dalam Menangani Kredit Macet Dengan Jaminan Fidusia
Penyaluran kredit harus melalui analisa yang akurat dan mendalam serta diikuti dengan perjanjian yang sah dan pengawasan yang baik. Namun, penyelesaian kredit macet tidaklah selalu berjalan lancar. Pada umumnya terjadinya kredit macet disebabkan oleh menurunnya kemampuan ataupun hasil usaha Debitur. Biasanya kendala yang dialami Kreditur pada saat akan melakukan penyitaan barang jaminan adalah :
1. Barang jaminan tidak diketahui keberadaannya oleh pihak Kreditur.
2. Barang jaminan telah dipindah tangankan.
3. Barang jaminan dinyatakan telah hilang oleh Debitur.
4. Barang jaminan dijual secara bodong atau tanpa adanya BPKB.
5. Adanya perlawanan dari pihak Debitur, dalam hal ini Debitur tidak bersedia menyerahkan barang jaminan secara sukarela.
Menurut Muchdarsyah Sinungan, penyebab dari suatu keadaan kredit yang macet adalah karena kesulitan-kesulitan keuangan yang dialami debitur. Penyebab dari kesulitan-kesulitan keuangan tersebut dapat dikelompokkan ke dalam dua kelompok, yaitu:
1. Managerial Factor (faktor intern), yaitu faktor-faktor yang ada di dalam perusahaan sendiri. Dapat disebabkan karena beberapa hal, antara lain:
a. kelemahan dalam kebijaksanaan pembelian dan penjualan;
b. tidak efektifnya pengawasan atas biaya-biaya atau ongkos-ongkos perusahaan;
c. kebijaksanaan tentang piutang yang tidak efektif;
d. terlalu banyak penempatan pada aktiva tetap;
e. permodalan yang tidak cukup.
2. Faktor ekstern, yaitu faktor yang terjadi di luar jangkauan kemampuan management. Faktor ini dapat disebabkan karena bencana alam, peperangan, perubahan dalam kondisi perekonomian dan perdagangan, serta perubahan-perubahan teknologi.41
Upaya-upaya Bank memikirkan dan mencari jalan untuk dapat melakukan program penyelamatan kredit sering kali terbentur kepada kesulitan-kesulitan sebagai berikut:
1. Prospek usaha nasabah debitur masih baik, namun nasabah debitur memperlihatkan sikap yang enggan untuk diajak bekerjasama oleh
41 Muchdarsyah Sinugian, Kredit Seluk Beluk dan Teknik Pengolahan, Jakarta, Bumi Aksara, 2009, h 168, Cetakan Kedua
Bank untuk mengupayakan program penyelamatan tersebut. Misalnya saja nasabah enggan untuk mengadakan penggantian personil yang duduk dalam manajemen perusahaan.
2. Kesulitan untuk mencari partner usaha yang bersedia dan mampu menambah modal (fresh money). Sekalipun prospek usaha dan Kerjasama nasabah debitur baik.
3. Kesulitan mencari pembeli dalam rangka penjualan asset perusahaan nasabah debitur yang tidak produktif dalam rangka memperbaiki struktur keuangan perusahaan.
4. Dalam hal kredit berbentuk kredit sidikasi tidak diperoleh kesepakatan dan bank-bank peserta sindikasi mengenai syarat-syarat penyelamatan kredit.
5. Nasabah debitur setelah program penyelamatan disetujui dan dituangkan dalam perjanjian ternyata kemudian tidak memenuhi kewajiban-kewajiban yang ditentukan sebagai syarat-syarat penyelamatan kredit.42
Berkaitan dengan barang jaminan fidusia yang tidak diketahui dan/atau telah dipindahtangankan oleh debitor (konsumen), maka berdasarkan ketentuan Pasal 36 UUJF debitor (konsumen) dalam hal ini sebagai pemberi fidusia dapat di pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan denda paling banyak Rp 50.000.000,- (limapuluh juta rupiah). Menurut Pasal 30 UUJF “Pemberi fidusia diwajibkan
42 Suhadibroto dkk., Kredit Macet Tinjauan Hukum dan Upaya Penyelesaiannya, Yogyakarta, Yayasan Widya Pallia, 2006, h 50, Cetakan Pertama
menyerahkan Benda yang menjadi obyek jaminan fidusia dalam rangka eksekusi Jaminan Fidusia”
Tetapi dalam prakteknya, penyelesaian melalui jalur hukum sangat dihindari oleh pihak kreditor dengan pertimbangan akan memerlukan biaya yang tinggi dan tingkat keberhasilan yang rendah, sehingga cenderung mengeksekusi jaminan fidusia secara kekeluargaan melalui tekanan.
Pasal 1155 KUHPerdata mengatakan bahwa :”Apabila oleh para pihak tidak telah diperjanjikan lain, maka si berpiutang adalah berhak jika si berutang atau pemberi gadai bercedera janji, setelah tenggang waktu yang ditentukan lampau, atau jika tidak telah ditentukan suatu tenggang waktu, setelah dilakukannyasuatu peringatan untuk membayar, menyuruh menjual barang gadainya dimuka umum menurut kebiasaan-kebiasaan setempat serta atas asas-asas lazim yang berlaku, dengan maksud untuk mengambil pelunasan jumlah piutangnya beserta bunga dan biaya dari pendapatan penjualan tersebut. Jika barang gadainya terdiri atas barang- barang perdagangan atau efek-efek yang dapat diperdagangkan dipasar atau dibursa, maka penjualannya dapat dilakukan di tempat-tempat tersebut, asal dengan perantara dua orang makelar yang ahli dalam perdagangan barang-barang itu.”
Ketentuan pada pasal 1155 KUHPerdata dalam pasal 29 UUJF tidak ditetapkan bahwa penjualan lelang harus dilaksanakan menurut kebiasaan setempat dan dengan syarat yang lazim berlaku. Meski demikian syarat- syarat yang disebutkan dalam pasal 1155 KUHPerdata adalah syarat yang patut untuk diterapkan pula dalam peristiwa parate eksekusi fidusia. Menurut pasal 15 UUJF
menyatakan bahwa dalam Sertifikat Jaminan Fidusia dicantumkan kata-kata :”DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA”.
Sertifikat jaminan fidusia tersebut mempunyai kekuasaan eksekutorial yang sama dengan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum yang penuh.
Dapat disimpulkan akta tersebut tinggal dieksekusi tanpa perlu lagi suatu putusan pengadilan.43
D. Analisis Akta Jaminan Fidusia PT. Candi Tanto Jaya Terhadap PT. Bank Rakyat Indonesia
Bahwa diantara penghadap PT. Candi Tanto Jaya berkedudukan di Medan selaku pihak yang menerima fasilitas kredit (untuk selanjutnya cukup disebut pihak yang pertama/yang berhutang) dan penerima Fidusia selaku pihak yang memberi fasilitas kredit (untuk selanjutnya cukup disebut pihak kedua/Bank), telah dibuat dan ditandatangani Akta Persetujuan Membuka Kredit Investasi I (KI-I) nomor 108 dan Akta Persetujuan Membuka Kredit Investasi II (KI-II) nomor 109 kedua-duanya dibuat tanggal dua puluh empat Juni dua ribu tiga belas (24-06-2013) yang dibuat dihadapan saya, Notaris. (untuk selanjutnya Perjanjian Kredit tersebut berikut dengan segenap pengubahan dan penambahannya disebut
“Perjanjian Kredit”).
Bahwa untuk lebih menjamin dan menanggung terbayar nya dengan baik segala sesuatu yang terhutang dan harus dibayar oleh debitur sebagaimana diatur dalam Perjanjian Kredit tersebut, Pemberi Fidusia diwajibkan untuk memberikan
43 Munir Fuady, Jaminan Fidusia, Bandung, PT. Citra Aditya Bakti, 2003, h 59, Cetakan Kedua Revisi
jaminan fidusia atas Meubelair dan Peralatan (sarana, prasarana, fixture dan furniture) milik pemberi fidusia, untuk kepentingan penerima fidusia, sebagaimana yang diuraikan di bawah ini :
Bahwa untuk memenuhi ketentuan tentang pemberi jaminan yang ditentukan dalam Perjanjian Kredit tersebut, maka pemberi dan penerima fidusia telah semufaqat dan setuju, dengan ini mengadakan perjanjian sebagaimana yang dimaksud dalam UUJF yaitu perjanjian tentang jaminan Fidusia sebagaimana yang hendak dinyatakan sekarang dalam akta ini. Selanjutnya para penghadap dengan senantiasa bertindak dalam kedudukannya tersebut menerangkan untuk menjamin terbayar nya dengan baik segala sesuatu yang terhutang dan harus dibayarkan oleh debitur kepada kreditur baik karena hutang pokok, bunga biaya-biaya lainnya yang timbul berdasarkan perjanjian kredit tersebut, dengan jumlah utang sebesar Rp. 15.000.000.000,- (lima belas milyar rupiah), yang ditentukan di kemudian hari berdasarkan Perjanjian Kredit, maka para menghadap pihak pertama dengan bertindak selaku pemberi fidusia menerangkan dengan ini memberikan jaminan fidusia kepada penerima fidusia untuk dan atas nama siapa dan penghadap pihak kedua dengan bertindak selaku penerima fidusia menerangkan dengan ini menerima jaminan fidusia dari pemberi fidusia, sampai dengan nilai penjaminan sebesar Rp. 5.600.000.000,- (lima milyar enam ratus juta rupiah), atas obyek jaminan berupa :
- Meubelair dan peralatan (sarana prasarana, fixture dan furniture) milik PT.
CANDI TANTO JAYA yang terletak di Hotel Candi, Jalan Darussalam nomor 122-124 Medan. Sebagaimana dalam daftar Lampiran surat
pernyataan debitur/penjamin tertanggal dua puluh empat Juni dua ribu tiga belas (24-06-2013) yang ditandatangani di atas materai cukup, dan dilekatkan dalam minuta akta ini ; (untuk selanjutnya dalam akta ini cukup disebut dengan “Objek Jaminan Fidusia”)
Selanjutnya para penghadap senantiasa dengan bertindak kedudukannya tersebut menerangkan pembebanan jaminan fidusia ini di terima dengan dilangsungkan dengan persyaratan dan ketentuan sebagai berikut :
Pasal 1
Pembebanan jaminan Fidusia atas obyek jaminan Fidusia telah dilakukan di tempat dimana objek jaminan fidusia tersebut berada telah menjadi miliknya penerima fidusia, sedang objek jaminan fidusia tersebut berada pada dan dalam kekuasaan pemberi fidusia selaku peminjam pakai.
Pada akta jaminan fidusia Kantor Notaris & P.P.A.T Rudy Haposan Siahaan, SH. telah sesuai penerapannya dengan Pasal 1 UUJF.
Pasal 2
Objek jaminan fidusia hanya dapat dipergunakan oleh pemberi fidusia menurut sifat dan peruntukannya, dengan tidak ada kewajiban bagi pemberi fidusia untuk membayar biaya/ganti rugi berupa apapun untuk pinjam pakai tersebut kepada penerima fidusia.
Namun pemberi fidusia berkewajiban untuk memelihara objek jaminan tersebut dengan sebaik-baiknya dan melakukan semua tindakan yang diperlukan untuk pemeliharaan dan perbaikan atas objek jaminan fidusia atas
biaya dan tanggung pemberi fidusia sendiri, serta membayar pajak dan beban lainnya yang bersangkutan dengan ini.
Apabila untuk pengguna atau obyek jaminan Fidusia tersebut diperlukan suatu kuasa khusus, maka penerima fidusia dengan ini memberi kuasa kepada pemberi fidusia untuk melakukan tindakan-tindakan yang diperlukan dalam rangka pinjam pakai objek jaminan fidusia tersebut.
Pada akta jaminan fidusia Kantor Notaris & P.P.A.T Rudy Haposan Siahaan, SH. telah sesuai penerapannya dengan Pasal 2 UUJF.
Pasal 3
Penerima fidusia atau wakilnya yang sah setiap waktu berhak dan dengan ini telah di beri kuasa dengan hak subtitusi oleh penerima fidusia untuk memeriksa tentang adanya dan tentang keadaan objek jaminan fidusia tersebut.
Penerima fidusia atas biaya pemberi fidusia berhak namun tidak diwajibkan.
Untuk melakukan atau suruh melakukan segala sesuatu yang seharusnya dilakukan oleh pemberi fidusia atas objek jaminan fidusia dalam hal pemberi fidusia melakukan kewajibannya untuk itu, termasuk tetapi tidak terbatas untuk memasuki gedung, gudang bangunan, ruang di mana objek jaminan fidusia disimpan atau berada. Pemberi fidusia dan penerima fidusia menyatakan bahwa tindakan tersebut tidak merupakan tindakan memasuki tempat dan/atau bangunan tanpa izin (huisvredebreuk).
Pada akta jaminan fidusia Kantor Notaris & P.P.A.T Rudy Haposan Siahaan, SH. telah sesuai penerapannya dengan Pasal 3 UUJF.
Pasal 4
Apabila bagian dari objek jaminan fidusia diantara atau objek jaminan fidusia tersebut ada yang tidak dapat dipergunakan lagi, maka pemberi fidusia dengan ini berjanji dan karenanya mengikat diri untuk mengganti bagian dari atau objek jaminan sosial lainnya yang sejenis yang nilainya setara dengan yang digantikan serta yang dapat disetujui penerima fidusia, sedang mengganti objek jaminan fidusia tersebut termasuk dalam jaminan fidusia yang dinyatakan dalam akta ini.
Pada akta jaminan fidusia Kantor Notaris & P.P.A.T Rudy Haposan Siahaan, SH. telah sesuai penerapannya dengan Pasal 4 UUJF.
Pasal 5
Pemberi fidusia tidak berhak untuk melakukan fidusia ulang atas obyek jaminan fidusia. Pemberi fidusia juga tidak diperkenankan untuk membebankan dengan cara apapun, menggadaikan atau menjual atau mengalihkan dengan cara apapun objek jaminan fidusia kepada pihak lain tanpa persetujuan tertulis terlebih dahulu dari penerima fidusia. Bilamana penerima fidusia tidak memenuhi dengan seksama kewajibannya menurut yang telah ditentukan dalam akta ini atau debitur tidak memenuhi kewajiban berdasarkan perjanjian kredit, maka lewat waktu yang ditentukan untuk memenuhi kewajiban tersebut saja sudah cukup membuktikan tentang adanya pelanggaran atau kelalaian pemberi fidusia atau debitur dalam memenuhi kewajiban tersebut, dalam hal mana hak pemberi fidusia untuk meminjam pakai objek jaminan sosial tersebut menjadi berakhir dan objek jaminan
fidusia harus diserahkan dengan segera oleh pemberi fidusia penerima fidusia, setelah diberitahukan secara tertulis oleh penerima fidusia.
Pada akta jaminan fidusia Kantor Notaris & P.P.A.T Rudy Haposan Siahaan, SH. telah sesuai penerapannya dengan Pasal 5 UUJF.
Pasal 6
Pemberi fidusia berjanji dan karenanya mengikat diri untuk mengasuransikan objek jaminan fidusia tersebut pada perusahaan asuransi yang ditunjuk atau disetujui oleh penerima fidusia terhadap bahaya lainnya dan untuk suatu jumlah pertanggungan serta dengan persyaratan yang dipandang tepat oleh penerima fidusia.
Di antara polis asuransi tersebut harus dicantumkan klausula bahwa dalam hal terjadi kerugian, maka uang pengganti kerugian nya harus dibayarkan kepada kreditur yang, selanjutnya akan memperhitungkan dengan jumlah yang masih harus dibayarkan oleh debitur kepada kreditur berdasarkan Perjanjian Kredit, sedangkan sisanya jika masih ada harus dikembalikan oleh kreditur kepada debitur dengan tidak ada kewajiban bagi kreditur untuk membayar bunga atau ganti kerugian berupa apapun kepada pemberi fidusia.
Apabila ternyata uang pengganti kerugian dari perusahaan asuransi tersebut tidak mencukupi, maka debitur berkewajiban untuk membayar lunas sisa yang masih harus dibayar oleh debitur kepada penerima fidusia.
Semua uang premi asuransi harus ditanggung dan dibayar oleh pemberi fidusia atau debitur.
Apabila pemberi fidusia atau debitur lalai/atau tidak mengasuransikan obyek jaminan fidusia tersebut, maka penerima fidusia berhak namun tidak berkewajiban dan seberapa perlu dengan ini kepadanya oleh pemberi fidusia diberi kuasa untuk mengasuransikan sendiri objek jaminan fidusia tersebut, dengan ketentuan bahwa premi asuransi nya tetap harus dibayar oleh pemberi fidusia atau debitur.
Asli polis asuransi dan perpanjangannya di kemudian hari serta kwitansi pembayaran premi asuransi tersebut harus diserahkan untuk disimpan oleh penerima fidusia setelah diperoleh pemberi fidusia dari perusahaan asuransi tersebut.
Pada akta jaminan fidusia Kantor Notaris & P.P.A.T Rudy Haposan Siahaan, SH. telah sesuai penerapannya dengan Pasal 6 UUJF.
Pasal 7
Dalam hal pemberi fidusia dan atau debitur tidak menjalankan atau tidak memenuhi salah satu ketentuan dalam perjanjian kredit, terutama dalam hal pemberi fidusia dan atau debitur lalai sedangkan kelalaian tersebut semata mata terbukti dengan lewatnya waktu yang ditentukan, tanpa untuk itu diperlukan lagi sesuatu surat teguran juru sita atau surat lain yang serupa dengan itu, maka atas kekuasaannya sendiri penerima fidusia berhak :
1. Untuk menjual objek jaminan fidusia tersebut atas title eksekutorial, melalui penjualan di bawah tangan yang dilakukan berdasarkan kesepakatan pemberi fidusia dan penerima fidusia jika dengan cara demikian diperoleh harga tertinggi yang menguntungkan para pihak:
2. Untuk keperluan tersebut, penerima fidusia berhak menghadap di mana perlu, membuat atau suruh membuat serta menandatangani semua surat, akta serta dokumen lain yang diperlukan, menerima uang harga penjualan dan memberikan tanpa penerimaan untuk itu, menyerahkan apa yang dijual itu kepada pembelinya, memperhitungkan atau mengkon pensil uang harga penjualan yang diterimanya itu dengan semua apa yang wajib dibayar oleh debitur kepada kreditur, akan tetapi dengan kewajiban bagi penerima fidusia untuk menyerahkan sisa uang penjualannya jika masih ada kepada pemberi fidusia atau debitur, dengan tidak ada kewajiban bagi penerima fidusia untuk membayar bunga atau ganti kerugian berupa apapun juga kepada pemberi fidusia atau debitur mengenai sisa uang harga penjualan itu dan selanjutnya penerima fidusia juga berhak untuk melakukan segala sesuatu yang dipandang perlu dan berguna dalam rangka penjualan objek jaminan fidusia tersebut dengan tidak ada satupun yang dikecualikan.
Apabila hasil penjualan dari objek jaminan fidusia tersebut tidak mencukupi untuk melunasi semua apa yang wajib dibayar oleh debitur kepada kreditur, maka debitur tetap terikat membayar lunas sisa uang yang masih harus dibayar oleh debitur kepada kreditur.
Pada akta jaminan fidusia Kantor Notaris & P.P.A.T Rudy Haposan Siahaan, SH. telah sesuai penerapannya dengan Pasal 7 UUJF.
Pasal 8
Dalam hal penerima fidusia mempergunakan hak-hak yang diberikan kepadanya seperti diuraikan di atas, pemberi fidusia wajib dan mengikat diri sekarang ini untuk dipergunakan dikemudian hari pada waktunya, menyerahkan dalam keadaan terpelihara baik kepada penerima fidusia objek jaminan fidusia tersebut atas pemberitahuan atau teguran yang bersangkutan, maka pemberi fidusia adalah lalai semata mata karena lewatnya waktu yang ditentukan tanpa itu diperlukan lagi sesuatu teguran juru sita atau surat lain yang serupa dengan itu, maka penerima Fidusia atau kuasanya yang sah berhak, dengan memperhatikan peraturan perundang-undangan yang berlaku, baik dari tangan pemberi fidusia maupun dari tangan pihak ketiga yang menguasainya, dengan ketentuan, bahwa semua biaya yang bertalian dengan itu menjadi tanggungan yang harus dibayar oleh pemberi fidusia.
Pada akta jaminan fidusia Kantor Notaris & P.P.A.T Rudy Haposan Siahaan, SH. telah sesuai penerapannya dengan Pasal 8 UUJF.
Pasal 9
Pembebanan jaminan fidusia ini dilakukan oleh pemberi fidusia kepada penerima fidusia dengan syarat-syarat yang memutuskan (onder de ontbindenden voorwaarden), lagi yakni sampai dengan debitur telah memenuhi membayar lunas semua apa yang wajib dibayar oleh debitur kepada kreditur sebagaimana dinyatakan dalam perjanjian kredit.
Pada akta jaminan fidusia Kantor Notaris & P.P.A.T Rudy Haposan Siahaan, SH. telah sesuai penerapannya dengan Pasal 9 UUJF.
Pasal 10
Pemberi Fidusia dengan ini memberikan kuasa kepada penerima fidusia, yang menyatakan menerima kuasa dari pemberi fidusia untuk melaksanakan pendaftaran jaminan fidusia tersebut, untuk keperluan tersebut menghadap di hadapan pejabat atau instansi yang berwenang (termasuk kantor pendaftaran fidusia), memberikan keterangan, menandatangani surat/formulir,
Pemberi Fidusia dengan ini memberikan kuasa kepada penerima fidusia, yang menyatakan menerima kuasa dari pemberi fidusia untuk melaksanakan pendaftaran jaminan fidusia tersebut, untuk keperluan tersebut menghadap di hadapan pejabat atau instansi yang berwenang (termasuk kantor pendaftaran fidusia), memberikan keterangan, menandatangani surat/formulir,