• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penyelesaian Kredit Macet Pada KSU.Tumbuh Kembang Pemogan-Denpasar

BAB IV UPAYA PENYELESAIAN KREDIT MACET PADA

4.3. Penyelesaian Kredit Macet Pada KSU.Tumbuh Kembang Pemogan-Denpasar

Penyelesaian kredit macet pada KSU.Tumbuh Kembang Pemogan, Denpasar Selatan dilakukan dengan berbagai cara, tergantung bagaimana prospek dari nasabah tersebut. Nyoman Japa, mengatakan penyelesaian kredit macet di KSU.Tumbuh kembang dilakukan dengan cara negosiasi. KSU.Tumbuh Kembang akan memberikan peringatan maupun teguran secara lisan kepada debitur agar dapat melaksanakan kewajiban pembayaran kredit utama berupa angsuran kredit, demi memperbaiki status kreditnya. Apabila sudah kembali normal maka pihak KSU.Tumbuh Kembang akan melanjutkan proses pembayaran angsuran disertakan bunga.

Apabila terguran tidak mendapatkan hasil, maka pihak KSU.Tumbuh Kembang akan menggunakan tahap kedua, yaitu memberi surat peringatan kepada nasabah. Adapun isi dari surat tersebut berupa:

1. Pemberitahuan mengenai jatuh tempo pembayaran kredit 2. Total kewajiban/hutang debitur yang harus dibayar

3. Perintah untuk membayar kewajiban/hutang sesuai dengan jumlah yang tertera

4. Batas waktu bagi debitur untuk melaksanakan pembayaran KSU. Tumbuh Kembang akan memberikan surat peringatan sebanyak tiga kali berturut-turut. Apabila pihak debitur tetap tidak beritikad baik untuk memenuhi kewajibannya, maka pihak KSU. Tumbuh Kembang akan melakukan upaya penyelamatan kredit. (Wawancara

dengan Nyoman Japa sebagai Pengawas di KSU.Tumbuh Kembang pada tanggal 21 Oktober 2015)

Upaya penyelamatan kredit dalam KSU. Tumbuh Kembang dapat dilakukan dengan melakukan perundingan dan lelang barang jaminan. Dalam hal perundingan, KSU. Tumbuh Kembang akan memanggil kembali pihak nasabah untuk merundingkan solusi untuk meringankan beban kredit debitur yang diharapkan bisa memberi peluang untuk melakukan pembayaran kredit tersebut.

Ketut Yudiasa, SE sebagai Ketua KSU.Tumbuh Kembang, menjelaskan dalam penyelamatan kredit macet, KSU. Tumbuh Kembang akan melakukan:

1) Reschedulling (memperpanjang jangka waktu kredit/angsuran) Dalam hal ini nasabah diberikan keringanan dalam hal jangka waktu, yang diharapkan nasabah bisa memanfaatkan kesempatan tersebut untuk memenuhi kewajibannya. Perpanjangan waktu & angsuran biasanya diberikan sesuai kapasitas nasabah setelah melakukan perundingan sebelumnya. Perpanjangan waktu diberikan maksimal 8 bulan untuk kredit tanpa jaminan sedangkan dengan jaminan tergantung dari jumlah tunggakan, kemampuan debitur dan umur dari jaminan debitur karena dari tahun ketahun barang akan mengalami penurunan harga.

Persyaratan kembali merupakan perubahan persyaratan yang ada dalam perjanjian, baik jangka waktu, jadwal pembayaran, maupun syarat yang lain namun tidak merubah jumlah hutang debitur. Dalam KSU.Tumbuh Kembang yang dirubah adalah penurunan suku bunga, agar nasabah bisa lebih fokus membayar angsuran pokok dengan jangka waku yang telah ditentukan. Apabila nasabah meminta penghapusan suku bunga, pihak KSU.Tumbuh Kembang bisa saja mengabulkan hal tersebut namun jangka waktu yang diberikan lebih cepat dari penurunan suku bunga. Semua hal tersebut tidak lepas dari negosiasi, karena segala solusi yang terjadi antara pihak KSU.Tumbuh Kembang dan nasabah adalah hasil dari negosiasi. (Wawancara tanggal 23 Oktober 2015)

3) Restructuring (penataan ulang)

Tindakan koperasi kepada nasabah dengan cara menambah modal nasabah dengan pertimbangan nasabah memang membutuhkan tambahan dana dan usaha yang dibiayai memang masih layak.

Penyelesaian diatas merupakan langkah alternatif yang sering dilakukan oleh KSU.Tumbuh Kembang. Apabila segala langkah alternatif tidak memberikan penyelesaian secara berkala, maka pihak KSU.Tumbuh Kembang secara tegas akan mengambil alih barang jaminan nasabah yang digunakan saat melakukan perjanjian kredit. Barang jaminan debitur

dianggap sebagai pengganti dari jumlah hutang debitur. Hal ini dilakukan karena mengingat harga barang akan terus menurun dari tahun ke tahun sedangkan keadaan nasabah memang sudah dikatakan tidak bisa melakukan pembayaran meskipun segala alternatif telah diberikan untuk melakukan pembayaran kreditnya tersebut. Proses pengambilan barang jaminan nasabah tidaklah sulit, karena pihak nasabah memang beritikad baik untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapinya. Ketika barang jaminan sudah diambil alih oleh pihak KSU.Tumbuh Kembang maka akan dijual kembali untuk menutupi hutang dari pihak nasabah. Apabila hasil penjualan melebihi hutang, maka sisa uang tersebut akan diberikan kembali ke pihak nasabah.

Ketut Yudiasa, SE mengatakan pengambil alihan barang jaminan merupakan jalan terakahir untuk menutup hutang yang dimiliki oleh nasabah. Hal ini dikarenakan tidak ada jalan keluar lagi untuk menutup hutang yang dimiliki nasabah, sedangkan KSU.Tumbuh kembang harus tetap menjaga stabilitas keuangan mereka dari tahun ke tahun agar tidak terjadinya hal yang tidak diinginkan seperti kebangkrutan yang disebabkan oleh kurangnya pemasukan yang dikarenakan banyaknya kredit yang bermasalah.

Dikoperasi ini tidak pernah berniat untuk menggunakan penyelesaian yang bersifat litigasi. Karena pada dasarnya koperasi berasaskan asas kekeluargaan, sehingga koperasi dikatakan usaha bersama, yang harus mencerminkan ketentuan-ketentuan seperti lazimnya dalam

suatu kehidupan keluarga. Oleh karena itu, KSU.Tumbuh Kembang lebih memprioritaskan segala permasalahan harus diselesaikan dengan cara kekeluargaan. (Wawancara tanggal 31 Oktober 2015)

Tabel Kredit Macet & Lancar di KSU.Tumbuh Kembang Pemogan, Denpasar Selatan Tahun 2008-2015

Tahun Kredit Lancar Nominal Kredit Macet Nominal

2008 0 Kredit - 3 Kredit Rp. 4.677.875 2009 0 Kredit - 3 Kredit Rp. 5.820.000 2010 0 Kredit - 4 Kredit Rp. 9.487.560 2011 8 Kredit Rp. 6.503.000 1 Kredit Rp. 1.999.610 2012 12 Kredit Rp. 14.256.387 9 Kredit Rp. 28.979.475 2013 5 Kredit Rp. 10.686.015 16 Kredit Rp. 57.299.600 2014 14 Kredit Rp. 111.526.125 11 Kredit Rp. 33.937.000 2015 179 Kredit Rp. 896.054.575 11 Kredit Rp. 12.999.700

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan pada bab-bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut:

1. Faktor penyebab terjadinya kredit macet pada KSU.Tumbuh Kembang Pemogan, Denpasar Selatan adalah adanya kegagalan/musibah yang menimpa usaha nasabah, adanya itikad tidak baik dari pihak nasabah, adanya pinjaman kredit tanpa sepengetahuan keluarga yang menyebabkan lemahnya tanggung jawab, penyalahgunaan kredit oleh nasabah dan adanya nasabah yang berprofesi sebagai buruh, petani, nelayan sehingga keuangan mereka tidak selalu ada setiap saat, melainkan setiap musim. 2. Upaya yang ditempuh oleh KSU.Tumbuh Kembang Pemogan, Denpasar

Selatan dalam menyelesaikan kredit macet adalah melalui jalur negosiasi, dengan memperpanjang jangka waktu kredit/angsuran, memberikan persyaratan kembali dengan merubah persyaratan yang ada dalam perjanjian baik jangka waktu, maupun jangka pembayaran angsuran beserta penurunan suku bunga sesuai hasil negosiasi. Apabila cara negosiasi tidak berhasil, maka pihak koperasi akan menempuh upaya penyitaan barang jaminan nasabah, upaya ini merupakan langkah terakhir yang digunakan untuk menutup utang yang dimiliki oleh nasabah, namun sisa dari penjualan akan dikembalikan lagi kepada pihak nasabah.

5.2 Saran

Adapun yang penulis sarankan dari permasalahan dalam penulisan ini adalah sebagai berikut:

1. KSU.Tumbuh Kembang Pemogan, Denpasar Selatan disarankan untuk lebih teliti dan meningkatkan pengawasan terhadap debitur agar tidak lagi terjadi penyalahgunaan kredit dan lemahnya pertanggungjwaban kredit. Sehingga apabila sudah teliti, maka koperasi bisa lebih maju dalam hal kelancaran kreditnya dan mengurangi resiko kredit bermasalah.

2. Pihak debitur sebaiknya lebih mematuhi peraturan yang ada dalam perjanjian yang telah disepakati sebelumnya, karena pada dasarnya koperasi memberikan kredit karena adanya prinsip kepercayaan sehingga seharusnya pihak debitur bertanggung jawab atas beban yang diberikan oleh pihak kreditur dan tidak menyalahgunakan kredit tersebut.

Raharja Handikusuma, 2000, Hukum Koperasi Indonesia, PT.Raja Grafindo, Jakarta Handri Raharjo, 2009, Hukum Perjanjian di Indonesia, Pustaka Yustisia, Jakarta

Kartini Muljadi & Gunawan Widjaja, 2014, Perikatan Yang Lahir Dari Perjanjian, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta

Prof. R. Subekti, 1987, Hukum Perjanjian, Citra Aditya Bhakti, Jakarta

Hermansyah,SH.,M.Hum, 2009, Hukum Perbankan Nasional Indonesia, Kencana, Jakarta

.R.Daeng Naja, 2005, Hukum Kredit dan Bank Garansi, Citra Aditya Bakti, Bandung M.Yahya Harahap, 1992, Segi-Segi Hukum Perjanjian, Alumni, Bandung

Andjar Pachta W, Myra Rosana Bachtiar & Nadia Maulisa Benemay, 2005, Hukum Koperasi Indonesia, Kencana Predana Media, Jakarta

Dahlan Siamat, 1993, Manajemen Bank Umum, Intermedia, Jakarta Mahmoedin, 2004, Kredit Bermasalah, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta

Gatot Supramono, 2009, Perbankan dan Masalah Kredit : Suatu Tinjauan di Bidang Yuridis, Rineka Cipta, Jakarta

Salim, 2002, Pengantar Hukum Perdata Tertulis, Sinar Grafika, Jakarta

Perundang-Undangan

Undang-Undang No.25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian

Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1992 tentang Perbankan

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

Internet

www.smecda.com/Files/infosmecda/misc/Koperasi_Iskandar.pdf

http://www.depkop.go.id tentang Pedoman Standar Operasional Koperasi Simpan Pinjam dan Unit Koperasi Simpan Pinjam

Jabatan: Bagian Kredit Umur: 32 Tahun

Pendidikan: Sarjana Ekonomi

Alamat: Jalan P.Moyo Gang IV, Denpasar Selatan

2. Nama: I Nyoman Japa

Jabatan: Pengawas KSU.Tumbuh Kembang Umur: 44 Tahun

Pendidikan: Sarjana Teknik

Alamat: Jalan Raya Pemogan, Dukuh Tangkas – Denpasar Selatan

3. Nama: Ketut Yudiasa

Jabatan: Ketua KSU.Tumbuh Kembang Umur: 50 Tahun

Pendidikan: Sarjana Ekonomi

Abstrak

Kredit macet sering terjadi dalam suatu perjanjian kredit, dimana merupakan suatu keadaan ketidak mampuan pihak debitur untuk membayar suatu kewajiban yang telah disepakati bersama oleh pihak kreditur sehingga kerugian pada pihak kreditur seperti yang terjadi pada KSU.Tumbuh Kembang,Pemogan-Denpasar Selatan. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan memahami faktor apa yang menjadi penyebab terjadinya kredit macet serta upaya penyelesaian kredit macet yang terjadi pada KSU Tumbuh Kembang, Pemogan-Denpasar Selatan. Metode yang digunakan dalam penulisan ini adalah metode empiris yang menggunakan pendekatan dari aspek yang timbul dilapangan, yang memiliki sifat hukum yang nyata/sesuai dengan kenyataan yang hidup dalam masyarakat.

Dari penelitian ini dapat menghasilkan faktor eksternal yang menjadi penyebab kredit macet adalah debitur mengalami hambatan/kesulitan dalam kebutuhan ekonomi karena adanya suatu hal/ musibah sehingga menyebabkan terlambatnya pembayaran dalam melunasi angsuran. Sedangkan faktor internal adalah lemahnya informasi dan pengawasan dalam perputaran kredit sehingga menyebabkan pengawasan menjadi tidak maksimal. Dan upaya yang dilakukan dalam penyelesaian kredit macet di KSU.Tumbuh Kembang adalah melalui penyelesaian diluar pengadilan/non litigasi.

Kata kunci: Kredit, Perjanjian Kredit, Koperasi, Kredit Macet.

Abstract

Bad credit often occurs in a credit agreement, which is a State party to the inability of the debtor to pay an obligation that has been mutually agreed by the lender so that losses on the part of the lender as happened at KSU. Tumbuh Kembang, Pemogan-South Of Denpasar. As for the purpose of this research is to know and understand what factors being the cause of the occurrence of bad credit and bad credit settlement attempts that occur in KSU. Tumbuh Kembang, Pemogan-South of Denpasar. The methods used in the writing of this is empirical

From this research can generate external factors which are the cause of bad credit is a debtor experiencing barriers/difficulties in economic needs due to an accident causing belated/payment in pay off in installments. While the internal factor is the weak information and oversight in causing the credit turnaround supervision be not maximum. And the efforts made in the settlement of bad debts at KSU. Tumbuh Kembang is through a settlement outside the Court/non litigation.

Keywords: Credit, The Credit Agreement, Cooperative, Bad Debts

I.PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Semakin bertambahnya penduduk akan membuat manusia untuk semakin berjuang mendapatkan uang hasil kerja kerasnya. Namun, apabila hasil kerja keras masih dianggap belum mampu untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka, maka perusahaan perbankan dianggap sebagai perusahaan yang bisa membantu untuk memberikan fasilitas pinjaman/kredit kepada masyarakat demi memenuhi kelangsungan hidup yang dianggap kurang.

Menurut pasal 1 angka 11 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dcngan itu, berdasarkan atas kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah waktu tertentu dengan pemberian bunga.

Lembaga keuangan mempunyai peran sebagai penyalur kredit kepada masyarakat. Selain bank, lembaga keuangan yang juga memiliki peran dalam pemberian fasilitas kredit adalah koperasi. Koperasi merupakan bentuk badan usaha yang memiliki status sebagai badan

Perkoperasian.

Namun kenyataannya, semakin mudahnya pemberian jasa kredit kepada masyarakat, cenderung menjadi permasalahan yang serius dalam pembayaran kredit tersebut. Hal tersebut terjadi pada KSU.Tumbuh Kembang, dimana permasalahan akan terlihat pada pembayaran angsuran bulan-bulan berikutnya, karena kewajiban yang harus dibayar tidak sesuai dengan wajib pokok yang tertera pada angsuran tersebut. Banyak faktor yang menyebabkan pembayaran yang tidak teratut tersebut dan akhirnya menyebabkan terjadinya kemacetan pada kredit tersebut.

1.2 Tujuan

Untuk mengetahui dan memahami faktor-faktor yang menjadi penyebab dan bagaimana upaya dalam penyelesaian kredit macet melalui lembaga keuangan di KSU.Tumbuh Kembang, Pemogan-Denpasar Selatan.

II.ISI

2.1 Metode Penelitian

Jenis penelitian dalam penulisan skripsi ini adalah jenis penelitian empiris, yaitu penelitian hukum yang menggunakan pendekatan dari aspek yang timbul di lapangan, yang memiliki sifat hukum yang nyata atau sesuai dengan kenyataan yang hidup dalam masyarakat, dimana sumber yang akan diperoleh berasal observasi atau percobaan.

Faktor yang sering menjadi penyebab terjadinya kredit macet pada KSU.Tumbuh Kembang cenderung disebabkan oleh faktor internal yaitu kurangnya informasi nasabah peminjam kredit, kurangnya ketelitian petugas lapangan dan masih eratnya sistem kekeluargaan sedangkan faktor eksternal, yaitu:

1. Adanya kegagalan/musibah yang menimpa perusahaan/usaha nasabah sehingga membuat debitur menjadi rugi dan secara langsung berpengaruh terhadap pembayaran kredit.

2. Adanya itikad tidak baik dari pihak nasabah sehingga menyebabkan tidak lancarnya pembayaran kredit.

3. Adanya pinjaman kredit tanpa sepengetahuan pihak keluarga/kerabat.

4. Adanya penyalahgunaan kredit oleh nasabah. Hal ini terjadi karena apa yang menjadi tujuan untuk diberikannya kredit tidak sesuai dengan kenyataannya.

5. Beberapa nasabah di KSU.Tumbuh Kembang ada yang berprofesi sebagai buruh, petani, dan nelayan. Penghasilan mereka bisa dikatakan tergolong rendah dan sesuai musim.

2.2.2 Upaya Penyelesaian Kredit Macet Pada KSU.Tumbuh Kembang, Pemogan-Denoasar Selatan

Penyelesaian kredit macet pada KSU.Tumbuh Kembang Pemogan, Denpasar Selatan dilakukan dengan berbagai cara, tergantung bagaimana prospek dari nasabah tersebut. KSU.Tumbuh Kembang akan memberikan peringatan maupun teguran secara lisan kepada debitur agar dapat melaksanakan kewajiban pembayaran kredit utama berupa angsuran

Apabila terguran tidak mendapatkan hasil, maka pihak KSU.Tumbuh Kembang akan menggunakan tahap kedua, yaitu memberi surat peringatan kepada nasabah. KSU. Tumbuh Kembang akan memberikan surat peringatan sebanyak tiga kali berturut-turut. Apabila pihak debitur tetap tidak beritikad baik untuk memenuhi kewajibannya, maka pihak KSU. Tumbuh Kembang akan melakukan upaya penyelamatan kredit.

Penyelesaian tersebut merupakan langkah alternatif yang sering dilakukan oleh KSU.Tumbuh Kembang. Apabila segala langkah alternatif tidak memberikan penyelesaian secara berkala, maka pihak KSU.Tumbuh Kembang secara tegas akan mengambil alih barang jaminan nasabah yang digunakan saat melakukan perjanjian kredit. Barang jaminan debitur dianggap sebagai pengganti dari jumlah hutang debitur.

III.KESIMPULAN

Adapun kesimpulan yang dapat ditarik dari penulisan skripsi ini adalah, sebagai beikut:

1. Faktor penyebab terjadinya kredit macet pada KSU.Tumbuh Kembang Pemogan, Denpasar Selatan adalah adanya kegagalan/musibah yang menimpa usaha nasabah, adanya itikad tidak baik dari pihak nasabah, adanya pinjaman kredit tanpa sepengetahuan keluarga yang menyebabkan lemahnya tanggung jawab, penyalahgunaan kredit oleh nasabah dan adanya nasabah yang berprofesi sebagai buruh, petani, nelayan sehingga keuangan mereka tidak selalu ada setiap saat, melainkan setiap musim.

2. Upaya yang ditempuh oleh KSU.Tumbuh Kembang Pemogan, Denpasar Selatan dalam menyelesaikan kredit macet adalah dengan memperpanjang jangka waktu

penurunan suku bunga sesuai hasil negosiasi. Apabila cara negosiasi tidak berhasil, maka pihak koperasi akan menempuh upaya penyitaan barang jaminan nasabah.

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan perekonomian di era globalisasi semakin meningkat, dengan banyaknya perputaran roda keuangan yang sekarang menjadi kebutuhan untuk memenuhi kehidupan setiap manusia. Semakin bertambahnya penduduk akan membuat manusia untuk semakin berjuang mendapatkan uang hasil kerja kerasnya. Namun, apabila hasil kerja keras masih dianggap belum mampu untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka, maka perusahaan perbankan dianggap sebagai perusahaan yang bisa membantu untuk memberikan fasilitas pinjaman/kredit kepada masyarakat demi memenuhi kelangsungan hidup yang dianggap kurang.

Menurut pasal 1 angka 11 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dcngan itu, berdasarkan atas kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah waktu tertentu dengan pemberian bunga.

Pada dasarnya pemberian kredit dapat diberikan oleh siapa saja yang memiliki kemampuan untuk itu melalui perjanjian utang piutang antara pemberi utang (kreditur) di satu pihak dan penerima pinjaman (debitur) dilain

pihak.1 Setelah perjanjian tersebut disepakati, maka lahirlah kewajiban pada diri kreditur, yaitu untuk menyerahkan uang yang diperjanjikan kepada debitur, dengan hak untuk menerima kembali uang itu dari debitur pada waktunya, disertai dengan bunga yang disepakati oleh para pihak pada saat perjanjian pemberian kredit tersebut disetujui oleh para pihak. Hak dan kewajiban debitur adalah bertimbal balik dengan hak dan kewajiban kreditur. Lembaga keuangan mempunyai peran sebagai penyalur kredit kepada masyarakat. Selain bank, lembaga keuangan yang juga memiliki peran dalam pemberian fasilitas kredit adalah koperasi. Koperasi merupakan bentuk badan usaha yang memiliki status sebagai badan hukum setelah akta pendiriannya disahkan oleh pemerintah, sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam ketentuan Pasal 9 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian.

Pengertian koperasi menurut Undang-Undang No.25 Tahun 1992 adalah badan usaha yang beranggotakan orang-seorang atau badan hukum koperasi dengan berlandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan atas asas kekeluargaan. Pada pasal 33 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945 menyebutkan perekonomian Indonesia disusun sebagai usaha bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan dan koperasi adalah bangunan usaha yang

1

Djoni S.Gazali, 2010, Pengertian dan Dasar Hukum Perbankan, Sinar Grafika, Jakarta, hal.4

sesuai dengan susunan perekonomian yang dimaksud dalam Undang-Undang Dasar 1945.

Selain menjadi lembaga keuangan yang bertujuan untuk memberikan kredit dan jasa-jasa keuangan lainnya, peran koperasi sangatlah penting dalam menumbuhkan dan mengembangkan potensi ekonomi rakyat serta dalam mewujudkan kehidupan ekonomi yang demokratis, kekeluargaan, dan keterbukaan.2 Oleh karena itu, bangsa Indonesia dianggap telah melakukan pembangunan untuk mewujudkan tujuan nasional, yaitu mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur secara materiil dan spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Koperasi dianggap juga menjadi urat nadi dalam perekonomian Indonesia, maka koperasi selalu bertindak cenderung untuk melindungi mereka masyarakat yang ekonominya lemah yang menjadi anggota koperasinya. Secara umum koperasi dipahami sebagai perkumpulan orang yang secara sukarela mempersatukan diri untuk memperjungkan peningkatan kesejahteraaan ekonomi mereka pada suatu perusahaan yang demokratis.

Semakin berkembangnya kegiatan koperasi dapat dilihat dari jumlah anggota koperasi tersebut dan seberapa banyak perputaran uang yang sudah memfasilitasi anggotanya tersebut. Sehingga sudah sepantasnya koperasi yang berkembang harus selalu meningkatkan kemampuannya dalam mentransformasikan diri sesuai dengan perubahan-perubahan yang terjadi di

2

Raharja Handikusuma, 2000, Hukum Koperasi Indonesia, PT.Raja Grafindo, Jakarta, hal.8

dunia perbankan. Sudah banyak contoh koperasi yang gagal dan akhirnya mengalami penutupan karena pengelolaan yang tidak professional. Hal ini kebanyakan disebabkan karena kelalaian dari dalam koperasi, kurangnya anggota yang bergabung dengan koperasi tersebut dan tidak seimbangnya antara pengeluaran kredit dan pemasukan dana berupa tabungan maupun pembayaran kredit tersebut.3

Dewasa ini koperasi terus mengembangkan sayap di bidang usahanya untuk mengikuti perkembangan kebutuhan manusia yang tak terbatas. Salah satu bidang usaha koperasi yang dirasakan kian hari semakin dibutuhkan masyarakat adalah masalah simpan pinjam. Sama halnya dengan Koperasi Serba Usaha atau sering disingkat KSU Tumbuh Kembang, yang kini sedang gencar-gencarnya menambahkan anggota untuk menjadi nasabahnya juga melakukan kegiatan dalam bidang simpan pinjam.

Dalam kinerjanya, KSU.Tumbuh Kembang bekerja keras untuk meningkatkan kesejahteraan anggotanya dengan cara memberikan fasilitas pinjaman demi menjembati kebutuhan hidup anggotanya. Sebagian besar, tujuan utama koperasi ini adalah sebagai sarana penyalur pinjaman/kredit bagi anggota yang diprioritaskan dan orang-orang secara umumnya.

Menurut Depkop.go.id dalam Standar Operating Procedur (SOP) KSP tahun 2004, prosedur pemberian kredit koperasi untuk anggota/calon anggota diawali dengan mengajukan permohonan pinjaman, dengan memberi

3

Balipost, tanggal 10 Maret 2015, tentang Rencana Penertiban Sejumlah Koperasi di Denpasar, hal.2

persyaratan menyerahkan identitas berupa KTP/SIM kepada bagian administrasi. Setelah itu bagian administrasi akan memeriksa kelengkapan prosedur tersebut dan memproses jumlah pinjaman anggota/calon anggota. Dengan kata lain, dipermudahkannya pemberian fasilitas kredit di koperasi diharapkan untuk bisa membantu mensejahterakan perekonomian masyarakat pada umumnya.4

Namun kenyataannya, semakin mudahnya pemberian jasa kredit kepada masyarakat, cenderung menjadi permasalahan yang serius dalam pembayaran kredit tersebut. Permasalahan akan terlihat pada pembayaran

Dokumen terkait