• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV PENYELESAIAN SENGKETA DALAM JUAL BELI

B. Penyelesaian Sengketa Wanprestasi Dalam

2. Penyelesaian Sengketa diluar Pengadilan

Sementara Pasal 39 ayat 1 Undang-Undang Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE) ini menegaskan, bahwa gugatan perdata dilakukan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, dan penyelesaian sengketa tersebut di atas khususnya sengketa yang timbul dalam transaksi jual-beli melalui media internet ini, dapat diselesaiakan secara alternatif di luar pengadilan.

Penyelesaian sengketa atas perbuatan melawan hukum yang terjadi dalam transaksi jual-beli secara elektronik dapat pula dilakukan secara non litigasi atau di luar pengadilan, antara lain :81

a. Proses adaptasi atas kesepakatan antara para pihak sebagaimana dituangkan dalam perjanjian jual-beli yang dilakukan melalui media internet tersebut. Maksud adaptasi ini adalah para pihak dapat secara sepakat dan bersama-sama merubah isi perjanjian yang telah dibuat, sehingga perbuatan salah satu pihak yang semula dianggap sebagai perbuatan melawan hukum, pada akhirnya tidak lagi menjadi perbuatan melawan hukum;

b. Negosiasi, yang dapat dilakukan oleh para pihak yang bersengketa, baik para pihak secara langsung maupun melalui perwakilan masing-masing pihak;

c. Mediasi, merupakan salah satu cara menyelesaikan sengketa di luar pengadilan, dengan perantara pihak ketiga/mediator yang berfungsi sebagai fasilitator, tanpa turut campur terhadap putusan yang diambil oleh kedua pihak;

d. Konsiliasi, juga merupakan cara penyelesaian sengketa di luar pengadilan, namun mirip pengadilan sebenarnya, dimana ada pihak-pihak yang dianggap sebagai hakim semu;

e. Arbitrase, adalah cara penyelesaian sengketa secara non litigasi, dengan bantuan arbiter yang ditunjuk oleh para pihak sesuai bidangnya. Di Indonesia telah ada lembaga khusus arbitrase

81 Hetty Hassanah, Metode Alternatif Penyelesaian Sengketa, (Bandung, Unikom, 2005), hlm. 67

yaitu Badan Arbitrase Nasional Indonesia (BANI). Putusan arbitrase memiliki kekuatan hukum yang sama dengan putusan hakim di pengadilan, dan atas putusan arbitrase ini tidak dapat dilakukan upaya hukum baik banding maupun kasasi. Pada saat sekarang ini, para pihak yang memiliki sengketa jual-beli melalui internet akan lebih condong untuk memilih penyelesaian sengketa melalui di luar jalur pengadilan (non-litigasi) daripada menyelesaikan sengketa melalui jalur peradilan (litigasi). Hal tersebut dapat terjadi karena penyelesaian sengketa melalui jalur peradilan akan memakan waktu yang lama mengingat banyaknya kasus-kasus yang harus diputus. Selain itu, ada kesan di masyarakat bahwa pengadilan adalah tempat orang-orang jahat.82

Penyelesaian sengketa melalui jalur non-litigasi yang tepat pada saat sekarang ini adalah melalui jalur perdamaian, arbitrase, mediasi dan konsiliasi. Keunggulan dari penyelesaian sengketa melalui jalur non-litigasi tersebut antara lain adalah :

a. Prosedur cepat dan sederhana b. Biaya yang murah

c. Keputusan dapat diambil dalam waktu yang relatif singkat d. Putusannya juga telah bersifat final dan mengikat.

82 Ibid.

Walaupun demikian, perbuatan melawan hukum yang timbul dalam transaksi jual-beli secara elektronik/melalui internet dapat diselesaikan baik secara litigasi ataupun secara non litigasi, sesuai kesepakatan para pihak, sehingga tidak ada kekosongan hukum yang dapat berakibat menimbulkan kerugian yang lebih besar lagi.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Perjanjian diatur didalam KUH Perdata Pasal 1313 dimana berbunyi suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih. Dalam pasal 1475 KUH Perdata juga mengatur tentang jual beli yang menjelaskan bahwa jual beli adalah suatu persetujuan yang mengikat pihak penjual berjanji menyerahkan suatu benda/zaak dan pihak lain yang bertindak sebagai pembeli mengikat diri berjanji untuk membayar harga. Perjanjian jual beli berbasis internet juga mengatur Hak dan Kewajiban Penjual dan juga Hak dan Kewajiban Pembeli didalam KUH Perdata. Didalam perjanjian juga terdapat wanprestasi dan akibat hukumnya bila salah satu pihak melakukan kelalaian (verzium) dan masalah pernyataan lalai (ingbrekkestelling).

2. Berdasarkan ketentuan Pasal 1 angka 2 Undang-Undang tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE) disebutkan bahwa Transaksi Elektronik adalah perbuatan hukum yang dilakukan dengan menggunakan Komputer, jaringan komputer, dan/atau media elektronik lainnya. Terdapat juga pihak-pihak yang terlibat dalam jual beli onlineyaitu , Penjual (merchant), Konsumen/card holder, Acquierer, Issuer, Certification Authorities. Perjanjian dalam e-commerce terjadi antara kedua belah pihak yang mana salah satu pihak berjanji kepada pihak yang lain untuk melakukan sesuatu, dimana perjanjian yang terjadi

dalam e-commerce itu menggunakan dasar Pasal 1313 KUH Perdata sebagai pedomannya. Sehingga apa yang menjadi syarat sahnya suatu perjanjian yang termuat dalam KUH Perdata harus diperhatikan agar penggunaan atas aturan perjanjian di Indonesia yang secara umum menggunakan KUH Perdata dapat ditetapkan, serta perjanjian dalam e-commerce dapat diakui keabsahannya.

3. Dalam suatu peristiwa hukum termasuk transaksi jual beli secara elektronik tidak terlepas dari kemungkinan timbulnya pelanggaran yang dilakukan oleh salah satu atau kedua pihak, dan pelanggaran hukum dapat dikategorikan sebagai perbuatan melawan hukum. Penyelesaian sengketa dalam jual beli berbasis internet juga dapat dikategorikan didalam penyelesaian di pengadilan dan diluar pengadilan , pada penyelesaian diluar pengadilan dijelaskan pada Pasal 39 ayat 1 Undang-Undang Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE) menegaskan, bahwa gugatan perdata dilakukan berdasarkan pengaturan perundang-undangan yang berlaku, dan penyelesaian sengketa tersebut khususnya sengketa yang timbul dalam transaksi jual beli melalui internet dapat diselesaikan secara alternative diluar pengadilan.

B. Saran

1. Pengaturan tentang transaksi jual beli berbasis internet berdasarkan aspek hukum perdata sudah diatur didalam KUH Perdata , akan tetapi semakin pesat perkembangan jaman diikuti semakin pesat juga transaksi jual beli internet yang menyebabkan tindakan yang melanggar hukum diluar

pengaturan tentang jual beli berbasis internet yang masih belum diatur dalam KUH Perdata, maka dari itu hendaknya kedua peraturan tersebut harus diselaraskan, atau dapat diatur secara khusus dalam peraturan yang baru namun tidak menyimpang dengan peraturan yang lama.

2. Untuk mencegah adanya pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab dalam transaksi jual beli online, pemerintah kiranya memperketat pengawasan dalam sistem jual beli berbasis online agar tidak ada pihak yang dirugikan sehingga pertumbuhan penjualan dalam bisnis online dapat menciptakan lebih banyak lagi lapangan pekerjaan.

3. Agar tidak menjadi suatu perbuatan melawan hukum dan wanprestasi , undang-undang dalam penyelesaian sengketa dalam perjanjian jual beli berbasis internet harus lebih diatur spesifik lagi dalam pengadilan maupun diluar pengadilan agar tidak menjadi kerugian dan dapat menjadi perlindungan hukum bagi pelaku perjanjian jual beli berbasis internet.

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku

Ali, Zainudin. 2009.Metode Penelitian Hukum, Sinar Grafika, Jakarta.

Asikin, Zainal dan Amiruddin. 2003. Pengantar Metode Penelitian Hukum, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Afrizal, Metode Penelitian Kualitatif. 2015, Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Anshori, Abdul Ghofur. 2010, Hukum Perjanjian Islam Di Indonesia, konsep, regulasi, dan Implementasi, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Badrulzaman, Mariam Darus. 1974, Hukum Perdata Tentang Perikatan, Penerbit Fakultas Hukum USU, Medan.

Harahap, Yahya. 1982, Segi-Segi Hukum Perjanjian Cet. I, Alumni, Bandung.

Harahap, Yahya. 1986, Segi-segi Hukum Perjanjian Cet II, Alumni, Bandung.

Hassanah, Hetty. 2005, Metode Alternatif Penyelesaian Sengketa, Unikom, Bandung.

Kosiur, Understanding Electronic Commerce.

Marzuki, Peter Mahmud. 2005, Peneltian Hukum, Kencana Prenada Media Group, Surabaya.

Muhammad, Abdulkadir. 2010, Hukum Perjanjian, PT Alumni, Bandung.

Miru, Ahmadi. 2014, Hukum Kontrak dan Perancangan Kontrak, Rajawali Pers, Jakarta.

Nugroho, Adi, 2006. E-Commerce Memahami Perdagangan Modern di Dunia Maya, Infromatika, Bandung.

Putra, Unggul Pambudi. 2013, dan Java Creativity, Sukses Jual Beli Online, Elex Media Komputindo, Jakarta.

Prodjodikoro, Wirjono. 2000, Perbuatan Melanggar Hukum Dipandang Dari Sudut Hukum Perdata, Mandar Maju, Bandung.

Ramli, Ahmad M. 2004, Cyber Law dan HAKI dalam Sistem Hukum Indonesia, Refika Aditama, Jakarta.

Soemitro, Ronny Hanitijo. 1983, Metode Penelitian Hukum, Ghalia Indonesia, Jakarta.

Sitompul, Asril. 2004, Hukum Internet Pengenal Mengenai Masalah Hukum di Cyberspace, PT.Citra Aditya Bakti, Bandung.

Subekti, R. dan R. Tjitrosudibio. 2004, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, PT. Pradnya Paramita, Jakarta.

Subekti, R. 1985, Aneka Perjanjian, Bandung: Alumni, Bandung.

Subekti. 1979, Pokok-Pokok Hukum Perdata, Intermasa, Jakarta.

Subekti, R. 1987, Hukum Perjanjian, Cet. XI, PT. Intermasa, Jakarta

Sugono, Bambang. 2010, Metode Penelitian Hukum, Rajawali Pers, Jakarta..

Sutantio, Retnowulan, dan Iskandar Oerip. 2000, Hukum Acara Perdata Dalam Teori dan Praktek, Alumni, Bandung.

Syahrani, Riduan. 1992, Seluk-Beluk Dan Asas-Asas Hukum Perdata, Alumni, Bandung.

B. Internet

Rahadjo, Budi, Peraturan dan Pengaturan Cyberspace di Indonesia

(https://behard.files.wordpress.com/2011/01/draft-buku-cyberlaw.pdf) Uncitral Model Law on Electronic Commerce, http://www.Uncitral Model

Law.Com

Dokumen terkait