• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN HUKUM TERHADAP PERJANJIAN JUAL BELI BERBASIS INTERNET BERDASARKAN ASPEK HUKUM PERDATA SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "TINJAUAN HUKUM TERHADAP PERJANJIAN JUAL BELI BERBASIS INTERNET BERDASARKAN ASPEK HUKUM PERDATA SKRIPSI"

Copied!
86
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN HUKUM TERHADAP PERJANJIAN JUAL BELI BERBASIS INTERNET BERDASARKAN ASPEK HUKUM PERDATA

SKRIPSI

Disusun Dan Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Pada Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara

Oleh

DICKY FRON FATAYA ZEGA NIM: 150200592

DEPARTEMEN HUKUM PERDATA

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2019

(2)
(3)

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : DICKY FRON FATAYA ZEGA

NIM : 150200592

Jurusan : Hukum Perdata

Judul Skripsi : Tinjauan Hukum Terhadap Perjanjian Jual Beli Berbasis Internet Berdasarkan Aspek Hukum Perdata

Dengan ini menyatakan:

1. Bahwa Skripsi yang saya tulis tersebut diatas adalah benar hasil dari tulisan saya sendiri dan bukan merupakan ciplakan dari skripsi atau karya ilmiah orang lain.

2. Apabila terbukti dikemudian hari skripsi tersebut adalah ciplakan, maka segala sesuatu yang timbul dari akibat hukum tersebut akan saya pertanggung jawabkan.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya tanpa ada paksaan atau tekanan dari pihak mana pun.

Medan, Penulis,

DICKY FRON FATAYA ZEGA

(4)

ABSTRAK Dicky Fron Fataya Zega*

Hasim Purba**

M.Husni***

Perkembangan zaman disertai dengan pesatnya teknologi informasi sangat berdampak pada kegiatan masyarakat untuk melakukan transaksi jual beli.

Sebelumnya transaksi jual beli dilakukan dengan cara konvensional dimana penjual dan pembeli bertemu langsung. Namun seiring dengan perkembangan zaman dan pesatnya teknologi sekarang kegiatan jual beli di masyarakat sudah menggunakan jaringan komputer, yaitu internet. Proses jual beli barang dan jasa yang menggunakan jaringan internet (e-commerce) dapat mengefektifkan dan mengefisiensikan waktu sehingga seseorang dapat melakukan transaksi jual beli dengan setiap orang dimanapun dan kapanpun. Adapun permasalahan yang akan dibahas dalam penulisan skripsi ini adalah bagaimana pengaturan tentang perjanjian jual beli berbasis internet, bagaimana keabsahan perjanjian jual beli berbasis internet menurut Hukum Perdata, bagaimana penyelesaian sengketa dalam jual beli berbasis internet.

Penelitian ini termasuk dalam kategori penelitian kepustakaan (library research) yaitu penelitian yang menganalisa buku dan menghasilkan suatu kesimpulan. Sumber data terdiri dari sumber data primer, sekunder dan tersier, untuk data primer yaitu bahan hukum yang bersifat autotratif seperti Undang- Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang informasi dan transaksi elektronik (UUITE), Pasal 1320 KUH Perdata, data sekunder yaitu buku-buku yang menguraikan materi yang tertulis yang dikarang oleh para sarjana, sedangkan bahan tersier yaitu kamus, bahan dari internet yang merupakan bahan hukum yang memberikan penjelasan tentang bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perjanjian jual beli berbasis internet telah diatur dan ditetapkan sedemikian rupa dalam melakukan kegiatan jual beli berbasis internet dalam KUH Perdata, bagaimana persetujuan yang mengikat antara penjual dan pembeli, mengatur hak dan kewajiban penjual dan pembeli dan terdapat wanprestasi dan akibat hukumnya bila salah satu pihak melakukan kelalaian (verzium) dan masalah pernyataan lalai (ingbrekkestelling).

Pihak-pihak yang terlibat dalam jual beli berbasis internet, dan bagaimana penyelesaian sengketa yang timbul yang dikategorikan didalam penyelesaian di pengadilan dan diluar pengadilan.

Kata Kunci : Perjanjian Jual Beli, Berbasis Internet, Hukum Perdata

* Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

**Dosen Pembimbing I Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

***Dosen Pembimbing II Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

(5)

KATA PENGANTAR

Hidup memang penuh dengan tantangan termasuk dalam proses pengerjaan skripsi ini, karena begitu banyak hal yang terjadi diluar dari yang terfikirkan oleh Penulis. Banyaknya cobaan ketika ditenggelamkan rasa malas, tantangan ketika harus berlomba dengan waktu, rintangan ketika harus terjatuh dalam keterpurukan kondisi tubuh, pergumulan ketika harus memulai dan terus harus memperbaiki yang salah menjadi lebih baik, begitupun juga ketika harus berduka ketika rasa senang berubah jadi sedih. Namun, tidaklah selalu seperti itu karena dalam proses pengerjaan skripsi ini Penulis banyak mendapatkan hal-hal yang luarbiasa dan berharga, itulah yang dinamakan sebuah proses harus ada progressnya. Pelajaran hidup yang tertancap dalam fikiran dan terikat kuat dalam sanubari yaitu semakin besar rintangan, maka semakin besar keagungan yang diperoleh dalam mengatasi rintangan tersebut, serta bukanlah hal mudah untuk mendapatkan sesuatu yang berharga karena dibutuhkan ketekunan.

Penulis memanjatkan puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas penyertaan dan kebaikannya kepada Penulis sehingga dapat

menyelesaikan skripsi berjudul “Tinjauan Hukum Terhadap Perjanjian Jual Beli Berbasis Internet Berdasarkan Aspek Hukum Perdata”. Penulis

persembahkan skripsi ini kepada dunia pendidikan guna menambah ilmu pengetahuan dan menumbuhkan semangat belajar khususnya ilmu hukum.

Adapun salah satu tujuan dari disusunnya skripsi ini adalah untuk melengkapi persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Hukum dari Universitas Sumatera Utara.

(6)

Pada kesempatan ini, Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar- besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Runtung, S.H., M.Hum., selaku Rektor Universitas Sumatera Utara;

2. Bapak Prof. Dr. Budiman Ginting, S.H., M.Hum., selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;

3. Bapak Prof. O.K, Saidin, S.H., M.Hum., selaku Wakil Dekan I Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;

4. Ibu Puspa Melati Hasibuan, S.H., M.Hum., selaku Wakil Dekan II Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;

5. Bapak Dr. Jelly Leviza, S.H., M.Hum., selaku Wakil Dekan III Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;

6. Ibu Dr. Rosnidar Sembiring S.H., M.Hum., selaku Ketua Departemen Hukum Perdata yang telah banyak membantu dan memudahkan penulis dalam mengajukan judul skripsi.

7. Bapak Zulkifli Sembiring S.H., M.H., selaku Dosen Penasihat Akademik Penulis selama menempuh pendidikan di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;

8. Bapak Prof. Dr. Hasim Purba, S.H., M.Hum., selaku Dosen Hukum Perdata dan Dosen Pembimbing I. Ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya untuk segala dukungan yang sangat berarti serta ilmu pengetahuan dan wawasan yang bapak telah bagikan kepada penulis sehingga dapat bermanfaat bagi Penulis khususnya penyelesaian skripsi ini;

(7)

9. Bapak M. Husni S.H., M.Hum., selaku Dosen Hukum Perdata dan Dosen Pembimbing II. Ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya untuk bapak yang dengan penuh tanggungjawab dan ketulusan hati mengarahkan,membimbing serta memberikan masukan dari awal sampai dengan terselesaikannya pengerjaan skripsi ini;

10. Seluruh Dosen-dosen Akademik Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang penuh dengan dedikasi menuntun dan membimbing penulis selama mengikuti perkuliahan sampai dengan menyelesaikan skripsi ini;

11. Seluruh pegawai Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan pelayanan administrasi yang baik selama proses akademik penulis;

12. Kedua orangtua Penulis, yaitu Drs. Onechesi Zega, M.M dan Ferdinanwaty Gea, yang telah memberikan kasih sayang, nasihat, semangat serta kekuatan yang luar biasa selama Penulis menempuh pendidikan sampai dengan saat ini;

13. Saudara-saudara Penulis, Vinny Suyitnes Putri Zega, S.Sos (Kakak Kandung Penulis), Dwi Patricia Zega, S.Sos (Kakak Kandung Penulis), Adventinus Telaumbanua, S.T (Abang Ipar Penulis), Kennan Siaara Telaumbanua & K Solaso Telaumbanua (Keponakan Penulis) yang menjadi semangat Penulis serta menjadi Pendukung Penulis dalam menyelesaikan skripsi ini dan meraih cita-cita yang lebih tinggi;

14. Partner yang selalu setia dalam pengerjaan skripsi ini yaitu, Yosafat Ramot Mampetua Tamba, S.H., Sri Wahyuni, Cindy Febria Panjaitan, Intan Hariyani Lubis

(8)

15. Sahabat penulis angkatan 2015, yaitu Ibnu Khairansyah, Ade Manalu, Josua Hutagalung, Yolanda Utari Putri Lubis, Yolanda Aprilia Tobing, bg Tino Silitonga, Amos teguh, Caesar Simanjuntak, Michael Angkat, Nafis Ramadhan, Adnan Lubis, Lucky, Rian, Erick Jeremy, Daniel Ronaldo Htb, Eben Ezer Kaban, Farhan nasution, El hidayat, Robbie, Manaon, Mario Panjaitan, Sarah Desideria Panjaitan, Iman tondi, Dimas Lerian, dan masih banyak lagi yang tidak dapat disebutkan satu persatu namanya, terimakasih atas canda tawa suka duka yang telah dilewati bersama penulis selama menempuh pendidikan sampai akhir penyelesaian skripsi ini, thanks gais;

16. Sahabat penulis angkatan 2016, yaitu Hendra Septyan Silitonga, Franco Van Reco Simamora, Johanna Tania, Fernando Simbolon, Abiezer Ginting, Karunia Tobing dkk. Terimakasih telah menjadi junior yang sangat menyenangkan selama dikampus;

17. Sahabat penulis angkatan 2017-2018, yaitu Jason Situmorang, Danel Situmorang, Kevin Simarmata, Agnes Tori,Rebecca Hutabarat, Rut Sihite, Cikdel, Jack, Yoggie, Brian purba, Rico surbakti, ezra sianipar dan masih banyak lagi. Terimakasih telah menjadi adik kandung stambuk dikampus yang telah memberikan semangat dan canda tawa kepada Penulis sampai penyelesaian skripsi ini;

18. SAPMA PEMUDA PANCASILA Universitas Sumatera Utara dan SAPMA PEMUDA PANCASILA Sub-Komisariat Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, terimakasih bisa menjadi bagian dalam perubahan Pemuda Pancasila karena “Sekali Layar Terkembang, Surut Kita Berpantang”

PANCASILA !! ABADI !!

(9)

19. Abang dan Kakak Senior Penulis di Basecamp KKN (Kedai Kopi Nation) yang memberikan semangat dan masukan motivasi yang membuat Penulis menjadi giat dalam penyelesaian skripsi ini.

20. Seluruh rekan Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang tidak dapat Penulis sebutkan satu-persatu. Jadi dan beranilah menjadi agent of change kawan. Hidup Mahasiswa !!!

21. Para Penulis buka-buka dan artikel-artikel yang Penulis jadikan referensi data guna pengerjaan skripsi ini;

22. Seluruh orang yang Penulis kenal dan mengenal Penulis. Penulis juga mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif terhadap skripsi ini. Atas segala perhatiannya, Penulis ucapkan terima kasih.

Medan, Juni 2019 Penulis,

Dicky Fron Fataya Zega

(10)

DAFTAR ISI

ABSTRAK...i

KATA PENGANTAR...ii

DAFTAR ISI...vii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan ... 7

D. Keaslian Penulisan ... 8

E. Metode Penelitian... 9

F. Sistematika Penulisan...13

BAB II PENGATURAN TENTANG PERJANJIAN JUAL BELI MELALUI INTERNET A. Konsep Perjanjian Jual Beli ... 14

1. Pengertian Perjanjian Jual Beli ... 14

2. Hak dan Kewajiban Jual Beli ... 16

3. Wanprestasi dan Akibat Hukumnya ... 21

B. Prinsip-Prinsip Umum Transaksi Jual Beli Berbasis Internet... 28

1. Perkembangan Jual Beli Berbasis Internet ... 28

2. Keuntungan dan Kerugian Jual Beli Berbasis Internet... 31

3. Proses Terjadinya Jual Beli Berbasis Internet ... 33

BAB III KEABSAHAN PERJANJIAN JUAL BELI BERBASIS INTERNET MENURUT HUKUM PERDATA A. Pihak-Pihak dalam Transaksi Jual Beli Berbasis Internet... 36

B. Masa Berlakunya Perjanjian Jual Beli ... 38

C. Keabsahan Perjanjian Jual Beli Berbasis Internet ... 41

BAB IV PENYELESAIAN SENGKETA DALAM JUAL BELI BERBASIS INTERNET BERDASARKAN HUKUM PERDATA A. Aspek-Aspek Perbuatan Melawan Hukum dalam Jual Beli Berbasis Internet ... 52

B. Penyelesaian Sengketa Wanprestasi Dalam Perjanjian Jual Beli Berbasis Internet ... 55

1. Penyelesaian Sengketa di Pengadilan ... 55

2. Penyelesaian Sengketa diluar Pengadilan ... 67

(11)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 71 B. Saran ... 72 DAFTAR PUSTAKA ... 74

(12)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pesatnya perkembangan teknologi informasi, yang terlihat pada masifnya penggunaan jaringan internet, turut mendongkrak kebutuhan masyarakat untuk senantiasa melakukan transaksi dagang menggunakan jaringan internet. Berbagai aspek transaksi yang tergolong dalam proses interaksi bisnis konvensional berubah dengan cepat ketika perdagangan secara face-to-face mulai digantikan dengan perdagangan online berbasis internet. Transaksi komersil (profit transaction) yang biasanya dilakukan secara konvensional, telah bergeser ke arah yang lebih dinamis melalui penggunaan jaringan internet. Transaksi melalui jaringan internet diyakini memudahkan pegiat ekonomi dalam melakukan transaksi serta menjadi solusi dalam terbatasnya ruang dan waktu. Bahkan, dalam hal lain, bentuk transaksi ini dapat terjadi secara bersamaan tanpa harus ada pertemuan langsung dengan hitungan waktu yang begitu cepat. Pada awalnya internet hanya dapat digunakan sebagai media pertukaran informasi di lingkungan pendidikan (Perguruan Tinggi) dan lembaga penelitian. 1

Setelah internet terbuka bagi masyarakat luas, internet mulai digunakan juga untuk kepentingan perdagangan. Setidaknya ada dua hal yang mendorong kegiatan perdagangan dalam kaitannya dengan kemajuan teknologi yaitu meningkatnya permintaan atas produk-produk teknologi itu sendiri dan

1 Budi Rahadjo, Peraturan dan Pengaturan Cyberspace di Indonesia (https://behard.files.wordpress.com/2011/01/draft-buku-cyberlaw.pdf) ,diakses pada 14 Februari 2019 pukul 14.00 wib

(13)

kemudahan untuk melakukan transaksi perdagangan.2 Perkembangan teknologi informasi tersebut sangat pesat dan telah membawa banyak perubahan. Salah satu perubahan yang sangat besar akibat berkembangnya teknologi informasi adalah dalam bidang ekonomi. Perkembangan teknologi informasi secara signifikan telah mengubah sistem ekonomi konvensional menjadi sistem ekonomi digital. Sistem digital ini memungkinkan dunia usaha melakukan suatu transaksi dengan menggunakan media elektronik yang lebih menawarkan kemudahan, kecepatan, dan efisiensi. Saat ini banyak dijumpai transaksi-transaksi perdagangan modern yang menggunakan teknologi sebagai medianya atau yang lazim disebut transaksi elektronik (e-commerce).

E-commerce merupakan suatu proses jual beli barang dan jasa yang dilakukan melalui jaringan komputer, yaitu internet. Jual beli secara online dapat mengefektifikan dan mengefisiensikan waktu sehingga seseorang dapat melakukan transaksi jual beli dengan setiap orang dimanapun dan kapanpun.

Semua transaksi jual beli melalui internet ini dilakukan tanpa ada tatap muka antara para pihaknya, mereka mendasarkan transaksi jual beli tersebut atas rasa kepercayaan satu sama lain, sehingga perjanjian jual beli yang terjadi diantara para pihak pun dilakukan secara elektronik.3

Transaksi yang dilakukan dengan cara yang konvensional yakni sistem perdagangan dimana penjual dan pembeli bertemu langsung. Barang yang akan dijual berada di dekat pembeli, beralih kepada sistem online yang kebalikan dari jual beli yang biasanya (konvensional dan syariah) dimana pembeli dan penjual

2 Asril Sitompul, Hukum Internet (Pengenal Mengenai Masalah Hukum di Cyberspace), (Bandung : PT.Citra Aditya Bakti, 2004), hlm.4

3 Ahmad M. Ramli, Cyber Law dan HAKI dalam Sistem Hukum Indonesia, (Jakarta :Refika Aditama, 2004), hlm. 1

(14)

tidak bertemu langsung dan baramg yang diperjualbelikan hanya berbentuk gambar atau tulisan yang menjelaskan spesifikasi dari barang yang akan dijual.

Transaksi e-commerce memiliki beberapa cirri khusus, diantaranya bahwa transaksi ini bersifat paperless (tanpa dokumen tertulis), borderless (tanpa batas geografis) dan para pihak yang melakukan transaksi tidak perlu bertatap muka. Seorang pedagang dapat mendisplay atau memostingkan iklan atau informasi mengenai produk-produknya melalui sebuah website atau situs, baik melalui situsnya sendiri atau melalui penyedia layanan website komersial lainnya.

Jika tertarik, konsumen dapat menghubungi melalui website atau guestbook yang tersedia dalam situs tersebut dan memprosesnya lewat website tersebut dengan menekan tombol accept, agree atau order. Pembayaran pun dapat segera diajukan melalui penulisan nomor kartu kredit dalam situs tersebut.

Namun di samping beberapa keuntungan yang ditawarkan seperti yang telah disebutkan di atas, transaksi e-commerce juga menyodorkan beberapa permasalahan baik yang bersifat psikologis, hukum maupun ekonomis.

Permasalahan yang bersifat psikologis misalnya kebanyakan calon pembeli dari suatu took online merasa kurang nyaman dan aman ketika pertama kali melakukan keputusan pembeli secara online.4 Adanya keraguan atas kebenaran data, informasi atau massage karena para pihak tidak pernah bertemu secara langsung.

Oleh karena itu, masalah kepercayaan (trust) dan itikad baik (good faith) sangatlah penting dalam menjaga kelangsungan transaksi.

Ada beberapa hal yang sering muncul dalam perjanjian jual beli melalui media elektronik ini yang timbul sebagai suatu kendala antara lain masalah

4 Unggul Pambudi Putra dan Java Creativity, Sukses Jual Beli Online,(Jakarta: Elex Media Komputindo,2013), hlm. 3

(15)

perjanjian, perpajakan, tata cara pembayaran, peradilan, perlindungan hukum, tanda tangan elektronik, penyelesaian sengketa yang terbentuk dalam suatu sistem jaringan kerja secara langsung. Masalah-masalah tersebut menimbulkan suatu permasalahan hukum antara lain mengenai aspek hukum perjanjiannya yang sangat dibutuhkan dalam pembuktian agar memenuhi kepastian hukum, dalam hal ini dokumen berwujud nyata atau tertulis sebagaimana terjadi dalam jual beli secara konvensional. Sementara itu perjanjian jual beli secara elektronik dilakukan di dalam dunia maya (virtual world), tanpa adanya dokumen nyata yang tertulis seperti akta, baik akta otentik maupun akta di bawah tangan, kondisi seperti itu akan menimbulkan kesulitan dalam melakukan pembuktian apabila terjadi sengketa pada jual beli secara elektronik tersebut.5

Pelaksanaan jual beli secara online dalam prakteknya menimbulkan beberapa permasalahan, misalnya pembeli yang seharusnya bertanggung jawab untuk membayar sejumlah harga dari produk atau jasa yang dibelinya, tapi tidak melakukan pembayaran. Bagi para pihak yang tidak melaksanakan tanggung jawabnya sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati dapat digugat oleh pihak yang merasa dirugikan untuk mendapatkan ganti rugi. Pasal 1320 KUH Perdata mengatur bahwa perjanjian harus memenuhi syarat sahnya perjanjian, yaitu kata sepakat, kecakapan, suatu hal tertentu dan suatu sebab yang halal. Apabila dipenuhi empat syarat sahnya perjanjian tersebut, maka perjanjian tersebut sah dan mengikat bagi para pihak.6

Upaya menyikapi perkembangan hukum terkait dengan jual beli melalui internet, pemerintah telah mengeluarkan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016

5 Asril Sitompul, op.cit., hlm. 59

6 Ibid. hlm. 62

(16)

Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. Dalam Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 pengertian perjanjian/kontrak elektronik hanya diberikian batasan secara umum. Perjanjian/kontrak elektronik menurut Pasal 1 angka 17 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik didefinisikan sebagai perjanjian para pihak yang dibuat melalui Sistem Elektronik. Sedangkan yang dimaksud dengan Sistem Elektronik dalam Pasal 1 angka 5 adalah serangkaian perangkat dan prosedur elektronik yang berfungsi mempersiapkan, mengumpulkan, mengolah, menganalisis, menyimpan, menampilkan, mengumumkan, mengirimkan, dan/atau menyebarkan Informasi Elektronik.

Informasi Elektronik Pasal 1 angka 1 adalah satu atau sekumpulan data elektronik, termasuk tetapi tidak terbatas pada tulisan, suara, gambar, peta, rancangan, foto, electronic data interchange (EDI), surat elektronik (electronic mail), telegram, teleks, telecopy atau sejenisnya, huruf, tanda, angka, kode akses, simbol, atau perforasi yang telah diolah yang memiliki arti atau dapat dipahami oleh orang yang mampu memahaminya.

Terkait dengan keabsahan perjanjian/kontrak elektronik itu sendiri, dalam Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik hanya dirumuskan secara implisit. Pasal 18 ayat (1) Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik menyatakan bahwa “Transaksi Elektronik yang dituangkan ke dalam Kontrak Elektronik mengikat para pihak”. Bilamana dianalisis, rumusan pasal ini merujuk pada argumen bahwa perjanjian/kontrak elektronik mengikat para pihak yang membuatnya sebagaimana layaknya sebuah undang-undang bilamana transaksi

(17)

elektronik yang mendahului lahirnya suatu perjanjian/kontrak elektronik tersebut dibuat secara sah (menurut hukum) dan telah dipenuhinya syarat sahnya suatu perjanjian sebagaimana yang dikenal dalam KUH Perdata.

Selaras dengan perkembangan modern ini, dalam melakukan penawaran barang penjual tidak perlu bertemu dengan calon pembeli, calon pembeli hanya perlu melihat barang yang dibutuhkan dalam sebuah katalog yang disediakan dalam sebuat situs web. Hal itulah yang dinamakan jual beli online, dapat dilihat di Indonesia semakin besarnya situs jual beli online seperti Lazada, Olx, Berniaga, Kaskus, Shopee dan masih banyak sekali. Bukan hanya itu bahkan orang-orang juga memanfaatkan facebook dan twitter untuk mempromosikan produk mereka, hasilnya relatif meningkatkan penjualan. Searah dengan perubahan masyarakat yang sedemikian komplek dalam berbagai dimensinya aktfitas e-commerce membawa implikasi di bidang hukum yaitu terkait tentang otentikasi subjek hukum yang membuat transaksi melalui internet, kekuatan mengikat secara hukum, objek transaksi yang diperjualbelikan, mekanisme peralihan hak dan forum peradilan yang berwenang dalam penyelesaian sengketa e-commerce.

Problematika-problematika secara tidak langsung menunjukkan bahwa telah terjadi pergeseran dari model perdagangan konvensional menjadi sistem perdagangan elektronik.

Berdasarkan latar belakang di atas maka disusunlah penulisan penelitian skripsi ini dengan judul “ TINJAUAN HUKUM TERHADAP PERJANJIAN JUAL BELI BERBASIS INTERNET BERDASARKAN ASPEK HUKUM PERDATA”

(18)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka ditetapkan rumusan masalah sebagai berikut, yaitu :

1. Bagaimana pengaturan tentang perjanjian jual beli berbasis internet?

2. Bagaimana keabsahan perjanjian jual beli berbasis internet menurut Hukum Perdata ?

3. Bagaimana penyelesaian sengketa dalam jual beli berbasis internet ?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penulisan skripsi ini adalah :

a. Untuk mengetahui bagaimana pengaturan tentang perjanjian jual beli berbasis internet;

b. Untuk mengetahui bagaimana keabsahan perjanjian jual beli berbasis internet menurut Hukum Perdata;

c. Untuk mengetahui bagaimana penyelesaian sengketa dalam jual beli berbasis internet.

2. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat sebagai berikut : a. Manfaat Teoritis :

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan kontribusi pemikiran bagi peningkatan dan pengembangan ilmu pengetahuan serta manfaat secara teoritis berupa pengetahuan dalam bidang Ilmu Hukum khususnya bidang Hukum Perdata

(19)

BW, terutama berkaitan dengan perlindungan hukum konsumen.

b. Manfaat Praktis :

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat, khususnya pihak yang sering terlibat dalam kegiatan jual beli dengan transaksi e-commerce, maupun pihak- pihak lain yang melakukan perjanjian jual beli , agar masyarakat lebih mengetahui bagaimana perjanjian jual beli berbasis internet.

D. Keaslian Penulisan

Adapun judul tulisan ini adalah Tinjauan Hukum Perjanjian Jual Beli Berbasis Internet Berdasarkan Aspek Hukum Perdata. Sampai sejauh ini belum ditemukan adanya judul yang sama seperti tulisan tersebut di atas.

Adapun beberapa judul yang memiliki sedikit kesamaan di Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara antara lain :

1. Zikri Al Hakim (120200409) Tanggung Jawab Para Pihak Atas Wanprestasi Yang Terjadi Dalam Jual Beli Secara Elektronik (Studi Pada Tokopedia)

Rumusan masalah :

a. Bagaimana pelaksanaan jual beli secara elektronik menurut KUH Perdata ?

b. Bagaimana wanprestasi yang terjadi dalam jual beli secara elektronik menurut ketentuan KUH Perdata?

(20)

c. Bagaimana tanggung jawab para pihak atas wanprestasi yang terjadi dalam jual beli secara elektronik menurut ketentuan KUH Perdata ?

2. Maya Zaimita (060200047) Tinjauan Yuridis Perbuatan Melawan Hukum Dalam Transaksi Jual Beli Melalui Internet Berdasarkan KUH Perdata

Rumusan masalah :

a. Bagaimana perbuatan melawan hukum dalam transaksi jual beli melalui internet ?

b. Bagaimana penegakan hukum dalam transaksi bisnis internasional berdasarkan UU no. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik ?

c. Bagaimana penyelesaian hukum terhadap perbuatan melawan hukun dalam perjanjian jual beli melalui internet ?

E. Metode Penelitian

Dalam suatu penelitian guna menemukan dan mengembangkan kejelasan dari sebuah pengetahuan maka diperlukan metode penelitian. Karena dengan menggunakan metode penelitian akan memberikan kemudahan dalam mencapai tujuan dari penelitian, kemudian penelitian tidak lain dari suatu metode studi yang dilakukan seseorang melalui penyelidikan yang hati-hati dan sempurna terhadap suatu masalah, sehingga diperoleh pemecahan yang tepat terhadap masalah- masalah, sehingga diperoleh pemecahan yang tepat terhadap masalah-masalah.

(21)

Metode penelitian yang digunakan untuk menganalisis permasalahan, seperti diuraikan sebelumnya adalah sebagai berikut :

1. Jenis dan Sifat Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam menjawab permasalahan pembahasan skripsi ini adalah penelitian yuridis normatif yaitu mengacu kepada norma-norma hukum yang terdapat dalam peraturan perundang- undangan yang berlaku sebagai pijakan normatif.7 Metode ini juga digunakan agar dapat melakukan penelusuran terhadap norma-norma hukum yang terdapat di dalam peraturan perundang-undangan perlindungan konsumen yang berlaku, serta memperoleh data maupun keterangan yang terdapat dalam berbagai literatur di perpustakaan, jurnal hasil penelitian, koran, majalah, situs internet dan lain sebagainya.8Penelitian hukum normatif merupakan hukum yang dikonsepsikan sebagai apa yang tertulis dalam peraturan perundang- undangan atau hukum dikonsepkan sebagai kaidah yang berpatokan pada perilaku manusia yang dianggap pantas.9

Sifat penelitian yang dilakukan adalah pendekatan deskriptif analitis yaitu penelitian yang didasarkan atas suatu teori atau konsep yang bersifat umum yang diaplikasikan untuk menjelaskan tentang seperangkat data lainnya.10 Penelitian ini juga menguraikan ataupun mendeskripsikan data yang diperoleh secara normatif lalu diuraikan untuk melakukan suatu telaah terhadap data tersebut secara sistematik.

7 Zainudin Ali, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta : Sinar Grafika,2009), hlm. 105

8Ibid, hlm. 106

9 Amiruddin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2003), hlm. 118

10 Bambang Sugono, Metode Penelitian Hukum,(Jakarta : Rajawali Pers, 2010), hlm 38.

(22)

Pendekatan deskriptif analisis yaitu penelitian yang didasarkan atas satu atau dua variabel yang saling berhubungan yang didasarkan pada teori atau konsep yang bersifat umum yang diaplikasikan untuk menjelaskan tentang seperangkat data, atau menunjukkan komparansi ataupun hubungan seperangkat data dengan seperangkat data lainnya.11 Penelitian ini juga mendeskripsikan data yang diperoleh secara normatif lalu diuraikan untuk melakukan suatu telaah terhadap data tersebut secara sistematik.

2. Sumber Data

Data yang digunakan dalam skripsi ini adalah data sekunder yaitu data yang diperoleh melalui studi kepustakaan meliputi peraturan perundang- undangan, buku-buku, situs internet, media masa dan kamus serta data yang terdiri atas :12

a. Bahan Hukum Primer, yaitu bahan hukum yang bersifat autotratif artinya mempunyai otorritas.13 Bahan-bahan hukum yang mengikat terdiri dari peraturan perundang-undangan yang terkait dengan objek penelitian, seperti Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (UUITE), Pasal 1320 KUH Perdata dan lain sebagainya.

b. Bahan Hukum Sekunder, yaitu buku-buku yang memberikan penjelasan terhadap bahan hukum primer seperti buku-buku

11Ibid, hlm. 38

12 Ronny Hanitijo Soemitro, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta : Ghalia Indonesia, 1983), hlm. 24

13 Peter Mahmud Marzuki, Peneltian Hukum, (Surabaya: Kencana Prenada Media Group, 2005), hlm. 141

(23)

yang menguraikan materi yang tertulis yang dikarang oleh para sarjana, bahan-bahan mengajar dan lain-lain.

c. Bahan Hukum Tersier, yaitu kamus, ensiklopedia, bahan dari internet dan lain-lain yang merupakan bahan hukum yang memberikan penjelasan tentang bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder.

3. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penulisan skripsi ini menggunakan metode pengumpulan data dengan cara studi kepustakaan (library search), yaitu mempelajari dan menganalisa secara sistematis buku-buku, majalah-majalah, surat kabar, peraturan perundang- undangan dan bahan-bahan lain yang berhubungan dengan materi yang dibahas dalam penelitian skripsi ini.

4. Analisis Data

Dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis data kualitatif, yaitu dengan menentukan keterkaitan antara bagian dan keseluruhan data yang telah dikumpulkan melalui proses yang sistematis untuk menghasilkan klasifikasi atau tipologi. Analisis data dimulai dari tahap pengumpulan data sampai tahap penulisan laporan. Analisis kualitatif disebut juga analisis berkelanjutan (ongoing analysis).14

14 Afrizal, Metode Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2015), hlm.

176.

(24)

F. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah penulis dalam mengkaji dan menelaah skripsi ini, maka dirasa perlu untuk menguraikan terlebih dahulu sistematika penulisan sebagai gambaran singkat skripsi, yaitu sebagai berikut :

Bab I Pendahuluan menguraikan tentang latar belakang permasalahan, serta alasan penulis untuk memilih judul skripsi ini. Tujuan Penelitian berdasarkan rumusan masalah. Manfaat dari penelitian, serta metode penelitian dan pengumpulan data diikuti dengan sistematika penulisan.

Bab II Pengaturan Tentang Perjanjian Jual Beli Melalui Internet menguraikan tentang konsep perjanjian jual beli dan prinsip-prinsip umum transaksi jual beli berbasis internet.

Bab III Keabsahan Perjanjian Jual Beli Berbasis Internet Menurut Hukum Perdata menguraikan tentang pihak-pihak dalam transaksi jual beli berbasis internet, masa berlakunya perjanjian jual beli, keabsahan perjanjian jual beli berbasis internet.

Bab IV Penyelesaian Sengketa Dalam Jual Beli Berbasis Internet Berdasarkan Hukum Perdata menguraikan tentang aspek-aspek perbuatan melawan hukum dalam jual beli berbasis internet dan bagaimana penyelesaian sengketa wanprestasi dalam perjanjian jual beli berbasis internet.

Bab V Kesimpulan dan Saran menguraikan tentang kesimpulan serta saran- saran yang dapat dituangkan dalam skripsi ini.

(25)

BAB II

PENGATURAN TENTANG PERJANJIAN JUAL BELI MELALUI INTERNET

A. Konsep Perjanjian Jual Beli 1. Pengertian Perjanjian Jual Beli

Pasal 1313 KUH Perdata (KUH Perdata) mengatur bahwa suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih.15 Pasal ini menerangkan secara sederhana tentang pengertian perjanjian yang menggambarkan tentang adanya dua pihak yang saling mengikatkan diri.

Perjanjian atau Verbintenis mengandung pengertian suatu hubungan hukum kekayaan/harta benda antara dua orang atau lebih, yang member kekuatan hak pada satu pihak untuk memperoleh prestasi dan sekaligus mewajibkan pada pihak lain untuk menunaikan prestasi. Dari pengertian singkat tersebut di jumpai didalamnya beberapa unsur yang member wujud pengertian perjanjian, antara lain: hubungan hukum (rechtsbetrekking) yang menyangkut hukum kekayaan antara dua orang (person) atau lebih, yang member hak pada satu pihak dan kewajiban pada pihak lain tentang suatu prestasi.16

Istilah perjanjian jual beli berasal dari terjemahan dari contract of sale.

Dalam Pasal 1457 KUH Perdata yang mengatur tentang jual beli menjelaskan bahwa : “jual beli adalah suatu persetujuan yang mengikat pihak penjual berjanji

15 R. Subekti dan R. Tjitrosudibio, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, (Jakarta : PT.

Pradnya Paramita, 2004), hlm. 338

16 Yahya Harahap, Segi-Segi Hukum PerjanjianCet. I, (Bandung: Alumni, 1982), hlm. 6

(26)

menyerahkan sesuatu/benda (zaak) dan pihak lain yang bertindak sebagai pembeli mengikat diri berjanji untuk membayar harga”.Dalam pasal 1458 yang berbunyi

“Jual Beli itu dianggap telah terjadi antara kedua belah pihak, seketika setelahnya orang-orang ini mencapai sepakat tentang kebendaan tersebut dan harganya, meskipun kebendaan itu belum diserahkan, maupun harganya belum dibayar.Menurut Abdulkadir Muhammad perjanjian jual beli adalah memindahkan atau setuju memindahkan hak milik atas barang kepada pembeli sebagai imbalan sejumlah uang yang disebut harga.17

Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa perjanjian jual beli adalah persetujuan di mana penjual mengikatkan dirinya untuk menyerahkan kepada pembeli suatu barang sebagai milik dan menjaminnya pembeli mengikat diri untuk membayar harga yang diperjanjikan.

2. Hak dan Kewajiban Jual Beli a. Hak Penjual adalah :

1) Hak untuk menyatakan batal demi hukum

Berdasarkan Pasal 1518 KUH Perdata perjanjian jual beli barang dagangan dan barang perabot rumah yang tidak diambil oleh pembeli dalam jangka waktu yang telah ditetapkan tanpa memberi peringatan terlebih dahulu kepada pihak pembeli.

2) Menurut Pasal 1478 KUH Perdata, penjual berhak untuk tidak menyerahkan barang yang dijualnya, jika si pembeli belum membayar harganya, sedangkan si penjual tidak telah

17 Abdulkadir Muhammad, Hukum Perjanjian, (Bandung: PT Alumni, 2010), hlm. 243

(27)

mengijinkan penundaan pembayaran kepadanya. Inilah tangkisan yang disebut dengan “exe;ecptio non adempleti contractus” adalah tangkisan yang menyatakan bahwa ia (debitur) tidak melaksanakan perjanjian sebagaimana mestinya justru oleh karena kreditur sendiri tidak melaksanakan perjanjian itu sebagaimana mestinya.

b. Kewajiban Penjual adalah :

Menurut Pasal 1474 KUH Perdata ada 2 (dua) kewajiban utama bagi penjual, yaitu :

1) Menyerahkan hak milik atas barang yang diperjual belikan Kewajiban menyerahkan hak milik Kewajiban menyerahkan hak milik meliputi segala perbuatan yang menurut hukum diperlukan untuk mengalihkan hak milik atas barang yang diperjual belikan itu dari si penjual kepada si pembeli. KUH Perdata mengenal adanya 3 (tiga) macam barang dalam hal penyerahan hak milik, yaitu :18

Untuk barang bergerak Dilakukan dengan penyerahan nyata atau penyerahan kekuasaan atas barang itu, dalam Pasal 612 KUH perdata yang berbunyi : “Penyerahan kebendaan bergerak, terkecuali yang tak bertubuh, dilakukan dengan penyerahan yang nyata akan kebendaan itu oleh atau atas nama pemilik, atau dengan penyerahan kunci-kunci dari bangunan, dalam mana kebendaan itu

18 R. Subekti, Aneka Perjanjian , (Bandung: Alumni, 1985), hlm. 9-10

(28)

berada”. “Penyerahan tak perlu dilakukan, apabila kebendaan yang harus diserahkan dengan alasan hak lain telah dikuasai oleh orang yang hendak menerimanya”.19

Untuk barang tetap (tak bergerak) Dilakukan dengan Akta Notaris atau dengan perbuatan yang dinamakan

“balik nama”. Dalam Pasal 616 KUH Perdata, menyebutkan bahwa : “Penyerahan atau penunjukan akan kebendaan tak bergerak dilakukan dengan pengumuman akan akta yang bersangkutan dengan cara seperti ditentukan dalam Pasal 620 KUH Perdata”. Pasal 620 KUH Perdata berbunyi : “Dengan mengindahkan ketentuan-ketentuan termuat dalam tiga pasal yang lalu, pengumuman termaksud diatas dilakukan dengan memindahkan sebuah salinan otentik yang lengkap dari akta otentik atau keputusan yang bersangkutan ke kantor penyimpanan hipotik, yang mana dalam lingkungannya barang-barang tak bergerak yang harus diserahkan itu berada dan dengan membukukannya dalam register”.

Untuk barang tak bertubuh Penyerahan piutang atas nama dan hak lainnya dengan akta notaries atau akta dibawah tangan (cessie) yang harus diberitahukan kepada debitur, atau secara tertulis distujui dan diakuinya (sesuai dengan Pasal 613 KUH Perdata). Dalam dunia

19 Ibid. hlm. 12

(29)

perdagangan penyerahan piutang dilakukan secara praktis, yaitu : penyerahan piutang atas tunjuk atau atas bawa (aan toonder) dilakukan dengan penyerahan nyata, dan penyerahan piutang atas perintah (aan order) dilakukan dengan endosement.

2) Menanggung kenikmatan tenteram atas barang tersebut dan menanggung terhadap cacad-cacad tersembunyi.

Kewajiban menanggung kenikmatan tenteram dan menanggung terhadap cacad tersembunyi Kewajiban untuk menanggung kenikmatan tenteram merupakan konsekuensi daripada jaminan yang oleh penjual diberikan kepada pembeli bahwa barang yang dijual dan di lever itu adalah sungguh-sungguh miliknya sendiri yang bebas dari sesuatu pihak 20

Bahwa dalam perjanjian jual beli, penjual tidak akan diwajibkan menanggung sesuatu apapun, namun ada pembatasannya, yaitu :21

a) Meskipun telah diperjanjikan bahwa si penjual tidak akan menanggung sesuatu apapun, namun ia tetap bertanggung jawab tentanng apa yang berupa akibat dari sesuatu perbuatannya yang telah dilakukan olehnya, semua persetujuan yang bertentangan

20Ibid, hlm. 17

21Ibid, hlm. 18-19

(30)

dengan ini adalah batal (sesuai Pasal 1494 KUH Perdata).

b) Si penjual dalam hal adanya janji yang sama, jika terjadi suatu penghukuman terhadap si pembeli untuk menyerahkan barangnya kepada orang lain, diwajibkan mengembalikan harga pembelian, kecuali apabila si pembeli ini pada waktu pembelian dilakukan, mengetahui tentang adanya putusan hakim untuk menyerahkan barang yang dibelinya itu atau jika ia telah membeli barang itu dengan pernyataan tegas akan memikul sendiri untung ruginya (Pasal 1495 KUH Perdata).22 Jika hal tersebut tidak ada diperjanjikan, si pembeli berhak untuk menuntut kembali dari si penjual :

i. Pengembalian uang harga pembelian;

ii. Pengembalian hasil-hasil jika ia diwajibkan menyerahkan hasil-hasil itu kepada si pemilik sejati yang melakukan tuntutan penyerahan;

iii. Biaya yang dikeuarkan berhubung dengan gugatan si pembeli untuk ditanggung begitu pula biaya yang telah dikeluarkan oleh penggugat asal;

22 Ibid. hlm. 21

(31)

iv. Penggantian kerugian beserta biaya perkara mengenai pembelian dan penyerahannya, sekedar itu telah dibayar oleh si pembeli.

Apabila si penjual mengetahui adanya cacad tersembunyi yang tidak ia beritahukan kepada pembeli, maka berdasarkan Pasal 1508 KUH Perdata, ia wajib untuk :

1) Mengembalikan uang harga pembelian;

2) Mengembalikan hasil-hasil, jika ia diwajibkan menyerahkan hasil-hasil itu kepada si pemilik sejati yang melakukan penuntutan penyerahan;

3) Mengganti segala biaya kerugian dan bunganya kepada pembeli.

c. Hak pembeli adalah :

Menurut Pasal 1514 KUH Perdata menyebutkan bahwa : jika pada waktu membuat perjanjian tidak ditetapkan tentang itu, maka si pembeli harus membayar di tempat dan pada waktu dimana penyerahan harus dilakukan. Jadi, hak-hak dari si pembeli adalah :

1) Untuk menerima barang yang dibelinya dari penjual 2) Untuk mendapat jaminan dari penjual mengenai

kenikmatan tenteram dan damai dan tidak adanya cacad tersembunyi. 23

23 Ahmad M. Ramli, op.cit., hlm. 41

(32)

d. Kewajiban Pembeli adalah :

Kewajiban utama si pembeli adalah membayar harga pembelian pada waktu dan ditempat sebagaimana ditetapkan menurut perjanjian, harga tersebut harus berupa sejumlah uang.

Adapun kewajiban-kewajiban dari pembeli adalah:24

1) Membayar harga barang yang dibelinya pada waktu dan ditempat menurut perjanjian jual beli (Pasal 1513), bila mana hal itu tidak ditetapkan dalam perjanjian, maka menurut Pasal 1514 KUH Perdata pembayaran dilakukan ditempat dan pada saat penyerahan barang;

2) Membayar bunga dari harga pembelian bilamana barang yang dibelinya dan sudah diserahkan kepadanya, akan tetapi belum dibayar olehnya, memberi hasil atau pendapatan lainnya, walaupun tidak ada ketentuan mengenai hal itu dalam perjanjian jual beli (Pasal 1515 KUH Perdata).

3. Wanprestasi dan Akibat Hukumnya

Wanprestasi berasal dari Bahasa Belanda, yang artinya prestasi buruk.25Pengertian yang umum mengenai wanprestasi adalah pelaksanaan kewajiban yang tidak tepat pada waktunya atau dilakukan tidak menurut selayaknya. Wanprestasi adalah pelaksanaan perjanjian yang tidak tepat waktunya atau dilakukan tidak menurut selayaknya atau

24Ibid, hlm. 20-21

25 Yahya Harahap, Segi-segi Hukum PerjanjianCet II, (Bandung: Alumni, 1986). hlm. 60

(33)

tidak dilaksanakan sama sekali.26 Wanprestasi (atau ingkar janji) adalah berhubungan erat dengan adanya perkaitan atau perjanjian antara pihak.Baik perikatan itu didasarkan perjanjian sesuai KUH Perdata pasal 1338 sampai dengan pasal 1431 maupun perjanjian yang bersumber pada undang-undang seperti di atur dalam KUH Perdata pasal 1352 sampai dengan pasal 1380.

Dalam membicarakan wanprestasi tidak dapat lepas dari masalah pernyataan lalai (ingbrekke stelling) dan kelalaian (verzium). Apabila salah satu pihak ingkar janji maka itu menjadi alasan bagi pihak lainnya untuk mengajukan gugatan, demikian juga tidak terpenuhinya KUH Perdata pasal 1320 tentang syarat-syarat sahnya suatu perjanjian menjadi alasan untuk batal atau dibatalkan suatu persetujuan perjanjian melalui suatu gugatan. Salah satu alasan untuk mengajukan gugatan ke pengadilan adalah karena adanya wanprestasi atau ingkar janji dari debitur.

Wanprestasi itu dapat berupa tidak memenuhi kewajiban sama sekali, atau terlambat memenuhi kewajiban, atau memenuhi kewajibannya tetapi tidak seperti apa yang telah diperjanjikan. Wanprestasi (kelalaian atau kealpaan) seorang debitur dapat berupa empat macam :

a. Tidak melakukan apa yang disanggupi akan dilaksanakannya;

b. Melaksanakan apa yang dijanjikannya, tetapi tidak sebagaimana dijanjikan;

c. Melakukan apa yang dijanjikannya tetapi terlambat;

26Ibid.

(34)

d. Melakukan sesuatu yang menurut perjanjian tidak boleh dilakukannya

Menurut Prof. Subekti, wanprestasi (kelalaian dan kealpaan) seorang debitur dapat berupa 4 (empat) macam :27

a. Tidak melakukan apa yang disanggupi akan dilakukannya;

tidak memenuhi prestasi sama sekali sehubungan dengan debitur yang tidak memenuhi prestasinya maka dikatakan debitur tidak memenuhi prestasi sama sekali.

b. Melaksanakan apa yang dijanjikannya, tetapi tidak sebagaimana dijanjikan; apabila prestasi debitur masih dapat diharapkan pemenuhannya, maka debitur dianggap memenuhi prestasi tetapi tidak tepat waktunya.

c. Melakukan apa yang dijanjikannya tetapi terlambat;

d. Melakukan sesuatu yang menurut perjanjian tidak boleh dilakukannya. Debitur yang memenuhi prestasi tapi keliru, apabila prestasi yang keliru tersebut tidak dapat diperbaiki lagi maka debitur dikatakan tidak memenuhi prestasi sama sekali.

Menurut KUH Perdata pasal 1238 yang mengatakan bahwa

“Si berutang adalah lalai, apabila ia dengan surat perintah atau dengan sebuah akta sejenis itu telah dinyatakan lalai, atau demi perikatan sendiri, ialah jika ini menetapkan bahwa si berutang harus dianggap lalai dengan lewatnya waktu yang ditentukan”.

Dari ketentuan pasal tersebut dapat dikatakan bahwa debitur

27 R. Subekti, op.cit., hlm. 45

(35)

dinyatakan wanprestasi apabila sudah ada somasi (in broke stelling). Somasi adalah pemberitahuan atau pernyataan dari kreditur kepada debitur yang berisi ketentuan bahwa kreditur menghendaki pemenuhan prestasi seketika atau dalam jangka waktu seperti yang ditentukan dalam pemberitahuan itu.28

Adapun bentuk-bentuk somasi menurut pasal 1238 KUH Perdata adalah :

a. Surat perintah tersebut berasal dari hakim yang biasanya berbentuk penetapan. Dengan surat penetapan ini juru sita memberitahukan secara lisan kepada debitur kapan selambat-lambatnya dia harus berprestasi.

Hal ini biasa disebut “exploit juru sita”

b. Akta sejenis : Akta ini dapat berupa akta dibawah tangan maupun akta notaries.

c. Tersimpul dalam perikatan itu sendiri. Maksudnya sejak pembuatan perjanjian, kreditur sudah menentukan saat adanya wanprestasi.

Dalam perkembangannya, suatu somasi atau teguran terhadap debitur yang melalaikan kewajibannya dapat dilakukan secara lisan akan tetapi untuk mempermudah pembuktian dihadapan hakim apabila masalah tersebut berlanjut ke pengadilan maka sebaiknya diberikan peringatan secara tertulis. Dalam keadaan tertentu somasi tidak diperlukan untuk dinyatakan bahwa

28 Ibid. hlm. 46

(36)

seorang debitur melakukan wanprestasi yaitu dalam hal adanya batas waktu dalam perjanjian (fatal termjn), prestasi dalam perjanjian berupa tidak berbuat sesuatu, debitur mengakui dirinya wanpresrtasi.

Terkait dengan hukum perjanjian apabila si berutang (debitur) tidak melakukan apa yang diperjanjikannya, maka dikatakan ia melakukan wanprestasi. Ia alpa atau “lalai” atau ingkar janji, atau juga melanggar perjanjian, bila ia melakukan atau berbuat sesuatu yang tidak boleh dilakukannya.29 Terhadap kelalaian atau kealpaan si berutang (si berutang atau debitur sebagai pihak yang mewajibkan melakukan sesuatu), diancamkan beberapa sanksi atau hukuman. Hukuman atau akibat-akibat yang diterima oleh debitur yang lalai ada empat macam, yaitu :30

a. Membayar kerugian yang diderita oleh kreditur atau dengan singkat dinamakan ganti-rugi;

b. Pembatalan perjanjian atau juga dinamakan pemecahan perjanjian;

c. Peralihan resiko;

d. Membayar biaya perkara, kalau sampai diperkaran didepan hakim.

Salah satu hal yang sangat penting dari tidak dipenuhinya perikatan ialah bahwa kreditur dapat minta ganti rugi atas

29Ibid.

30 Yahya Harahap, op.cit., hlm. 60

(37)

ongkos, rugi dan bunga yang dideritanya. Untuk membolehkan adanya kewajiban ganti rugi debitur maka undang-undang menentukan bahwa debitur harus terlebih dahulu dinyatakan berada dalam keadaan lalai. Wanprestasi pada umumnya adalah karena kesalahan debitur, maka ada kalanya debitur yang dituduh lalai dapat membela dirinya karena ia tidak sepenuhnya bersalah, atau dengan kata lain kesalahan debitur tidak disebabkan sepenuhnya karena kesalahannya. Pembelaan tersebut ada tiga macam, yaitu : mengajukan tuntutan adanya tersebut harus dapat diduga akan terjadinya kerugian dan juga besarnya kerugian.31 Sedangkan dalam syarat yang kedua, yaitu antara wanprestasi dan kerugian harus mempunyai hubungan kausal. Jika tidak, maka kerugian itu tidak harus diganti. Kreditur yang menuntut ganti rugi harus mengemukakan dan membuktikan bahwa debitur telah melakukan wanprestasi yang mengakibatkan timbulnya kerugian pada kreditur. Menurut KUH Perdata pasal 1244, debitur dapat melepaskan dirinya dari tanggung jawabnya jika ia dapat membuktikan bahwa tidak terlaksananya perikatan disebabkan oleh keadaan yang tidak terduga dan tidak dapat dipersalahkan kepadanya.

Untuk menetapkan suatu pihak melakukan wanprestasi adalah dalam perjanjian, yang bertujuan untuk tidak

31 Wirjono Prodjodikoro, op.cit., hal. 56

(38)

melakukan suatu perbuatan. Mengenai perjanjian untuk menyerahkan suatu barang atau untuk melakukan suatu perbuatan, jika dalam perjanjian ditetapkan batas waktunya tetapi si berutang akan dianggap lalai dengan lewatnya waktu yang ditentukan, pelaksanaan prestasi itu harus lebih dahulu ditagih. Kepada debitur itu harus diperingatkan bahwa kreditur menghendaki pelaksanaan perjanjian. Kalau prestasi dapat seketika dilakukan, misalnya dalamj jual beli suatu barang tertentu yang sudah ditangan si penjual, maka prestasi tadi tentunya juga dapat dituntut seketika. Apabila prestasi tidak seketika dapat dilakukan maka si berutang perlu diberikan waktu yang pantas.32 Misalnya, dalam jual beli barang yang belum berada di tangan si penjual, pembayaran kembali uang pinjaman, dan lain sebagainya. Cara memperingatkan si seorang debitur agar jika ia tidak memenuhi teguran itu dapat dikatakan lalai, diberikan petunjuk oleh KUH Perdata pasal 1238 yaitu : “Debitur dinyatakan lalai dengan surat perintah, atau dengan akta sejenis itu, atau berdasarkan kekuatan dari perikatan sendiri, yaitu bila perikatan ini mengakibatkan debitur harus dianggap lalai dengan lewatnya waktu yang ditentukan”. Apabila seorang debitur sudah diperingatkan atau sudah dengan tegas ditagih janjinya, seperti yang diterangkan diatas, maka jika ia

32 Ibid.

(39)

tetap tidak melakukan prestasinya, ia berada dalam keadaan lalai atau alpa dan terhadap dia dapat diperlakukan sanksi- sanksi sebagaimana disebutkan di atas yaitu ganti rugi, pembatalan perjanjian, dan peralihan resiko.

B. Prinsip Prinsip Umum Transaksi Jual Beli Berbasis Internet 1. Perkembangan Jual Beli Berbasis Internet

Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi saat ini, sejajar dengan perkembangannya berbagai macam media elektronik. Perkembangan media-media elektronik diantaranya adalah dengan ditemukannya internet. Media elektronik yang dibicarakan di dalam tulisan ini untuk sementara hanya difokuskan dalam hal penggunaan media internet. Penggunaan media internet yang saat ini paling popular digunakan oleh banyak orang, selain merupakan hal yang bisa dikategorikan sebagai hal yang sedang “booming”.33

Hal ini secara tidak langsung berpengaruh terhadap sector bisnis.

Proses transaksi yang dilakukan dalam dunia bisnis tanpa adanya pertemuan antar para pihak yang menggunakan media internet termasuk ke dalam transaksi elektronik.

Perkembangan perekonomian, perdagangan,dan perindustrian yang kian hari kian meningkat telah memberikan kemanjaan yang luar biasa kepada konsumen karena ada beragam variasi produk barang dan jasa yang biasa di konsumsi. Perkembangan globalisasi dan perdagangan besar

33 dikutip dari internet : http:/text.123dok.com/document/30418-transaksi-jual-beli- melalui-media-elektronik-ditinjau-dari-uu-no-11-tahun-2008.htm, pada tanggal 6 Maret 2019,pukul 15.27 wib

(40)

didukung oleh teknologi infomasi dan telekomunikasi yang memberikan ruang gerak yang sangat bebas dalam setiap transaksi perdagangan, sehingga barang/jasa yang dipasarkan dengan mudah dapat di konsumsi.34

Dengan perkembangan informasi saat ini, telah menciptakan jenis- jenis dan peluang-peluang bisnis yang baru dimana transaksi-transaksi bisnis makin banyak dilakukan secara elektronika. Sehubungan dengan perkembangan teknologi informasi tersebut memungkinkan setiap orang dengan mudah melakukan perbuatan hukum seperti misalnya jual beli.

Perkembangan internet memang sangat cepat dan memberikan pengaruh signifikan dalam segala aspek kehidupan kita. Internet membantu kita berinteraksi, berkomunikasi dengan sangat mudah. Bahkan melakukan transaksi jual beli dengan orang dipenjuru dunia pun sangat dapat dilakukan dengan mudah, cepat, dan murah.35 Perkembangan internet yang sangat signifikan ini menyebabkan banyaknya perusahaan besar maupun kecil menawarkan produk dagangannya melalui internet. Internet dirasa sangat efektif untuk memperkenalkan produk dagangannya yang diperdagangkan oleh perusahaan. Pada saat internet pertama kalinya diperkenalkan, pemakrasanya mungkin tidak pernah menduga bahwa dampaknya di kemudian hari akan semakin hebat. Sebelumnya manusia hanya membayangkan bahwa itu adalah suatu globalisasi dunia. Fakta ketika batasan geografi yang membagi bumi menjadi beberapa negara akan pudar dan hilang. Secara perlahan-lahan usaha tersebut mulai dilakukan yaitu dengan cara membuka perdagangan dunia seluas-luasnya

34 Asril Sitompul, op.cit., hlm. 44

35 Ibid.

(41)

tanpa proteksi dari pemerintah atau pihak lain yang mengatur mekanisme jual beli. Perkembangan internet menciptakan terbentuknya suatu dunia baru yang disebut dengan dunia maya. Adanya dunia maya menyebabkan setiap individu lain tanpa ada batasan apapun yang menghalangi.

Perkembangan tersebut berakibat juga pada aspek sosial, dimana cara berhubungan antar manusia pun ikut berubah. Hal ini secara tidak langsung berpengaruh terhadap sector bisnis.36 Perkembangan internet menyebabkan terbentuknya sebuah dunia baru yang lazim disebut dunia maya. Sehingga globalisasi yang sempurna sebenarnya telah berjalan didunia maya yang menghubungkan seluruh komunis digital. Seluruh aspek kehidupan manusia yang terkena dampak kehadiran internet, sector bisnis merupakan yang paling terkena dampak dari perkembangan teknologi informasi dan tekekomunikasi serta paling cepat tumbuh.

Proses transaksi yang dilakukan dalam dunia bisnis tanpa adanya pertemuan antar para pihaknya yang menggunakan media internet termasuk ke dalam transaksi elektronik. Transaksi elektronik dalam dunia bisnis terdapat berbagai macam bentuknya diantaranya adalah Elektronik Commerce atau biasa disebut dengan e-commerce. Elektronik Commerceyang selanjutnya dalam penulisan ini disebut e-commerce dapat diartikan secara gramatikal sebagai perdagangan elektronik, maksud dari perdagangan elektronik ini adalah perdagangan yang dilakukan secara elektronik dengan menggunakan internet sebagai medianya. Selain itu e- commerce juga dapat diartikan sebagai suatu cara berbelanja atau berdagang secara online atau direct selling yang memanfaatkan fasilitas

36 Ibid. hlm. 46

(42)

internet dimana terdapat website yang dapat menyediakan layanan get and deliver.37

2. Keuntungan dan Kerugian Dalam Jual Beli Berbasis Internet Ada tiga keuntungan atau manfaat dalam melakukan perdagangan elektronis, yaitu :38

a. Keuntungan bagi perusahaan

1) Memperpendek jarak, perusahaan-perusahaan dapat lebih mendekatkan diri dengan konsumen.

2) Memperluas pasar, jangkauan pemasaran menjadi semakin luas dan tidak terbatas oleh area geografis dimana perusahaan berada.

3) Perluasan jaringan mitra bisnis, dengan adanya jaringan elektronis memudahkan mitra kerja dalam melakukan kerjasama.

b. Keuntungan bagi konsumen

1) Efektif : konsumen dapat memperoleh informasi tentang produk atau jasa yang dibutuhkannya dan berinteraksi dengan cara yang cepat dan murah

2) Aman secara fisik : konsumen tidak perlu mendatangi toko secara langsung dan ini mungkin konsumen dapat bertransaksi dengan aman, sebab daerah-daerah tertentu mungkin sangat berbahaya, jika berkendara dan membawa uang tunai dalam jumlah besar.

37 http://r-marpaung.tripod.com/ElectronicCommerce.doc

38 Adi Nugroho, E-Commerce Memahami Perdagangan Modern di Dunia Maya, (Bandung: Infromatika, 2006), hlm. 22

(43)

3) Fleksibel :konsumen dapat melakukan transaksi dari berbagai lokasi, baik dari rumah, kantor, warnet, atau tempat lainnya.

c. Keuntungan bagi masyarakat umum

1) Membuka peluang kerja baru : dalam hal ini akan membuka peluang-peluang kerja baru bagi mereka yang tidak buta teknologi.

2) Mengurangi polusi dan pencemaranlingkungan : dengan adanya ini konsumen tidak perlu melakukan perjalanan ke toko-toko, di mana hal ini pada gilirannya akan mengurangi jumlah kendaraan yang berlalu-lalang dijalan.

3) Meningkatkan kualitas sumber daya manusia : dalam hal ini hanya orang-orang yang tidak gagap teknologi, sehingga pada gilirannya akan merangsang orang-orang dalam mempelajari teknologi.

Di samping keuntungan di atas, ada beberapa segi negative dalam perdagangan elektronis, yaitu :39

1) Meningkatkan individualism : dengan adanya ini seseorang dapat berinteraksi tanpa bantuan orang lain 2) Terkadang menimbulkan kekecewaan : apa yang dilihat

dilayar monitor komputer kadang berbeda dengan apa yang dilihat secara kasat mata.

3) Tidak manusiawi : dalam hal ini tidak dapat secara dekat bersosialisasi dengan orang lain, misalnya : tidak dapat berjabat tangan.

39Ibid. hlm.26

(44)

3. Proses Terjadinya Jual Beli Berbasis Internet

Unsur-unsur pokok (essentialia) perjanjian jual beli adalah barang dan harga.40 Sesuai dengan asas konsensualisme sebagaimana diatur dalam pasal 1320 KUH Perdata dan pasal 1338 KUH Perdata, perjanjian jual beli itu sudah dilahirkan pada detiknya tercapai sepakat mengenai barang dan harga. Begitu kedua belah pihak sudah setuju tentang barang dan harga, maka lahirlah perjanjian jual beli yang sah. Sifat konsensualisme dari jual beli tersebut ditegaskan dalam pasal 1458 KUH Perdata yang berbunyi :

“Jual beli dianggap sudah terjadi antara kedua belah pihak seketika setelah mereka mencapai sepakat tentang barang dan barang, meskipun barang itu belum diserahkan maupun harga belum dibayar”

Jadi, dengan lahirnya kata sepakat, maka lahirnya perjanjian itu dan sekalian pada saat itu menyebabkan timbulnya hak dan kewajiban, oleh karena itu maka perjanjian jual-beli dikatakan juga sebagai perjanjian konsensuil dan sering juga disebut Penjanjian Obligator.

Pada dasarnya proses terjadinya jual beli melalui internet tidak jauh berbeda dengan proses transaksi jual beli biasa di dunia nyata. Adapun proses jual beli melalui internet sebagai berikut :41

a. Penawaran, yang dilakukan oleh pelaku usaha melalui website pada internet, Penjual atau pelaku usaha menyediakan storefront yang berisi katalog produk dan pelayanan yang akan diberikan.

Masyarakat yang memasuki website pelaku usaha tersebut dapat melihat-lihat barang yang ditawarkan oleh penjual. Penawaran

40 Ibid. hlm. 28

41www.jasatulisartikel.com/blog/proses-terjadinya-transaksi-di-dalam-online-shop, diakses pada tanggal 13 Maret 2019 pukul 13.14 wib

(45)

dalam sebuah website biasanya menampilkan barang-barang yang ditawarkan, harga, nilai rating atau poll otomatis tentang barang yang diisi oleh pembeli sebelumnya, spesifikasi barang termaksud dan menu produk lain yang berhubungan. Penawaran melalui internet terjadi apabila pihak lain yang menggunakan media internet memasuki situs milik penjual atau pelaku usaha yang melakukan penawaran, oleh karena itu, apabila seseorang tidak menggunakan media internet dan tmemasuki situs milik pelaku usaha yang menawarkan sebuah produk maka tidak dapat dikatakan ada penawaran. Dengan demikian penawaran melalui media internet hanya dapat terjadi apabila seseorang membuka situs yang menampilkan sebuah tawaran melalui internet tersebut.

b. Penerimaan, dapat dilakukan tergantung penawaran yang terjadi.

Apabila penawaran dilakukan melalui e-mail address, maka penerimaan dilakukan melalui e-mail, karena penawaran hanya ditujukan pada sebuah e-mail yang dituju sehingga hanya pemegang e-mail tersebut yang dituju. Penawaran melalui website ditujukan untuk seluruh masyarakat yang membuka website tersebut, karena siapa saja dapat masuk ke dalam website yang berisikan penawaran atas suatu barang yang ditawarkan oleh penjual atau pelaku usaha. Setiap orang yang berminat untuk membeli barang yang ditawarkan itu dapat membuat kesepakatan dengan penjual atau pelaku usaha yang

(46)

menawarkan barang tersebut. Pada transaksi jual beli secara elektronik, khususnya melalui website, biasanya calon pembeli akan memilih barang tertentu yang ditawarkan oleh penjual atau pelaku usaha, dan jika calon pembeli atau konsumen itu tertarik untuk membeli salah satu barang yang ditawarkan, maka barang itu akan disimpan terlebih dahulu sampai calon pembeli/konsumen merasa yakin akan pilihannya, selanjutnya pembeli/konsumen akan memasuki tahap pembayaran.42

Dalam transaksi e-commerce melalui internet perintah pembayaran (payment instruction) melibatkan beberapa pihak selain dari pembeli (cardholder) dan penjual (merchant). Para pihak itu adalah payment ghateway, acquirer dan issuer. Dalam transaksi online merupakan sebuah keharusan adanya pihak-pihak lain yang terlibat tersebut.

Prinsip pembayaran dalam e-commerce sebenarnya tidak jauh berbeda dengan dunia nyata, hanya saja internet (dunia maya) berfungsi sebagai POS yang dapat dengan mudah diakses melalui sebuah komputer personal (PC), dan semuanya serba digital serta didesain serba elektronik (tidak ada uang kertas, koin, atau cek yang ditandatangani dengan pena).43

42 Ibid.

43 Kosiur, Understanding Electronic Commerce, hlm. 36 dan 41

(47)

BAB III

KEABSAHAN PERJANJIAN JUAL BELI BERBASIS INTERNET MENURUT HUKUM PERDATA

A. Pihak-Pihak dalam Transaksi Jual Beli Berbasis Internet

Berdasarkan ketentuan Pasal 1 angka 2 Undang-Undang tentang Informasi dan Transaksi Elektroik (UU ITE), disebutkan bahwa Transaksi Elektronik adalah perbuatan hukum yang dilakukan dengan menggunakan Komputer, jaringan komputer, dan/atau media elektronik lainnya. Pada transaksi jual-beli secara elektronik ini, para pihak yang terkait didalamnya, melakukan hubungan hukum yang dituangkan melalui suatu bentuk perjanjian atau kontrak yang juga dilakukan secara elektronik dan sesuai dengan ketentuan Pasal 1 angka 17 Undang-undang tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE).

Transaksi online melibatkan beberapa pihak, baik yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung, tergantung kompleksitas transaksi yang dilakukan. Artinya apakah semua proses transaksi dilakukan secara online atau hanya beberapa tahap saja yang dilakukan secara online.

Pihak-pihak yang terlibat dalam jual beli online terdiri dari:44

1. Penjual (merchant), yaitu perusahaan/produsen yang menawarkanproduknya melalui internet. Untuk menjadi merchant, maka seseorangharus mendaftarkan diri sebagai merchant account pada sebuah bank, tentunya ini dimaksudkan agar merchant dapat menerima bayaran dari customer dalam bentuk credit card.

44https://maulanarebiblog.wordpress.com/2013/12/05/perkembangan-e-commerce.

diakses pada tanggal 22 maret 2019 pukul 14.28 wib

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan sebagai berikut: 1 Pelaksanaan Bimbingan belajar dilakukan setelah menghadapi UTS, pelaksnaanya di lakukan di luar jam pelajaran setelah pulang sekolah

Jakarta – Sejalan dengan komitmen perusahaan untuk memberikan kemudahan dan memenuhi kebutuhan nasabah, PT Asuransi Allianz Life Indonesia (Allianz Life)

Berdasarkan putusan majelis hakim di Pengadilan Militer (DILMIL) II-09 Bandung Nomor 63-K/PM.II-09/AD/III/2013 Tahun 2013 mengenai dijatuhkannya hukuman pidana mati

tahap pra lapangan, tahap pekerjaan lapangan, tahap pelaksanaan, tahap analisis data, dan tahap pelaporan. Hasil penelitian: 1) Jenis kesulitan belajar pada mata

Rumusan masalah dalam penelitian ini apakah metode analisis residu pestisida triadimefon dalam kubis dengan kromatografi - gas spektrometri massa (KG-SM) memenuhi parameter

Analisis faktor strategi internal dilakukan untuk mengetahui faktor kekuatan dan kelemahan dalam menentukan strategi pengembangan masing-masing cluster agropolitan.. Proses

Ketika penampungan air laut sebagai bahan baku pembuatan garam telah cukup banyak dan terjaga ketersediannya pada sekitar pertengahan musim kemarau sebagian kolam

macam produk yang ditawarkan perusahaan dengan presenstase 12.0%.. Mina Wisata Islami Surabaya) yang menjawab sangat tinggi Kelebihan paket dibanding paket travel lain sejumlah