• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penantian Panjang Reformasi Polri.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penantian Panjang Reformasi Polri."

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

P E N A N T I A N P A N J A N G

(2)

DAFTAR ISI

Bab 1 Penantian yang Panjang: Reformasi Polr i Menuju

Per polisian Demokr atik ... Bab 2 Dilema Reformasi Polr i ... Bab 3 Quo Vadis Reformasi Polr i ... Bab 4 TNI dan Polri Pasca Pemisahan: Analisis tentang

Penataan Kelembagaan Politik dalam Reformasi Sektor Keamanan di Indonesia ... Bab 5 Polri dan Kultur Militer ... Bab 6 Upaya Mereduksi Budaya Militer dalam

Pendidikan Polr i ...

BAGIAN 2• POLITIK DAN KESEJAHTERAAN POLRI

Bab 7 Mendesakkah UU Keamanan Nasional? ... Bab 8 RUU Keamanan Nasional dan Reposisi Polri ... Bab 9 Menghar ap Hak Politik TNI/ Polr i ... Bab 10 Menyejahter akan Polisi ...

BAGIAN 3• REFORMASI BRIMOB POLRI

Bab 11 Reformasi Brimob Polr i: Antara Tr adisi Militer dan Kultur Polisi Sipil ... Bab 12 Reformasi Brimob Polr i Di Simpang Jalan!!! ... Bab 13 Brimob Polr i dan Harapan Masyar akat ...

BAGIAN 4• DETASEMEN KHUSUS 88 ANTI TEROR POLRI DAN TERORISME

Bab 14 Densus 88 AT Polr i: Per an dan Koor dinasi

dalam Pember antasan Ter or isme di Indonesia ... Bab 15 Prestasi dan Anomali Polr i ...

BAGIAN 5• INTELIJEN KEAMANAN POLRI

Bab 16 Intelijen Negara dan Intelijen Keamanan: Per spektif Kepimpinan Politik dan Efektivitas

Koordinasi ... Bab 17 Efektivitas Intelijen Polr i dalam Negara

Demokr atis ...

BAGIAN 6• POLRI DAN PERPOLISIAN MASYARAKAT Bab 18 Implementasi Per polisian Masyar akat Terbentur

Realitas ... Bab 19 Per polisian Masyar akat Berbasis Kultur Indonesia... Bab 20 Communit y Policing dalam Pencegahan dan

Pember antasan Terorisme ...

BAGIAN 7• POLRI DAN PENCITRAAN

Bab 21 Konflik Poso, Kamdagr i, dan Citr a Polri ... Bab 22 Faktor Determinan Polantas dal am Reformasi

(3)

BAGI AN 1

(4)

Bab 1

Penantian yang Panjang:

Refor masi Polr i Menuju Per polisian Demokr atis

ABSTRACT par liament , and public, educat ional pr act ices in police academy, unt il the inst it ut ion averse t o shar ing the police management w it h t he local gover nment . This ar t icle ar gues t hat t he cor e pr oblems ar e fr om t he inst it ut ion it sel f, t he indolence of inst it ut ion t o r esponse any pr oblem, and t he public hopes. Those ar e t he r eason w hy Polri does not finish t he int er nal r efor m yet . This ar t icl e also o ffer s t he solut ions t o r egulat e Polr i t o be accor dance w it h democr acy agenda in Indonesia and w it h democratic policing cont ext. It’s also hopefully that Polr i is capable to proof as a pr ofessional and civilian police inst it ut ion.

Keyw or ds: Polri, per polisian demokr atis, r efor masi polisi, kebijakan p olitik, Inter nasional Mahasiswa Indonesia (TIIMI), November 2007, di London Inggr i s.

Pada tanggal 28 Agustus 2007, Niasar i, gadis yang baru lulus SMP dan ber asal dar i keluarga baik-baik, ditemukan tew as di dekat Kantor Desa Cibinong, Jawa Bar at dengan luka tembak di kepalanya. Tew asnya Niasari sempat mengundang kont roversi. Kapolr es (Kepala Kepolisian Resor ) Bogor mengatakan tew asnya Niasari kar ena tembakan seorang anggota Intelkam Polr es (Kepolisian Resor) Bogor lantar an gadis itu hendak mer ebut motor dari anggota polisi tersebut. Akibatnya, anggot a polisi itu menembak perempuan belia tersebut. Sementar a Kapolda (Kepala Kepolisian Daer ah) Jawa Bar at mengungkapkan bahw a anggota Intelkam Polr es Bogor yang menembak Niasari telah melanggar hukum karena aparat polisi itu hendak memperlakukan kor ban dengan tidak senonoh. Penolakan kor ban membuat pelaku mar ah dan menembak kepala kor ban hingga tew as.1 Perbedaan pernyataan antar pimpinan Kepolisian Republik Indonesia (Polri) ter kait permasalahan tersebut member ikan penegasan bahw a secar a kelembagaan Polr i masih belum selesai dalam mentr ansformasi dir i agar sesuai dengan konteks polisi sipil dan demokr atis. Bahkan, ter sebar dugaan bahw a r eformasi Polr i hanya terjadi pada tat aran luar , sementara unsur-unsur dalamnya tidak tersentuh secara menyelur uh. Dugaan ini kian menguat kar ena pr aktik keker asan oleh Polri tidak hanya didominasi oleh anggota Br imob (Brigade Mobil), yang memang menjadi pasukan par amiliter Polri, tetapi juga menyebar ke kesatuan lain.2

Per istiw a di atas merupakan suatu gambaran bahw a Polri sebagai lembaga keamanan belum sungguh-sungguh melakukan reformasi dir i. Bahkan, setelah lebih dari delapan tahun ber pisah dar i Tentara Nasional Indonesia (TNI), permasalahan yang terkait dengan per ilaku

1 Lebih lanjut li hat. “Kapolda Jaw a Ba r at: Br ipka SW Melakukan Ti nda kan Tidak Senonoh, Niasar i Sengaja Dit em bak”, Piki r an Rakyat, 1 September 2007.

(5)

yang cenderung tidak memperhatikan hak asasi manusia (HAM) dan kebebasan sipil masih menjadi “pekerjaan rumah” yang harus diselesaikan. Sejak kelahir annya, per an Polr i memang sudah sarat dengan pendekatan militer. Dengan pembenar an bahw a Polri adalah salah satu kepolisian di dunia yang berjuang bahu-membahu dalam

mer ebut dan mempertahankan kemer dekaan, 3 maka tidak

mengherankan apabila dalam aktivitas kesehar iannya Polri cenderung menjadi lembaga yang par amiliteristik ketimbang sebagai lembaga kepolisian seperti di negara-negar a lain.4

Sejak kelahir annya pada 1 Juli 1946, Polr i telah mengabdi secar a penuh kepada bangsa dan negar a. Dinamika sosial dan politik di tanah air tidak menyur utkan Polri sebagai lembaga untuk membangun dan menciptakan r asa aman bagi r akyat Indonesia.5 Sekalipun demikian, perjalanan sejar ah bangsa Indonesia ternyata ikut pula membaw a kedudukan Polr i dalam pemer intahan mengarungi dinamika politik. Ber bagai peristiw a politik sejak bangsa ini berdir i menjadi satu tantangan tersendir i bagi Polr i. Konflik yang disebabkan oleh sistem politik yang ber ubah – dar i sistem satu partai di awal kemer dekaan, kemudian Demokr asi Liber al, Demokrasi Ter pimpin, dan pelaksanaan Demokr asi Pancasila oleh Or de Baru – menjadi bagian ter penting

3 Agaknya hal t er sebutlah yang m enjadi kebanggaan semu dan di p eli har a hingga saat ini. Anggota Polr i ker ap mer as a bangga kar en a i kut bahu -membahu dalam mer ebut kemer dekaan. Bahkan dalam w ebs ite-nya htt p:/ / w w w .polr i.go.id diungkapkan bagaimana Polr i sebagai i nsi tu si yang juga ikut ber per ang me r ebut dan memper tahankan kemer dekaan. Bahkan banyak dar i per w ir a Polr i angkatan per tama per nah menjadi per w ir a atau ka det dar i keti ga angkatan dalam mili ter Indonesia, yang kemudian ber pi ndah, salah sat unya adalah mantan Kapolr i , Hugeng I man Santoso. Lebih lanjut li hat KH . Ramadhan, Abr ar Yusa. 1993. Hugeng: Polisi I daman dan Kenyat aan. Jakar ta: Si nar Har apan. Li ha t juga Mur adi. “Polr i dan Kult ur

5 K.H. Ramadhan. op.cit. hal. 124. Lihat juga tulisan Letjen (Pol.) Kunar to tatkala masih menjabat Kapolr i, “Masyar akat Hanya Ingin Ketentr aman”, dalam Kompas, 1 Juli 1997.

dalam tugas-tugas Polri. Realitas proses perubahan sistem politik yang diikuti dengan berbagai konflik membuat Polri harus ber per an aktif untuk meredakan konflik-konflik tersebut agar tidak mengarah kepada per pecahan bangsa.6

Sebenarnya, sejak didirikan, Polri telah berupaya memosisikan diri sebagai lembaga sipil. Hal ini terlihat dengan adanya Ketetapan Pemerintah No. 11/ SD/ 1946 tent ang Pembentukan Jaw atan Kepolisian Negar a yang menetapkan statusnya ber ada di baw ah Per dana Menter i. Namun, dengan berbagai proses per ubahan ketatanegaraan dan aspek legal formal hingga terbitnya UU Pokok Kepolisian No. 13/ 1961, telah ditegaskan bahw a Polri ber posisi sebagai salah satu unsur dalam Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI). Akibatnya, terjadi internalisasi nilai-nilai militer di dalam tubuh dan struktur Polr i. Apalagi sejak dikeluarkannya Keppr es No. 155/ 1965 tertanggal 6 Juli 1965 per ihal disamakannya pendidikan pada level akademi bagi ABRI dan Polri. Baru setelah itu, para taruna dikembalikan ke akademi masing-masing. Ketetapan ini jelas-jelas mengubah w ajah Polr i dari yang ber kar akter sipil menjadi militer dengan ber bagai atr ibutnya.7

Per ubahan sebagaimana disebut di atas tentunya amat mempengaruhi kinerja Polri, khususnya dalam oper asionalisasi peran dan fungsinya sebagai alat keamanan negar a. Akibatnya, upaya untuk mendor ong pr oses demokr asi sebagai bagian dar i komitmen Polr i dalam memperkokoh kemajemukan dan plur alisme hampir-hampir tidak terjadi. Yang terjadi justr u sebaliknya. Polri menjadi per panjangan tangan pemerintah untuk mer edam aspir asi demokr atis

6 Lihat misalnya Kunar to. 2002. Mer enungi Satu Reali tas Polr i dal am Cobaan. Jakar ta: Cipta Manunggal, hal. 15. Band ingkan dengan Reiner , Rober t, 2000, The Poli tic of t he Police, Oxfor d Univer si ty Pr ess.

Referensi

Dokumen terkait

Peralatan yang digunakan terdiri dari Tong, pengaduk, pompa aerasi, dan saringan dari pasir. Kegunaan dari masing-masing peralatan adalah sebagai berikut:.. Drum tersebut

Suatu proses pembuatan senyawa hydrotalcite-like dari brine water seperti pada klaim 1 di mana brine water yang digunakan dapat berupa brine water asli yang diambil dari sisa

Kecamatan di Jakarta pusat meliputi; Gambir , Tanah Abang , Menteng , Senen , Cempaka Putih , Johar Baru , Kemayoran , Sawah Besar . Hotel di Jakarta.. pusat banyak

Dari kekurangan dan kelebihan tersebut maka dilalekan penelitian mengenai tingkat kepuasan dan loyalitas pelanggan' Langkah pertama yang dilakukan dalam penelitian ini

Oleh itu, apabila Ghani Ismail 2005:8 menekankan bahawa salah tafsir makna akan menjadi kendala kepada proses perbualan, jadi inilah yang akan berlaku dalam perbincangan yang

Media film pendek mengenai tahapan pengambilan keputusan karier model prescreening, in depth exploration, choice berisi informasi mengenai tahapan pengambilan keputusan

Maka dari itu dalam makalah ini kelompok kami akan membahas secara lebih rinci bagaimana proses pengambilan keputusan manajemen dapat dicapai oleh berbagai jenis sistem