• Tidak ada hasil yang ditemukan

Undang-undang No. 8 Tahun 1999 membagi penyelesaian sengketa konsumen menjadi 2 bagian, yaitu:

a. Penyelesaian sengketa diluar pengadilan

1) Penyelesaian sengketa secara damai oleh para pihak sendiri

Penyelesaian sengketa konsumen sebagaimana yang dimaksud pada pasal 45 ayat (2) UUPK tidak menutup kemungkinan dilakukannya penyelesaian sengketa secara damai oleh para pihak yang bersengketa, tanpa melalui pengadilan atau badan penyelesaian sengketa konsumen, dan sepanjang tidak bertentangan dengan UUPK.90 Dengan penyelesaian sengketa secara damai dimaksudkan penyelesaian sengketa antar para pihak, dengan atau tanpa kuasa/pendamping bagi masing-masing pihak, melalu cara-cara damai. Perundingan secara-cara musyawaarah dan atau mufakat antar para pihak yang bersangkutan.91

Dari penjelasan Pasal 45 Ayat (2) UUPK dapat diketahui bahwa UUPK mengkehendaki agar penyelesaiannya secara damai, merupakan upaya hukum yang justru harus terlebih dahulu diusahakan oleh para pihak yang bersengketa, sebelum para pihak memilih menyelesaiakan sengketa mereka melalui BPSK atau badan peradilan.92

90

Susanti Adi Nugroho,Op.cit,hlm.99.

91

Az Nasution,Hukum Perlindungan Konsumen,(Diadit Media:Jakarta,2002),hlm.225.

92

2) Penyelesaian sengketa melalui lembaga yang berwenang

Penyelesaian sengketa konsumen diluar pengadilan diselengarakan untuk mencapai kesepakatan mengenai bentuk dan besarnya ganti rugi atau mengenai tindakan tertentu untuk menjamin tidak akan terulangnya kembali kerugian yang diderita konsumen. Penyelesaian sengketa diluar pengadilan juga diharap dapat memimalisir penumpukan perkara yang ada di pengadilan. 93 Lembaga yang bertugas menyelesaiakan sengketa antara konsumen dan pelaku usaha di luar pengadilan menurut UUPK adalah Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK).

Dengan adanya BPSK maka penyelesaian sengketa konsumen dapat dilakukan secara cepat, mudah dan murah. Cepat karena undang-undang menentukan dalam tenggang waktu 21 hari kerja, BPSK wajib memberikan putusannya. Mudah karena prosedur administratif dan proses pengambilan putusan yang sangat sederhana. Murah terletak pada biaya perkara yang terjangkau.94 Setiap konsumen yang merasa dirugikan oleh pelaku usaha dapat mengadukan masalahnya kepada BPSK, baik secara langsung, diwakili kuasanya maupun oleh ahli warisnya. Pengaduan yang disampaikan oleh kuasa ataupun ahli warisnya hanya dapat dilakukan apabila konsumen yang bersangkutan dalam keadaan sakit, meninggal dunia, lanjut usia, belum dewasa atau warga

93

Abdul Halim Barkatulah, Op.cit, hlm. 121.

94

negara asing. Pengaduan tersebut dapat disampaikan secara lisan atau tulisan kepada secretariat BPSK di kota/kabupaten temapt domisili konsumen atau yang terdekat dengan keberadaan domisili konsumen.95

Penyelesaian sengketa konsumen melalui BPSK dapat dilakukan melalui tiga cara yakni, konsiliasi, mediasi dan arbitrase. Penyelesaian sengketa melalui konsiliasi dilakukan inisiatif salah satu pihak membawa sengketa konsumen kepada BPSK ditangani majelis BPSK yang bersikap pasif dalam persidangan dengan cara konsiliasi. Prinsip tata cara penyelesaian sengketa konsumen dengan cara konsiliasi ada dua. Pertama, proses penyelesaian sengketa konsumen menyangkut bentuk maupun jumlah ganti rugi diserahkan sepenuhnya kepada parapihak, sedangkan majelis BPSK bertindak pasif sebgai konsiliator. Kedua, hasil musyawarah konsumen dan pelaku usaha dikeluarkan dalam bentuk keputusan BPSK.

Dengan cara mediasi ditempuh atas inisiatif salah satu pihak atau para pihak, sama halnya dengan konsiliasi. Keaktifan majelis BPSK sebagai pemerata dan penasihat. Prinsip tata cara penyelesaian konsumen dengan cara mediasi ini pun juga terbagi atas dua. Yang pertama penyelesaian konsumen menyangkut bentuk maupun jumlah ganti rugi diserahkan sepenuhnya kepada

95

para pihak. Kedua, hasil musyawarah konsumen dan pelaku usaha dikeluarkan dalam bentuk BPSK.

Persidangan dengan cara arbitrase sepenuhnya para pihak menyerahkan kepada BPSK untuk memutus dan menyelesaikan sengketa konsumen yang terjadi. Penyelesaian melalui arbitrase ini ditempuh melalui dua tahap. Pertama, para pihak memilih arbiter dari anggota BPSK yang berasal dari unsur pelaku usaha dan konsumen sebgai anggota majelies BPSK. Kedua, arbiter yang dipilih para pihak tersebut kemudian memilih arbiter ketiga dari anggota BPSK dari unsur pemerintah sebagai Ketua Majelis BPSK.96

b. Penyelesaian sengketa konsumen melalui proses litigasi

Masuknya suatu sengketa/perdata kedepan pengadilan bukanlah keinnginan sang hakim melainkan karena inisiatif dari pihak yang bersengketa. Pengadilan memberikan pemecahan atas hukum perdata yang tidak bekerja diantara para phak secara sukarela.97

Dalam kasus perdata di Pengadilan Negeri, pihak konsumen yang diberikan hak mengajukan gugatan menurut pasal 46 UUPK ialah:98

1) Seorang konsumen yang dirugikan atau ahli waris yang bersangkutan.

2) Sekelompok konsumen yang mempunyai kepentingan yang sama.

96

Celina Tri Siwi Kristiyanti,Op.cit, hlm.199.

97

Ibid, hlm.175.

98

Undang-undang ini mengakui adanya gugatan kelompok atau dapat juga disebut class action.99Class action adalah pranata hukum yang berasal dari sistem Common Law, namun walaupun semikian, dibanyak Negara penganut Civil Law, prinsip tersebut diadopsi termasuk dalam UUPK Indonesia.100 Gugatan kelompok adalah suatu tata cara pengajuan gugatan untuk diri atau diri mereka sendiri sekaligus mewakili sekelompok orang yang jumlahnya banyak, yang memiliki kesamaan fakta atau dasar hukum antara wakil kelompok dan anggota kelompok dimaksud. 101 Umumnya class action wajib memenuhi empat syarat, yakni:102

a) Numerosity ( jumlah orang yang mengajukan harus sedemikian banyaknya ). Persyaratan ini mengharuskan kelas yang diwakili (class members) sedemikian besar jumlahnya karena apabila gugatan diajukan satu demi satu (individual) sangat tidak praktis dan tidak efisien.

b) Commonality (kesamaan) artinya harus ada kesamaan fakta maupun question of law antara pihak yang mewakili dan pihak yang diwakili.

c) Typicality, artinya tuntutan bagi penggugat maupun pembelaan bagi tergugat pada class action haruslah sejenis. d) Adequacy of Respresentation (kelayakan perwakilan), artinya

mewajibkan perwakilan kelas (class representatives) untuk

99

Penjelasan Umum Pasal 46 Huruf b Undang-Undang Perlindungan Konsumen

100

Shidarta, Op.cit. hlm.52.

101

Celina Tri Siwi Kristiyanti,Op.cit, hlm.192.

102

menjamin secara jujur dan adil serta mampu melindungi kepentingan pihak yang diwakili.

Tujuan dan kegunaan dari class action secara mendasar dapat dilihat dari segi efisiensi perkara, proses berperkara yang ekonomis, menghindari putusan yang berulang-ulang yang dapat beresiko adanya putusan inkonsistensi dalam perkara yang sama. Dengan adanya class action akan memberi kemudahan bagi konsumen. karena gugatan seorang akan dapat diterima sebagai class action bagi pihak lain yang merasa mendapat kerugian yang sama dan sejenis. Artinya, tidak perlu setiap orang yang dirugikan ikut menuntut, tetapi dapat dilakukan atas nama seluruh konsumen yang mendapat kerugian yang sama. 103

3) Lembaga perlindungan konsumen swadaya masyarakat yang memenuhi syarat, yaitu berbentuk badan hukum atau yayasan, yang dalam angaran dasarnya menyebutkan dengan tegas bahwa tujuan didirikannya organisasi itu adalah untuk kepentingan perlindungan konsumen dan melaksanakan kegiatan sesuai dengan anggaran dasarnya.

Selain daripada gugatan kelompok atau class action, UUPK juga menerima kemungkinan yang dilakukan oleh lembaga tertentu yang mempunyai legal standing. Hak yang dimiliki lembaga demikian dikenal dengan hak gugat LSM (NGO’s standing). Dalam definisi LPKSM yang diberikan UUPK dalam Pasal 1 angka 9 dinyatakan

103

bahwa setiap lembaga perlindungan konsumen swadaya masyarakat itu diwajibkan terdaftar dan diakui oleh pemerintah. Tanpa pendaftaan dan pengakuan itu, ia tidak dapat menyandang hak sebagai para pihak dalam proses beracara di pengadilan.104

Terminologi legal standing terkait dengan konsep locus standi atau prinsip persona standi in judicio. Dimana maksudnya ialah seseorang yang mengajukan gugatan harus mempunyai hak dan kualitas sebagai penggugat. Untuk memiliki legal standing dan dapat mengajukan gugatan, LPKSM harus memenuhi syarat, yaitu terdaftar dan berbentuk badan hukum yang dalam akta pendiriannya memuat kegiatannya adalah dibidang perlindungan konsumen.105 4) Pemerintah dan/atau istansi terkait jika barang dan/atau jasa yang

dikonsumsi atau dimanfaatkan mengakibatkan kerugian materi yang besar dan/atau korban yang tidak sedikit

Tak banyak pihak yang memilih jalur pengadilan negeri untuk melakukan penyelesaian sengketa konsumen. Minimnya masalah-masalah konsumen di pengadilan mungkin disebabkan keengganan konsumen yang bersifat yuridis, politis, sosiologis.106

104

Ibid,hlm.195.

105

Susanti Adi Nugroho, Op.cit. hlm.296. 106

Dokumen terkait