• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dalam penanaman modal asing terdapat kemungkinan timbul sengketa antara partner asing dengan partner lokal dalam kerjasama mereka atau perusahaan join venture, atau antara investor asing dengan pemerintah lokal.***********************

Didalam Pasal 32 ayat (1) UUPM, dalam hal terjadi sengketa di bidang penanaman modalantara Pemerintah dengan penanam modal, para pihakterlebih dahulu menyelesaikan sengketa tersebut melaluimusyawarah dan mufakat. Ayat (2), dalam hal penyelesaian sengketa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak tercapai, penyelesaian sengketatersebut dapat dilakukan melalui arbitrase atau alternative penyelesaian sengketa atau pengadilan sesuai denganketentuan peraturan perundang-undangan. Ayat (3), dalam hal terjadi sengketa di bidang penanaman modalantara Pemerintah dengan penanam modal dalam negeri,para pihak dapat menyelesaikan sengketa tersebut melalui arbitrase berdasarkan kesepakatan para pihak,dan jika penyelesaian sengketa melalui arbitrase tidakdisepakati, penyelesaian sengketa tersebut akandilakukan di pengadilan.Ayat (4), dalam hal terjadi sengketa di bidang penanaman modal antara Pemerintah dengan penanam modal asing, parapihak akan menyelesaikan sengketa tersebut melaluiarbitrase internasional yang harus disepakati oleh parapihak.

§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§

UU Nomor 21 Tahun 2003 tentang Pengesahan ILO Convention No.81

***********************

Hadirnya penanaman modal asing di Indonesia tentunya akan memberikan atau membawa akibat kepada negara Indonesia, sehingga dibutuhkan adanya suatu pengaturan yang seimbang agar penanaman modal asing di satu pihak dan pemerintah di lain pihak dapat memetik manfaatnya. Sebagaimana disinyalir oleh banyak pakar bahwa penanaman modal asing tidak begitu saja menanamkan modalnya di suatu negara, akan tetapi melalui suatu penelitian yang cukup rumit dengan suatu studi kelayakan (feasibility study). Dengan studi kelayakan itu akan menjadi pedoman bagi setiap penanaman modal apakah dengan modal yang akan ditanamkan itu dapat memberikan keuntungan, rasa aman, ataukah sebaliknya. Hal tersebut menjadi pertimbangan bagi setiap penanam modal dalam menanamkan modalnya di suatu negara disebabkan adanya rasa kekhawatiran yakni terjadinya nasionalisasi terhadap perusahaan yang menggunakan modal asing tanpa melalui prosedur dan ganti rugi yang layak dan sesuai, tidak dipatuhinya perjanjian lisensi penanaman modal asing, tidak terlindunginya hak- hak milik intelektual serta adanya kemungkinan perselisihan antara penanaman modal asing dengan pemerintah Indonesia, maupun dengan partner lokal di kemudian hari.†††††††††††††††††††††††

Mengantisipasi hal tersebut diatas, tentunya pemerintah Indonesia secara strategik dini telah meratifikasi konversi International Center For The Settelement Of Investment Dispute (ICSID) tahun 1958 dengan Undang- undang Nomor 5 Tahun 1968 LN. 1968 Nomor 32 sebagai salah satu upaya untuk menyelesaikan kemungkinan timbulnya sengketa atau perselisihan penanaman modal antara

†††††††††††††††††††††††

Aminuddin Ilmar, Hukum Penanaman Modal Di Indonesia,(Jakarta: Kencana, 2004), hlm. 149

penanam modal asing dengan pihak Indonesia baik oleh pemerintah sendiri maupun swasta. Kebijaksanaan Indonesia untuk meratifikasi konvensi ICSID didasarkan pada pertimbangan agar dapat menarik penanaman modal asing sebanyak mungkin ke Indonesia, memberikan rasa aman serta mengupayakan terjadinya penyelesaian perselisihan lewat jasa perwasitan atau lebih dikenal dengan nama arbitrase.‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡

a. Pengusaha asing lebih suka menyelesaikan sengketa melalui arbitrase diluar negeri karena menganggap sistem hukum dan Pengadilan setempat asing bagi mereka,

Ada beberapa alasan mengapa pengusaha asing lebih memilih menyelesaikan perselisihan mereka melalui arbitrase daripada melalui pengadilan, yaitu :

b. Pengusaha- pengusaha negara maju beranggapan hakim- hakim negara berkembang tidak menguasai sengketa- sengketa dagang yang melibatkan hubungan niaga dan keuangan internasional yang rumit,

c. Pengusaha negara maju beranggapan penyelesaian sengketa melalui pengadilan akan memakan waktu yang lama dan ongkos yang besar, karena proses pengadilan yang panjang dari tingkat pertama sampai dengan tingkat Mahkamah Agung,

d. Keengganan pengusaha asing untuk menyelesaikan sengketa di depan Pengadilan bertolak dari anggapan bahwa pengadilan akan bersikap subjektif kepada mereka, karena sengketa diperiksa dan diadili

‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡

berdasarkan bukan hukum negara mereka oleh hakim bukan dari negara mereka,

e. Penyelesaian sengketa di Pengadilan akan mencari siapa yang salah dan siapa yang benar, dan hasilnya akan dapat merenggangkan hubungan dagang di antara mereka. Arbitrase diangggap dapat melahirkan putusan yang kompromistis, yang dapat diterima oleh kedua belah pihak yang bersengketa,

f. Penyelesaian sengketa melalui arbitrase teertutup sifatnya, sehingga tidak ada publikasi mengenai sengketa, sesuatu yang tidak disukai oleh para pengusaha.§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§

Penyelesaian perselisihan lewat jasa perwasitan atau arbitrase dalam penanaman modal asing ini juga telah diatur di dalam UUPM 25/2007 Pasal 32 ayat (4), bunyinya “dalam hal terjadi sengketa di bidang penanaman modal antara Pemerintah dengan penanaman modal asing, para pihak akan menyelesaikan sengketa tersebut melalui arbitrase internasional yang harus disepakati oleh para pihak”.************************

Menyadari bahwa berdasarkan prinsip hak negara berdaulat dan doktrin imunitas kedaulatan, tuntutan investor asing akan kandas jika diajukan melalui forum pengadilan biasa dari negara- negara yang bersangkutan maka pihak swasta asing yang melakukan investasi jangka panjang di negara- negara berkembang

§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§

Budiman Ginting, Hukum Investasi Perlindungan Hukum Pemegang Saham Minoritas dalam Perusahaan Penanaman Modal Asing, (Medan : Pustaka Bangsa Press, 2007), hlm. 250 – 251

************************

UU No 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, Op.cit Pasal 32 ayat (4)

seperti Indonesia dalam rangka penanaman modal asing umumnya menempuh penyelesaian sengketa melalui jalur arbitrase internasional, seperti International Center for the Settlement of Investment Dispute (ICSID), International Chamber of Commerce (ICC) di Paris atau mengikuti aturan dari United Nation of Commission on International Trade Law (UNCITRAL).††††††††††††††††††††††††

Negara – negara yang mempunyai program untuk menarik modal asing mencantumkan didalam Undang – undang penanaman modal mereka, bahwa apabila terjadi sengketa antara pemerintah dengan investor asing, maka penyelesaiannya akan diserahkan kepada arbitrase internasional, oleh karenanya negara – negara penarik modal asing menjadi anggota konvensi ICSID, suatu center yang didirikan untuk menyelesaikan sengketa antara pemerintah dengan investor asing berkenaan dengan penanaman modal asing.‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡

ICSID dibentuk berdasarkan Konvensi Washington, 18 Maret 1965 diprakarsai oleh Bank Dunia. Lingkup kewenangan hanya meliputi sengketa penanaman modal yang lahir dari joint venture agreement antara Negara (Pemerintah) dengan warga negara lain sebagai pihak dalam kontrak.§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§

a) Ada kata sepakat para pihak untuk menunjuk ICSID sebagai forum yang akan menyelesaikan sengketa.

Adapun persyaratan pokoknya adalah :

††††††††††††††††††††††††

http://digital_128840-T 26740-Penyelesaian sengketa-Analisis diakses tanggal 02 April 2017

‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡

Ibid.

§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§

Mahmul Siregar, Bahan Kuliah Penyelesaian Sengketa Investasi Langsung (Universitas Sumatera Utara, Medan : 2016), hlm.11

b) Yurisdiksi Ratione Materiae , hanya sengketa hukum saja sebagai akibat adanya penanaman modal. Tidak meliputi sengketa ekonomis dan politik. c) Yurisdiksi Rationate Personae, ICSID hanya memiliki wewenang

mengadili sengketa antara negara dan warga negara asing yang negaranya juga anggota ICSID.*************************

Tempat Persidangannya bila terjadi sengketa dan diselesaikan melalui arbitrase internasional yaitu :

a) Pilihan utama adalah Washington D. C (tempat kedudukan Bank Dunia), b) Atas persetujuan para pihak persidangan dapat dilakukan di tempat lain,

misalnya : permanent court of arbitration di Den Haag, tempat kedudukan arbitrase nasional salah satu pihak, tempat lain yang disetujui para pihak. c) Persidangan pertama wajib dihadiri para pihak (kuasa). Sidang selanjutnya

dapat dilakukan sesuai kebutuhan.†††††††††††††††††††††††††

Hukum yang dipergunakan adalah hukum yang dipilih dan disepakati oleh para pihak, jika dalam hukum yang dipilih tersebut tidak ditemukan dasar untuk menyelesaikan sengketa, maka dipergunakan hukum para pihak, dan pengambilan putusan secara votes off all member.‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡

a) Putusan arbitrase internasional dijatuhkan oleh arbiter atau majelis arbitrase di suatu negara yang dengan negara Indonesia terikat pada Putusan arbitrase Internasional hanya diakui serta dapat dilaksanakan di wilayah hukum republik Indonesia, apabila memenuhi syarat- syarat sebagai berikut : ************************* Ibid., hlm. 12 ††††††††††††††††††††††††† Ibid., hlm. 14 ‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡ Ibid., hlm.15

perjanjian, baik secara bilateral maupun multilateral, mengenai pengakuan dan pelaksanaan Putusan arbitrase internasional.

b) Putusan arbitrase internasional sebagaimana dimaksud diatas terbatas pada putusan yang menurut ketentuan hukum Indonesia termasuk dalam ruang lingkup hukum perdagangan.

c) Putusan arbitrase internasional sebagaimana dimaksud dalam huruf a hanya dapat dilaksanakan di Indonesia terbatas pada putusan yang tidak bertentangan dengan ketertiban umum.

d) Putusan arbitrase internasional dapat dilaksanakan di Indonesia setelah memperoleh eksekuatur dari ketua pengadilan negeri Jakarta Pusat; dan e) Putusan arbitrase internasional sebagimana dimaksud dalam huruf a

yang menyangkut negara Republik Indonesia sebagai salah satu pihak dalam sengketa, hanya dapat dilaksanakan setelah memperoleh eksekuatur dari Mahkamah Agung Republik Indonesia yang selanjutnya dilimpahkan kepada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat.§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§

Dokumen terkait