BAB II
PENANAMAN MODAL ASING SEKTOR PARIWISATA
A. Pokok-pokok pengaturan Penanaman Modal Asing di Indonesia
1. Landasan Hukum Penanaman Modal Asing
Dalam hukum ekonomi atau hukum bisnis, terminologi penanaman
modal akan sering didengar. Terkadang digunakan terminologi lain seperti
investasi. Adapun penanaman modal dengan investasi tidak memiliki perbedaan
yang prinsipil. Sebelum membahas landasan hukum penanaman modal asing,
perlu untuk diketahui pengertian dari terminologi tersebut.
Dalam Ensiklopedia Ekonomi Keuangan Perdagangan, dijelaskan istilah
investasi atau penanaman modal digunakan untuk: Penggunaan atau pemakaian
sumber-sumber ekonomi untuk produksi barang produsen atau
barang-barang konsumen. Dalam arti yang semata-semata bercorak keuangan, investasi
mungkin berarti penempatan dana-dana kapital dalam suatu perusahaan selama
jangka waktu yang relatif panjang, supaya memperoleh suatu hasil yang teratur
dengan maksimum keamanan.*********
Dalam Kamus Ekonomi dikemukakan, investasi mempunyai 2 makna
yakni: Pertama, investasi berarti pembelian saham, obligasi dan benda-benda
tidak bergerak, setelah dilakukan analisa akan menjamin modal yang dilekatkan
dan memberikan hasil yang memuaskan. Faktor-faktor tersebut yang
membedakan investasi dengan spekulasi. Kedua, dalam teori ekonomi investasi
*********
berarti pembelian alat produksi (termasuk didalamnya benda-benda untuk dijual)
dengan modal berupa uang.†††††††††
Dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman
Modal (UUPM) dikemukakan penanaman modal adalah segala bentuk kegiatan
penanaman modal, baik oleh penanaman modal dalam negeri maupun penanaman
modal asing untuk melakukan usaha di wilayah Negara Republik
Indonesia.‡‡‡‡‡‡‡‡‡
Adapun penanaman modal berdasarkan negara asal penanam modal
terbagi menjadi dua jenis yaitu, penanaman modal dalam negeri dan penanaman
modal asing. Penanaman modal dalam negeri adalahkegiatanmenanam modal
untuk melakukan usaha di wilayahnegara Republik Indonesia yang dilakukan oleh
penanammodal dalam negeri dengan menggunakan modal dalamnegeri.§§§§§§§§§
**********
Sedangkan penanaman modal asing adalah kegiatan menanam modal untuk
melakukan usaha di wilayah negaraRepublik Indonesia yang dilakukan
olehpenanam modalasing, baik yang menggunakan modal asing sepenuhnya
maupun yang berpatungan dengan penanam modaldalam negeri.
Dengan demikian, secara sederhana dapat ditarik kesimpulan bahwa
yang dimaksud dengan penanaman modal asing di sini adalah penanaman modal
dengan modal yang tidak terbatas pada modal yang bersumber dari luar negeri
saja melainkan dapat bersumber pula dari modal patungan (join venture), yaitu
†††††††††
Winardi. Kamus Ekonomi (inggris-indonesia) Bandung: alumni, 1982. Cet. 8. Hlm. 190.
‡‡‡‡‡‡‡‡‡
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, op.cit. pasal 1 angka 1.
§§§§§§§§§
Ibid. pasal 1 angka 2.
**********
modal yang berasal dari luar negeri (foreign capital) dan dalam negeri (domestic
capital) serta pelaksanaan usahanya dilakukan di wilayah negara Republik Indonesia dimana penanam modal turut hadir menjalankan usaha tersebut.
Sebelum berlakunya undang-undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang
Penanaman Modal, ada beberapa peraturan yang sudah menjadi landasan hukum
dari penanaman modal, baik itu penanaman modal asing ataupun penanaman
modal dalam negeri, yaitu :
a) Undang-undang Nomor 1 tahun 1967 Tentang Penanaman Modal Asing.
Pada undang-undang ini yang dimaksud dengan Penanaman Modal Asing
adalah hanyalah meliputi penanaman modal asing secara langsung yang
dilakukan menurut atau berdasarkan ketentuan-ketentuan Undang-undang
ini dan yang digunakan untuk menjalankan perusahaan di Indonesia,
dalam arti bahwa pemilik modal secara langsung menanggung risiko dari
penanaman modal tersebut.††††††††††
Undang-b) Undang-undang Nomor 6 Tahun 1968 Tentang Penanaman Modal Dalam
Negeri.
Undang Nomor 1 Tahun 1967
tentang Penanaman Modal Asing (PMA) kemudian telah diubah dengan
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1970.
Yang dimaksud dalam Undang-undang ini dengan Penanaman Modal
Dalam Negeri ialah Penggunaan daripada kekayaan seperti tersebut dalam
pasal 1, baik secara langsung atau tidak langsung untuk menjalankan
††††††††††
usaha menurut atau berdasarkan ketentuan-ketentuan Undang-undang
ini.‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡
Undang-Sejak diundangkannya kedua undang-undang tersebut, kegiatan
penanaman modal baik modal asing maupun dalam negeri telah berkembang dan
memberikan kontribusi dalam mendukung pencapaian sasaran pembangunan
ekonomi nasional, namun untuk mempercepat perkembangan ekonomi nasional
diperlukan mengganti kedua undang-undang tersebut.§§§§§§§§§§
Undang Nomor 6 Tahun 1968 tentang Penanaman
Modal Dalam Negeri (PMDN) kemudian diubah dengan Undang-Undang
Nomor 12 Tahun 1970.
Alasan lahirnya Undang-undang nomor 25 tahun 2007 tentang
penanaman modal (UUPM) adalah bahwa untuk mempercepat pembangunan
ekonomi nasional dan mewujudkan kedaulatan politik dan ekonomi Indonesia
diperlukan peningkatan penanaman modal untuk mengolah potensi ekonomi
menjadi kekuatan ekonomi riil dengan menggunakan modal yang berasal, baik
dari dalam negeri maupun dari luar negeri.***********
†††††††††††
Berdasarkan bahwa dalammenghadapi
perubahan perekonomian global dan keikutsertaan Indonesia dalam berbagai kerja
sama internasional perlu diciptakan iklim penanaman modal yang kondusif,
promotif, memberikan kepastian hukum, keadilan, dan efisien dengan tetap
memperhatikan kepentingan ekonomi nasional.
‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1968 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri, pasal 1 ayat (2).
§§§§§§§§§§
Rahayu Hartini, Mengkritisi Undang-Undang Penanaman Modal, Published Oktober 5, 2009, Artikel Bagian 1. Dalam skripsi Juergen K. Marusaha: “Analisis Yuridis Terhadap Peran Pemerintah Daerah Dalam Kegiatan Penanaman Modal Asing Sektor Pariwisata” (Medan: Universitas Sumatera Utara, 2016),BAB II hal.3.
***********
Klausul menimbang huruf c, UU No 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal
†††††††††††
pertimbangan tersebut, maka perlu membentuk Undang-undang tentang
Penanaman Modal.
Jika dibandingkan dengan Undang-undang Penanaman Modal yang
lama, Undang-undang No 25 Tahun 2007 memiliki beberapa kebaruan. Hal-hal
baru yang terdapat pada Undang-undang tersebut antara lain:
1) Pengertian Modal Asing
Pengertian Penanaman Modal Asing pada UU PMA lama, didefinisikan
sebagai direct investment. Dalam Undang-undang No 25 Tahun 2007 modal asing
tidak hanya diartikan direct invesment, tetapi juga meliputi pembelian saham
(portofolio). Dengan demikian pintu masuk penanaman modal asing lebih
diperluas dalam Undang-undang No 25 Tahun 2007.
2) Pihak Investor
Dalam Undang-undang Penanaman Modal Asing yang lama, hanya
pihak asing yang berbentuk badan hukum yang dapat melakukan penanaman
modal asing (Pasal 3 ayat 1), sedangkan pada Undang-undang No 25 Tahun 2007
membuka kesempatan bagi Negara, Perseorangan, Badan Usaha, Badan Hukum
yang berasal dari luar negeri dapat menanamkan modalnya di Indonesia.‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡
3) Perlakuan Yang Sama Terhadap Investor
Dalam Undang-undang Penanaman Modal lama tidak statement
perlakuan yang sama. Perlakuan yang sama diberikan dan diatur dalan Undang-undang No 25 Tahun 2007. Pemerintah memberikan perlakuan yang sama kepada
semua penanam modal yang berasal dari negara manapun yang melakukan
‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡
kegiatan penanaman modal diIndonesia sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.§§§§§§§§§§§Perlakuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
tidak berlaku bagi penanam modal dari suatu negara yang memperoleh hak
istimewa berdasarkan perjanjian dengan Indonesia.************
4) Pelayanan Satu Pintu
UU No 25 Tahun 2007 memberikan kemudahan pelayanan satu pintu
pada kepada investor asing.††††††††††††Dengan demikian terdapat kepastian hukum
yang dalam
Undang-5) Perizinan dan Kemudahan Masuknya Tenaga Kerja Asing
undang penanaman modal asing lama tidak disebutkan.
Dalam Undang-undang penanaman modal asing lama tenaga kerja asing
tidak mudah untuk didatangkan. Tenaga kerja asing hanya boleh didatangkan
untuk mengisi jabatan yang belum dapat diisi oleh tenaga kerja Indonesia.
Sedangkan pada Undang-undang No 25 Tahun 2007 tenaga kerja asing lebih
mudah masuk ke Indonesia.Memang tenaga kerja Indonesia harus tetap
diutamakan, namun investor tetap mempunyai hak untuk menggunakan tenaga
kerja ahli WNA untuk jabatan dan keahlian tertentu.
6) Pajak
Undang-undang penanaman modal lama memberikan fasilitas berupa
keringanan pajak yaitu tax holiday bagi investor asing, sedangkan Undang-undang
No 25 Tahun 2007 tidak hanya fasilitas pajak saja namun juga fasilitas fiskal.
Fiskal cakupannya lebih luas daripada pajak karena pajak hanyalah bagian dari
fiskal. Hal ini lebih menguntungkan bagi investor asing.
§§§§§§§§§§§
Pasal 6 Ayat (1), Ibid.,
************
Pasal 6 Ayat (2), Ibid.,
††††††††††††
7) Negative List
Undang-undang penanaman modal asing lama memberikan batasan
terhadap usaha mana saja yang tidak dapat diberikan kepada investor asing,
sehingga jenis usaha yang diatur tersebut mutlak tidak dapat diberikan kepada
investor asing. Kelonggaran dapat kita temukan pada Undang-undang No 25
Tahun 2007, karena tidak mencantumkan jenis usaha yang masuk dalam negative
list.‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡Negative list
8) Peran Pemerintah
tersebut kemudian diatur oleh pemerintah dengan
Peraturan Presiden. Ini berarti jenis usaha yang dapat diberikan kepada investor
asing lebih fleksibel dan lebih terbuka.
Kesempatan bagi investor asing untuk menanamkan modalnya di
Indonesia juga terbuka lebih luas, pasalnya dalam Undang-undang No 25 Tahun
2007 Pemerintah Daerah diberi otonomi seluas-luasnya untuk mengatur dan
mengurus sendiri urusan penyelenggaraan penanaman modal berdasarkan asas
otonomi dan tugas bantuan.§§§§§§§§§§§§
Dari uraian tentang hal-hal yang baru sebagaimana disebutkan di atas
menggambarkan citra baru penanaman modal asing di Indonesia melalui
pengaturan dalam Undang-undang No 25 Tahun 2007 yang diharapkan dapat
meningkatkan investasi di Indonesia. Undang-undang No 25 Tahun 2007 nampak
lebih terbuka baik cara-cara penanaman modal asing masuk, subjek investor yang
semakin beragam, bidang usaha yang diusahakan, dan peranan daerah dalam
mengundang penanaman modal asing secara langsung.
‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡
Pasal 12 Ayat (3), Ibid.,
§§§§§§§§§§§§
2. Kegiatan Usaha Yang Tertutup dan Terbuka Bagi Penanaman Modal
Asing
Salah satu asas penting dalam kebijakan penanaman modal, dalam
kaitannya untuk lebih dapat mendorong kegiatan penanaman modal, perlu dan
patut diberikan beberapa perubahan mendasar yang bermuara pada peningkatan
kegiatan penanaman modal. Kebijakan- kebijakan penanaman modal yang
mengandung pembatasan- pembatasan yang ketat, yang merupakan praktek luas
hampir di semua negara berkembang harus diganti oleh kebijakan penanaman
modal yang lebih terbuka. Perampingan daftar negatif penanaman modal hingga
mencakup sejumlah kecil saja bisnis yang terkait dengan kesehatan, pertahanan
dan keamanan, moral dan lingkungan hidup.*************
Pemerintah kini tengah gencar untuk meningkatkan investasi demi
mencapai target pertumbuhan ekonomi. Melalui investasi, khususnya penanaman
modal asing, akan dapat menarik modal segar (fresh money) masuk ke dalam
negeri. Terdapat panduan mengenai investasi yang perlu dipahami oleh semua
investor, agar mereka memahami sektor apa saja yang bisa di investasikan dan Salah satu usaha pemerintah dalam meningkatkan arus penanaman
modal di Indonesia adalah dengan memberikan keleluasaan bagi para investor
untuk menentukan bidang-bidang usaha investasi yang diminati. Hal ini memicu
proses penyederhanaan peraturan terhadap Daftar Skala Prioritas (DSP) menjadi
Daftar Negatif Investasi (DNI).
*************
sektor apa saja yang diperbolehkan dan apa yang tidak. Semua hal tersebut
terangkum dalamDaftar Negatif Investasi tahun 2016 yang beberapa konten dan
regulasi telah dirubah dan direvisi oleh pemerintah.†††††††††††††
Daftar Negatif Investasi (DNI) 2016 pada dasarnya merupakan sebuah
penerapan prinsip-prinsip transparansi dari pemerintah Indonesia agar para
investor, baik investor luar negeri maupun dalam negeri dapat mengetahui dan
memahami bidang usaha tertutup dan terbuka dengan persyaratan di mana
investor bisa melakukan penanaman modal.‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡
Menurut Perpres 44/2016 bidang usaha adalah segala bentuk kegiatan
usaha yang dilakukan untuk memproduksi barang atau jasa pada sektor- sektor
ekonomi.§§§§§§§§§§§§§
**************
DNI mencakup daftar bidang usaha yang tertutup seluruhnya atau
sebagian untuk penanaman modal swasta asing maupun dalam negeri. Perubahan
pengaturan DNI terbaru terdapat dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia
No.44 tahun 2016 tentang Bidang Usaha Yang Tertutup Dan Bidang Usaha Yang
Terbuka Dengan Persyaratan Di Bidang Penanaman Modal (Perpres 44/2016).
Bidang usaha yang terbuka adalah bidang usaha yang
dilakukan tanpa persyaratan dalam rangka penanaman modal.
Ismail Sunny dan Rudioro Rochmat mengatakan mengenai bidang usaha
yang terbuka bagi PMA dibagi dalam 2 (dua) golongan, yaitu :
‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡
Ibid.,
§§§§§§§§§§§§§
Republik Indonesia, Peraturan Presiden Nomor 44 Tahun 2016 tentang Bidang Usaha Yang Tertutup Dan Bidang Usaha Yang Terbuka Dengan Persyaratan Di Bidang Penanaman Modal, pasal 1 angka 1.
**************
1. Bidang usaha, secara penguasaan penuh oleh perusahaan modal asing.
2. Bidang usaha yang tidak secara penguasaan penuh, di mana perusahaan asing
ini hanya diperbolehkan bekerja atas dasar kerja sama, yang dapat dibagi lagi
atas:
a. Atas dasar kerjasama dengan pemerintah, dalam hal ini pemerintah
diwakili oleh perusahaan negara.
b. Atas dasar kerjasama, baik dengan pemerintah (pusat maupun daerah)
maupun swasta nasional.††††††††††††††
Bidang usaha yang tetutup adalah bidang usaha tertentu yang dilarang
diusahakan sebagai kegiatanpenanaman modal.‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡
Bidang-a. produksi senjata, mesiu, alat peledak, dan peralatan perang; dan
bidang usaha
yang tertutup untuk penanaman modal sebagaimana diatur dalam Lampiran I
Perpres 44/2016, antara lain mencakup bidang usaha budidaya ganja,
perjudian/kasino, dan industri minuman mengandung alkohol.Adapun bidang
usaha yang tertutup bagi PMA menurut UUPM No 25/2007 pasal 12 ayat (2)
adalah Bidang usaha yang tertutup bagi PMA adalah:
b. bidang usaha yang secara eksplisit dinyatakan tertutup berdasarkan
undang-undang.
Bidang usaha yang terbuka dengan persyaratan adalah bidang usaha
tertentu yang dapat diusahakan untuk kegiatan penanaman modal dengan
persyaratan, yaitu dicadangkan untuk usaha mikro, kecil, dan menengah serta
††††††††††††††
Ismail Sunny dan Rudioro Rochmat, Tinjauan dan Pembahasan Undang- undang Penanaman Modal Asing dan Kredit Luar Negeri, Pradnya Paramita, Jakarta, 1976, hal. 33. Dalam buku Sutiarnoto, Tantangan Dan Peluang investasi Asing Di Indonesia, Pustaka Bangsa Press, Medan, 2008, hal.78.
‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡
koperasi, kemitraan, kepemilikan modal, lokasi tertentu, perizinan khusus, dan
penanam modal dari negara Association of Southeast Asian Nations
(ASEAN).§§§§§§§§§§§§§§
Menurut Perpres 44/2016 bidang usaha yang terbuka dengan persyaratan
itu terbagi menjadi 2 lagi, yaitu bidang usaha yang terbuka dengan persyaratan:
yang dicadangkan atau kemitraan dengan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah
serta Koperasi, dan bidang usaha yang terbuka dengan persyaratan tertentu yaitu:
adanya batasan kepemilikan modal asing, lokasi tertentu, perizinan khusus, modal
dalam negeri seratus persen, dan/atau batasan kepemilikan modal dalam kerangka
Association of Southeast Asian nations (ASEAN).***************
Bidang-bidang usaha yang terbuka dengan persyaratan tertentu
sebagaimana diatur dalam Lampiran III Perpres 44/2016, antara lain mencakup
bidang usaha budidaya tanaman pangan pokok, sektor perkebunan, sektor
kelautan dan perikanan, sektor energi dan sumber daya mineral, sektor
perindustrian, sektor pertahanan dan keamanan, sektor pekerjaan umum, sektor
perdagangan, sektor pariwisata dan ekonomi kreatif, sektor perhubungan, sektor
komunikasi dan informatika, sektor keuangan, sektor perbankan, sektor
ketenagakerjaan, sektor pendidikan, sektor kesehatan.
Bidang- bidang usaha yang terbuka dengan persyaratan: yang
dicadangkan atau kemitraan dengan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah serta
Koperasi diatur dalam lampiran II Perpres 44/2016, antara lain mencakup
tanaman pangan pokok, dan usaha dibidang perkebunan.
§§§§§§§§§§§§§§
Ibid,. Pasal 1 angka 4.
***************
3. Persyaratan Modal dan Kepemilikan Saham Asing
Perlu diketahui bahwa untuk Penanaman Modal Asing terdapat
persyaratan nilai investasi, yaitu lebih besar dari Rp10 miliar dengan beberapa
ketentuan permodalan lainnya. Sebelumnya akan dijelaskan terlebih dahulu
mengenai ketentuan nilai investasi dan permodalan yang diatur pada
14/2015”) sebagaimana yang telah diubah ole
Total nilai investasi lebih besar dari Rp 10 miliar, di luar tanah dan
bangunan, dengan ketentuan:†††††††††††††††
a. Untuk sektor industri: setiap subgolongan usaha yang sama berdasarkan
Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (“KBLI”) di 1 (satu) lokasi proyek
dalam 1 (satu) Kabupaten/Kota; dan
b. Untuk di luar sektor industri: setiap subgolongan usaha yang sama berdasarkan
KBLI di dalam wilayah 1 (satu) Kabupaten/Kota.
Namun, khusus untuk perluasan bidang usaha diperkenankan nilai
investasi kurang dari Rp 10 miliar rupiah, selama nilai akumulasi bidang usaha
†††††††††††††††
lebih besar dari Rp 10 miliar di luar tanah dan bangunan.‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡
§§§§§§§§§§§§§§§
****************
Untuk nilai
modal ditempatkan harus sama dengan modal disetor, yakni paling sedikit Rp 2,5
miliar. Kemudian, setiap pemegang saham harus memiliki paling
sedikit Rp 10 juta untuk penyertaan modal saham dengan persentase kepemilikan
saham berdasarkan nilai nominal saham.
Adapun tentang kepemilikan saham bagi penanam modal asing ada
disebutkan didalamPP Nomor 20 Tahun 1994 tentang Pemilikan Saham Dalam
Perusahaan Yang Didirikan Dalam Rangka Penanaman Modal Asing yang
memberikan kemungkinan bagi investor asing untuk memiliki 100% saham dari
perusahaan asing serta membuka peluang untuk berusaha pada bidang-bidang
yang sebelumnya tertutup. Yang kemudian lebih lanjut, ada ketentuan yang
mengatur batasan maksimal penanaman modal asing yang diatur dalam Perpres
Nomor 44 Tahun 2016 pada lampiran II, yang besarnya bervariasi dari 30%
sampai 95% tergantung daripada sektornya.
Pada prinsipnya nilai investasi untuk PMA adalah lebih besar dari Rp 10
miliar rupiah. Namun, Pasal 13 ayat (3) Perka BKPM 14/2015 menyebutkan
sebagai berikut:“Persyaratan nilai investasi dan permodalan dalam rangka PMA
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), kecuali ditentukan lain oleh peraturan perundang-undangan, harus memenuhi ketentuan: ... ”
Berdasarkan penjabaran di atas, pemerintah dimungkinkan untuk mengatur nilai
investasi dan permodalan berbeda dengan yang ditentukan pada Perka BKPM
14/2015, selama diatur dalam peraturan perundang-undangan.
Berbeda dengan penanaman modal dalam negeri yang dapat dilakukan
dalam bentuk lain di luar perseroan terbatas, maka penanaman modal asing di
Indonesia harus dilakukan dalam bentuk perseroan terbatas berdasarkan hukum
dan berkedudukan di negara Indonesia, kecuali hal tersebut ditentukan berbeda
oleh undang-undang.††††††††††††††††
‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡
Dengan demikian investor asing termasuk
perusahaan- perusahaan multi nasional (multinational enterprises atau MNE),
yang ingin berinvestasi di Indonesia harus membentuk suatu perseroan terbatas
sebagaimana diatur dalam undang- undang perseroan terbatas (UUPT) dengan
status sebagai perusahaan PMA. Namun demikian penanaman modal asing yang
tidak berbentuk perseroan terbatas dalam yurisdiksi Indonesia dimungkinkan
apabila ditentukan lain dalam undang-undang.
1. Mengambil bagian saham pada saat pendirian perseroan terbatas.
Dengan demikian perusahaan PMA merupakan suatu perseroan terbatas
yang didirikan berdasarkan undang- undang PT di Indonesia, di mana di dalamnya
terdapat unsur modal asing, tanpa memperhatikan besarnya modal asing tersebut
dalam struktur permodalan suatu perseroan terbatas. Masuknya modal asing
dalam perseroan terbatas atau perusahaan PMA berdasarkan pasal 5 ayat (3)
UUPM dapat terjadi melalui mekanisme berikut ini :
2. Membeli saham.
3. Melakukan cara lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.§§§§§§§§§§§§§§§§
††††††††††††††††
UU No 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal, Op.cit pasal 5 ayat (2)
‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡
David Kairupan, Op.cit. hlm. 99.
§§§§§§§§§§§§§§§§
Secara umum tahapan pendirian perusahaan PMA dapat diuraikan
sebagai berikut :
1. Tahap persiapan dan perundingan/negosiasi.
Pada tahapan ini para calon investor harus mengindentifikasi bidang-
bidang usaha apakah yang akan dijalankan dalam investasi mereka. Untuk itu
perlu dikaji bidang- bidang usaha sebagaimana tercantum dalam negative listyang
diatur di dalam Perpres 44/2016.*****************
2. Tahap pengajuan dan penerbitan pendaftaran penanaman modal.
Tahapan selanjutnya dalam proses penanaman modal asing di Indonesia
adalah pengajuan permohonan pendaftaran penanaman modal oleh investor asing
ke PTSP BKPM, baik sebelum maupun sesudah berstatus badan hukum
perseroan terbatas. Hal lain yang perlu juga diperhatikan adalah bahwa apabila
dalam kurun waktu enam bulan terdapat perubahan ketentuan yang terkait dengan
bidang usaha (negative list), maka pendaftaran yang telah diterbitkan dinyatakan
batal demi hukum.†††††††††††††††††
3. Tahap pendirian perusahaan PMA
Pendirian perusahaan PMA pada dasarnya sama dengan pendirian
perseroan terbatas pada umumnya sebagaimana diatur UUPT. Investor yang akan
menjadi pemegang saham dalam perusahaan PMA harus membuat AKta
Pendirian PT (Deed of Estabilishment) di hadapan notaris dalam bahasa
Indonesia. Sebagaimana diuraikan sebelumnya maka apabila para pemegang
saham telah menandatangani shareholders agreement atau joint venture
*****************
Ibid,. hlm. 101.
†††††††††††††††††
agreement, sedapat mungkin ketentuan- ketentuan yang terdapat dalam perjanjian tersebut dimuat juga dalam anggaran dasar perusahaab PMA.‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡
4. Tahap pengurusan izin- izin pasca-pendirian perusahaan PMA
Setelah pendirian perusahaan PMA tersebut dilakukan, terdapat
beberapa perizinan lainnya yang harus diurus oleh perusahaan PMA tersebut
dalam rangka menjalankan kegiatan usaha.§§§§§§§§§§§§§§§§§
Dari penjelasan diatas, kiranya dapat dikemukakan disini, apapun bentuk
badan usaha yang dipilih oleh para calon investor, satu hal yang pasti kegiatan
yang dilakukan oleh investor dalam menjalankan usahanya dilakukan di wilayah
Negara Republik Indonesia. Hal ini membawa konsekuensi hukum, segala
aktivitas yang dilakukan oleh investor harus mengacu kepada norma- norma
hukum yang berlaku di wilayah Republik Indonesia. Dalam hal ini dirasakan
betapa pentingnya harmonisasi antara satu peraturan dengan peraturan lainnya
agar tidak saling berbenturan.******************
4. Perizinan Kegiatan Penanaman Modal Asing
Masalah pembenahan proses perizinan penanaman modal di Indonesia
merupakan pekerjaan rumah yang tampaknya tidak pernah selesai dikerjakan
dengan baik. Birokrasi perizinan usaha seringkali bahkan menimbulkan biaya
tinggi dalam dunia usaha, dikarenakan adanya biaya- biaya tidak resmi dalam
pengurusan perizinan usaha tersebut. Hal ini tentunya sangat mempengaruhi iklim
investasi di Indonesia, dimana sering sekali survei- survei yang dilakukan
‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡
Ibid., hlm. 107
§§§§§§§§§§§§§§§§§
Ibid., hlm. 111.
******************
menunjukkan bahwa ternyata untuk melakukan suatu kegiatan usaha di Indonesia
diperlukan sejumlah perizinan usaha yang proses pengurusannya dari segi waktu
serta biaya masih terbilang tidak efisien dan sangat birokratis.††††††††††††††††††
Adapun perizinan usaha diatur didalam Pasal 25 ayat (4) perusahaan
penanaman modal yang akan melakukan kegiatan usaha wajib memperoleh izin
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan dari instansi yang
memiliki kewenangan, kecuali ditentukan lain dalan undang-
undang.‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡
§§§§§§§§§§§§§§§§§§
*******************
Ayat (5) izin sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
diperoleh melalui pelayanan terpadu satu pintu. Pelayanan terpadu
satu pintu adalah kegiatan penyelenggaraan suatu perizinan dan nonperizinan
yang mendapat pendelegasian atau pelimpahan wewenang dari lembaga atau
instansi yang memiliki kewenangan perizinan dan nonperizinan yang proses
pengelolaannya dimulai dari tahap permohonan sampai dengan tahap terbitnya
dokumen yang dilakukan dalam satu tempat.
Selanjutnya mengenai perizinan dan nonperizinan diatur lagi dalam
sebuah peraturan baru atas perintah UUPM 25/2007 yaitu Perka BKPM Nomor 15
Tahun 2015 tentang Pedoman dan Tata Cara Perizinan dan Nonperizinan
Penanaman Modal Pelayanan Terpadu Satu Pintu. Didalam Perka BKPM Nomor
15 Tahun 2015 tentang pedoman dan tata cara perizinan dan nonperizinan
penanaman modal pelayanan terpadu satu pintu, yang selanjutnya disingkat PTSP,
adalah pelayanan secara terintegrasi dalam satu kesatuan proses dimulai dari tahap
††††††††††††††††††
David Kairupan, Op.cit. hlm. 31.
‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡
UU No 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, Op.cit pasal 25 ayat (4)
§§§§§§§§§§§§§§§§§§
Ibid., ayat (5)
*******************
permohonan sampai dengan tahap penyelesaian produk pelayanan melalui satu
pintu.†††††††††††††††††††
‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡
Nonperizinan adalah segala bentuk kemudahan
pelayanan dan informasi mengenai Penanaman Modal, sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang §§§§§§§§§§§§§§§§§§§Jenis Perizinan yang diatur
didalam peraturan ini yaitu ;
Dan yang dimaksud dengan perizinan adalah segala bentuk
persetujuan untuk melakukan Penanaman Modal yang dikeluarkan oleh
Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Badan Pengusahaan Kawasan Perdagangan
Bebas dan Pelabuhan Bebas, dan Administrator Kawasan Ekonomi Khusus, yang
memiliki kewenangan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
-undangan.
†††††††††††††††††††
Peraturan kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Nomor 15 Tahun 2015 tentang Pedoman Dan Tata Cara Perizinan Dan Nonperizinan Penanaman Modal Pelayanan Terpadu Satu Pintu, Pasal 1 angka 5.
‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡
Pasal 1 angka 10, Peraturan kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Nomor 15 Tahun 2015 tentang Pedoman Dan Tata Cara Perizinan Dan Nonperizinan Penanaman Modal Pelayanan Terpadu Satu Pintu, Ibid.,
§§§§§§§§§§§§§§§§§§§
Ibid., Pasal 1 angka 11 a. Izin Usaha untuk berbagai sektor usaha;
b. Izin Usaha Perluasan untuk berbagai sektor usaha;
c. Izin Usaha Penggabungan Perusahaan Penanaman Modal untuk berbagai sektor
usaha;
d. Izin Usaha Perubahan untuk berbagai sektor usaha;
f. Izin operasional berbagai sektor usaha.********************
c. Rekomendasi teknis berbagai sektor usaha.††††††††††††††††††††
Jenis Nonperizinan yang diatur didalam peraturan ini, terdiri atas:
a. Penggunaan Tenaga Kerja Asing;
b. Angka Pengenal Importir; dan
Undang- undang Penanaman Modal mengatur masalah PTSP secara
khusus pada Pasal 26 yang menyebutkan bahwa tujuan dari PTSP adalah untuk
membantu penanam modal dalam memperoleh kemudahan pelayanan, fasilitas
fiskal, dan informasi penanaman modal. Pasal 26 UUPM lebih lanjut mengatur
bahwa PTSP dilakukan oleh lembaga atau instansi yang berwenang di bidang
penanaman modal yang mendapat pendelegasian atau pelimpahan kewenangan
dari lembaga atau instansi yang memiliki kewenangan perizinan dan nonperizinan
di provinsi atau kabupaten/kota. Dimana hal tersebut akan diatur lebih lanjut
berdasarkan suatu peraturan presiden. Uraian itu kembali menegaskan bahwa
PTSP bukan merupakan badan yang berdiri sendiri dalam menjalankan fungsi
pemberian perizinan maupun nonperizinan usaha atau investasi.‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡
5. Hak, kewajiban dan Tanggungjawab Penanaman Modal Asing
a) Hak Penanaman Modal Asing
********************
Ibid., Pasal 11 ayat (1)
††††††††††††††††††††
Ibid., Pasal 11 ayat (2)
‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡
Hak dan kewajiban penanaman modal asing telah ditentukan dalam pasal
10,12,14,19,26 dan pasal 27 Undang-undang No 1 Tahun 1967 tentang
Penanaman Modal Asing. Adapun Hak penanaman modal asing meliputi:
1. Pemakaian atas tanah, seperti hak guna bangunan, hak guna usaha, dan hak
pakai (pasal 14 UU PMA)
2. Hak untuk mendatangkan atau menggunakan tenaga-tenaga pimpinan dan
tenaga kerja ahli warga Negara asing bagi jabatan-jabatan yang belum dapat
diisi dengan tenaga warga Negara Indonesia (pasal 9 UU PMA)
3. Hak transfer dalam valuasi asli dari modal atas dasar nilai tukar yang
berlaku untuk :
a. Keuntungan yang diperoleh modal sesudah dikurangi pajak dan
kewajiban pembayaran lain di Indonesia.
b. Biaya-biaya yang berhubungan dengan tenaga kerja yang dipekerjakan
di Indonesia.
c. Biaya-biaya lain yang ditentukan lebih lanjut.
d. Penyusutan atas alat-alat perlengkapan tetap.
e. Kompensansi dalam hal nasionalisasi (pasal 19 UU PMA)
Hak dan kewajiban penanaman modal, khususnya penanaman modal
asing telah ditentukan dalam pasal 8, 10, 14, 15 dan 18 Undang-undang No.25
Tahun 2007 tentang Penanaman Modal Hak Investor asing, disajikan berikut ini:
1. Mengalihkan asset yang dimilikinya kepada pihak yang diinginkannya.
2. Melakukan transfer dan repatriasi dalam valuta asing. Hak transfer merupakan
(pengiriman) dengan bebas dalam bentuk valuta asing, tanpa ada penundaan
yang didasarkan pada perlakuan diskriminasi, sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Hak-hak transfer dan repatriasi ini
meliputi:
a. Modal;
b. Keuntungan, bunga bank, dividen, dan pendapatan lain;
c. Dana-dana yang diperlukan, untuk:
1) Pembelian bahan baku dan penolong barang setengah jadi atau barang
jadi; atau
2) Penggantian barang modal dalam rangka untuk melindungi
kelangsungan hidup penanaman modal.
d. Tambahan dana yang diperlukan bagi pembayaran penanaman modal;
e. Dana-dana untuk pembayaran kembali pinjaman;
f. Royaltyatau biaya yang harus dibayar;
g. Pendapatan dari perseorangan warga Negara asing yag bekerja dalam
perusahan penanaman modal;
h. Hasil penjualan atau likuidasi penanaman modal;
i. Kompensasi atas kerugian;
j. Kompensasi atas pengambilalihan;
k. Pembayaran yang dilakukan dalam rangka;
a) Bantuan teknis;
b) Biaya yang harus dibayar untuk jasa teknis dan manajemen;
d) Pembayaran hak atas kekayaan intelektual.
l. Hasil penjualan asset
Hak ini tidak mengurangi kewenangan pemerintah untuk :
a) Memberlakukan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
mewajibkan pelaporan pelaksanaan transfer dana; dan
b) Hak pemerintah untuk mendapatkan pajak dab/atau royalty dan/atau
pendapatan pemerintah lainnya dari penanaman modal.
3. Menggunakan tenaga ahli warga negara asing untuk jabatan dan keahlian
tertentu;
4. Mendapatkan kepastian hak, hukum, dan perlindungan.
5. Informasi yang terbuka mengenai bidang usaha yang dijalankannya.
6. Hak pelayananan.
7. Berbagai bentuk fasilitas kemudahan.§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§
Adapun kewajiban penanam modal asing berdasarkan undang-undang no
25 tahun 2007 yang tercantum dalam pasal 15, yaitu setiap penanam modal
berkewajiban :*********************
b) Kewajiban Penanaman Modal Asing
Kewajiban adalah sesuatu yang harus dilaksanakan atau sebuah
keharusan dalam melakukannya. Kewajiban penanam modal asing adalah sesuatu
yang harus dilakasanakan oleh penanam modal asing atau investor untuk
memenuhi kewajibannya.
§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§
a. menerapkan prinsip tata kelola perusahaan yang baik
b. melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan
c. membuat laporan tentang kegiatan penanaman modal dan menyampaikannya
kepada Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM)
d. menghormati tradisi budaya masyarakat sekitar lokasi kegiatan usaha
penanaman modal
e. mematuhi semua ketentuan peraturan perundang-undangan.
f. menerapkan prinsip tata kelola perusahaan yang baik
Menerapkan prinsip tata kelola perusahaan yang baik, yang dimaksud
pengolahan perusaan yang baik adalah struktur dan proses yang digunakan dan
diterapkan organ perusahaan untuk meningkatkan pencapaian sasaran hasil usaha
dan mengoptimalkan nilai perusahaan bagi seluruh pihak yang berkaitan dan
berlandaskan peraturan dan perundang-undangan serta nila-nilai etika. Ada 3
komponen penerapan tata kelola perusahaan yang baik yaitu kinerja ekonomi,
kepatuhan hukum dan kesesuaian dengan norma etika.†††††††††††††††††††††
Dalam melakukan usahanya perusahaan tidak hanya mempunyai
kewajiban yang bersifat ekonomis dan legal, namun juga memiliki kewajiban Setiap penanaman modal di Indonesia mewajibkan penanam modal
untuk melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan, menghormati tradisi
budaya masyarakat sekitar lokasi kegiatan usaha penanaman modal dan mematuhi
semua ketentuan perundang-undangan.
*********************
UU No 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, Op.cit Pasal 15
†††††††††††††††††††††
Satriya Nugraha, “Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perseroan
Terbatas”,
yang bersifat etis. Etika bisnis merupakan tuntunan perilaku bagi dunia usaha
untuk bisa membedakan mana yang baik dan mana yang tidak baik, mana yang
boleh dan mana yang tidak boleh dilakukan oleh komunitas dunia usaha.
Berdasarkan pasal 37 UU No. 25 tahun 2007 mengenai ketentuan
peralihan, “undang-undang yang lama dinyatakan tetap berlaku sepanjang tidak
bertentangan dan belum diatur dengan peraturan pelaksanaan yang baru”. Sehingga dengan adanya pasal tersebut di dalam UU No.1 tahun 1967 tentang
penanaman modal asing tetap berlaku mengenai kewajiban-kewajiban penanam
modal asing. Di antaranya yaitu :‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡
5. wajib menyelenggarakan dan/atau menyediakan fasilitas latihan dan
pendidikan di dalam dan atau di luar negeri secara teratur dan terarah bagi
warga negara Indonesia. Tujuannya adalah agar tenaga kerja warga negara
asing dapat diganti oleh tenaga kerja warga negara Indonesia (pasal 12 UU 1. memenuhi kebutuhan akan tenaga kerjanya dengan warga negara Indonesia,
kecuali dalam hal yang diatur dalam pasal 11 (pasal 10 UU PMA)
2. melakukan kerjasama antara modal asing dan modal Indonesia
3. mengurus dan mengendalikan perusahaanya sesuai dengan asas-asas ekonomi
perusahaan dengan tidak merugikan kepentingan negara (pasal 26 UU PMA)
4. memberikan kesempatan partisipasi bagi modal Nasional secara efektif setelah
jangka waktu tertentu menurut imbangan yang ditetapkan pemerintah (pasal
27 UU PMA)
‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡
PMA). Kewajiban lain dalam PMA, yang telah disebutkan dalam uu no 1
tahun 1967 seperti di atas.
Apabila seorang usahawan, baik usahawan asing maupun usahawan
dalam negeri akan menanamkan modalnya, maka bukan hukum atau
perundang-undangan yang pertama-tama dilihatnya.
Banyak faktor-faktor lain yang akan dipelajari terlebih dahulu untuk
mnentukan sikap dalam menanamkan modalnya tersebut. Setiap penanaman
modal asing terutama akan dipengaruhi oleh :§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§
Jika diperhatikan tentang perundang-undangan dalam negara-negara
berkembang di Asia yang kini berlomba-lomba untuk menarik penanam modal
asing, maka dengan perundang-undang tersebut dapat dikelompokkan dalam
beberapa bagian/kelompok sebagai berikut:
1. Sistem politik dan ekonomi negara yang bersangkutan
2. Sikap rakyat dan pemerintahnya terhadap orang asing dan modal asing
3. Stabilitas politik, stabilitas ekonomi dan stabilitas keuangan
4. Jumlah dan daya beli penduduk sebagai calon konsumennya
5. Adanya bahan mentah atau bahan penujang untuk digunakan dalam
pembuatan hasil produksi
6. Adanya tenaga buruh yang terjangkau untuk roduksi
7. Tanah untuk tempat usaha
8. Struktur perpajakan, pabean, dan cukai
9. Kemudian perundang-undangan dan hukum yang mendukung jaminan usaha
§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§
a. Bersifat membatasi (restrictive), yaitu:
1. Membatasi batas minimm dari modal yang ditanam
2. Membatasi lapangan usaha yang boleh ditanam modal asing
3. Membatasi daerah-daerah yang boleh dimasuki usaha PMA
4. Membatasi jangka waktu berdirinya perusahaan PMA
5. Membatasi masuknya tenaga asing
b. Bersifat memberi perangsang (incentive), yaitu:
1. Perundang-undangan yang lunak dan mudah
2. Perundang-undangan Agraria yang cukup terang dan menjamin kepastian
hukum dalam hak-hak atas tanah
3. Perundang-undangan buruh yang menjamin ketenangan perburuhan
4. Peraturan devisa yang menjamin kebebasan untuk repatriasi modal yang
ditanam dan keuntungan yang diperoleh
5. Perangsang perpajakan dan bea cukai bagi industri-industri diprioritaskan
atau yang besar resikonya
6. Peraturan bea masuk untuk proteksi hasil-hasil dalam negeri tertentu
terhadap saingan luar negeri.
c) Tanggungjawab Penanaman Modal Asing
Tanggung jawab penanaman modal dalam pasal 16 yang menyatakan
bahwa setiap penanaman modal bertanggung jawab untuk:
1. Menjamin tersedianya modal yang berasal dari sumber yang tidak
bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
modal adalah segala asset dalam bentuk uang atau bentuk lain yang bukan
uang yang oleh penanaman modal yang mempunyai nilai
ekonomis.**********************
2. Menanggung dan menyelesaikan segala kegiatan usahanya dan tidak
meninggalkan atau menelantarkan kegiatan usahanya secara sepihak sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Penanaman modal harus menyelesaikan kewajiban seperti membayar
segala utang yang timbul selama kegiatan usahanya berjalan, membayar upah/gaji
tenaga kerja apabila belum dibayar dan serta memenuhi hak tenaga kerja menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku, serta mengembalikan segala
fasilitas-fasilitas yang diberikan pemerintahan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
3. Menciptakan iklim usaha persaingan yang sehat, mencegah praktik monopoli,
dan hal-hal lain yang merugikan negara.
Setiap penanaman modal menciptakan persaingan usaha yang sehat
artinya setiap penanaman modal menjalankan kegiatan produksi dan atau
pemasaran barang atau jasa harus dilakukan dengan jujur atau tidak bertentangan
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku serta penanaman modal
harus mencegah terjadinya praktek monopoli yaitu pemusatan kegiatan oleh satu
atau lebih pelaku usaha yang mengakibatkan dikuasainya produksi atau
**********************
pemasaran atas barang dan jasa tertentu sehingga menimbulkan persaingan usaha
yang tidak sehat yang tidak merugikan kepentingan umum.††††††††††††††††††††††
4. Menjaga Kelestarian Lingkungan Hidup
Dalam melaksanakan kegiatan usahanya, setiap penanaman modal harus
memperhatikan keadaan lingkungan di sekitar lokasi kegiatan usaha tersebut.
Seperti dalam hal pembuangan limbah/sisa-sisa barang yang diproduksi. Apakah
limbah tersebut mencemari lingkungan terutama kehidupan ikan dan biota di
sungai, dan mengenai cerobong asap dari perusahaan tersebut, disini perusahaan
harus berusaha mencegah terjadinya polusi udara supaya tidak menimbulkan
berbagai kerugian bagi perusahaan, karena asap dari perusahaan sangat berbahaya
bagi kesehatan dan keselamatan manusia dan mahluk hidup lain yang hidup
disekitarnya.
5. Menciptakan Keselamatan, kesehatan kenyamanan, dan kesejahteraan pekerja.
Dalam hal menjalankan kegiatan usahanya, penanam modal memerlukan
tenaga kerja baik tenaga kerja terlatih dan terdidik. Para tenaga kerja ini bekerja
dengan diberikan upah/gaji dari perusahaan yang memperkerjakan mereka, dan
perusahaan juga harus menjamin keselamatan, kesehatan, kenyamanan, dan
kesejahteraan pekerja pihak perusahaan penanaman modal.‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡
††††††††††††††††††††††
UU No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Usaha Tidak Sehat, Pasal 1 ayat (2).
‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡
Undang- Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan Menurut undang No.13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan dan
undang-undang No.21 tahun 2003 tentang pengesahan ILO Convention No.81 tentang
pengesahan ketenagakerjaan dalam indistri dan perdagangan memberikan
a. Hari libur nasional
b. Cuti hamil bagi wanita
c. Syarat-syarat kerja bagi wanita dan anak dibawah umur
d. Syarat-syarat keselamatan kerja
e. Asuransi tenaga kerja
f. Biaya kesehatan
g. Tunjangan pensiun.
6. Mematuhi semua ketentuan peraturan perundang-undangan
Dalam melakukan kegiatan usahanya, penanam modal harus
memperhatikan segala peraturan-peraturan yang terkait dengan penanaman modal;
setiap penanam modal harus mengetahui tindakan-tindakan apa saja yang
diizinkan dan yang dilarang dalam peraturan tersebut dan mereka harus tunduk
terhadap peraturan tersebut, karena apabila penanam modal dalam melakukan
kegiatan usahanya melanggar atau melakukan perbuatan yang bertentangan
dengan peraturan perundang-undangan maka mereka akan memperoleh sanksi
yang tegas sesuai yang tercantum dalam peraturan perundang-undangan tersebut.
Undang-undang No.25 tahun 2007 tentang penanaman modal. Hak,
kewajiban, dan tanggung jawab diatur secara khusus guna memberikan kepastian
hukum, mempertegas kewajiban penanaman modal terhadap prinsip tata kelola
perusahaan yang sehat memberikan penghormatan terhadap tradisi budaya
masyarakat, dan melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan, dan pengaturan
tanggung jawab penanam modal diperlukan untuk mendorong iklim persaingan
dan kewajiban tenaga kerja, serta upaya mendorong ketaatan penanam modal
terhadap peraturan perundang-undangan.
Penanam modal tidak memenui kewajiban dan tanggung jawabnya
sebagaimana yang tertulis dalam Pasal 15 dan 16 UUPM, maka penanam modal
mendapatkan sanksi seperti yang tertulis dalam Pasal 34 UUPM yaitu dikenai
sanksi administratif berupa:
1. Peringatan tertulis
2. Pembatasan kegiatan usaha
3. Pembekuan kegiatan usaha dan/atau fasilitas penanaman modal
4. Pencabutan kegiatan usaha dan/atau fasilitas modal
Selain sanksi administratif terhadap penanam modal juga dikenakan
sanksi pidana, namun dalam Undang-undang No.25 Tahun 2007 tentang
penanaman modal tidak diatur secara tegas, namun secara penafsiran dapat
diperoleh suatu kondisi dimana pidana pada hal suatu peraturan dalam bentuk
undang-undang harus menyebutkan dengan jelas kriteria dan sanksi yang
dijatuhkan dan tidak menggantungkan kepada peraturan perundang-undangan
yang lain, apalagi peraturan perundang-undangan yang lebih rendah tingkatannya.
Dalam pasal 33 ayat (3) disebutkan dalam hal penanam modal yang
melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan perjanjian kerja atau kontrak kerja
sama dengan pemerintah melakukan kejahatan korporasi berupa tindak pidana
perpajakan, penggelembungan biaya pemulihan dan bentuk penggelembungan
biaya lainnya untuk memperkecil keuntungan yang mengakibatkan kerugian
dan telah mendapat putusan pengadilan yang berkekuatan hukum tetap.
Pemerintah mengakhiri perjanjian atau kontrak kerja sama dengan pihak-pihak
yang bersangkutan (penanam modal).§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§
6. Penyelesaian Sengketa Penanaman Modal Asing
Dalam penanaman modal asing terdapat kemungkinan timbul sengketa
antara partner asing dengan partner lokal dalam kerjasama mereka atau
perusahaan join venture, atau antara investor asing dengan pemerintah lokal.***********************
Didalam Pasal 32 ayat (1) UUPM, dalam hal terjadi sengketa di bidang
penanaman modalantara Pemerintah dengan penanam modal, para pihakterlebih
dahulu menyelesaikan sengketa tersebut melaluimusyawarah dan mufakat. Ayat
(2), dalam hal penyelesaian sengketa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak
tercapai, penyelesaian sengketatersebut dapat dilakukan melalui arbitrase atau
alternative penyelesaian sengketa atau pengadilan sesuai denganketentuan
peraturan perundang-undangan. Ayat (3), dalam hal terjadi sengketa di bidang
penanaman modalantara Pemerintah dengan penanam modal dalam negeri,para
pihak dapat menyelesaikan sengketa tersebut melalui arbitrase berdasarkan
kesepakatan para pihak,dan jika penyelesaian sengketa melalui arbitrase
tidakdisepakati, penyelesaian sengketa tersebut akandilakukan di pengadilan.Ayat
(4), dalam hal terjadi sengketa di bidang penanaman modal antara Pemerintah
dengan penanam modal asing, parapihak akan menyelesaikan sengketa tersebut
melaluiarbitrase internasional yang harus disepakati oleh parapihak.
§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§
UU Nomor 21 Tahun 2003 tentang Pengesahan ILO Convention No.81
***********************
Hadirnya penanaman modal asing di Indonesia tentunya akan
memberikan atau membawa akibat kepada negara Indonesia, sehingga dibutuhkan
adanya suatu pengaturan yang seimbang agar penanaman modal asing di satu
pihak dan pemerintah di lain pihak dapat memetik manfaatnya. Sebagaimana
disinyalir oleh banyak pakar bahwa penanaman modal asing tidak begitu saja
menanamkan modalnya di suatu negara, akan tetapi melalui suatu penelitian yang
cukup rumit dengan suatu studi kelayakan (feasibility study). Dengan studi
kelayakan itu akan menjadi pedoman bagi setiap penanaman modal apakah
dengan modal yang akan ditanamkan itu dapat memberikan keuntungan, rasa
aman, ataukah sebaliknya. Hal tersebut menjadi pertimbangan bagi setiap
penanam modal dalam menanamkan modalnya di suatu negara disebabkan adanya
rasa kekhawatiran yakni terjadinya nasionalisasi terhadap perusahaan yang
menggunakan modal asing tanpa melalui prosedur dan ganti rugi yang layak dan
sesuai, tidak dipatuhinya perjanjian lisensi penanaman modal asing, tidak
terlindunginya hak- hak milik intelektual serta adanya kemungkinan perselisihan
antara penanaman modal asing dengan pemerintah Indonesia, maupun dengan
partner lokal di kemudian hari.†††††††††††††††††††††††
Mengantisipasi hal tersebut diatas, tentunya pemerintah Indonesia secara
strategik dini telah meratifikasi konversi International Center For The Settelement
Of Investment Dispute (ICSID) tahun 1958 dengan Undang- undang Nomor 5 Tahun 1968 LN. 1968 Nomor 32 sebagai salah satu upaya untuk menyelesaikan
kemungkinan timbulnya sengketa atau perselisihan penanaman modal antara
†††††††††††††††††††††††
penanam modal asing dengan pihak Indonesia baik oleh pemerintah sendiri
maupun swasta. Kebijaksanaan Indonesia untuk meratifikasi konvensi ICSID
didasarkan pada pertimbangan agar dapat menarik penanaman modal asing
sebanyak mungkin ke Indonesia, memberikan rasa aman serta mengupayakan
terjadinya penyelesaian perselisihan lewat jasa perwasitan atau lebih dikenal
dengan nama arbitrase.‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡
a. Pengusaha asing lebih suka menyelesaikan sengketa melalui arbitrase
diluar negeri karena menganggap sistem hukum dan Pengadilan setempat
asing bagi mereka,
Ada beberapa alasan mengapa pengusaha asing lebih memilih
menyelesaikan perselisihan mereka melalui arbitrase daripada melalui pengadilan,
yaitu :
b. Pengusaha- pengusaha negara maju beranggapan hakim- hakim negara
berkembang tidak menguasai sengketa- sengketa dagang yang melibatkan
hubungan niaga dan keuangan internasional yang rumit,
c. Pengusaha negara maju beranggapan penyelesaian sengketa melalui
pengadilan akan memakan waktu yang lama dan ongkos yang besar,
karena proses pengadilan yang panjang dari tingkat pertama sampai
dengan tingkat Mahkamah Agung,
d. Keengganan pengusaha asing untuk menyelesaikan sengketa di depan
Pengadilan bertolak dari anggapan bahwa pengadilan akan bersikap
subjektif kepada mereka, karena sengketa diperiksa dan diadili
‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡
berdasarkan bukan hukum negara mereka oleh hakim bukan dari negara
mereka,
e. Penyelesaian sengketa di Pengadilan akan mencari siapa yang salah dan
siapa yang benar, dan hasilnya akan dapat merenggangkan hubungan
dagang di antara mereka. Arbitrase diangggap dapat melahirkan putusan
yang kompromistis, yang dapat diterima oleh kedua belah pihak yang
bersengketa,
f. Penyelesaian sengketa melalui arbitrase teertutup sifatnya, sehingga tidak
ada publikasi mengenai sengketa, sesuatu yang tidak disukai oleh para
pengusaha.§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§
Penyelesaian perselisihan lewat jasa perwasitan atau arbitrase dalam
penanaman modal asing ini juga telah diatur di dalam UUPM 25/2007 Pasal 32
ayat (4), bunyinya “dalam hal terjadi sengketa di bidang penanaman modal antara
Pemerintah dengan penanaman modal asing, para pihak akan menyelesaikan
sengketa tersebut melalui arbitrase internasional yang harus disepakati oleh para
pihak”.************************
Menyadari bahwa berdasarkan prinsip hak negara berdaulat dan doktrin
imunitas kedaulatan, tuntutan investor asing akan kandas jika diajukan melalui
forum pengadilan biasa dari negara- negara yang bersangkutan maka pihak swasta
asing yang melakukan investasi jangka panjang di negara- negara berkembang
§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§
Budiman Ginting, Hukum Investasi Perlindungan Hukum Pemegang Saham Minoritas dalam Perusahaan Penanaman Modal Asing, (Medan : Pustaka Bangsa Press, 2007), hlm. 250 – 251
************************
seperti Indonesia dalam rangka penanaman modal asing umumnya menempuh
penyelesaian sengketa melalui jalur arbitrase internasional, seperti International
Center for the Settlement of Investment Dispute (ICSID), International Chamber of Commerce (ICC) di Paris atau mengikuti aturan dari United Nation of Commission on International Trade Law (UNCITRAL).††††††††††††††††††††††††
Negara – negara yang mempunyai program untuk menarik modal asing
mencantumkan didalam Undang – undang penanaman modal mereka, bahwa
apabila terjadi sengketa antara pemerintah dengan investor asing, maka
penyelesaiannya akan diserahkan kepada arbitrase internasional, oleh karenanya
negara – negara penarik modal asing menjadi anggota konvensi ICSID, suatu
center yang didirikan untuk menyelesaikan sengketa antara pemerintah dengan investor asing berkenaan dengan penanaman modal asing.‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡
ICSID dibentuk berdasarkan Konvensi Washington, 18 Maret 1965
diprakarsai oleh Bank Dunia. Lingkup kewenangan hanya meliputi sengketa
penanaman modal yang lahir dari joint venture agreement antara Negara (Pemerintah) dengan warga negara lain sebagai pihak dalam
kontrak.§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§
a) Ada kata sepakat para pihak untuk menunjuk ICSID sebagai forum yang
akan menyelesaikan sengketa. Adapun persyaratan pokoknya adalah :
††††††††††††††††††††††††
http://digital_128840-T 26740-Penyelesaian sengketa-Analisis diakses tanggal 02 April 2017
‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡
Ibid.
§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§
b) Yurisdiksi Ratione Materiae , hanya sengketa hukum saja sebagai akibat adanya penanaman modal. Tidak meliputi sengketa ekonomis dan politik.
c) Yurisdiksi Rationate Personae, ICSID hanya memiliki wewenang mengadili sengketa antara negara dan warga negara asing yang negaranya
juga anggota ICSID.*************************
Tempat Persidangannya bila terjadi sengketa dan diselesaikan melalui
arbitrase internasional yaitu :
a) Pilihan utama adalah Washington D. C (tempat kedudukan Bank Dunia),
b) Atas persetujuan para pihak persidangan dapat dilakukan di tempat lain,
misalnya : permanent court of arbitration di Den Haag, tempat kedudukan
arbitrase nasional salah satu pihak, tempat lain yang disetujui para pihak.
c) Persidangan pertama wajib dihadiri para pihak (kuasa). Sidang selanjutnya
dapat dilakukan sesuai kebutuhan.†††††††††††††††††††††††††
Hukum yang dipergunakan adalah hukum yang dipilih dan disepakati
oleh para pihak, jika dalam hukum yang dipilih tersebut tidak ditemukan dasar
untuk menyelesaikan sengketa, maka dipergunakan hukum para pihak, dan
pengambilan putusan secara votes off all member.‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡
a) Putusan arbitrase internasional dijatuhkan oleh arbiter atau majelis
arbitrase di suatu negara yang dengan negara Indonesia terikat pada Putusan arbitrase Internasional hanya diakui serta dapat dilaksanakan di
wilayah hukum republik Indonesia, apabila memenuhi syarat- syarat sebagai
berikut :
*************************
Ibid., hlm. 12
†††††††††††††††††††††††††
Ibid., hlm. 14
‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡
perjanjian, baik secara bilateral maupun multilateral, mengenai
pengakuan dan pelaksanaan Putusan arbitrase internasional.
b) Putusan arbitrase internasional sebagaimana dimaksud diatas terbatas
pada putusan yang menurut ketentuan hukum Indonesia termasuk dalam
ruang lingkup hukum perdagangan.
c) Putusan arbitrase internasional sebagaimana dimaksud dalam huruf a
hanya dapat dilaksanakan di Indonesia terbatas pada putusan yang tidak
bertentangan dengan ketertiban umum.
d) Putusan arbitrase internasional dapat dilaksanakan di Indonesia setelah
memperoleh eksekuatur dari ketua pengadilan negeri Jakarta Pusat; dan
e) Putusan arbitrase internasional sebagimana dimaksud dalam huruf a
yang menyangkut negara Republik Indonesia sebagai salah satu pihak
dalam sengketa, hanya dapat dilaksanakan setelah memperoleh
eksekuatur dari Mahkamah Agung Republik Indonesia yang selanjutnya
dilimpahkan kepada Pengadilan Negeri Jakarta
Pusat.§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§
B. Pariwisata Sebagai Sektor Usaha Penanaman Modal
1. Pengertian dan Ruang Lingkup Kegiatan Usaha Pariwisata
Kegiatan wisata telah menjadi kebutuhan manusia, tidak hanya sebagian
masyarakat tetapi telah menjadi kebutuhan seluruh masyarakatdunia, karena
kehidupan manusia pada era sekarang yang sangat kompleks, banyak
§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§
menimbulkan kepenatan sehingga manusia membutuhkansesuatu yang dapat
memberikan suasana berbeda yang mampu memberikan ketenangan dan
kenyamanan.
Pariwisata atau perjalanan wisata berkembang karena adanya gerakan
manusia dalam mencari sesuatu yang belum diketahui, menjelajahi wilayah yang
baru, mencari perubahan suasana, atau untuk mendapatkan perjalanan baru.
Kata “pariwisata” secara etimologi berasal dari bahasa Sansekerta yang
terdiri dari dua suku kata yaitu “pari” dan “wisata;” “Pari” berarti banyak,
berkali-kali, berputar-putar, atau berkeliling, sedangkan kata “wisata,” berarti perjalanan
atau berpergianyang dalam hal ini bersinonim dengan kata “travel”dalam bahasa
Inggris.Jadi secara harfiah pariwisata adalah suatu kegiatan perjalanan yang
dilakukan secara berkali- kali ke suatu tempat atau daerah yang ingin
dikunjukungiyang dalam bahasa Inggris bersinonim dengan kata “tour.”
Pengertian jamak dari pariwisata adalah “kepariwisataan”yang diartikan sebagai
hal-hal yangberhubungan dengan pariwisata, yang dalam bahasa Inggrisistilahnya
tourism.**************************
Dalam hukum positif Indonesia, Pariwisata adalah berbagai macam
kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan
oleh masyarakat, pengusaha, Pemerintah, dan Pemerintah
Daerah.††††††††††††††††††††††††††
**************************
Oka. A. Yoeti. Pengantar Ilmu Pariwisata, (Bandung : Angkasa, 1987), hlm.102 - 103
††††††††††††††††††††††††††
Sedangkan yang dimaksud dengan usaha pariwisata adalahusaha yang
menyediakan barang dan/atau jasa bagi pemenuhan kebutuhan wisatawan dan
penyelenggaraan pariwisata.‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡
Ruang lingkup kegiatan usaha pariwisata digolongkan dalam 3
kelompok yaitu:§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§
Berdasarkan pengertian yang telah disebutkan didalam undang – undang
kepariwisataan tersebut dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan kegiatan
usaha pariwisata itu adalah kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah
daerah dan pengusaha baik itu pengusaha asing ataupun pengusaha dalam negeri
dengan cara menyediakan barang dan/atau jasa bagi pemenuhan kebutuhan
wisatawan yang bertujuan untuk mendapatkan keuntungan baik itu keuntungan
pribadi ataupun keuntungan dalam bentuk devisa negara/daerah.
1. Usaha Objek Dan Dayatarik Wisata yaitu usaha yang menyediakan dan
atau mengelola Objek dan Dayatarik Wisata meliputi:
a) Obyek dan dayatarik wisata Alam (Gunung, Danau, Sungai, Laut Dll)
b) Obyek dan dayatarik wisata Buatan (Taman, Arena Permainan Dll)
c) Obyek dan dayatarik wisata Seni, Budaya dan peninggalan purbakala
d) Obyek dan dayatarik wisata Minat Khusus (Terbang Layang, Terjun
Payung, Banji Jumping, Arung Jeram, Diving, Snorkling Dll)
‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡
Ibid., Pasal 1 angka 7
2. Usaha Sarana Pariwisata yaitu usaha yang menyediakan dan atau mengelola
sarana kebutuhan wisatawan meliputi:
a) Sarana Akomodasi / Penginapan
b) Sarana Makan dan Minum
c) Sarana Hiburan
d) Sarana Transportasi
e) Sarana Wisata Bahari / Tirta
f) Sarana Kawasan Pariwisata
3. Usaha Jasa Pariwisata yaitu usaha yang menyediakan Jasa keperluan
wisatawan untuk melakukan kegiatan wisata meliputi:
a) Jasa Perjalanan Wisata (BPW/CBPW dan APW)
b) Jasa Pramuwisata (Guide, Tour Leader, Tour Operator)
c) Jasa Wisata MICE (Meeting, Incentive, Convention & Exebhition)
d) Jasa Impresariat
e) Jasa Konsultan Pariwisata
f) Jasa Informasi Pariwisata
Menurut UU Kepariwisataan ruang lingkup kegiatan usaha pariwisata
yaitu :
1) Daya Tarik Wisata. Merupakan segala sesuatu yang mempunyai keunikan,
budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau kunjungan
para wisatawan.
2) Kawasan Pariwisata. Merupakan usaha yang kegiatannya membangun atau
mengelola kawasan dengan luas wilayah tertentu untuk memenuhi
kebutuhan pariwisata.
3) Jasa Transportasi Wisata. Yakni merupakan usaha khusus yang
menyediakan angkutan untuk kebutuhan dan kegiatan pariwisata.
4) Jasa Perjalanan Wisata. Merupakan usaha biro perjalanan wisata dan usaha
agen perjalanan wisata. Usaha biro perjalanan wisata meliputi usaha
penyediaan jasa perencanaan perjalanan atau jasa pelayanan dan
penyelenggaraan pariwisata, Usaha agen perjalanan wisata meliputi usaha
jasa pemesanan sarana, seperti pemesanan tiket dan pemesanan akomodasi
serta pengurusan dokumen perjalanan.
5) Jasa Makanan dan Minuman. Merupakan usaha jasa penyediaan makanan
dan minuman yang dilengkapi dengan peralatan dan perlengkapan untuk
proses pembuatan dapat berupa restoran, kafe, rumah makan, dan
bar/kedai minum.
6) Penyediaan Akomodasi. Merupakan usaha yang menyediakan pelayanan
penginapan yang dapat dilengkapi dengan pelayanan pariwisata lainnya.
Usaha penyediaan akomodasi dapat berupa hotel, vila, pondok wisata,
bumi perkemahan, persinggahan karavan, dan akomodasi lainnya yang
7) Penyelenggaraan Kegiatan Hiburan dan Rekreasi. Merupakan usaha yang
ruang lingkup kegiatannya berupa usaha seni pertunjukan, arena
permainan, karaoke, bioskop, serta kegiatan hiburan dan rekreasi lainnya
yang bertujuan untuk pariwisata.
8) Penyelenggaraan pertemuan, perjalanan insentif, konferensi, dan Pameran.
Merupakan usaha yang memberikan jasa bagi suatu pertemuan
sekelompok orang, menyelenggarakan perjalanan bagi karyawan dan mitra
usaha sebagai imbalan atas prestasinya, serta menyelenggarakan pameran
dalam rangka menyebarluaskan informasi dan promosi suatu barang dan
jasa yang berskala nasional, regional, dan internasional.
9) Jasa Informasi Pariwisata, merupakan usaha yang menyediakan data,
berita, feature, foto, video, dan hasil penelitian mengenai kepariwisataan
yang disebarkan dalam bentuk bahan cetak atau elektronik.
10)Jasa Konsultan Pariwisata. Merupakan usaha yang menyediakan sarana
dan rekomendasi mengenai studi kelayakan, perencanaan, pengelolaan
usaha, penelitian, dan pemasaran di bidang kepariwisataan.
11)Jasa Pramuwisata. Merupakan usaha yang menyediakan atau
mengkoordinasikan tenaga pemandu wisata untuk memenuhi kebutuhan
wisatawan dan kebutuhan biro perjalanan wisata.
12)Wisata Tirta. Merupakan usaha yang menyelenggarakan wisata dan
olahraga air, termasuk penyediaan sarana dan prasarana serta jasa lainnya
yang dikelola secara komersial di perairan laut, pantai, sungai, danau, dan
13)Spa. Usaha perawatan yang memberikan layanan dengan metode
kombinasi terapi air, terapi aroma, pijat, rempah – rempah dan olah
aktivitas fisik dengan tujuan menyeimbangkan jiwa dan raga dengan tetap
memperhatikan tradisi dan budaya bangsa
Indonesia.***************************
2. Tujuan dan Manfaat Kegiatan Pariwisata dalam Perekonomian
Indonesia
Tujuan adanya kegiatan pariwisata dalam perekonomian Indonesia
tertara didalam Pasal 4 UU Kepariwisataan :
a. meningkatkan pertumbuhan ekonomi;
b. meningkatkan kesejahteraan rakyat;
c. menghapus kemiskinan;
d. mengatasi pengangguran;
e. melestarikan alam, lingkungan, dan sumber daya;
f. memajukan kebudayaan;
g. mengangkat citra bangsa;
h. memupuk rasa cinta tanah air;
i. memperkukuh jati diri dan kesatuan bangsa; dan
j. mempererat persahabatan antarbangsa.†††††††††††††††††††††††††††
Manfaat kegiatan pariwisata dalam perekonomian Indonesia
:‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡
***************************
Undang-undang Nomor 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan, Op.cit. Pasal 14 ayat (1)
†††††††††††††††††††††††††††
a. Penerimaan Devisa
Penerimaan Devisa Negara dari Pariwisata antara lain bersumber dari
uang yang dibelanjakan oleh wisatawan mancanegara selama yang bersangkutan
melakukan perjalanan ke Indonesia (biaya Akomodasi, makan-minum,
transportasi local, kunjungan ke objek wisata, cenderamata, tip, dan sebagainya),
Investasi sektor Pariwisata yang berasal dari luar negeri, Promosi Pariwisata yang
dikeluarkan Negara lain di Indonesia. Pemerintah juga akan menerima
pajak-pajak dan uang asing lain yang dibelanjakan.
b. Kesempatan Berusaha
Kesempatan berusaha yang langsung meliputi : usaha akomodasi,
restoran dan rumah makan, biro perjalanan, usaha cenderamata, penampilan
kesenian, dan sebagainya.
Kesempatan berusaha secara tidak langsung yaitu dampak positif
terhadap pembangunan nasional antara lain : sector pertanian, peternakan dan
perikanan, industry kerajinan tangan, dan sebagainya.
c. Terbukanya lapangan Kerja
Dibandingkan dengan sektor yang lainya, Pariwisata merupakan sektor
padat karya karena kegiatan pariwisata membutuhkan pelayanan prima yang
membutuhkan tenaga kerja manusia, seperti Bell Boy, Room Boy, Waiters, Guide,
Housekeeper, juru penerang, juru masak, supir, kasir, dan sebagainya. d. Meningkatnya Pendapatan Masyarakat