• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemberian Fasilitas Penanaman Modal Dalam Kegiatan Penanaman Modal Asing Disektor Pariwisata Ditinjau Dari Undang–Undang Nomor 25 Tahun 2007

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pemberian Fasilitas Penanaman Modal Dalam Kegiatan Penanaman Modal Asing Disektor Pariwisata Ditinjau Dari Undang–Undang Nomor 25 Tahun 2007"

Copied!
64
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

PENANAMAN MODAL ASING SEKTOR PARIWISATA

A. Pokok-pokok pengaturan Penanaman Modal Asing di Indonesia

1. Landasan Hukum Penanaman Modal Asing

Dalam hukum ekonomi atau hukum bisnis, terminologi penanaman

modal akan sering didengar. Terkadang digunakan terminologi lain seperti

investasi. Adapun penanaman modal dengan investasi tidak memiliki perbedaan

yang prinsipil. Sebelum membahas landasan hukum penanaman modal asing,

perlu untuk diketahui pengertian dari terminologi tersebut.

Dalam Ensiklopedia Ekonomi Keuangan Perdagangan, dijelaskan istilah

investasi atau penanaman modal digunakan untuk: Penggunaan atau pemakaian

sumber-sumber ekonomi untuk produksi barang produsen atau

barang-barang konsumen. Dalam arti yang semata-semata bercorak keuangan, investasi

mungkin berarti penempatan dana-dana kapital dalam suatu perusahaan selama

jangka waktu yang relatif panjang, supaya memperoleh suatu hasil yang teratur

dengan maksimum keamanan.*********

Dalam Kamus Ekonomi dikemukakan, investasi mempunyai 2 makna

yakni: Pertama, investasi berarti pembelian saham, obligasi dan benda-benda

tidak bergerak, setelah dilakukan analisa akan menjamin modal yang dilekatkan

dan memberikan hasil yang memuaskan. Faktor-faktor tersebut yang

membedakan investasi dengan spekulasi. Kedua, dalam teori ekonomi investasi

*********

(2)

berarti pembelian alat produksi (termasuk didalamnya benda-benda untuk dijual)

dengan modal berupa uang.†††††††††

Dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman

Modal (UUPM) dikemukakan penanaman modal adalah segala bentuk kegiatan

penanaman modal, baik oleh penanaman modal dalam negeri maupun penanaman

modal asing untuk melakukan usaha di wilayah Negara Republik

Indonesia.‡‡‡‡‡‡‡‡‡

Adapun penanaman modal berdasarkan negara asal penanam modal

terbagi menjadi dua jenis yaitu, penanaman modal dalam negeri dan penanaman

modal asing. Penanaman modal dalam negeri adalahkegiatanmenanam modal

untuk melakukan usaha di wilayahnegara Republik Indonesia yang dilakukan oleh

penanammodal dalam negeri dengan menggunakan modal dalamnegeri.§§§§§§§§§

**********

Sedangkan penanaman modal asing adalah kegiatan menanam modal untuk

melakukan usaha di wilayah negaraRepublik Indonesia yang dilakukan

olehpenanam modalasing, baik yang menggunakan modal asing sepenuhnya

maupun yang berpatungan dengan penanam modaldalam negeri.

Dengan demikian, secara sederhana dapat ditarik kesimpulan bahwa

yang dimaksud dengan penanaman modal asing di sini adalah penanaman modal

dengan modal yang tidak terbatas pada modal yang bersumber dari luar negeri

saja melainkan dapat bersumber pula dari modal patungan (join venture), yaitu

†††††††††

Winardi. Kamus Ekonomi (inggris-indonesia) Bandung: alumni, 1982. Cet. 8. Hlm. 190.

‡‡‡‡‡‡‡‡‡

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, op.cit. pasal 1 angka 1.

§§§§§§§§§

Ibid. pasal 1 angka 2.

**********

(3)

modal yang berasal dari luar negeri (foreign capital) dan dalam negeri (domestic

capital) serta pelaksanaan usahanya dilakukan di wilayah negara Republik Indonesia dimana penanam modal turut hadir menjalankan usaha tersebut.

Sebelum berlakunya undang-undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang

Penanaman Modal, ada beberapa peraturan yang sudah menjadi landasan hukum

dari penanaman modal, baik itu penanaman modal asing ataupun penanaman

modal dalam negeri, yaitu :

a) Undang-undang Nomor 1 tahun 1967 Tentang Penanaman Modal Asing.

Pada undang-undang ini yang dimaksud dengan Penanaman Modal Asing

adalah hanyalah meliputi penanaman modal asing secara langsung yang

dilakukan menurut atau berdasarkan ketentuan-ketentuan Undang-undang

ini dan yang digunakan untuk menjalankan perusahaan di Indonesia,

dalam arti bahwa pemilik modal secara langsung menanggung risiko dari

penanaman modal tersebut.††††††††††

Undang-b) Undang-undang Nomor 6 Tahun 1968 Tentang Penanaman Modal Dalam

Negeri.

Undang Nomor 1 Tahun 1967

tentang Penanaman Modal Asing (PMA) kemudian telah diubah dengan

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1970.

Yang dimaksud dalam Undang-undang ini dengan Penanaman Modal

Dalam Negeri ialah Penggunaan daripada kekayaan seperti tersebut dalam

pasal 1, baik secara langsung atau tidak langsung untuk menjalankan

††††††††††

(4)

usaha menurut atau berdasarkan ketentuan-ketentuan Undang-undang

ini.‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡

Undang-Sejak diundangkannya kedua undang-undang tersebut, kegiatan

penanaman modal baik modal asing maupun dalam negeri telah berkembang dan

memberikan kontribusi dalam mendukung pencapaian sasaran pembangunan

ekonomi nasional, namun untuk mempercepat perkembangan ekonomi nasional

diperlukan mengganti kedua undang-undang tersebut.§§§§§§§§§§

Undang Nomor 6 Tahun 1968 tentang Penanaman

Modal Dalam Negeri (PMDN) kemudian diubah dengan Undang-Undang

Nomor 12 Tahun 1970.

Alasan lahirnya Undang-undang nomor 25 tahun 2007 tentang

penanaman modal (UUPM) adalah bahwa untuk mempercepat pembangunan

ekonomi nasional dan mewujudkan kedaulatan politik dan ekonomi Indonesia

diperlukan peningkatan penanaman modal untuk mengolah potensi ekonomi

menjadi kekuatan ekonomi riil dengan menggunakan modal yang berasal, baik

dari dalam negeri maupun dari luar negeri.***********

†††††††††††

Berdasarkan bahwa dalammenghadapi

perubahan perekonomian global dan keikutsertaan Indonesia dalam berbagai kerja

sama internasional perlu diciptakan iklim penanaman modal yang kondusif,

promotif, memberikan kepastian hukum, keadilan, dan efisien dengan tetap

memperhatikan kepentingan ekonomi nasional.

‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1968 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri, pasal 1 ayat (2).

§§§§§§§§§§

Rahayu Hartini, Mengkritisi Undang-Undang Penanaman Modal, Published Oktober 5, 2009, Artikel Bagian 1. Dalam skripsi Juergen K. Marusaha: “Analisis Yuridis Terhadap Peran Pemerintah Daerah Dalam Kegiatan Penanaman Modal Asing Sektor Pariwisata” (Medan: Universitas Sumatera Utara, 2016),BAB II hal.3.

***********

Klausul menimbang huruf c, UU No 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal

†††††††††††

(5)

pertimbangan tersebut, maka perlu membentuk Undang-undang tentang

Penanaman Modal.

Jika dibandingkan dengan Undang-undang Penanaman Modal yang

lama, Undang-undang No 25 Tahun 2007 memiliki beberapa kebaruan. Hal-hal

baru yang terdapat pada Undang-undang tersebut antara lain:

1) Pengertian Modal Asing

Pengertian Penanaman Modal Asing pada UU PMA lama, didefinisikan

sebagai direct investment. Dalam Undang-undang No 25 Tahun 2007 modal asing

tidak hanya diartikan direct invesment, tetapi juga meliputi pembelian saham

(portofolio). Dengan demikian pintu masuk penanaman modal asing lebih

diperluas dalam Undang-undang No 25 Tahun 2007.

2) Pihak Investor

Dalam Undang-undang Penanaman Modal Asing yang lama, hanya

pihak asing yang berbentuk badan hukum yang dapat melakukan penanaman

modal asing (Pasal 3 ayat 1), sedangkan pada Undang-undang No 25 Tahun 2007

membuka kesempatan bagi Negara, Perseorangan, Badan Usaha, Badan Hukum

yang berasal dari luar negeri dapat menanamkan modalnya di Indonesia.‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡

3) Perlakuan Yang Sama Terhadap Investor

Dalam Undang-undang Penanaman Modal lama tidak statement

perlakuan yang sama. Perlakuan yang sama diberikan dan diatur dalan Undang-undang No 25 Tahun 2007. Pemerintah memberikan perlakuan yang sama kepada

semua penanam modal yang berasal dari negara manapun yang melakukan

‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡

(6)

kegiatan penanaman modal diIndonesia sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.§§§§§§§§§§§Perlakuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

tidak berlaku bagi penanam modal dari suatu negara yang memperoleh hak

istimewa berdasarkan perjanjian dengan Indonesia.************

4) Pelayanan Satu Pintu

UU No 25 Tahun 2007 memberikan kemudahan pelayanan satu pintu

pada kepada investor asing.††††††††††††Dengan demikian terdapat kepastian hukum

yang dalam

Undang-5) Perizinan dan Kemudahan Masuknya Tenaga Kerja Asing

undang penanaman modal asing lama tidak disebutkan.

Dalam Undang-undang penanaman modal asing lama tenaga kerja asing

tidak mudah untuk didatangkan. Tenaga kerja asing hanya boleh didatangkan

untuk mengisi jabatan yang belum dapat diisi oleh tenaga kerja Indonesia.

Sedangkan pada Undang-undang No 25 Tahun 2007 tenaga kerja asing lebih

mudah masuk ke Indonesia.Memang tenaga kerja Indonesia harus tetap

diutamakan, namun investor tetap mempunyai hak untuk menggunakan tenaga

kerja ahli WNA untuk jabatan dan keahlian tertentu.

6) Pajak

Undang-undang penanaman modal lama memberikan fasilitas berupa

keringanan pajak yaitu tax holiday bagi investor asing, sedangkan Undang-undang

No 25 Tahun 2007 tidak hanya fasilitas pajak saja namun juga fasilitas fiskal.

Fiskal cakupannya lebih luas daripada pajak karena pajak hanyalah bagian dari

fiskal. Hal ini lebih menguntungkan bagi investor asing.

§§§§§§§§§§§

Pasal 6 Ayat (1), Ibid.,

************

Pasal 6 Ayat (2), Ibid.,

††††††††††††

(7)

7) Negative List

Undang-undang penanaman modal asing lama memberikan batasan

terhadap usaha mana saja yang tidak dapat diberikan kepada investor asing,

sehingga jenis usaha yang diatur tersebut mutlak tidak dapat diberikan kepada

investor asing. Kelonggaran dapat kita temukan pada Undang-undang No 25

Tahun 2007, karena tidak mencantumkan jenis usaha yang masuk dalam negative

list.‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡Negative list

8) Peran Pemerintah

tersebut kemudian diatur oleh pemerintah dengan

Peraturan Presiden. Ini berarti jenis usaha yang dapat diberikan kepada investor

asing lebih fleksibel dan lebih terbuka.

Kesempatan bagi investor asing untuk menanamkan modalnya di

Indonesia juga terbuka lebih luas, pasalnya dalam Undang-undang No 25 Tahun

2007 Pemerintah Daerah diberi otonomi seluas-luasnya untuk mengatur dan

mengurus sendiri urusan penyelenggaraan penanaman modal berdasarkan asas

otonomi dan tugas bantuan.§§§§§§§§§§§§

Dari uraian tentang hal-hal yang baru sebagaimana disebutkan di atas

menggambarkan citra baru penanaman modal asing di Indonesia melalui

pengaturan dalam Undang-undang No 25 Tahun 2007 yang diharapkan dapat

meningkatkan investasi di Indonesia. Undang-undang No 25 Tahun 2007 nampak

lebih terbuka baik cara-cara penanaman modal asing masuk, subjek investor yang

semakin beragam, bidang usaha yang diusahakan, dan peranan daerah dalam

mengundang penanaman modal asing secara langsung.

‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡

Pasal 12 Ayat (3), Ibid.,

§§§§§§§§§§§§

(8)

2. Kegiatan Usaha Yang Tertutup dan Terbuka Bagi Penanaman Modal

Asing

Salah satu asas penting dalam kebijakan penanaman modal, dalam

kaitannya untuk lebih dapat mendorong kegiatan penanaman modal, perlu dan

patut diberikan beberapa perubahan mendasar yang bermuara pada peningkatan

kegiatan penanaman modal. Kebijakan- kebijakan penanaman modal yang

mengandung pembatasan- pembatasan yang ketat, yang merupakan praktek luas

hampir di semua negara berkembang harus diganti oleh kebijakan penanaman

modal yang lebih terbuka. Perampingan daftar negatif penanaman modal hingga

mencakup sejumlah kecil saja bisnis yang terkait dengan kesehatan, pertahanan

dan keamanan, moral dan lingkungan hidup.*************

Pemerintah kini tengah gencar untuk meningkatkan investasi demi

mencapai target pertumbuhan ekonomi. Melalui investasi, khususnya penanaman

modal asing, akan dapat menarik modal segar (fresh money) masuk ke dalam

negeri. Terdapat panduan mengenai investasi yang perlu dipahami oleh semua

investor, agar mereka memahami sektor apa saja yang bisa di investasikan dan Salah satu usaha pemerintah dalam meningkatkan arus penanaman

modal di Indonesia adalah dengan memberikan keleluasaan bagi para investor

untuk menentukan bidang-bidang usaha investasi yang diminati. Hal ini memicu

proses penyederhanaan peraturan terhadap Daftar Skala Prioritas (DSP) menjadi

Daftar Negatif Investasi (DNI).

*************

(9)

sektor apa saja yang diperbolehkan dan apa yang tidak. Semua hal tersebut

terangkum dalamDaftar Negatif Investasi tahun 2016 yang beberapa konten dan

regulasi telah dirubah dan direvisi oleh pemerintah.†††††††††††††

Daftar Negatif Investasi (DNI) 2016 pada dasarnya merupakan sebuah

penerapan prinsip-prinsip transparansi dari pemerintah Indonesia agar para

investor, baik investor luar negeri maupun dalam negeri dapat mengetahui dan

memahami bidang usaha tertutup dan terbuka dengan persyaratan di mana

investor bisa melakukan penanaman modal.‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡

Menurut Perpres 44/2016 bidang usaha adalah segala bentuk kegiatan

usaha yang dilakukan untuk memproduksi barang atau jasa pada sektor- sektor

ekonomi.§§§§§§§§§§§§§

**************

DNI mencakup daftar bidang usaha yang tertutup seluruhnya atau

sebagian untuk penanaman modal swasta asing maupun dalam negeri. Perubahan

pengaturan DNI terbaru terdapat dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia

No.44 tahun 2016 tentang Bidang Usaha Yang Tertutup Dan Bidang Usaha Yang

Terbuka Dengan Persyaratan Di Bidang Penanaman Modal (Perpres 44/2016).

Bidang usaha yang terbuka adalah bidang usaha yang

dilakukan tanpa persyaratan dalam rangka penanaman modal.

Ismail Sunny dan Rudioro Rochmat mengatakan mengenai bidang usaha

yang terbuka bagi PMA dibagi dalam 2 (dua) golongan, yaitu :

‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡

Ibid.,

§§§§§§§§§§§§§

Republik Indonesia, Peraturan Presiden Nomor 44 Tahun 2016 tentang Bidang Usaha Yang Tertutup Dan Bidang Usaha Yang Terbuka Dengan Persyaratan Di Bidang Penanaman Modal, pasal 1 angka 1.

**************

(10)

1. Bidang usaha, secara penguasaan penuh oleh perusahaan modal asing.

2. Bidang usaha yang tidak secara penguasaan penuh, di mana perusahaan asing

ini hanya diperbolehkan bekerja atas dasar kerja sama, yang dapat dibagi lagi

atas:

a. Atas dasar kerjasama dengan pemerintah, dalam hal ini pemerintah

diwakili oleh perusahaan negara.

b. Atas dasar kerjasama, baik dengan pemerintah (pusat maupun daerah)

maupun swasta nasional.††††††††††††††

Bidang usaha yang tetutup adalah bidang usaha tertentu yang dilarang

diusahakan sebagai kegiatanpenanaman modal.‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡

Bidang-a. produksi senjata, mesiu, alat peledak, dan peralatan perang; dan

bidang usaha

yang tertutup untuk penanaman modal sebagaimana diatur dalam Lampiran I

Perpres 44/2016, antara lain mencakup bidang usaha budidaya ganja,

perjudian/kasino, dan industri minuman mengandung alkohol.Adapun bidang

usaha yang tertutup bagi PMA menurut UUPM No 25/2007 pasal 12 ayat (2)

adalah Bidang usaha yang tertutup bagi PMA adalah:

b. bidang usaha yang secara eksplisit dinyatakan tertutup berdasarkan

undang-undang.

Bidang usaha yang terbuka dengan persyaratan adalah bidang usaha

tertentu yang dapat diusahakan untuk kegiatan penanaman modal dengan

persyaratan, yaitu dicadangkan untuk usaha mikro, kecil, dan menengah serta

††††††††††††††

Ismail Sunny dan Rudioro Rochmat, Tinjauan dan Pembahasan Undang- undang Penanaman Modal Asing dan Kredit Luar Negeri, Pradnya Paramita, Jakarta, 1976, hal. 33. Dalam buku Sutiarnoto, Tantangan Dan Peluang investasi Asing Di Indonesia, Pustaka Bangsa Press, Medan, 2008, hal.78.

‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡

(11)

koperasi, kemitraan, kepemilikan modal, lokasi tertentu, perizinan khusus, dan

penanam modal dari negara Association of Southeast Asian Nations

(ASEAN).§§§§§§§§§§§§§§

Menurut Perpres 44/2016 bidang usaha yang terbuka dengan persyaratan

itu terbagi menjadi 2 lagi, yaitu bidang usaha yang terbuka dengan persyaratan:

yang dicadangkan atau kemitraan dengan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah

serta Koperasi, dan bidang usaha yang terbuka dengan persyaratan tertentu yaitu:

adanya batasan kepemilikan modal asing, lokasi tertentu, perizinan khusus, modal

dalam negeri seratus persen, dan/atau batasan kepemilikan modal dalam kerangka

Association of Southeast Asian nations (ASEAN).***************

Bidang-bidang usaha yang terbuka dengan persyaratan tertentu

sebagaimana diatur dalam Lampiran III Perpres 44/2016, antara lain mencakup

bidang usaha budidaya tanaman pangan pokok, sektor perkebunan, sektor

kelautan dan perikanan, sektor energi dan sumber daya mineral, sektor

perindustrian, sektor pertahanan dan keamanan, sektor pekerjaan umum, sektor

perdagangan, sektor pariwisata dan ekonomi kreatif, sektor perhubungan, sektor

komunikasi dan informatika, sektor keuangan, sektor perbankan, sektor

ketenagakerjaan, sektor pendidikan, sektor kesehatan.

Bidang- bidang usaha yang terbuka dengan persyaratan: yang

dicadangkan atau kemitraan dengan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah serta

Koperasi diatur dalam lampiran II Perpres 44/2016, antara lain mencakup

tanaman pangan pokok, dan usaha dibidang perkebunan.

§§§§§§§§§§§§§§

Ibid,. Pasal 1 angka 4.

***************

(12)

3. Persyaratan Modal dan Kepemilikan Saham Asing

Perlu diketahui bahwa untuk Penanaman Modal Asing terdapat

persyaratan nilai investasi, yaitu lebih besar dari Rp10 miliar dengan beberapa

ketentuan permodalan lainnya. Sebelumnya akan dijelaskan terlebih dahulu

mengenai ketentuan nilai investasi dan permodalan yang diatur pada

14/2015”) sebagaimana yang telah diubah ole

Total nilai investasi lebih besar dari Rp 10 miliar, di luar tanah dan

bangunan, dengan ketentuan:†††††††††††††††

a. Untuk sektor industri: setiap subgolongan usaha yang sama berdasarkan

Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (“KBLI”) di 1 (satu) lokasi proyek

dalam 1 (satu) Kabupaten/Kota; dan

b. Untuk di luar sektor industri: setiap subgolongan usaha yang sama berdasarkan

KBLI di dalam wilayah 1 (satu) Kabupaten/Kota.

Namun, khusus untuk perluasan bidang usaha diperkenankan nilai

investasi kurang dari Rp 10 miliar rupiah, selama nilai akumulasi bidang usaha

†††††††††††††††

(13)

lebih besar dari Rp 10 miliar di luar tanah dan bangunan.‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡

§§§§§§§§§§§§§§§

****************

Untuk nilai

modal ditempatkan harus sama dengan modal disetor, yakni paling sedikit Rp 2,5

miliar. Kemudian, setiap pemegang saham harus memiliki paling

sedikit Rp 10 juta untuk penyertaan modal saham dengan persentase kepemilikan

saham berdasarkan nilai nominal saham.

Adapun tentang kepemilikan saham bagi penanam modal asing ada

disebutkan didalamPP Nomor 20 Tahun 1994 tentang Pemilikan Saham Dalam

Perusahaan Yang Didirikan Dalam Rangka Penanaman Modal Asing yang

memberikan kemungkinan bagi investor asing untuk memiliki 100% saham dari

perusahaan asing serta membuka peluang untuk berusaha pada bidang-bidang

yang sebelumnya tertutup. Yang kemudian lebih lanjut, ada ketentuan yang

mengatur batasan maksimal penanaman modal asing yang diatur dalam Perpres

Nomor 44 Tahun 2016 pada lampiran II, yang besarnya bervariasi dari 30%

sampai 95% tergantung daripada sektornya.

Pada prinsipnya nilai investasi untuk PMA adalah lebih besar dari Rp 10

miliar rupiah. Namun, Pasal 13 ayat (3) Perka BKPM 14/2015 menyebutkan

sebagai berikut:“Persyaratan nilai investasi dan permodalan dalam rangka PMA

sebagaimana dimaksud pada ayat (1), kecuali ditentukan lain oleh peraturan perundang-undangan, harus memenuhi ketentuan: ... ”

Berdasarkan penjabaran di atas, pemerintah dimungkinkan untuk mengatur nilai

investasi dan permodalan berbeda dengan yang ditentukan pada Perka BKPM

14/2015, selama diatur dalam peraturan perundang-undangan.

(14)

Berbeda dengan penanaman modal dalam negeri yang dapat dilakukan

dalam bentuk lain di luar perseroan terbatas, maka penanaman modal asing di

Indonesia harus dilakukan dalam bentuk perseroan terbatas berdasarkan hukum

dan berkedudukan di negara Indonesia, kecuali hal tersebut ditentukan berbeda

oleh undang-undang.††††††††††††††††

‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡

Dengan demikian investor asing termasuk

perusahaan- perusahaan multi nasional (multinational enterprises atau MNE),

yang ingin berinvestasi di Indonesia harus membentuk suatu perseroan terbatas

sebagaimana diatur dalam undang- undang perseroan terbatas (UUPT) dengan

status sebagai perusahaan PMA. Namun demikian penanaman modal asing yang

tidak berbentuk perseroan terbatas dalam yurisdiksi Indonesia dimungkinkan

apabila ditentukan lain dalam undang-undang.

1. Mengambil bagian saham pada saat pendirian perseroan terbatas.

Dengan demikian perusahaan PMA merupakan suatu perseroan terbatas

yang didirikan berdasarkan undang- undang PT di Indonesia, di mana di dalamnya

terdapat unsur modal asing, tanpa memperhatikan besarnya modal asing tersebut

dalam struktur permodalan suatu perseroan terbatas. Masuknya modal asing

dalam perseroan terbatas atau perusahaan PMA berdasarkan pasal 5 ayat (3)

UUPM dapat terjadi melalui mekanisme berikut ini :

2. Membeli saham.

3. Melakukan cara lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan.§§§§§§§§§§§§§§§§

††††††††††††††††

UU No 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal, Op.cit pasal 5 ayat (2)

‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡

David Kairupan, Op.cit. hlm. 99.

§§§§§§§§§§§§§§§§

(15)

Secara umum tahapan pendirian perusahaan PMA dapat diuraikan

sebagai berikut :

1. Tahap persiapan dan perundingan/negosiasi.

Pada tahapan ini para calon investor harus mengindentifikasi bidang-

bidang usaha apakah yang akan dijalankan dalam investasi mereka. Untuk itu

perlu dikaji bidang- bidang usaha sebagaimana tercantum dalam negative listyang

diatur di dalam Perpres 44/2016.*****************

2. Tahap pengajuan dan penerbitan pendaftaran penanaman modal.

Tahapan selanjutnya dalam proses penanaman modal asing di Indonesia

adalah pengajuan permohonan pendaftaran penanaman modal oleh investor asing

ke PTSP BKPM, baik sebelum maupun sesudah berstatus badan hukum

perseroan terbatas. Hal lain yang perlu juga diperhatikan adalah bahwa apabila

dalam kurun waktu enam bulan terdapat perubahan ketentuan yang terkait dengan

bidang usaha (negative list), maka pendaftaran yang telah diterbitkan dinyatakan

batal demi hukum.†††††††††††††††††

3. Tahap pendirian perusahaan PMA

Pendirian perusahaan PMA pada dasarnya sama dengan pendirian

perseroan terbatas pada umumnya sebagaimana diatur UUPT. Investor yang akan

menjadi pemegang saham dalam perusahaan PMA harus membuat AKta

Pendirian PT (Deed of Estabilishment) di hadapan notaris dalam bahasa

Indonesia. Sebagaimana diuraikan sebelumnya maka apabila para pemegang

saham telah menandatangani shareholders agreement atau joint venture

*****************

Ibid,. hlm. 101.

†††††††††††††††††

(16)

agreement, sedapat mungkin ketentuan- ketentuan yang terdapat dalam perjanjian tersebut dimuat juga dalam anggaran dasar perusahaab PMA.‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡

4. Tahap pengurusan izin- izin pasca-pendirian perusahaan PMA

Setelah pendirian perusahaan PMA tersebut dilakukan, terdapat

beberapa perizinan lainnya yang harus diurus oleh perusahaan PMA tersebut

dalam rangka menjalankan kegiatan usaha.§§§§§§§§§§§§§§§§§

Dari penjelasan diatas, kiranya dapat dikemukakan disini, apapun bentuk

badan usaha yang dipilih oleh para calon investor, satu hal yang pasti kegiatan

yang dilakukan oleh investor dalam menjalankan usahanya dilakukan di wilayah

Negara Republik Indonesia. Hal ini membawa konsekuensi hukum, segala

aktivitas yang dilakukan oleh investor harus mengacu kepada norma- norma

hukum yang berlaku di wilayah Republik Indonesia. Dalam hal ini dirasakan

betapa pentingnya harmonisasi antara satu peraturan dengan peraturan lainnya

agar tidak saling berbenturan.******************

4. Perizinan Kegiatan Penanaman Modal Asing

Masalah pembenahan proses perizinan penanaman modal di Indonesia

merupakan pekerjaan rumah yang tampaknya tidak pernah selesai dikerjakan

dengan baik. Birokrasi perizinan usaha seringkali bahkan menimbulkan biaya

tinggi dalam dunia usaha, dikarenakan adanya biaya- biaya tidak resmi dalam

pengurusan perizinan usaha tersebut. Hal ini tentunya sangat mempengaruhi iklim

investasi di Indonesia, dimana sering sekali survei- survei yang dilakukan

‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡

Ibid., hlm. 107

§§§§§§§§§§§§§§§§§

Ibid., hlm. 111.

******************

(17)

menunjukkan bahwa ternyata untuk melakukan suatu kegiatan usaha di Indonesia

diperlukan sejumlah perizinan usaha yang proses pengurusannya dari segi waktu

serta biaya masih terbilang tidak efisien dan sangat birokratis.††††††††††††††††††

Adapun perizinan usaha diatur didalam Pasal 25 ayat (4) perusahaan

penanaman modal yang akan melakukan kegiatan usaha wajib memperoleh izin

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan dari instansi yang

memiliki kewenangan, kecuali ditentukan lain dalan undang-

undang.‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡

§§§§§§§§§§§§§§§§§§

*******************

Ayat (5) izin sebagaimana dimaksud pada ayat (4)

diperoleh melalui pelayanan terpadu satu pintu. Pelayanan terpadu

satu pintu adalah kegiatan penyelenggaraan suatu perizinan dan nonperizinan

yang mendapat pendelegasian atau pelimpahan wewenang dari lembaga atau

instansi yang memiliki kewenangan perizinan dan nonperizinan yang proses

pengelolaannya dimulai dari tahap permohonan sampai dengan tahap terbitnya

dokumen yang dilakukan dalam satu tempat.

Selanjutnya mengenai perizinan dan nonperizinan diatur lagi dalam

sebuah peraturan baru atas perintah UUPM 25/2007 yaitu Perka BKPM Nomor 15

Tahun 2015 tentang Pedoman dan Tata Cara Perizinan dan Nonperizinan

Penanaman Modal Pelayanan Terpadu Satu Pintu. Didalam Perka BKPM Nomor

15 Tahun 2015 tentang pedoman dan tata cara perizinan dan nonperizinan

penanaman modal pelayanan terpadu satu pintu, yang selanjutnya disingkat PTSP,

adalah pelayanan secara terintegrasi dalam satu kesatuan proses dimulai dari tahap

††††††††††††††††††

David Kairupan, Op.cit. hlm. 31.

‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡

UU No 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, Op.cit pasal 25 ayat (4)

§§§§§§§§§§§§§§§§§§

Ibid., ayat (5)

*******************

(18)

permohonan sampai dengan tahap penyelesaian produk pelayanan melalui satu

pintu.†††††††††††††††††††

‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡

Nonperizinan adalah segala bentuk kemudahan

pelayanan dan informasi mengenai Penanaman Modal, sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang §§§§§§§§§§§§§§§§§§§Jenis Perizinan yang diatur

didalam peraturan ini yaitu ;

Dan yang dimaksud dengan perizinan adalah segala bentuk

persetujuan untuk melakukan Penanaman Modal yang dikeluarkan oleh

Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Badan Pengusahaan Kawasan Perdagangan

Bebas dan Pelabuhan Bebas, dan Administrator Kawasan Ekonomi Khusus, yang

memiliki kewenangan sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

-undangan.

†††††††††††††††††††

Peraturan kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Nomor 15 Tahun 2015 tentang Pedoman Dan Tata Cara Perizinan Dan Nonperizinan Penanaman Modal Pelayanan Terpadu Satu Pintu, Pasal 1 angka 5.

‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡

Pasal 1 angka 10, Peraturan kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Nomor 15 Tahun 2015 tentang Pedoman Dan Tata Cara Perizinan Dan Nonperizinan Penanaman Modal Pelayanan Terpadu Satu Pintu, Ibid.,

§§§§§§§§§§§§§§§§§§§

Ibid., Pasal 1 angka 11 a. Izin Usaha untuk berbagai sektor usaha;

b. Izin Usaha Perluasan untuk berbagai sektor usaha;

c. Izin Usaha Penggabungan Perusahaan Penanaman Modal untuk berbagai sektor

usaha;

d. Izin Usaha Perubahan untuk berbagai sektor usaha;

(19)

f. Izin operasional berbagai sektor usaha.********************

c. Rekomendasi teknis berbagai sektor usaha.††††††††††††††††††††

Jenis Nonperizinan yang diatur didalam peraturan ini, terdiri atas:

a. Penggunaan Tenaga Kerja Asing;

b. Angka Pengenal Importir; dan

Undang- undang Penanaman Modal mengatur masalah PTSP secara

khusus pada Pasal 26 yang menyebutkan bahwa tujuan dari PTSP adalah untuk

membantu penanam modal dalam memperoleh kemudahan pelayanan, fasilitas

fiskal, dan informasi penanaman modal. Pasal 26 UUPM lebih lanjut mengatur

bahwa PTSP dilakukan oleh lembaga atau instansi yang berwenang di bidang

penanaman modal yang mendapat pendelegasian atau pelimpahan kewenangan

dari lembaga atau instansi yang memiliki kewenangan perizinan dan nonperizinan

di provinsi atau kabupaten/kota. Dimana hal tersebut akan diatur lebih lanjut

berdasarkan suatu peraturan presiden. Uraian itu kembali menegaskan bahwa

PTSP bukan merupakan badan yang berdiri sendiri dalam menjalankan fungsi

pemberian perizinan maupun nonperizinan usaha atau investasi.‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡

5. Hak, kewajiban dan Tanggungjawab Penanaman Modal Asing

a) Hak Penanaman Modal Asing

********************

Ibid., Pasal 11 ayat (1)

††††††††††††††††††††

Ibid., Pasal 11 ayat (2)

‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡

(20)

Hak dan kewajiban penanaman modal asing telah ditentukan dalam pasal

10,12,14,19,26 dan pasal 27 Undang-undang No 1 Tahun 1967 tentang

Penanaman Modal Asing. Adapun Hak penanaman modal asing meliputi:

1. Pemakaian atas tanah, seperti hak guna bangunan, hak guna usaha, dan hak

pakai (pasal 14 UU PMA)

2. Hak untuk mendatangkan atau menggunakan tenaga-tenaga pimpinan dan

tenaga kerja ahli warga Negara asing bagi jabatan-jabatan yang belum dapat

diisi dengan tenaga warga Negara Indonesia (pasal 9 UU PMA)

3. Hak transfer dalam valuasi asli dari modal atas dasar nilai tukar yang

berlaku untuk :

a. Keuntungan yang diperoleh modal sesudah dikurangi pajak dan

kewajiban pembayaran lain di Indonesia.

b. Biaya-biaya yang berhubungan dengan tenaga kerja yang dipekerjakan

di Indonesia.

c. Biaya-biaya lain yang ditentukan lebih lanjut.

d. Penyusutan atas alat-alat perlengkapan tetap.

e. Kompensansi dalam hal nasionalisasi (pasal 19 UU PMA)

Hak dan kewajiban penanaman modal, khususnya penanaman modal

asing telah ditentukan dalam pasal 8, 10, 14, 15 dan 18 Undang-undang No.25

Tahun 2007 tentang Penanaman Modal Hak Investor asing, disajikan berikut ini:

1. Mengalihkan asset yang dimilikinya kepada pihak yang diinginkannya.

2. Melakukan transfer dan repatriasi dalam valuta asing. Hak transfer merupakan

(21)

(pengiriman) dengan bebas dalam bentuk valuta asing, tanpa ada penundaan

yang didasarkan pada perlakuan diskriminasi, sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku. Hak-hak transfer dan repatriasi ini

meliputi:

a. Modal;

b. Keuntungan, bunga bank, dividen, dan pendapatan lain;

c. Dana-dana yang diperlukan, untuk:

1) Pembelian bahan baku dan penolong barang setengah jadi atau barang

jadi; atau

2) Penggantian barang modal dalam rangka untuk melindungi

kelangsungan hidup penanaman modal.

d. Tambahan dana yang diperlukan bagi pembayaran penanaman modal;

e. Dana-dana untuk pembayaran kembali pinjaman;

f. Royaltyatau biaya yang harus dibayar;

g. Pendapatan dari perseorangan warga Negara asing yag bekerja dalam

perusahan penanaman modal;

h. Hasil penjualan atau likuidasi penanaman modal;

i. Kompensasi atas kerugian;

j. Kompensasi atas pengambilalihan;

k. Pembayaran yang dilakukan dalam rangka;

a) Bantuan teknis;

b) Biaya yang harus dibayar untuk jasa teknis dan manajemen;

(22)

d) Pembayaran hak atas kekayaan intelektual.

l. Hasil penjualan asset

Hak ini tidak mengurangi kewenangan pemerintah untuk :

a) Memberlakukan ketentuan peraturan perundang-undangan yang

mewajibkan pelaporan pelaksanaan transfer dana; dan

b) Hak pemerintah untuk mendapatkan pajak dab/atau royalty dan/atau

pendapatan pemerintah lainnya dari penanaman modal.

3. Menggunakan tenaga ahli warga negara asing untuk jabatan dan keahlian

tertentu;

4. Mendapatkan kepastian hak, hukum, dan perlindungan.

5. Informasi yang terbuka mengenai bidang usaha yang dijalankannya.

6. Hak pelayananan.

7. Berbagai bentuk fasilitas kemudahan.§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§

Adapun kewajiban penanam modal asing berdasarkan undang-undang no

25 tahun 2007 yang tercantum dalam pasal 15, yaitu setiap penanam modal

berkewajiban :*********************

b) Kewajiban Penanaman Modal Asing

Kewajiban adalah sesuatu yang harus dilaksanakan atau sebuah

keharusan dalam melakukannya. Kewajiban penanam modal asing adalah sesuatu

yang harus dilakasanakan oleh penanam modal asing atau investor untuk

memenuhi kewajibannya.

§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§

(23)

a. menerapkan prinsip tata kelola perusahaan yang baik

b. melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan

c. membuat laporan tentang kegiatan penanaman modal dan menyampaikannya

kepada Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM)

d. menghormati tradisi budaya masyarakat sekitar lokasi kegiatan usaha

penanaman modal

e. mematuhi semua ketentuan peraturan perundang-undangan.

f. menerapkan prinsip tata kelola perusahaan yang baik

Menerapkan prinsip tata kelola perusahaan yang baik, yang dimaksud

pengolahan perusaan yang baik adalah struktur dan proses yang digunakan dan

diterapkan organ perusahaan untuk meningkatkan pencapaian sasaran hasil usaha

dan mengoptimalkan nilai perusahaan bagi seluruh pihak yang berkaitan dan

berlandaskan peraturan dan perundang-undangan serta nila-nilai etika. Ada 3

komponen penerapan tata kelola perusahaan yang baik yaitu kinerja ekonomi,

kepatuhan hukum dan kesesuaian dengan norma etika.†††††††††††††††††††††

Dalam melakukan usahanya perusahaan tidak hanya mempunyai

kewajiban yang bersifat ekonomis dan legal, namun juga memiliki kewajiban Setiap penanaman modal di Indonesia mewajibkan penanam modal

untuk melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan, menghormati tradisi

budaya masyarakat sekitar lokasi kegiatan usaha penanaman modal dan mematuhi

semua ketentuan perundang-undangan.

*********************

UU No 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, Op.cit Pasal 15

†††††††††††††††††††††

Satriya Nugraha, “Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perseroan

Terbatas”,

(24)

yang bersifat etis. Etika bisnis merupakan tuntunan perilaku bagi dunia usaha

untuk bisa membedakan mana yang baik dan mana yang tidak baik, mana yang

boleh dan mana yang tidak boleh dilakukan oleh komunitas dunia usaha.

Berdasarkan pasal 37 UU No. 25 tahun 2007 mengenai ketentuan

peralihan, “undang-undang yang lama dinyatakan tetap berlaku sepanjang tidak

bertentangan dan belum diatur dengan peraturan pelaksanaan yang baru”. Sehingga dengan adanya pasal tersebut di dalam UU No.1 tahun 1967 tentang

penanaman modal asing tetap berlaku mengenai kewajiban-kewajiban penanam

modal asing. Di antaranya yaitu :‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡

5. wajib menyelenggarakan dan/atau menyediakan fasilitas latihan dan

pendidikan di dalam dan atau di luar negeri secara teratur dan terarah bagi

warga negara Indonesia. Tujuannya adalah agar tenaga kerja warga negara

asing dapat diganti oleh tenaga kerja warga negara Indonesia (pasal 12 UU 1. memenuhi kebutuhan akan tenaga kerjanya dengan warga negara Indonesia,

kecuali dalam hal yang diatur dalam pasal 11 (pasal 10 UU PMA)

2. melakukan kerjasama antara modal asing dan modal Indonesia

3. mengurus dan mengendalikan perusahaanya sesuai dengan asas-asas ekonomi

perusahaan dengan tidak merugikan kepentingan negara (pasal 26 UU PMA)

4. memberikan kesempatan partisipasi bagi modal Nasional secara efektif setelah

jangka waktu tertentu menurut imbangan yang ditetapkan pemerintah (pasal

27 UU PMA)

‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡

(25)

PMA). Kewajiban lain dalam PMA, yang telah disebutkan dalam uu no 1

tahun 1967 seperti di atas.

Apabila seorang usahawan, baik usahawan asing maupun usahawan

dalam negeri akan menanamkan modalnya, maka bukan hukum atau

perundang-undangan yang pertama-tama dilihatnya.

Banyak faktor-faktor lain yang akan dipelajari terlebih dahulu untuk

mnentukan sikap dalam menanamkan modalnya tersebut. Setiap penanaman

modal asing terutama akan dipengaruhi oleh :§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§

Jika diperhatikan tentang perundang-undangan dalam negara-negara

berkembang di Asia yang kini berlomba-lomba untuk menarik penanam modal

asing, maka dengan perundang-undang tersebut dapat dikelompokkan dalam

beberapa bagian/kelompok sebagai berikut:

1. Sistem politik dan ekonomi negara yang bersangkutan

2. Sikap rakyat dan pemerintahnya terhadap orang asing dan modal asing

3. Stabilitas politik, stabilitas ekonomi dan stabilitas keuangan

4. Jumlah dan daya beli penduduk sebagai calon konsumennya

5. Adanya bahan mentah atau bahan penujang untuk digunakan dalam

pembuatan hasil produksi

6. Adanya tenaga buruh yang terjangkau untuk roduksi

7. Tanah untuk tempat usaha

8. Struktur perpajakan, pabean, dan cukai

9. Kemudian perundang-undangan dan hukum yang mendukung jaminan usaha

§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§

(26)

a. Bersifat membatasi (restrictive), yaitu:

1. Membatasi batas minimm dari modal yang ditanam

2. Membatasi lapangan usaha yang boleh ditanam modal asing

3. Membatasi daerah-daerah yang boleh dimasuki usaha PMA

4. Membatasi jangka waktu berdirinya perusahaan PMA

5. Membatasi masuknya tenaga asing

b. Bersifat memberi perangsang (incentive), yaitu:

1. Perundang-undangan yang lunak dan mudah

2. Perundang-undangan Agraria yang cukup terang dan menjamin kepastian

hukum dalam hak-hak atas tanah

3. Perundang-undangan buruh yang menjamin ketenangan perburuhan

4. Peraturan devisa yang menjamin kebebasan untuk repatriasi modal yang

ditanam dan keuntungan yang diperoleh

5. Perangsang perpajakan dan bea cukai bagi industri-industri diprioritaskan

atau yang besar resikonya

6. Peraturan bea masuk untuk proteksi hasil-hasil dalam negeri tertentu

terhadap saingan luar negeri.

c) Tanggungjawab Penanaman Modal Asing

Tanggung jawab penanaman modal dalam pasal 16 yang menyatakan

bahwa setiap penanaman modal bertanggung jawab untuk:

1. Menjamin tersedianya modal yang berasal dari sumber yang tidak

bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

(27)

modal adalah segala asset dalam bentuk uang atau bentuk lain yang bukan

uang yang oleh penanaman modal yang mempunyai nilai

ekonomis.**********************

2. Menanggung dan menyelesaikan segala kegiatan usahanya dan tidak

meninggalkan atau menelantarkan kegiatan usahanya secara sepihak sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Penanaman modal harus menyelesaikan kewajiban seperti membayar

segala utang yang timbul selama kegiatan usahanya berjalan, membayar upah/gaji

tenaga kerja apabila belum dibayar dan serta memenuhi hak tenaga kerja menurut

peraturan perundang-undangan yang berlaku, serta mengembalikan segala

fasilitas-fasilitas yang diberikan pemerintahan sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

3. Menciptakan iklim usaha persaingan yang sehat, mencegah praktik monopoli,

dan hal-hal lain yang merugikan negara.

Setiap penanaman modal menciptakan persaingan usaha yang sehat

artinya setiap penanaman modal menjalankan kegiatan produksi dan atau

pemasaran barang atau jasa harus dilakukan dengan jujur atau tidak bertentangan

dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku serta penanaman modal

harus mencegah terjadinya praktek monopoli yaitu pemusatan kegiatan oleh satu

atau lebih pelaku usaha yang mengakibatkan dikuasainya produksi atau

**********************

(28)

pemasaran atas barang dan jasa tertentu sehingga menimbulkan persaingan usaha

yang tidak sehat yang tidak merugikan kepentingan umum.††††††††††††††††††††††

4. Menjaga Kelestarian Lingkungan Hidup

Dalam melaksanakan kegiatan usahanya, setiap penanaman modal harus

memperhatikan keadaan lingkungan di sekitar lokasi kegiatan usaha tersebut.

Seperti dalam hal pembuangan limbah/sisa-sisa barang yang diproduksi. Apakah

limbah tersebut mencemari lingkungan terutama kehidupan ikan dan biota di

sungai, dan mengenai cerobong asap dari perusahaan tersebut, disini perusahaan

harus berusaha mencegah terjadinya polusi udara supaya tidak menimbulkan

berbagai kerugian bagi perusahaan, karena asap dari perusahaan sangat berbahaya

bagi kesehatan dan keselamatan manusia dan mahluk hidup lain yang hidup

disekitarnya.

5. Menciptakan Keselamatan, kesehatan kenyamanan, dan kesejahteraan pekerja.

Dalam hal menjalankan kegiatan usahanya, penanam modal memerlukan

tenaga kerja baik tenaga kerja terlatih dan terdidik. Para tenaga kerja ini bekerja

dengan diberikan upah/gaji dari perusahaan yang memperkerjakan mereka, dan

perusahaan juga harus menjamin keselamatan, kesehatan, kenyamanan, dan

kesejahteraan pekerja pihak perusahaan penanaman modal.‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡

††††††††††††††††††††††

UU No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Usaha Tidak Sehat, Pasal 1 ayat (2).

‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡

Undang- Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan Menurut undang No.13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan dan

undang-undang No.21 tahun 2003 tentang pengesahan ILO Convention No.81 tentang

pengesahan ketenagakerjaan dalam indistri dan perdagangan memberikan

(29)

a. Hari libur nasional

b. Cuti hamil bagi wanita

c. Syarat-syarat kerja bagi wanita dan anak dibawah umur

d. Syarat-syarat keselamatan kerja

e. Asuransi tenaga kerja

f. Biaya kesehatan

g. Tunjangan pensiun.

6. Mematuhi semua ketentuan peraturan perundang-undangan

Dalam melakukan kegiatan usahanya, penanam modal harus

memperhatikan segala peraturan-peraturan yang terkait dengan penanaman modal;

setiap penanam modal harus mengetahui tindakan-tindakan apa saja yang

diizinkan dan yang dilarang dalam peraturan tersebut dan mereka harus tunduk

terhadap peraturan tersebut, karena apabila penanam modal dalam melakukan

kegiatan usahanya melanggar atau melakukan perbuatan yang bertentangan

dengan peraturan perundang-undangan maka mereka akan memperoleh sanksi

yang tegas sesuai yang tercantum dalam peraturan perundang-undangan tersebut.

Undang-undang No.25 tahun 2007 tentang penanaman modal. Hak,

kewajiban, dan tanggung jawab diatur secara khusus guna memberikan kepastian

hukum, mempertegas kewajiban penanaman modal terhadap prinsip tata kelola

perusahaan yang sehat memberikan penghormatan terhadap tradisi budaya

masyarakat, dan melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan, dan pengaturan

tanggung jawab penanam modal diperlukan untuk mendorong iklim persaingan

(30)

dan kewajiban tenaga kerja, serta upaya mendorong ketaatan penanam modal

terhadap peraturan perundang-undangan.

Penanam modal tidak memenui kewajiban dan tanggung jawabnya

sebagaimana yang tertulis dalam Pasal 15 dan 16 UUPM, maka penanam modal

mendapatkan sanksi seperti yang tertulis dalam Pasal 34 UUPM yaitu dikenai

sanksi administratif berupa:

1. Peringatan tertulis

2. Pembatasan kegiatan usaha

3. Pembekuan kegiatan usaha dan/atau fasilitas penanaman modal

4. Pencabutan kegiatan usaha dan/atau fasilitas modal

Selain sanksi administratif terhadap penanam modal juga dikenakan

sanksi pidana, namun dalam Undang-undang No.25 Tahun 2007 tentang

penanaman modal tidak diatur secara tegas, namun secara penafsiran dapat

diperoleh suatu kondisi dimana pidana pada hal suatu peraturan dalam bentuk

undang-undang harus menyebutkan dengan jelas kriteria dan sanksi yang

dijatuhkan dan tidak menggantungkan kepada peraturan perundang-undangan

yang lain, apalagi peraturan perundang-undangan yang lebih rendah tingkatannya.

Dalam pasal 33 ayat (3) disebutkan dalam hal penanam modal yang

melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan perjanjian kerja atau kontrak kerja

sama dengan pemerintah melakukan kejahatan korporasi berupa tindak pidana

perpajakan, penggelembungan biaya pemulihan dan bentuk penggelembungan

biaya lainnya untuk memperkecil keuntungan yang mengakibatkan kerugian

(31)

dan telah mendapat putusan pengadilan yang berkekuatan hukum tetap.

Pemerintah mengakhiri perjanjian atau kontrak kerja sama dengan pihak-pihak

yang bersangkutan (penanam modal).§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§

6. Penyelesaian Sengketa Penanaman Modal Asing

Dalam penanaman modal asing terdapat kemungkinan timbul sengketa

antara partner asing dengan partner lokal dalam kerjasama mereka atau

perusahaan join venture, atau antara investor asing dengan pemerintah lokal.***********************

Didalam Pasal 32 ayat (1) UUPM, dalam hal terjadi sengketa di bidang

penanaman modalantara Pemerintah dengan penanam modal, para pihakterlebih

dahulu menyelesaikan sengketa tersebut melaluimusyawarah dan mufakat. Ayat

(2), dalam hal penyelesaian sengketa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak

tercapai, penyelesaian sengketatersebut dapat dilakukan melalui arbitrase atau

alternative penyelesaian sengketa atau pengadilan sesuai denganketentuan

peraturan perundang-undangan. Ayat (3), dalam hal terjadi sengketa di bidang

penanaman modalantara Pemerintah dengan penanam modal dalam negeri,para

pihak dapat menyelesaikan sengketa tersebut melalui arbitrase berdasarkan

kesepakatan para pihak,dan jika penyelesaian sengketa melalui arbitrase

tidakdisepakati, penyelesaian sengketa tersebut akandilakukan di pengadilan.Ayat

(4), dalam hal terjadi sengketa di bidang penanaman modal antara Pemerintah

dengan penanam modal asing, parapihak akan menyelesaikan sengketa tersebut

melaluiarbitrase internasional yang harus disepakati oleh parapihak.

§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§

UU Nomor 21 Tahun 2003 tentang Pengesahan ILO Convention No.81

***********************

(32)

Hadirnya penanaman modal asing di Indonesia tentunya akan

memberikan atau membawa akibat kepada negara Indonesia, sehingga dibutuhkan

adanya suatu pengaturan yang seimbang agar penanaman modal asing di satu

pihak dan pemerintah di lain pihak dapat memetik manfaatnya. Sebagaimana

disinyalir oleh banyak pakar bahwa penanaman modal asing tidak begitu saja

menanamkan modalnya di suatu negara, akan tetapi melalui suatu penelitian yang

cukup rumit dengan suatu studi kelayakan (feasibility study). Dengan studi

kelayakan itu akan menjadi pedoman bagi setiap penanaman modal apakah

dengan modal yang akan ditanamkan itu dapat memberikan keuntungan, rasa

aman, ataukah sebaliknya. Hal tersebut menjadi pertimbangan bagi setiap

penanam modal dalam menanamkan modalnya di suatu negara disebabkan adanya

rasa kekhawatiran yakni terjadinya nasionalisasi terhadap perusahaan yang

menggunakan modal asing tanpa melalui prosedur dan ganti rugi yang layak dan

sesuai, tidak dipatuhinya perjanjian lisensi penanaman modal asing, tidak

terlindunginya hak- hak milik intelektual serta adanya kemungkinan perselisihan

antara penanaman modal asing dengan pemerintah Indonesia, maupun dengan

partner lokal di kemudian hari.†††††††††††††††††††††††

Mengantisipasi hal tersebut diatas, tentunya pemerintah Indonesia secara

strategik dini telah meratifikasi konversi International Center For The Settelement

Of Investment Dispute (ICSID) tahun 1958 dengan Undang- undang Nomor 5 Tahun 1968 LN. 1968 Nomor 32 sebagai salah satu upaya untuk menyelesaikan

kemungkinan timbulnya sengketa atau perselisihan penanaman modal antara

†††††††††††††††††††††††

(33)

penanam modal asing dengan pihak Indonesia baik oleh pemerintah sendiri

maupun swasta. Kebijaksanaan Indonesia untuk meratifikasi konvensi ICSID

didasarkan pada pertimbangan agar dapat menarik penanaman modal asing

sebanyak mungkin ke Indonesia, memberikan rasa aman serta mengupayakan

terjadinya penyelesaian perselisihan lewat jasa perwasitan atau lebih dikenal

dengan nama arbitrase.‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡

a. Pengusaha asing lebih suka menyelesaikan sengketa melalui arbitrase

diluar negeri karena menganggap sistem hukum dan Pengadilan setempat

asing bagi mereka,

Ada beberapa alasan mengapa pengusaha asing lebih memilih

menyelesaikan perselisihan mereka melalui arbitrase daripada melalui pengadilan,

yaitu :

b. Pengusaha- pengusaha negara maju beranggapan hakim- hakim negara

berkembang tidak menguasai sengketa- sengketa dagang yang melibatkan

hubungan niaga dan keuangan internasional yang rumit,

c. Pengusaha negara maju beranggapan penyelesaian sengketa melalui

pengadilan akan memakan waktu yang lama dan ongkos yang besar,

karena proses pengadilan yang panjang dari tingkat pertama sampai

dengan tingkat Mahkamah Agung,

d. Keengganan pengusaha asing untuk menyelesaikan sengketa di depan

Pengadilan bertolak dari anggapan bahwa pengadilan akan bersikap

subjektif kepada mereka, karena sengketa diperiksa dan diadili

‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡

(34)

berdasarkan bukan hukum negara mereka oleh hakim bukan dari negara

mereka,

e. Penyelesaian sengketa di Pengadilan akan mencari siapa yang salah dan

siapa yang benar, dan hasilnya akan dapat merenggangkan hubungan

dagang di antara mereka. Arbitrase diangggap dapat melahirkan putusan

yang kompromistis, yang dapat diterima oleh kedua belah pihak yang

bersengketa,

f. Penyelesaian sengketa melalui arbitrase teertutup sifatnya, sehingga tidak

ada publikasi mengenai sengketa, sesuatu yang tidak disukai oleh para

pengusaha.§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§

Penyelesaian perselisihan lewat jasa perwasitan atau arbitrase dalam

penanaman modal asing ini juga telah diatur di dalam UUPM 25/2007 Pasal 32

ayat (4), bunyinya “dalam hal terjadi sengketa di bidang penanaman modal antara

Pemerintah dengan penanaman modal asing, para pihak akan menyelesaikan

sengketa tersebut melalui arbitrase internasional yang harus disepakati oleh para

pihak”.************************

Menyadari bahwa berdasarkan prinsip hak negara berdaulat dan doktrin

imunitas kedaulatan, tuntutan investor asing akan kandas jika diajukan melalui

forum pengadilan biasa dari negara- negara yang bersangkutan maka pihak swasta

asing yang melakukan investasi jangka panjang di negara- negara berkembang

§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§

Budiman Ginting, Hukum Investasi Perlindungan Hukum Pemegang Saham Minoritas dalam Perusahaan Penanaman Modal Asing, (Medan : Pustaka Bangsa Press, 2007), hlm. 250 – 251

************************

(35)

seperti Indonesia dalam rangka penanaman modal asing umumnya menempuh

penyelesaian sengketa melalui jalur arbitrase internasional, seperti International

Center for the Settlement of Investment Dispute (ICSID), International Chamber of Commerce (ICC) di Paris atau mengikuti aturan dari United Nation of Commission on International Trade Law (UNCITRAL).††††††††††††††††††††††††

Negara – negara yang mempunyai program untuk menarik modal asing

mencantumkan didalam Undang – undang penanaman modal mereka, bahwa

apabila terjadi sengketa antara pemerintah dengan investor asing, maka

penyelesaiannya akan diserahkan kepada arbitrase internasional, oleh karenanya

negara – negara penarik modal asing menjadi anggota konvensi ICSID, suatu

center yang didirikan untuk menyelesaikan sengketa antara pemerintah dengan investor asing berkenaan dengan penanaman modal asing.‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡

ICSID dibentuk berdasarkan Konvensi Washington, 18 Maret 1965

diprakarsai oleh Bank Dunia. Lingkup kewenangan hanya meliputi sengketa

penanaman modal yang lahir dari joint venture agreement antara Negara (Pemerintah) dengan warga negara lain sebagai pihak dalam

kontrak.§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§

a) Ada kata sepakat para pihak untuk menunjuk ICSID sebagai forum yang

akan menyelesaikan sengketa. Adapun persyaratan pokoknya adalah :

††††††††††††††††††††††††

http://digital_128840-T 26740-Penyelesaian sengketa-Analisis diakses tanggal 02 April 2017

‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡

Ibid.

§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§

(36)

b) Yurisdiksi Ratione Materiae , hanya sengketa hukum saja sebagai akibat adanya penanaman modal. Tidak meliputi sengketa ekonomis dan politik.

c) Yurisdiksi Rationate Personae, ICSID hanya memiliki wewenang mengadili sengketa antara negara dan warga negara asing yang negaranya

juga anggota ICSID.*************************

Tempat Persidangannya bila terjadi sengketa dan diselesaikan melalui

arbitrase internasional yaitu :

a) Pilihan utama adalah Washington D. C (tempat kedudukan Bank Dunia),

b) Atas persetujuan para pihak persidangan dapat dilakukan di tempat lain,

misalnya : permanent court of arbitration di Den Haag, tempat kedudukan

arbitrase nasional salah satu pihak, tempat lain yang disetujui para pihak.

c) Persidangan pertama wajib dihadiri para pihak (kuasa). Sidang selanjutnya

dapat dilakukan sesuai kebutuhan.†††††††††††††††††††††††††

Hukum yang dipergunakan adalah hukum yang dipilih dan disepakati

oleh para pihak, jika dalam hukum yang dipilih tersebut tidak ditemukan dasar

untuk menyelesaikan sengketa, maka dipergunakan hukum para pihak, dan

pengambilan putusan secara votes off all member.‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡

a) Putusan arbitrase internasional dijatuhkan oleh arbiter atau majelis

arbitrase di suatu negara yang dengan negara Indonesia terikat pada Putusan arbitrase Internasional hanya diakui serta dapat dilaksanakan di

wilayah hukum republik Indonesia, apabila memenuhi syarat- syarat sebagai

berikut :

*************************

Ibid., hlm. 12

†††††††††††††††††††††††††

Ibid., hlm. 14

‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡

(37)

perjanjian, baik secara bilateral maupun multilateral, mengenai

pengakuan dan pelaksanaan Putusan arbitrase internasional.

b) Putusan arbitrase internasional sebagaimana dimaksud diatas terbatas

pada putusan yang menurut ketentuan hukum Indonesia termasuk dalam

ruang lingkup hukum perdagangan.

c) Putusan arbitrase internasional sebagaimana dimaksud dalam huruf a

hanya dapat dilaksanakan di Indonesia terbatas pada putusan yang tidak

bertentangan dengan ketertiban umum.

d) Putusan arbitrase internasional dapat dilaksanakan di Indonesia setelah

memperoleh eksekuatur dari ketua pengadilan negeri Jakarta Pusat; dan

e) Putusan arbitrase internasional sebagimana dimaksud dalam huruf a

yang menyangkut negara Republik Indonesia sebagai salah satu pihak

dalam sengketa, hanya dapat dilaksanakan setelah memperoleh

eksekuatur dari Mahkamah Agung Republik Indonesia yang selanjutnya

dilimpahkan kepada Pengadilan Negeri Jakarta

Pusat.§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§

B. Pariwisata Sebagai Sektor Usaha Penanaman Modal

1. Pengertian dan Ruang Lingkup Kegiatan Usaha Pariwisata

Kegiatan wisata telah menjadi kebutuhan manusia, tidak hanya sebagian

masyarakat tetapi telah menjadi kebutuhan seluruh masyarakatdunia, karena

kehidupan manusia pada era sekarang yang sangat kompleks, banyak

§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§

(38)

menimbulkan kepenatan sehingga manusia membutuhkansesuatu yang dapat

memberikan suasana berbeda yang mampu memberikan ketenangan dan

kenyamanan.

Pariwisata atau perjalanan wisata berkembang karena adanya gerakan

manusia dalam mencari sesuatu yang belum diketahui, menjelajahi wilayah yang

baru, mencari perubahan suasana, atau untuk mendapatkan perjalanan baru.

Kata “pariwisata” secara etimologi berasal dari bahasa Sansekerta yang

terdiri dari dua suku kata yaitu “pari” dan “wisata;” “Pari” berarti banyak,

berkali-kali, berputar-putar, atau berkeliling, sedangkan kata “wisata,” berarti perjalanan

atau berpergianyang dalam hal ini bersinonim dengan kata “travel”dalam bahasa

Inggris.Jadi secara harfiah pariwisata adalah suatu kegiatan perjalanan yang

dilakukan secara berkali- kali ke suatu tempat atau daerah yang ingin

dikunjukungiyang dalam bahasa Inggris bersinonim dengan kata “tour.”

Pengertian jamak dari pariwisata adalah “kepariwisataan”yang diartikan sebagai

hal-hal yangberhubungan dengan pariwisata, yang dalam bahasa Inggrisistilahnya

tourism.**************************

Dalam hukum positif Indonesia, Pariwisata adalah berbagai macam

kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan

oleh masyarakat, pengusaha, Pemerintah, dan Pemerintah

Daerah.††††††††††††††††††††††††††

**************************

Oka. A. Yoeti. Pengantar Ilmu Pariwisata, (Bandung : Angkasa, 1987), hlm.102 - 103

††††††††††††††††††††††††††

(39)

Sedangkan yang dimaksud dengan usaha pariwisata adalahusaha yang

menyediakan barang dan/atau jasa bagi pemenuhan kebutuhan wisatawan dan

penyelenggaraan pariwisata.‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡

Ruang lingkup kegiatan usaha pariwisata digolongkan dalam 3

kelompok yaitu:§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§

Berdasarkan pengertian yang telah disebutkan didalam undang – undang

kepariwisataan tersebut dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan kegiatan

usaha pariwisata itu adalah kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah

daerah dan pengusaha baik itu pengusaha asing ataupun pengusaha dalam negeri

dengan cara menyediakan barang dan/atau jasa bagi pemenuhan kebutuhan

wisatawan yang bertujuan untuk mendapatkan keuntungan baik itu keuntungan

pribadi ataupun keuntungan dalam bentuk devisa negara/daerah.

1. Usaha Objek Dan Dayatarik Wisata yaitu usaha yang menyediakan dan

atau mengelola Objek dan Dayatarik Wisata meliputi:

a) Obyek dan dayatarik wisata Alam (Gunung, Danau, Sungai, Laut Dll)

b) Obyek dan dayatarik wisata Buatan (Taman, Arena Permainan Dll)

c) Obyek dan dayatarik wisata Seni, Budaya dan peninggalan purbakala

d) Obyek dan dayatarik wisata Minat Khusus (Terbang Layang, Terjun

Payung, Banji Jumping, Arung Jeram, Diving, Snorkling Dll)

‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡

Ibid., Pasal 1 angka 7

(40)

2. Usaha Sarana Pariwisata yaitu usaha yang menyediakan dan atau mengelola

sarana kebutuhan wisatawan meliputi:

a) Sarana Akomodasi / Penginapan

b) Sarana Makan dan Minum

c) Sarana Hiburan

d) Sarana Transportasi

e) Sarana Wisata Bahari / Tirta

f) Sarana Kawasan Pariwisata

3. Usaha Jasa Pariwisata yaitu usaha yang menyediakan Jasa keperluan

wisatawan untuk melakukan kegiatan wisata meliputi:

a) Jasa Perjalanan Wisata (BPW/CBPW dan APW)

b) Jasa Pramuwisata (Guide, Tour Leader, Tour Operator)

c) Jasa Wisata MICE (Meeting, Incentive, Convention & Exebhition)

d) Jasa Impresariat

e) Jasa Konsultan Pariwisata

f) Jasa Informasi Pariwisata

Menurut UU Kepariwisataan ruang lingkup kegiatan usaha pariwisata

yaitu :

1) Daya Tarik Wisata. Merupakan segala sesuatu yang mempunyai keunikan,

(41)

budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau kunjungan

para wisatawan.

2) Kawasan Pariwisata. Merupakan usaha yang kegiatannya membangun atau

mengelola kawasan dengan luas wilayah tertentu untuk memenuhi

kebutuhan pariwisata.

3) Jasa Transportasi Wisata. Yakni merupakan usaha khusus yang

menyediakan angkutan untuk kebutuhan dan kegiatan pariwisata.

4) Jasa Perjalanan Wisata. Merupakan usaha biro perjalanan wisata dan usaha

agen perjalanan wisata. Usaha biro perjalanan wisata meliputi usaha

penyediaan jasa perencanaan perjalanan atau jasa pelayanan dan

penyelenggaraan pariwisata, Usaha agen perjalanan wisata meliputi usaha

jasa pemesanan sarana, seperti pemesanan tiket dan pemesanan akomodasi

serta pengurusan dokumen perjalanan.

5) Jasa Makanan dan Minuman. Merupakan usaha jasa penyediaan makanan

dan minuman yang dilengkapi dengan peralatan dan perlengkapan untuk

proses pembuatan dapat berupa restoran, kafe, rumah makan, dan

bar/kedai minum.

6) Penyediaan Akomodasi. Merupakan usaha yang menyediakan pelayanan

penginapan yang dapat dilengkapi dengan pelayanan pariwisata lainnya.

Usaha penyediaan akomodasi dapat berupa hotel, vila, pondok wisata,

bumi perkemahan, persinggahan karavan, dan akomodasi lainnya yang

(42)

7) Penyelenggaraan Kegiatan Hiburan dan Rekreasi. Merupakan usaha yang

ruang lingkup kegiatannya berupa usaha seni pertunjukan, arena

permainan, karaoke, bioskop, serta kegiatan hiburan dan rekreasi lainnya

yang bertujuan untuk pariwisata.

8) Penyelenggaraan pertemuan, perjalanan insentif, konferensi, dan Pameran.

Merupakan usaha yang memberikan jasa bagi suatu pertemuan

sekelompok orang, menyelenggarakan perjalanan bagi karyawan dan mitra

usaha sebagai imbalan atas prestasinya, serta menyelenggarakan pameran

dalam rangka menyebarluaskan informasi dan promosi suatu barang dan

jasa yang berskala nasional, regional, dan internasional.

9) Jasa Informasi Pariwisata, merupakan usaha yang menyediakan data,

berita, feature, foto, video, dan hasil penelitian mengenai kepariwisataan

yang disebarkan dalam bentuk bahan cetak atau elektronik.

10)Jasa Konsultan Pariwisata. Merupakan usaha yang menyediakan sarana

dan rekomendasi mengenai studi kelayakan, perencanaan, pengelolaan

usaha, penelitian, dan pemasaran di bidang kepariwisataan.

11)Jasa Pramuwisata. Merupakan usaha yang menyediakan atau

mengkoordinasikan tenaga pemandu wisata untuk memenuhi kebutuhan

wisatawan dan kebutuhan biro perjalanan wisata.

12)Wisata Tirta. Merupakan usaha yang menyelenggarakan wisata dan

olahraga air, termasuk penyediaan sarana dan prasarana serta jasa lainnya

yang dikelola secara komersial di perairan laut, pantai, sungai, danau, dan

(43)

13)Spa. Usaha perawatan yang memberikan layanan dengan metode

kombinasi terapi air, terapi aroma, pijat, rempah – rempah dan olah

aktivitas fisik dengan tujuan menyeimbangkan jiwa dan raga dengan tetap

memperhatikan tradisi dan budaya bangsa

Indonesia.***************************

2. Tujuan dan Manfaat Kegiatan Pariwisata dalam Perekonomian

Indonesia

Tujuan adanya kegiatan pariwisata dalam perekonomian Indonesia

tertara didalam Pasal 4 UU Kepariwisataan :

a. meningkatkan pertumbuhan ekonomi;

b. meningkatkan kesejahteraan rakyat;

c. menghapus kemiskinan;

d. mengatasi pengangguran;

e. melestarikan alam, lingkungan, dan sumber daya;

f. memajukan kebudayaan;

g. mengangkat citra bangsa;

h. memupuk rasa cinta tanah air;

i. memperkukuh jati diri dan kesatuan bangsa; dan

j. mempererat persahabatan antarbangsa.†††††††††††††††††††††††††††

Manfaat kegiatan pariwisata dalam perekonomian Indonesia

:‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡

***************************

Undang-undang Nomor 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan, Op.cit. Pasal 14 ayat (1)

†††††††††††††††††††††††††††

(44)

a. Penerimaan Devisa

Penerimaan Devisa Negara dari Pariwisata antara lain bersumber dari

uang yang dibelanjakan oleh wisatawan mancanegara selama yang bersangkutan

melakukan perjalanan ke Indonesia (biaya Akomodasi, makan-minum,

transportasi local, kunjungan ke objek wisata, cenderamata, tip, dan sebagainya),

Investasi sektor Pariwisata yang berasal dari luar negeri, Promosi Pariwisata yang

dikeluarkan Negara lain di Indonesia. Pemerintah juga akan menerima

pajak-pajak dan uang asing lain yang dibelanjakan.

b. Kesempatan Berusaha

Kesempatan berusaha yang langsung meliputi : usaha akomodasi,

restoran dan rumah makan, biro perjalanan, usaha cenderamata, penampilan

kesenian, dan sebagainya.

Kesempatan berusaha secara tidak langsung yaitu dampak positif

terhadap pembangunan nasional antara lain : sector pertanian, peternakan dan

perikanan, industry kerajinan tangan, dan sebagainya.

c. Terbukanya lapangan Kerja

Dibandingkan dengan sektor yang lainya, Pariwisata merupakan sektor

padat karya karena kegiatan pariwisata membutuhkan pelayanan prima yang

membutuhkan tenaga kerja manusia, seperti Bell Boy, Room Boy, Waiters, Guide,

Housekeeper, juru penerang, juru masak, supir, kasir, dan sebagainya. d. Meningkatnya Pendapatan Masyarakat

Referensi

Dokumen terkait

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) TULUNGAGUNG.

Sudut yang terbentuk pada leher cukup besar karena posisi bagian atas layar monitor terlalu jauh di bawah mata, tidak sejajar atau sedikit di bawah mata, sehingga

Proses pemisahan kumbang jantan dan betina..

Tabel berikut ini adalah gambaran ketersediaan dan kebutuhan Dokter Umum di Lingkungan Dinas Kesehatan Kota Palembang Tahun 2012.. Jumlah ini belum memenuhi kebutuhan

Kesimpulan : Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh penggunaan sarung tangan vinyl terhadap upaya pencegahan keluhan iritasi kulit

Lagu ini beserta resital A Dream Comes True merupakan persembahan dari Richard untuk almarhum ayahnya, dan lagu ini merupakan lagu yang berasal dari drama

semua kolesteatom, meatoplasti yang tidak adekuat dan ketidakpatuhan pasien untuk kontrol setelah

sitanggang (2006) Pengaruh Profitabilitas Dan Likuiditas Terhadap Capital Adequacy Ratio (CAR) Pada Bank Yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta IML, ROE, LDR, QR, CAR,