• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Penelitian Terdahulu - Pengaruh Rentabilitas (ROA, BOPO) dan Likuiditas (LDR) Terhadap Capital Adequacy Ratio (ROA) Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di BEI (2009-2011)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Penelitian Terdahulu - Pengaruh Rentabilitas (ROA, BOPO) dan Likuiditas (LDR) Terhadap Capital Adequacy Ratio (ROA) Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di BEI (2009-2011)"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu tentang rasio kecukupan modal (Capital Adequacy

Ratio) telah dilakukan oleh beberapa peneliti. Siregar (2010) menguji Pengaruh

LDR (Loan to Deposit Ratio), NPL (Non Performing Loan), ROA (Return On

Assets) dan BOPO (Biaya Perasional Pendapatan Perasional) terhadap

Kecukupan Modal Perbankan pada bank yang terdaftar di BEI. Alat analisis yang

digunakan adalah regresi berganda. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa

secara parsial, adanya pengaruh yang signifikan antara variabel ROA dengan

variabel CAR. Namun variabel LDR, NPL, BOPO tidak berpengaruh terhadap

CAR. Secara parsial, LDR tidak berpengaruh dan memiliki hubungan yang

positif terhadap CAR. Secara simultan, rasio LDR, NPL, ROA, dan BOPO

berpengaruh terhadap CAR.

Edginarda (2012) menguji Analisis Pengaruh Rasio Rentabilitas Dan

Likuiditas Terhadap Capital Adequacy Ratio (CAR) Pada Bank Pemerintah Di

Indonesia Periode 2003-2010. Alat analisis yang digunakan adalah regresi

berganda. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa ROA dan BOPO berpengaruh

secara parsial terhadap CAR sehingga hipotesis yang diajukan diterima.

Sementara itu LDR tidak berpengaruh secara parsial terhadap CAR sehingga

(2)

Wulandari (2010) menguji Pengaruh Likuiditas Dan Profitabilitas

Terhadap Capital Adequacy Ratio Pada Sektor Perbankan Terbuka Di Indonesia.

Alat analisis yang digunakan adalah regresi berganda. Hasil penelitiannya

menunjukkan bahwa secara parsial variabel LDR dan ROA berpengaruh positif

dan signifikan terhadap CAR, sedangkan variabel ROE berpengaruh negatif dan

signifikan terhadap CAR. Secara simultan variabel LDR, ROA, dan ROE

berpengaruh positif dan signifikan terhadap CAR.

Margaretha (2011) menguji Pengaruh Resiko, Kualitas Manajemen,

Ukuran Dan Likuiditas Bank Terhadap Capital Adequacy Ratio Bank-Bank Yang

Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia. Alat analisis yang digunakan adalah regresi

berganda. Hasil pengujian dengan metode Ordinary Least Square (OLS)

menemukan bahwa: NPL dan NIM mempunyai pengaruh negatif dan signifikan

terhadap CAR. Resiko Index (ZRISK) dan LACF tidak mempunyai pengaruh

terhadap CAR. Ukuran Bank (SIZE) dan EQTL mempunyai pengaruh positif dan

signifikan terhadap CAR. Hasil pengujian metode Fixed Effect menemukan

bahwa: NPL dan SIZE tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap CAR,

ZRISK, NIM dan LACSF mempunyai pengaruh negatif dan signifikan terhadap

CAR, EQTL mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap CAR.

Shitawati (2006) menguji Analisis Faktor-faktor yang Berpengaruh

Terhadap Capital Adequacy Ratio (Studi Empiris: Bank Umum di Indonesia).

Alat analisis yang digunakan adalah regresi berganda. Hasil penelitiannya

menunjukkan bahwa ROA, ROE, NIM, LDR, BOPO, dan GWM secara parsial

(3)

Fitrianto (2006) menguji Analisis Pengaruh Kualitas Aset, Likuiditas,

Rentabilitas, Dan Efisiensi Terhadap Rasio Kecukupan Modal Perbankan Yang

Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta. Alat analisis yang digunakan adalah regresi

berganda. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa secara simultan variabel

NPA, NPL, ROA, ROE, LDR dan BOPO berpengaruh secara signifikan terhadap

perubahan CAR. Sedangkan secara parsial rasio NPA tidak signifikan terhadap

CAR, NPL tidak signifikan terhadap CAR, sedangkan rasio ROA berpengaruh

positif signifikan terhadap CAR, sedangkan rasio LDR berpengaruh negatif

signifikan terhadap CAR, Sedangkan Rasio BOPO tidak berpengaruh siginifikan

terhadap CAR.

Krisna (2008) menguji Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Capital

Adequacy Ratio. Alat analisis yang digunakan adalah regresi berganda. Hasil

penelitiannya menunjukkan bahwa rasio-rasio keuangan bank yaitu ROI memiliki

pengaruh positif, LDR memiliki pengaruh negatif, dan NPL memiliki pengaruh

negatif.

Situmorang (2011) menguji Pengaruh Profitabilitas Dan Likuiditas

Terhadap Capital Adequacy Ratio (CAR) Pada Bank Rakyat Indonesia (Persero)

Tbk. Alat analisis yang digunakan adalah regresi berganda. Hasil penelitiannya

menunjukkan bahwa secara simultan variabel IML, ROE, LDR, GWM

berpengaruh secara signifikan terhadap perubahan CAR. Secara parsial IML dan

ROE mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap CAR. Sedangkan LDR

(4)

Sitanggang (2006) menguji Pengaruh Profitabilitas Dan Likuiditas

Terhadap Capital Adequacy Ratio (CAR) Pada Bank Yang Terdaftar Di Bursa

Efek Jakarta. Alat analisis yang digunakan adalah regresi berganda. Hasil

penelitiannya menunjukkan bahwa secara parsial menunjukkan bahwa rasio

profitabilitas yang diukur dengan IML hasilnya berpengaruh signifikan terhadap

CAR. Sedangkan profitabilitas yang diukur dengan ROE hasilnya berpengaruh

negatif tetapi signifikan terhadap CAR. Rasio likuiditas yang diukur dengan QR

menunjukkan tidak adanya pengaruh yang signifikan antara likuiditas terhadap

CAR. Secara simultan menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan

antara seluruh variabel independen yaitu IML, ROE, QR terhadap CAR.

Fitriyani (2011) menguji Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Capital

Adequacy Ratio Pada Bank Umum Syariah di Indonesia Periode 2006-2009. Alat

analis yang digunakan adalah regresi berganda. Hasil peneitiannya menunjukkan

bahwa PPAP mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap CAR. Sedangkan

(5)

2.1.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu

Tabel 2.1

Tinjauan Peneliti Terdahulu No. Peneliti Judul Penelitian Variabel

Penelitian Hasil Penelitian

1. Netty Siregar (2010)

Pengaruh LDR (Loan to Deposit Ratio), NPL (Non pada bank yang terdaftar di BEI

LDR, NPL, ROA, BOPO, CAR

Secara parsial, adanya pengaruh yang

signifikan antara variabel ROA dengan variabel CAR. Namun variabel LDR, NPL, BOPO tidak

berpengaruh terhadap CAR. Secara parsial, LDR tidak berpengaruh dan memiliki hubungan yang positif terhadap CAR. Secara simultan, rasio LDR, NPL, ROA, dan BOPO berpengaruh terhadap CAR. parsial terhadap CAR sehingga hipotesis yang diajukan diterima. Sementara itu LDR tidak berpengaruh secara parsial terhadap CAR sehingga hipotesis yang diajukan ditolak.

3. Lusi Terhadap Capital Adequacy Ratio

Secara parsial variabel

LDR dan ROA

berpengaruh positif dan signifikan terhadap

(6)

Perbankan Terbuka Di Indonesia

berpengaruh negatif dan signifikan terhadap

CAR. Secara simultan variabel LDR, ROA,

dan ROE berpengaruh positif dan signifikan terhadap CAR

Ordinary Least Square

(OLS) menemukan bahwa: NPL dan NIM mempunyai pengaruh negatif dan signifikan terhadap CAR.

Resiko Index (ZRISK) dan LACF tidak mempunyai pengaruh terhadap CAR. Ukuran Bank (SIZE) dan EQTL mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap CAR. Hasil pengujian metode Fixed Effect

menemukan bahwa: NPL dan SIZE tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap CAR, ZRISK, NIM dan LACSF mempunyai pengaruh negatif dan signifikan terhadap CAR, EQTL

(7)

5. Arthin Terhadap Capital Adequacy Ratio GWM secara parsial dan simultan

berpengaruh terhadap CAR pada bank umum di Indonesia. variabel NPA, NPL, ROA, ROE, LDR dan BOPO berpengaruh secara signifikan terhadap perubahan CAR. Sedangkan secara parsial rasio NPA tidak signifikan terhadap CAR, NPL tidak signifikan terhadap CAR, sedangkan rasio ROA berpengaruh positif signifikan terhadap CAR, sedangkan rasio LDR berpengaruh negatif signifikan terhadap CAR, Sedangkan Rasio BOPO tidak

(8)

8. Patar Sardo

Terhadap Capital Adequacy Ratio

(Car) Pada Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk variabel IML, ROE, LDR, GWM

berpengaruh secara signifikan terhadap perubahan CAR. Secara parsial IML dan ROE mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap CAR. Sedangkan LDR dan GWM mempunyai pengaruh negatif dan signifikan terhadap rasio profitabilitas yang diukur dengan IML hasilnya berpengaruh signifikan terhadap CAR. Sedangkan profitabilitas yang diukur dengan ROE hasilnya berpengaruh negatif tetapi signifikan terhadap CAR. Rasio likuiditas yang diukur dengan QR

menunjukkan tidak adanya pengaruh yang signifikan antara likuiditas terhadap CAR. Secara simultan menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara

(9)

ROE, QR terhadap CAR

10. Mena Fitriyani (2011)

Faktor-faktor Yang

Mempengaruhi Capital Adequacy Ratio Pada Bank Umum Syariah di Indonesia Periode 2006-2009

PPAP, FDR, ROA, DER, CAR

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa PPAP mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap CAR. Sedangkan FDR, ROA, DER tidak berpengaruh terhadap CAR.

Dengan demikian dalam penelitian ini peneliti melakukan replikasi dari

penelitian-penelitian yang telah dilakukan dimana penelitian ini menggunakan 3

(tiga) rasio keuangan terpilih yang dikategorikan ke dalam 2 (dua) kategori rasio

keuangan yang juga digunakan dalam penelitian sebelumnya. Likuiditas diwakili

oleh Loan to Deposit Ratio (LDR) serta Rentabilitas diwakili oleh Return On

Assets (ROA), dan Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO).

Penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya dalam beberapa

aspek seperti pemilihan kategori rasio yang digunakan, jumlah rasio yang

digunakan untuk setiap kategori, dan tahun pengamatan. Penelitianm ini

menggunakan tahun pengamatan 2009-2011.

Pada penelitian ini yang menjadi variabel independen adalah rasio-rasio

keuangan perbankan yang terdiri dari Rentabilitas dan Likuiditas. Adapun

parameter yang digunakan untuk mewakili Rentabilitas adalah Return On Assets

(10)

Likuiditas parameternya Loan to Deposit Ratio (LDR). Rentabilitas dan Likuiditas

akan bertindak sebagai variabel independen, sedangkan Capital Adequacy Ratio

(CAR), adalah rasio kecukupan modal sebagai variabel terikat (dependen).

2.1.3 Bank

Menurut Undang-Undang RI nomor 10 tahun 1998 tanggal 10 November

1998 tentang perbankan, yang dimaksud dengan bank adalah badan usaha yang

menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya

kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam

rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak (Kasmir, 2001 : 23).

Bank adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya menghimpun dana

dan menyalurkan kembali dana tersebut ke masyarakat dalam bentuk kredit serta

memberikan jasa-jasa dalam lalu lintas peredaran uang. Pengertian bank yang

terdapat dalam PSAK Nomor 31 dalam Standar Akuntansi Keuangan (2008:1),

yaitu : bank adalah lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan (financial

intermediary) antara pihak yang memiliki dana dan pihak yang memerlukan dana,

serta sebagai lembaga yang berfungsi memperlancar lalu lintas pembayaran. Ada

tiga kegiatan pokok yang dilakukan oleh bank, yaitu:

a. Penghimpun dana (giro, deposito, tabungan) dengan sasaran

meminimumkan biaya perolehan dana,

b. Alokasi dana (kredit dan investasi) dengan sasaran memaksimumkan

(11)

c. Pelayanan jasa keuangan (transfer, Letter Of Credit, cek perjalanan, money

changer, bank garansi dan lain – lain) dan jasa nonkeuangan (pelatihan

pegawai pergudangan, kotak pengamanan dan jasa – jasa komputer)

dengan sasaran memaksimumkan kemampuan nasabah (Siregar, 2010 ).

2.1.4 Rasio Rentabilitas

Rasio rentabilitas sering disebut profitabilitas usaha. Rasio ini digunakan

untuk mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai oleh bank

yang bersangkutan. Laba yang diraih dari kegiatan yang dilakukan merupakan

cerminan kinerja sebuah perusahaan dalam menjalankan usahanya. Dengan kata

lain, rasio rentabilitas selain bertujuan untuk mengetahui kemampuan bank dalam

menghasilkan laba selama periode tertentu, juga bertujuan untuk mengukur

tingkat efektifitas manajemen dalam menjalankan operasional perusahaannya.

(Kasmir, 2008 : 297).

Bank Indonesia menilai kondisi rentabilitas perbankan di Indonesia

didasarkan pada dua indikator antara lain : (1) return on assets (ROA), dan (2)

Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO).

2.1.4.1Return On Assets (ROA)

ROA merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan

manajemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan.

Dalam rangka mengukur tingkat kesehatan bank terdapat perbedaan kecil antara

(12)

ketentuan Bank Indonesia. Secara teoretis, laba yang diperhitungkan adalah laba

setelah pajak, sedangkan dalam sistem CAMEL laba yang diperhitungkan adalah

laba sebelum pajak (Dendawijaya, 2005 : 118). Dalam Arsitektur Perbankan

Indonesia (2004), kriteria yang dikeluarkan Bank Indonesia untuk sebuah bank

bisa menjadi bank jangkar (anchor bank) memiliki rasio Return On Asset (ROA)

minimal 1,5% (Dendawijaya, 2005 : 190).

ROA diperoleh dengan cara membandingkan antara laba sebelum pajak /

earning before interest tax (EBIT) terhadap total assets. EBIT merupakan

pendapatan bersih sebelum bunga dan pajak. Total assets merupakan total asset

perusahaan dari awal tahun dan akhir tahun. Total assets yang lazim digunakan

untuk mengukur ROA sebuah bank adalah jumlah dari asset-asset produktif yang

terdiri dari penempatan surat-surat berharga (seperti Sertifikat Bank Indonesia,

Surat Berharga Pasar Uang, penempatan dalam saham perusahaan lain,

penempatan dalam Call Money atau Money Market) dan penempatan dalam

bentuk kredit (kredit konsumtif maupun produktif baik kepada perorangan

maupun institusi atau perusahaan) (Robert 1997: hal. 18.32- 18.33).

2.1.4.2Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)

“Rasio Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) adalah

kelompok rasio yang mengukur efisiensi dan efektivitas operasional suatu

perusahaan dengan jalur membandingkan satu terhadap lainnya.” (Dendawijaya,

2005:119) Rasio BOPO adalah perbandingan antara biaya operasional dengan

(13)

kinerja bank tersebut dalam mengendalikan biaya operasionalnya, dengan adanya

efisiensi biaya maka keuntungan yang diperoleh bank akan semakin besar.

Biaya operasional merupakan biaya yang dikeluarkan oleh bank dalam

rangka menjalankan aktivitas usaha pokoknya. Biaya operasional terdiri atas

biaya bunga, biaya valuta asing lainnya, biaya tenaga kerja, biaya pemasaran,

biaya penyusutan, dan biaya operasional lainnya. Pendapatan operasional terdiri

atas semua pendapatan yang merupakan hasil langsung dari kegiatan usaha bank

yang benar-benar telah diterima. Pendapatan operasional bank terdiri atas hasil

bunga, provisi dan komisi, pendapatan valuta asing lainnya, dan pendapatan

operasional lainnya (Dendawijaya, 2009:111). Semakin kecil BOPO

menunjukkan semakin efisien bank dalam menjalankan aktifitas usahanya.

Besarnya rasio BOPO yang dapat ditolerir oleh perbankan di Indonesia adalah

sebesar 93,52%, hal ini sejalan dengan ketentuan yang dikeluarkan oleh BI

(Riyadi, 2004:141).

2.1.5 Rasio Likuiditas

Menurut Kasmir (2008 : 286) rasio likuiditas merupakan rasio

untuk mengukur kemampuan suatu bank dalam memenuhi kewajiban jangka

pendeknya pada saat ditagih. Dengan kata lain, dapat membayar kembali pecairan

dana deposannya pada saat ditagih serta dapat mencukupi permintaan kredit yang

telah diajukan. Bank dikatakan likuid jika bank dapat membayar semua hutangnya

terutama hutang-hutang jangka pendek (tabungan, giro, dan deposito) serta

(14)

(Suyatmin, 2006). Makin tidak likuid maka akan menimbulkan runtuhnya

kepercayaan masyarakat yang dapat menyebabkan penarikan dana dan

menurunkan kinerja.

Rasio likuiditas yang lazim digunakan dalam dunia perbankan terutama

diukur dari Loan to Deposit Ratio (LDR). LDR (Loan to Deposit Ratio) sangat

penting dikarenakan bank menjalankan fungsi intermediasi yaitu menghimpun

dana dari masyarakat dan menyalurkannya dalam bentuk kredit.

2.1.5.1Loan to Deposit Ratio (LDR)

Loan to Deposit Ratio (LDR) adalah rasio antara seluruh jumlah kredit

yang diberikan bank dengan dana yang diterima oleh bank (Dendawijaya,

2005:116). Loan to Deposit Ratio (LDR) merupakan salah satu indikator

kesehatan likuiditas bank. Penilaian likuiditas merupakan penilaian terhadap

kemampuan bank untuk memelihara tingkat likuiditas yang memadai dan

kecukupan manajemen risiko likuiditas. LDR (Loan to Deposit Ratio) paling

sering digunakan oleh analis keuangan dalam menilai suatu kinerja bank terutama

dari seluruh jumlah kredit yang diberikan oleh bank dengan dana yang diterima

oleh bank.

Loan to Deposit Ratio (LDR) menyatakan seberapa jauh kemampuan bank

dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan masyarakat dengan

mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Artinya

seberapa jauh pemberian kredit kepada nasabah kredit dapat mengimbangi

(15)

menarik kembali dananya yang telah digunakan oleh bank untuk memberikan

kredit. LDR (Loan to Deposit Ratio) disebut juga rasio kredit terhadap total dana

pihak ketiga yang digunakan untuk mengukur dana pihak ketiga yang disalurkan

dalam bentuk kredit. Penyaluran kredit merupakan kegiatan utama bank, oleh

karena itu sumber pendapatan utama bank berasal dari kegiatan ini. Semakin

besarnya penyaluran dana dalam bentuk kredit dibandingkan dengan deposit atau

simpanan masyarakat pada suatu bank membawa konsekuensi semakin besarnya

risiko yang harus ditanggung oleh bank yang bersangkutan (Rivai, 2006:156).

2.1.6 Capital Adequacy Ratio (CAR) 2.1.6.1Modal Bank

Modal adalah faktor utama pada sebuah perusahaan, karena melalui modal

inilah perusahaan memiliki kemampuan untuk mengembangkan kegiatan

bisnisnya. Salah satu aspek terpenting dalam melihat kesehatan perbankan

nasional adalah dengan melihat permodalan dari perbankan itu sendiri. Hal ini

salah satunya dapat dilihat dengan menggunakan rasio CAR (Capital Adequacy

Ratio) atau kecukupan modal minimum. Modal dapat didefenisikan sebagai :

sejumlah dana yang ditanamkan ke dalam suatu perusahaan oleh para pemilikinya

untuk pembentukan suatu badan usaha dan dalam perkembangannya modal

tersebut dapat susut karena kerugian ataupun berkembang karena keuntungan –

keuntungan yang diperolehnya (Muljono, 2002:236).

Besarnya CAR diukur dari rasio antara modal bank terhadap Aktiva

(16)

Bank wajib menyediakan modal minimum sebesar 8% (delapan persen) dari Aset

Tertimbang Menurut Risiko (ATMR). Sebuah bank mengalami risiko modal

apabila tidak dapat menyediakan modal minimum sebesar 8%.

2.1.6.2Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR)

Perhitungan kebutuhan modal didasarkan pada aktiva tertimbang menurut

risiko (ATMR). Yang dimaksud dengan aktiva dalam perhitungan ini mencakup

baik aktiva yang tercantum dalam neraca maupun aktiva yang bersifat

administratif sebagaimana tercermin dalam kewajiban yang masih bersifat

kontingen dan atau komitmen yang disediakan bagi pihak ketiga. Terhadap

masing-masing jenis aktiva tersebut ditetapkan bobot risiko yang besarnya

didasarkan pada kadar risiko yang terkandung dalam aktiva itu sendiri atau yang

didasarkan atas penggolongan nasabah, penjamin atau sifat barang jaminan.

Dalam menghitung (Aktiva Tertimbang Menurut Risiko) ATMR, terhadap

masing-masing pos aktiva diberikan bobot risiko yang besar didasarkan pada

kadar risiko yang terkandung pada aktiva itu sendiri atau bobot yang didasarkan

pada golongan nasabah, pinjaman, serta agunan. Khusus terhadap kredit yang

penarikannya secara bertahap, maka bobot risiko dihitung berdasarkan penarikan

kredit pada tahap yang bersangkutan.

Dalam perhitungan kecukupan permodalan bank, bobot kategori risiko

(ATMR) berperan dalam menentukan jumlah minimum permodalan yg harus

dimiliki oleh bank (Capital Adequacy Ratio) yaitu sebesar 8% dari total ATMR.

(17)

1) Aktiva produktif dengan kualitas Dalam Perhatian Khusus, Kurang Lancar,

Diragukan atau Macet dalam penghitungan ATMR dinilai sebesar nilai buku.

Nilai buku adalah nilai Aktiva Produktif setelah dikurangi dengan cadangan

khusus PPAP yang dibentuk.

2) Ketentuan mengenai Aktiva Produktif dan PPAP didasarkan pada Surat

Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 31/147/KEP/DIR tanggal 12

November 1998 tentang Kualitas Aktiva Produktif dan Surat Keputusan

Direksi Bank Indonesia Nomor 31/148/KEP/DIR tanggal 12 November 1998

tentang Pembentukan Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif,

3) Bobot risiko Aktiva Produktif bank yang memperoleh jaminan dari Badan

Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) disetarakan dengan bobot risiko

Aktiva Produktif yang dijamin oleh Pemerintah Pusat, yaitu dengan bobot

risiko sebesar 0% (nol perseratus) sebesar bagian yang dijamin oleh BPPN,

a. Agar dapat disetarakan dengan jaminan dari Pemerintah Pusat maka

jaminan dari BPPN sebagaimana dimaksud dalam butir 3, wajib

memenuhi persyaratan yaitu : 1) bersifat irrevocable, 2) Harus dapat

dicairkan selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari sejak diajukannya klaim, 3)

Jangka waktu jaminan sekurang-kurangnya sama dengan jangka waktu

(18)

2.2 Kerangka Konseptual dan Hipotesis 2.2.1 Kerangka Konseptual

Ukuran untuk melakukan penilaian kesehatan bank telah ditentukan oleh

Bank Indonesia. Bank-bank diharuskan membuat laporan baik yang bersifat rutin

ataupun secara berkala mengenai seluruh aktivitasnya dalam suatu periode

tertentu. Untuk memberikan gambaran yang yang jelas dan sistematis, maka

dapat dibuat suatu kerangka konseptual dari pengaruh rasio rentabilitas yang

terinci dalam Return On Assets (ROA), dan Biaya Operasional terhadap

Pendapatan Operasional (BOPO), serta rasio likuiditas yang terinci dalam Loan to

Deposit Ratio (LDR) terhadap Capital Adequacy Ratio (CAR) pada gambar

berikut :

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Return On Assets

(ROA)

(X1)

Capital Adequacy

Ratio

(CAR)

(Y) Rentabilitas

Biaya Operasional Terhadap pendapatan Operasional

(BOPO)

(X2)

Loan to

Deposit Ratio (LDR)

(X3)

(19)

2.2.2 Hipotesis

Berdasarkan tinjauan pustaka dan kerangka konseptual yang telah

diuraikan sebelumnya, maka peneliti menetapkan hipotesis atas permasalahan

yang akan diteliti adalah sebagai berikut :

H1: Return On Assets (ROA) berpengaruh secara parsial terhadap Capital

aequacy ratio (CAR) pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa

Efek Indonesia

H1: Biaya Operasional Terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)

berpengaruh secara parsial terhadap Capital aequacy ratio (CAR) pada

perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

H3: Loan to Deposit Ratio (LDR) berpengaruh secara parsial terhadap Capital

aequacy ratio (CAR) pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa

Efek Indonesia

H4 : Return On Assets (ROA), Biaya Operasional Terhadap Pendapatan

Operasional (BOPO) dan Loan to Deposit Ratio (LDR) berpengaruh secara

simultan terhadap Capital aequacy ratio (CAR) pada perusahaan perbankan

Gambar

Tabel 2.1 Tinjauan Peneliti Terdahulu
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Referensi

Dokumen terkait

Total biaya tetap dapat diperoleh dari biaya ternak kambing di tambah dengan keseluruhan biaya-biaya yang nilainya tetap yang dikeluarkan oleh responden

Akhirnya bahwa saya bersedia menjadi responden dalam penelitian ini yang berjudul “Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu terhadap Pemberian ASI Eksklusif di Posyandu Delima II Desa

nutrisi yang diperluhkan. Apabila seorang ibu hamil yang memeliki rutinitas yang tinggi namun asupan nutrisi tidak terpenuhi dapat mempengaruhi kualitas hemoglobin

Anaerobic Co-digestion of Cow Dung and Rice Straw to Produce Biogas using Semi-Continuous Flow Digester: Effect of Urea Addition.. To cite this article: A Haryanto et al 2018

LUAS WILAYAH MENURUT KELOMPOK KEMIRINGAN DI SETIAP KECAMATAN KABUPATEN

HIDROLISIS KULIT PISANG KEPOK ( Musa paradisiaca L.) MENJADI SIRUP GLUKOSA DENGAN KATALIS ASAM

Power supply dengan keluaran 5 volt adalah suatu rangkaian atau komponen yang berfungsi sebagai pengubah tegangan bolak-balik dari AC menjadi DC murni, yang pada outputnya

[r]