BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu tentang rasio kecukupan modal (Capital Adequacy
Ratio) telah dilakukan oleh beberapa peneliti. Siregar (2010) menguji Pengaruh
LDR (Loan to Deposit Ratio), NPL (Non Performing Loan), ROA (Return On
Assets) dan BOPO (Biaya Perasional Pendapatan Perasional) terhadap
Kecukupan Modal Perbankan pada bank yang terdaftar di BEI. Alat analisis yang
digunakan adalah regresi berganda. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa
secara parsial, adanya pengaruh yang signifikan antara variabel ROA dengan
variabel CAR. Namun variabel LDR, NPL, BOPO tidak berpengaruh terhadap
CAR. Secara parsial, LDR tidak berpengaruh dan memiliki hubungan yang
positif terhadap CAR. Secara simultan, rasio LDR, NPL, ROA, dan BOPO
berpengaruh terhadap CAR.
Edginarda (2012) menguji Analisis Pengaruh Rasio Rentabilitas Dan
Likuiditas Terhadap Capital Adequacy Ratio (CAR) Pada Bank Pemerintah Di
Indonesia Periode 2003-2010. Alat analisis yang digunakan adalah regresi
berganda. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa ROA dan BOPO berpengaruh
secara parsial terhadap CAR sehingga hipotesis yang diajukan diterima.
Sementara itu LDR tidak berpengaruh secara parsial terhadap CAR sehingga
Wulandari (2010) menguji Pengaruh Likuiditas Dan Profitabilitas
Terhadap Capital Adequacy Ratio Pada Sektor Perbankan Terbuka Di Indonesia.
Alat analisis yang digunakan adalah regresi berganda. Hasil penelitiannya
menunjukkan bahwa secara parsial variabel LDR dan ROA berpengaruh positif
dan signifikan terhadap CAR, sedangkan variabel ROE berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap CAR. Secara simultan variabel LDR, ROA, dan ROE
berpengaruh positif dan signifikan terhadap CAR.
Margaretha (2011) menguji Pengaruh Resiko, Kualitas Manajemen,
Ukuran Dan Likuiditas Bank Terhadap Capital Adequacy Ratio Bank-Bank Yang
Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia. Alat analisis yang digunakan adalah regresi
berganda. Hasil pengujian dengan metode Ordinary Least Square (OLS)
menemukan bahwa: NPL dan NIM mempunyai pengaruh negatif dan signifikan
terhadap CAR. Resiko Index (ZRISK) dan LACF tidak mempunyai pengaruh
terhadap CAR. Ukuran Bank (SIZE) dan EQTL mempunyai pengaruh positif dan
signifikan terhadap CAR. Hasil pengujian metode Fixed Effect menemukan
bahwa: NPL dan SIZE tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap CAR,
ZRISK, NIM dan LACSF mempunyai pengaruh negatif dan signifikan terhadap
CAR, EQTL mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap CAR.
Shitawati (2006) menguji Analisis Faktor-faktor yang Berpengaruh
Terhadap Capital Adequacy Ratio (Studi Empiris: Bank Umum di Indonesia).
Alat analisis yang digunakan adalah regresi berganda. Hasil penelitiannya
menunjukkan bahwa ROA, ROE, NIM, LDR, BOPO, dan GWM secara parsial
Fitrianto (2006) menguji Analisis Pengaruh Kualitas Aset, Likuiditas,
Rentabilitas, Dan Efisiensi Terhadap Rasio Kecukupan Modal Perbankan Yang
Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta. Alat analisis yang digunakan adalah regresi
berganda. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa secara simultan variabel
NPA, NPL, ROA, ROE, LDR dan BOPO berpengaruh secara signifikan terhadap
perubahan CAR. Sedangkan secara parsial rasio NPA tidak signifikan terhadap
CAR, NPL tidak signifikan terhadap CAR, sedangkan rasio ROA berpengaruh
positif signifikan terhadap CAR, sedangkan rasio LDR berpengaruh negatif
signifikan terhadap CAR, Sedangkan Rasio BOPO tidak berpengaruh siginifikan
terhadap CAR.
Krisna (2008) menguji Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Capital
Adequacy Ratio. Alat analisis yang digunakan adalah regresi berganda. Hasil
penelitiannya menunjukkan bahwa rasio-rasio keuangan bank yaitu ROI memiliki
pengaruh positif, LDR memiliki pengaruh negatif, dan NPL memiliki pengaruh
negatif.
Situmorang (2011) menguji Pengaruh Profitabilitas Dan Likuiditas
Terhadap Capital Adequacy Ratio (CAR) Pada Bank Rakyat Indonesia (Persero)
Tbk. Alat analisis yang digunakan adalah regresi berganda. Hasil penelitiannya
menunjukkan bahwa secara simultan variabel IML, ROE, LDR, GWM
berpengaruh secara signifikan terhadap perubahan CAR. Secara parsial IML dan
ROE mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap CAR. Sedangkan LDR
Sitanggang (2006) menguji Pengaruh Profitabilitas Dan Likuiditas
Terhadap Capital Adequacy Ratio (CAR) Pada Bank Yang Terdaftar Di Bursa
Efek Jakarta. Alat analisis yang digunakan adalah regresi berganda. Hasil
penelitiannya menunjukkan bahwa secara parsial menunjukkan bahwa rasio
profitabilitas yang diukur dengan IML hasilnya berpengaruh signifikan terhadap
CAR. Sedangkan profitabilitas yang diukur dengan ROE hasilnya berpengaruh
negatif tetapi signifikan terhadap CAR. Rasio likuiditas yang diukur dengan QR
menunjukkan tidak adanya pengaruh yang signifikan antara likuiditas terhadap
CAR. Secara simultan menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan
antara seluruh variabel independen yaitu IML, ROE, QR terhadap CAR.
Fitriyani (2011) menguji Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Capital
Adequacy Ratio Pada Bank Umum Syariah di Indonesia Periode 2006-2009. Alat
analis yang digunakan adalah regresi berganda. Hasil peneitiannya menunjukkan
bahwa PPAP mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap CAR. Sedangkan
2.1.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1
Tinjauan Peneliti Terdahulu No. Peneliti Judul Penelitian Variabel
Penelitian Hasil Penelitian
1. Netty Siregar (2010)
Pengaruh LDR (Loan to Deposit Ratio), NPL (Non pada bank yang terdaftar di BEI
LDR, NPL, ROA, BOPO, CAR
Secara parsial, adanya pengaruh yang
signifikan antara variabel ROA dengan variabel CAR. Namun variabel LDR, NPL, BOPO tidak
berpengaruh terhadap CAR. Secara parsial, LDR tidak berpengaruh dan memiliki hubungan yang positif terhadap CAR. Secara simultan, rasio LDR, NPL, ROA, dan BOPO berpengaruh terhadap CAR. parsial terhadap CAR sehingga hipotesis yang diajukan diterima. Sementara itu LDR tidak berpengaruh secara parsial terhadap CAR sehingga hipotesis yang diajukan ditolak.
3. Lusi Terhadap Capital Adequacy Ratio
Secara parsial variabel
LDR dan ROA
berpengaruh positif dan signifikan terhadap
Perbankan Terbuka Di Indonesia
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap
CAR. Secara simultan variabel LDR, ROA,
dan ROE berpengaruh positif dan signifikan terhadap CAR
Ordinary Least Square
(OLS) menemukan bahwa: NPL dan NIM mempunyai pengaruh negatif dan signifikan terhadap CAR.
Resiko Index (ZRISK) dan LACF tidak mempunyai pengaruh terhadap CAR. Ukuran Bank (SIZE) dan EQTL mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap CAR. Hasil pengujian metode Fixed Effect
menemukan bahwa: NPL dan SIZE tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap CAR, ZRISK, NIM dan LACSF mempunyai pengaruh negatif dan signifikan terhadap CAR, EQTL
5. Arthin Terhadap Capital Adequacy Ratio GWM secara parsial dan simultan
berpengaruh terhadap CAR pada bank umum di Indonesia. variabel NPA, NPL, ROA, ROE, LDR dan BOPO berpengaruh secara signifikan terhadap perubahan CAR. Sedangkan secara parsial rasio NPA tidak signifikan terhadap CAR, NPL tidak signifikan terhadap CAR, sedangkan rasio ROA berpengaruh positif signifikan terhadap CAR, sedangkan rasio LDR berpengaruh negatif signifikan terhadap CAR, Sedangkan Rasio BOPO tidak
8. Patar Sardo
Terhadap Capital Adequacy Ratio
(Car) Pada Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk variabel IML, ROE, LDR, GWM
berpengaruh secara signifikan terhadap perubahan CAR. Secara parsial IML dan ROE mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap CAR. Sedangkan LDR dan GWM mempunyai pengaruh negatif dan signifikan terhadap rasio profitabilitas yang diukur dengan IML hasilnya berpengaruh signifikan terhadap CAR. Sedangkan profitabilitas yang diukur dengan ROE hasilnya berpengaruh negatif tetapi signifikan terhadap CAR. Rasio likuiditas yang diukur dengan QR
menunjukkan tidak adanya pengaruh yang signifikan antara likuiditas terhadap CAR. Secara simultan menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara
ROE, QR terhadap CAR
10. Mena Fitriyani (2011)
Faktor-faktor Yang
Mempengaruhi Capital Adequacy Ratio Pada Bank Umum Syariah di Indonesia Periode 2006-2009
PPAP, FDR, ROA, DER, CAR
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa PPAP mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap CAR. Sedangkan FDR, ROA, DER tidak berpengaruh terhadap CAR.
Dengan demikian dalam penelitian ini peneliti melakukan replikasi dari
penelitian-penelitian yang telah dilakukan dimana penelitian ini menggunakan 3
(tiga) rasio keuangan terpilih yang dikategorikan ke dalam 2 (dua) kategori rasio
keuangan yang juga digunakan dalam penelitian sebelumnya. Likuiditas diwakili
oleh Loan to Deposit Ratio (LDR) serta Rentabilitas diwakili oleh Return On
Assets (ROA), dan Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO).
Penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya dalam beberapa
aspek seperti pemilihan kategori rasio yang digunakan, jumlah rasio yang
digunakan untuk setiap kategori, dan tahun pengamatan. Penelitianm ini
menggunakan tahun pengamatan 2009-2011.
Pada penelitian ini yang menjadi variabel independen adalah rasio-rasio
keuangan perbankan yang terdiri dari Rentabilitas dan Likuiditas. Adapun
parameter yang digunakan untuk mewakili Rentabilitas adalah Return On Assets
Likuiditas parameternya Loan to Deposit Ratio (LDR). Rentabilitas dan Likuiditas
akan bertindak sebagai variabel independen, sedangkan Capital Adequacy Ratio
(CAR), adalah rasio kecukupan modal sebagai variabel terikat (dependen).
2.1.3 Bank
Menurut Undang-Undang RI nomor 10 tahun 1998 tanggal 10 November
1998 tentang perbankan, yang dimaksud dengan bank adalah badan usaha yang
menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya
kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam
rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak (Kasmir, 2001 : 23).
Bank adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya menghimpun dana
dan menyalurkan kembali dana tersebut ke masyarakat dalam bentuk kredit serta
memberikan jasa-jasa dalam lalu lintas peredaran uang. Pengertian bank yang
terdapat dalam PSAK Nomor 31 dalam Standar Akuntansi Keuangan (2008:1),
yaitu : bank adalah lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan (financial
intermediary) antara pihak yang memiliki dana dan pihak yang memerlukan dana,
serta sebagai lembaga yang berfungsi memperlancar lalu lintas pembayaran. Ada
tiga kegiatan pokok yang dilakukan oleh bank, yaitu:
a. Penghimpun dana (giro, deposito, tabungan) dengan sasaran
meminimumkan biaya perolehan dana,
b. Alokasi dana (kredit dan investasi) dengan sasaran memaksimumkan
c. Pelayanan jasa keuangan (transfer, Letter Of Credit, cek perjalanan, money
changer, bank garansi dan lain – lain) dan jasa nonkeuangan (pelatihan
pegawai pergudangan, kotak pengamanan dan jasa – jasa komputer)
dengan sasaran memaksimumkan kemampuan nasabah (Siregar, 2010 ).
2.1.4 Rasio Rentabilitas
Rasio rentabilitas sering disebut profitabilitas usaha. Rasio ini digunakan
untuk mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai oleh bank
yang bersangkutan. Laba yang diraih dari kegiatan yang dilakukan merupakan
cerminan kinerja sebuah perusahaan dalam menjalankan usahanya. Dengan kata
lain, rasio rentabilitas selain bertujuan untuk mengetahui kemampuan bank dalam
menghasilkan laba selama periode tertentu, juga bertujuan untuk mengukur
tingkat efektifitas manajemen dalam menjalankan operasional perusahaannya.
(Kasmir, 2008 : 297).
Bank Indonesia menilai kondisi rentabilitas perbankan di Indonesia
didasarkan pada dua indikator antara lain : (1) return on assets (ROA), dan (2)
Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO).
2.1.4.1Return On Assets (ROA)
ROA merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan
manajemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan.
Dalam rangka mengukur tingkat kesehatan bank terdapat perbedaan kecil antara
ketentuan Bank Indonesia. Secara teoretis, laba yang diperhitungkan adalah laba
setelah pajak, sedangkan dalam sistem CAMEL laba yang diperhitungkan adalah
laba sebelum pajak (Dendawijaya, 2005 : 118). Dalam Arsitektur Perbankan
Indonesia (2004), kriteria yang dikeluarkan Bank Indonesia untuk sebuah bank
bisa menjadi bank jangkar (anchor bank) memiliki rasio Return On Asset (ROA)
minimal 1,5% (Dendawijaya, 2005 : 190).
ROA diperoleh dengan cara membandingkan antara laba sebelum pajak /
earning before interest tax (EBIT) terhadap total assets. EBIT merupakan
pendapatan bersih sebelum bunga dan pajak. Total assets merupakan total asset
perusahaan dari awal tahun dan akhir tahun. Total assets yang lazim digunakan
untuk mengukur ROA sebuah bank adalah jumlah dari asset-asset produktif yang
terdiri dari penempatan surat-surat berharga (seperti Sertifikat Bank Indonesia,
Surat Berharga Pasar Uang, penempatan dalam saham perusahaan lain,
penempatan dalam Call Money atau Money Market) dan penempatan dalam
bentuk kredit (kredit konsumtif maupun produktif baik kepada perorangan
maupun institusi atau perusahaan) (Robert 1997: hal. 18.32- 18.33).
2.1.4.2Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)
“Rasio Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) adalah
kelompok rasio yang mengukur efisiensi dan efektivitas operasional suatu
perusahaan dengan jalur membandingkan satu terhadap lainnya.” (Dendawijaya,
2005:119) Rasio BOPO adalah perbandingan antara biaya operasional dengan
kinerja bank tersebut dalam mengendalikan biaya operasionalnya, dengan adanya
efisiensi biaya maka keuntungan yang diperoleh bank akan semakin besar.
Biaya operasional merupakan biaya yang dikeluarkan oleh bank dalam
rangka menjalankan aktivitas usaha pokoknya. Biaya operasional terdiri atas
biaya bunga, biaya valuta asing lainnya, biaya tenaga kerja, biaya pemasaran,
biaya penyusutan, dan biaya operasional lainnya. Pendapatan operasional terdiri
atas semua pendapatan yang merupakan hasil langsung dari kegiatan usaha bank
yang benar-benar telah diterima. Pendapatan operasional bank terdiri atas hasil
bunga, provisi dan komisi, pendapatan valuta asing lainnya, dan pendapatan
operasional lainnya (Dendawijaya, 2009:111). Semakin kecil BOPO
menunjukkan semakin efisien bank dalam menjalankan aktifitas usahanya.
Besarnya rasio BOPO yang dapat ditolerir oleh perbankan di Indonesia adalah
sebesar 93,52%, hal ini sejalan dengan ketentuan yang dikeluarkan oleh BI
(Riyadi, 2004:141).
2.1.5 Rasio Likuiditas
Menurut Kasmir (2008 : 286) rasio likuiditas merupakan rasio
untuk mengukur kemampuan suatu bank dalam memenuhi kewajiban jangka
pendeknya pada saat ditagih. Dengan kata lain, dapat membayar kembali pecairan
dana deposannya pada saat ditagih serta dapat mencukupi permintaan kredit yang
telah diajukan. Bank dikatakan likuid jika bank dapat membayar semua hutangnya
terutama hutang-hutang jangka pendek (tabungan, giro, dan deposito) serta
(Suyatmin, 2006). Makin tidak likuid maka akan menimbulkan runtuhnya
kepercayaan masyarakat yang dapat menyebabkan penarikan dana dan
menurunkan kinerja.
Rasio likuiditas yang lazim digunakan dalam dunia perbankan terutama
diukur dari Loan to Deposit Ratio (LDR). LDR (Loan to Deposit Ratio) sangat
penting dikarenakan bank menjalankan fungsi intermediasi yaitu menghimpun
dana dari masyarakat dan menyalurkannya dalam bentuk kredit.
2.1.5.1Loan to Deposit Ratio (LDR)
Loan to Deposit Ratio (LDR) adalah rasio antara seluruh jumlah kredit
yang diberikan bank dengan dana yang diterima oleh bank (Dendawijaya,
2005:116). Loan to Deposit Ratio (LDR) merupakan salah satu indikator
kesehatan likuiditas bank. Penilaian likuiditas merupakan penilaian terhadap
kemampuan bank untuk memelihara tingkat likuiditas yang memadai dan
kecukupan manajemen risiko likuiditas. LDR (Loan to Deposit Ratio) paling
sering digunakan oleh analis keuangan dalam menilai suatu kinerja bank terutama
dari seluruh jumlah kredit yang diberikan oleh bank dengan dana yang diterima
oleh bank.
Loan to Deposit Ratio (LDR) menyatakan seberapa jauh kemampuan bank
dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan masyarakat dengan
mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Artinya
seberapa jauh pemberian kredit kepada nasabah kredit dapat mengimbangi
menarik kembali dananya yang telah digunakan oleh bank untuk memberikan
kredit. LDR (Loan to Deposit Ratio) disebut juga rasio kredit terhadap total dana
pihak ketiga yang digunakan untuk mengukur dana pihak ketiga yang disalurkan
dalam bentuk kredit. Penyaluran kredit merupakan kegiatan utama bank, oleh
karena itu sumber pendapatan utama bank berasal dari kegiatan ini. Semakin
besarnya penyaluran dana dalam bentuk kredit dibandingkan dengan deposit atau
simpanan masyarakat pada suatu bank membawa konsekuensi semakin besarnya
risiko yang harus ditanggung oleh bank yang bersangkutan (Rivai, 2006:156).
2.1.6 Capital Adequacy Ratio (CAR) 2.1.6.1Modal Bank
Modal adalah faktor utama pada sebuah perusahaan, karena melalui modal
inilah perusahaan memiliki kemampuan untuk mengembangkan kegiatan
bisnisnya. Salah satu aspek terpenting dalam melihat kesehatan perbankan
nasional adalah dengan melihat permodalan dari perbankan itu sendiri. Hal ini
salah satunya dapat dilihat dengan menggunakan rasio CAR (Capital Adequacy
Ratio) atau kecukupan modal minimum. Modal dapat didefenisikan sebagai :
sejumlah dana yang ditanamkan ke dalam suatu perusahaan oleh para pemilikinya
untuk pembentukan suatu badan usaha dan dalam perkembangannya modal
tersebut dapat susut karena kerugian ataupun berkembang karena keuntungan –
keuntungan yang diperolehnya (Muljono, 2002:236).
Besarnya CAR diukur dari rasio antara modal bank terhadap Aktiva
Bank wajib menyediakan modal minimum sebesar 8% (delapan persen) dari Aset
Tertimbang Menurut Risiko (ATMR). Sebuah bank mengalami risiko modal
apabila tidak dapat menyediakan modal minimum sebesar 8%.
2.1.6.2Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR)
Perhitungan kebutuhan modal didasarkan pada aktiva tertimbang menurut
risiko (ATMR). Yang dimaksud dengan aktiva dalam perhitungan ini mencakup
baik aktiva yang tercantum dalam neraca maupun aktiva yang bersifat
administratif sebagaimana tercermin dalam kewajiban yang masih bersifat
kontingen dan atau komitmen yang disediakan bagi pihak ketiga. Terhadap
masing-masing jenis aktiva tersebut ditetapkan bobot risiko yang besarnya
didasarkan pada kadar risiko yang terkandung dalam aktiva itu sendiri atau yang
didasarkan atas penggolongan nasabah, penjamin atau sifat barang jaminan.
Dalam menghitung (Aktiva Tertimbang Menurut Risiko) ATMR, terhadap
masing-masing pos aktiva diberikan bobot risiko yang besar didasarkan pada
kadar risiko yang terkandung pada aktiva itu sendiri atau bobot yang didasarkan
pada golongan nasabah, pinjaman, serta agunan. Khusus terhadap kredit yang
penarikannya secara bertahap, maka bobot risiko dihitung berdasarkan penarikan
kredit pada tahap yang bersangkutan.
Dalam perhitungan kecukupan permodalan bank, bobot kategori risiko
(ATMR) berperan dalam menentukan jumlah minimum permodalan yg harus
dimiliki oleh bank (Capital Adequacy Ratio) yaitu sebesar 8% dari total ATMR.
1) Aktiva produktif dengan kualitas Dalam Perhatian Khusus, Kurang Lancar,
Diragukan atau Macet dalam penghitungan ATMR dinilai sebesar nilai buku.
Nilai buku adalah nilai Aktiva Produktif setelah dikurangi dengan cadangan
khusus PPAP yang dibentuk.
2) Ketentuan mengenai Aktiva Produktif dan PPAP didasarkan pada Surat
Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 31/147/KEP/DIR tanggal 12
November 1998 tentang Kualitas Aktiva Produktif dan Surat Keputusan
Direksi Bank Indonesia Nomor 31/148/KEP/DIR tanggal 12 November 1998
tentang Pembentukan Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif,
3) Bobot risiko Aktiva Produktif bank yang memperoleh jaminan dari Badan
Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) disetarakan dengan bobot risiko
Aktiva Produktif yang dijamin oleh Pemerintah Pusat, yaitu dengan bobot
risiko sebesar 0% (nol perseratus) sebesar bagian yang dijamin oleh BPPN,
a. Agar dapat disetarakan dengan jaminan dari Pemerintah Pusat maka
jaminan dari BPPN sebagaimana dimaksud dalam butir 3, wajib
memenuhi persyaratan yaitu : 1) bersifat irrevocable, 2) Harus dapat
dicairkan selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari sejak diajukannya klaim, 3)
Jangka waktu jaminan sekurang-kurangnya sama dengan jangka waktu
2.2 Kerangka Konseptual dan Hipotesis 2.2.1 Kerangka Konseptual
Ukuran untuk melakukan penilaian kesehatan bank telah ditentukan oleh
Bank Indonesia. Bank-bank diharuskan membuat laporan baik yang bersifat rutin
ataupun secara berkala mengenai seluruh aktivitasnya dalam suatu periode
tertentu. Untuk memberikan gambaran yang yang jelas dan sistematis, maka
dapat dibuat suatu kerangka konseptual dari pengaruh rasio rentabilitas yang
terinci dalam Return On Assets (ROA), dan Biaya Operasional terhadap
Pendapatan Operasional (BOPO), serta rasio likuiditas yang terinci dalam Loan to
Deposit Ratio (LDR) terhadap Capital Adequacy Ratio (CAR) pada gambar
berikut :
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
Return On Assets
(ROA)
(X1)
Capital Adequacy
Ratio
(CAR)
(Y) Rentabilitas
Biaya Operasional Terhadap pendapatan Operasional
(BOPO)
(X2)
Loan to
Deposit Ratio (LDR)
(X3)
2.2.2 Hipotesis
Berdasarkan tinjauan pustaka dan kerangka konseptual yang telah
diuraikan sebelumnya, maka peneliti menetapkan hipotesis atas permasalahan
yang akan diteliti adalah sebagai berikut :
H1: Return On Assets (ROA) berpengaruh secara parsial terhadap Capital
aequacy ratio (CAR) pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia
H1: Biaya Operasional Terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)
berpengaruh secara parsial terhadap Capital aequacy ratio (CAR) pada
perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
H3: Loan to Deposit Ratio (LDR) berpengaruh secara parsial terhadap Capital
aequacy ratio (CAR) pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia
H4 : Return On Assets (ROA), Biaya Operasional Terhadap Pendapatan
Operasional (BOPO) dan Loan to Deposit Ratio (LDR) berpengaruh secara
simultan terhadap Capital aequacy ratio (CAR) pada perusahaan perbankan