• Tidak ada hasil yang ditemukan

A. Kronologis Permasalahan Dalam Perjanjian Borongan Pekerjaan Dibidang Jasa Baca Meter Antara PT. PLN (Persero) Cabang Sigli Dengan PT. Multi Guna Putra Aceh Mandiri

Pelaksanaan perjanjian kerjasama dibidang jasa borongan baca meter ini, diberikan oleh PT. (PLN) Persero Cabang Sigli kepada PT. Multi Guna Putra Aceh Mandiri.dengan cara penunjukan secara langsung tanpa adanya pengadaan terlebih dahulu. PT. PLN (Persero) Cabang Sigli pada tanggal 12 November 2008.mengirimkan surat undangan nomor 012.SU/610/PAN-AO&TU/SGL/2008, kepada PT. Multi Guna Putra Aceh Mandiri untuk menghadiri rapat mengenai penunjukan langsung dan penawaran harga untuk pekerjaan jasa borongan baca meter tersebut.

Setelah semua persyaratan dipenuhi, berdasarkan surat perintah kerja nomor 012.PJ/610/AO-TU/SGL/2008 dibuatlah kontrak kerja pada tanggal 01 Desember 2008 antara PT. PLN (Persero) Cabang Sigli dengan PT. Multi Guna Putra Aceh Mandiri di Kantor PT. PLN (Persero) Cabang Sigli. Dalam perjanjian, para pihak yang melaksanakan pekerjaan, yaitu antara lain:

1. PT. PLN (Persero), yang didirikan berdasarkan Akte Notaris Soetjipto, SH Nomor 169 tanggal 30 Juli 1994 sebagaimana terakhir diubah dengan Akta

Notaris Haryanto, SH di Jakarta Nomor 43 tanggal 26 Oktober 2001, berkedudukan di Jalan Trunojoyo Blok M-1/135 Kebayoran Baru, Jakarta 12160, yang dalam hal ini diwakili oleh Nahwaluddin selaku Manajer PT. PLN (Persero) Nomor : 0812.K/426/DIR/2008 tanggal 08 Mei 2008, yang beralamat di Jalan Tgk. Chik Ditiro, No. 3, Sigli, dengan demikian sah bertindak untuk dan atas PT. PLN (Persero), yang selanjutnya dalam PERJANJIAN ini disebut sebagai PIHAK PERTAMA.

2. PT. Multi Guna Putra Aceh Mandiri, yang didirikan berdasarkan Akta Notaris Sabaruddin Salam, SH Nomor 42 tanggal 05 Agustus 2008 dengan pengesahan berdasarkan Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia Nomor : C-27512 HT .01.01.TH. 2005 tanggal 06 Oktober 2005 yang dalam hal ini diwakili oleh ZAKKI MUAMMAR selaku Direktur Utama, yang beralamat di Jalan Sri Ratu Safiatuddin No. 9, Kelurahan Peunayong, Kecamatan Kuta Alam, dengan demikian sah bertindak untuk dan atas PT. Multi Guna Putra Aceh Mandiri selanjutnya dalam PERJANJIAN ini disebut sebagai PIHAK KEDUA.

Kedua belah pihak sepakat mengadakan PERJANJIAN Pemborongan PekerjaanOutsourcingBaca Meter Tarif Tunggal di PT. PLN (Persero) Cabang Sigli, untuk selanjutnya disebut PERJANJIAN, berdasarkan:

1. Surat Edaran Direksi PT. PLN (Persero) Nomor : 001.E/DIR/2007, tanggal 29 Januari 2007.

2. Surat dari General Manajer PT. PLN (Persero) Wilayah Nanggroe Aceh Darussalam No.187/545/W.NAD/2008, tanggal 29 Januari 2008.

3. Surat Penawaran Harga dari PIHAK KEDUA No. 001/MGP-SGL/XI/2008, tanggal 18 November 2008.

4. Surat Keputusan Manajer PT. PLN (Persero) Wilayah Nanggroe Aceh Darussalam Cabang Sigli No. 012.K/610/SGL/2008, tanggal 28 November 2008.

Kemudian, setelah kontrak dibuat maka kedua belah pihak harus menandatangani kontrak tersebut sebagai tanda bahwa perjanjian tersebut telah disepakati oleh kedua belah pihak dan penandatanganan kontrak dilakukan paling lambat 7 (tujuh) hari kalender setelah diterbitkan Surat Penunjukan Penyedia Barang/Jasa (SPPBJ) dan setelah penyedia barang/jasa yang ditunjuk menyerahkan jaminan pelaksanaan dengan ketentuan:

1. Nilai jaminan pelaksanaan dengan jaminan bank 5% (Lima Persen) dari nilai kontrak dan sudah termasuk PPN.

2. Masa berlakunya jaminan pelaksanaan sekurang-kurangnya sejak tanggal penandatangan kontrak sampai 30 (Tiga Puluh) hari setelah tanggal masa pemeliharaan berakhir berdasarkan kontrak.

3. Pada saat jaminan pelaksanaan diterima oleh pengguna barang/jasa, maka jaminan penawaran yang bersangkutan segera dikembalikan.

Setelah melakukan penandatangan, maka pelaksanaan perjanjian pemborongan yang telah dibuat dan disepakati oleh kedua belah pihak , dimana pihak PT. Multi Guna Putra Aceh Mandiri telah sepakat dengan PT. PLN (Persero) Cabang Sigli untuk melaksanakan pekerjaan borongan baca meter di Kota Sigli. Pembacaan kWh meter ini, dimulai tanggal 15 (lima belas) dan batas akhir pembacaan kWh meter adalah tanggal 25 (dua puluh lima) setiap bulan, atau ditentukan kemudian oleh PIHAK PERTAMA/ yang mewakili.

Perjanjian kerjasama antara kedua belah pihak telah berlangsung selama 4 (empat) periode, yaitu sebagai berikut;

1. Kontrak pertama, No. 012.PJ/610/AO-TU/SGL/2008 dengan nilai kontrak sebesar Rp. 582.120.000,- berlangsung mulai tanggal 1 Desember 2008 sampai dengan 31 Maret 2009.

2. Kontrak kedua, No. 07.PJ/610/AO-TU/SGL/2009 dengan nilai kontrak sebesar Rp. 1.486.170.000,- berlangsung mulai tanggal 3 April 2009 sampai dengan 31 Desember 2009.

3. Kontrak ketiga, No. 040.SPP/610/AO-NIAGA&PP/SGL/2010 dengan nilai kontrak sebesar Rp. 2.760.000.000’- berlangsung mulai tanggal 31 Desember 2010 sampai dengan 30 Desember 2011.

4. Kontrak keempat, No. 001.SPP/610/AO-NIAGA&PP/SGL/2012 dengan nilai kontrak sebesar Rp. 2.866.500.000,- berlangsung mulai tanggal 1 Januari 2012 sampai dengan 31 Desember 2012, dengan mengalami 2 (dua) kali

perubahan yaitu No. 130.PJ-AMD/610/TREN-YANAD/SGL/2012 tanggal 1 Juni 2012 dan No. 268.PJ-AMD/610/TREN-YANAD/SGL/2012 tanggal 1 September 2012.

Semua pekerjaan ini, dilaksanakan sebagaimana mestinya dan sesuai dengan ketentuan yang diatur oleh kedua belah pihak didalam kontrak perjanjian. Pihak PT. Multi Guna Putra Aceh Mandiri telah melakukan kewajibannya sesuai dengan apa yang telah diatur didalam kontrak perjanjian dengan baik dan benar tanpa ada melakukan kesalahan sedikitpun. Namun pada kenyataannya hak menerima upah dari hasil kerja untuk PT. Multi Guna Putra Aceh Mandiri tidak diberikan oleh pihak PT. PLN (Persero) Cabang Sigli.PT. PLN (Persero) Cabang Sigli sampai dengan habisnya masa kontrak yang terakhir, belum juga melunaskan sisa pembayaran upah kerja tersebut sampai dengan saat ini.

Mengenai berapa jumlah sisa pembayaran yang belum dilunasi oleh pihak PT. PLN (PERSERO) Cabang Sigli kepada pihak PT. Multi Guna Putra Aceh Mandiri, kedua belah pihak tidak dapat memastikan jumlahnya secara rinci. Karena, semua pegawai dari pihak PT. PLN yang dulunya bertugas mengawasi kegiatan borongan pekerjaan dibidang jasa baca meter ini, sudah tidak bekerja lagi.Sehingga pegawai pengganti atau pegawai yang baru tidak mengetahui permasalahan yang terjadi sebelumnya.

B. Penyelesaian Wanprestasi Dalam Perjanjian Borongan Pekerjaan Dibidang Jasa Baca Meter Antara PT. PLN (Persero) Cabang Sigli Dengan PT. Multi Guna Putra Aceh Mandiri

Perjanjian bersifat obligatoir, yaitu melahirkan kewajiban-kewajiban bagi para pihak. Perjanjian merupakan sarana utama bagi para pihak untuk menciptakan sendiri aturan-aturan hukum yang akan mengatur tindakan para pihak dikemudian hari. Hak dan kewajiban yang timbul dari perjanjian ditentukan oleh kedua belah pihak berdasarkan kesepakatan-kesepakatan yang dibuat oleh mereka.

Faktor-faktor atau dikenal dengan otonomi para pihak (partif otonomic) merupakan faktor penentu utama atau primer dalam menentukan isi dari perjanjian, yang artinya sifat dan luasnya hak dan kewajiban para pihak yang melakukan perjanjian dilihat dari apa yang disepakati mereka. Sebagai faktor penentu, faktor otonom menempati hirarki atau urutan untuk menentukan daya mengikatnya perjanjian.

Pasal 1340 KUH Perdata mengatakan bahwa perjanjian hanya berlaku antara para pihak yang mengikatkan diri saja, dan perjanjian tersebut tidak dapat merugikan pihak ketiga dan juga perjanjian tersebut tidak dapat menguntungkan pihak ketiga, kecuali sebagaimana diatur dalam Pasal 1317 KUH Perdata.

Suatu perjanjian mengikat kedua belah pihak yang melakukan perjanjian, tetapi dengan syarat perjanjian itu dibuat secara sah, dalam artian pembentukannya harus sesuai dengan syarat sahnya perjanjian sebagaimana yang diatur didalam Pasal 1320 KUH Perdata. Perjanjian mengikat kedua belah pihak dan perjanjian tersebut harus dibuat sesuai dengan undang-undang yang berlaku, karena perjanjian tersebut akan menjadi undang-undang bagi para pihak yang terkait. Perjanjian tersebut dapat

ditarik kembali jika ada kesepakatan antara kedua belah pihak atau karena alasan-alasan yang diatur dalam undang-undang.Perjanjian juga harus dijalankan denganberlandaskan kepada itikad baik. Hal ini sebagaimana diatur dalam Pasal 1338 KUH Perdata.

Pasal 1339 KUH Perdata, mengatakan bahwa persetujuan tidak hanya mengikat secara tegas apa yang diatur dalam perjanjian, tetapi juga segala sesuatu dalam perjanjian tersebut yang berkaitan dengan keadilan, kebiasaan dan undang-undang. Dalam Pasal 1347 KUH Perdata, mengatakan bahwa syarat-syarat yang selalu diperjanjikan berdasarkan kebiasaan, harus dianggap telah termasuk didalam perjanjian, walaupun didalam perjanjian tidak dinyatakan dengan tegas.

Dalam kehidupan yang namanya perselisihan itu sudah sering terjadi, baik dalam pergaulan sehari-hari maupun dalam pekerjaan yang melibatkan banyak pihak. Jika, dikaitkan dengan pekerjaan biasanya perselisihan terjadi dikarenakan salah satu pihak tidak mengerjakan pekerjaannya sesuai dengan yang diharapkan atau tidak sesuai dengan yang tertulis didalam surat perjanjian yang dibuat oleh kedua belah pihak.

Dalam praktek, pada umumnya proses penyelesaian wanprestasi dilakukan biasanya melalui cara sebagai berikut:

1. Memberikan teguran secara lisan.

2. Memberikan surat peringatan secara tertulis atas keterlambatan pekerjaan. 3. Memberikan addendum.

4. Memutuskan kontrak perjanjian.

Dalam suatu perjanjian terletak adanya kewajiban bagi para pihak untuk memenuhi suatu prestasi yang telah diperjanjikan, dan apabila salah satu pihak tidak melaksanakan prestasi tersebut, maka pihak tersebut dianggap melakukan kelalaian atau dalam istilah hukumnya dikenal dengan wanprestasi.

Dalam hal penyelesaian perselisihan, biasanya pihak yang berselisih lebih menggunakan cara musyawarah untuk menyelesaikan perselisihan yang terjadi diantara kedua belah pihak baik perselisihan dari segi teknis maupun perselisihan dari segi yuridis. Apabila dalam menyelesaikan kedua perselisihan ini, lebih diutamakan dengan cara musyawarah, maka tidak ada perbedaan dalam menyelesaikan perselisihan yang timbul dalam perjanjian. Namun, ada beberapa perjanjian yang memisahkan perselisihan dari segi teknis dan perselisihan dari segi yuridis.Sehingga perselisihan tersebut sampai diselesaikan pada Pengadilan Negeri setempat, dimana perjanjian itu dibuat.

Bentuk penyelesaian yang ditempuh untuk setiap perselisihan atau sengketa yang timbul dari dan atau yang berhubungan dengan kontrak/perjanjian, diutamakan penyelesaian melalui musyawarah untuk memperoleh mufakat. Apabila perselisihan atau sengketa masih belum dapat diselesaikan melalui musyawarah, maka perselisihan diselesaikan dengan mengacu pada Pasal 25 ayat (2) dalam kontrak perjanjian, yaitu ; “apabila dalam 30 (tiga puluh) Hari setelah salah satu PIHAK mengirimkan pemberitahuan Sengketa kepada PIHAK lainnya, tidak tercapai

kesepakatan dalam musyawarah dan mufakat, maka PARA PIHAK sepakat untuk menyelesaikan Sengketa tersebut melalui Pengadilan Negeri Sigli”.

Dalam praktek perjanjian kerjasama pemborongan baca meter antara PT. PLN (Persero) Wilayah Sigli dengan PT. Multi Guna Putra Aceh Mandiri, ternyata tidak ada pemisahan antara perselisihan dari segi teknis dan perselisihan dari segi yuridis. Dikarenakan, apabila terjadi perselisihan antara kedua belah pihak, maka perselisihan ini diselesaikan dengan cara musyawarah. Namun, jika dengan jalan musyawarah tidak tercapai kata sepakat maka barulah dibentuk panitia Arbitrase yang terdiri dari seorang wakil pihak pertama dan seorang wakil dari pihak kedua, kemudian mengangkat seorang ahli yang pengangkatannya disetujui oleh kedua belah pihak. Selanjutnya penyelesaian perselisihan akan diteruskan melalui pengadilan, apabila melalui cara tersebut diatas tidak dicapai penyelesaian. Keputusan panitia Arbitrase ini mengikat kedua belah pihak, dan biaya penyelesaian perselisihan yang dikeluarkan akan dipikul secara bersama-sama.

Selama ini, baik PT. PLN (Persero) Wilayah Aceh maupun pihak PT. Multi Guna Putra Aceh Mandiri, belum pernah sama sekali terlibat kasus sampai ke pengadilan ataupun kasus yang sampai menyebabkan putusnya kontrak. Hal ini, disebabkan karena pihak yang merasa dirugikan memberikan kesempatan terlebih dahulu kepada pihak yang melakukan kesalahan untuk memperbaiki dan atau melengkapi pekerjaan sebagaimana yang diatur didalam kontrak.

Walaupun penyelesaian secara musyawarah sering digunakan, namun ada satu hal yang sulit untuk mewujudkan tercapainya musyawarah dalam suatu perselisihan. Hal tersebut adalah para pihak pada umumnya sulit untuk mendengarkan dan menerima pendapat dari pihak lain, sehingga mengganggap gampang hal-hal yang kelihatannya mudah. Justru hal-hal yang dianggap mudah oleh salah satu pihak, malah dianggap hal yang sangat materiil dan sangat susah oleh pihak yang lainnya. Selain itu hal-hal seperti ini, apabila tidak segera diselesaikan akan berakibat fatal, sehingga menyebabkan terjadinya perselisihan dan kemungkinan tidak akan bisa diselesaikan dengan jalan musyawarah.

Dalam kontrak perjanjian pada Pasal 25 ayat (1), dinyatakan bahwa “apabila terjadi perselisihan pendapat (sengketa) dalam pelaksanaan PERJANJIAN ini, para PIHAK bersepakat untuk menyelesaikannya secara musyawarah dan mufakat”.Maka oleh karena itu, kedua belah pihak sepakat untuk menyelesaikan sengketa ini, dengan jalan musyawarah dan mufakat.Namun, kenyataannya sampai pada saat ini permasalahan tersebut belum juga terselesaikan dan pihak PT. Multi Guna Putra Aceh Mandiri sampai dengan saat ini belum menerima haknya sesuai dengan perjanjian yang ada.

C. Pertanggungjawaban Pihak Yang Melakukan Wanprestasi Dalam

Perjanjian Borongan Pekerjaan Dibidang Jasa Baca Meter Antara PT. PLN (Persero) Cabang Sigli Dengan PT. Multi Guna Putra Mandiri Sigli

Tanggung jawab menurut kamus umum Bahasa Indonesia adalah, keadaan wajib menanggung segala sesuatunya.Berkewajiban menanggung, memikul

tanggung jawab, menanggung segala sesuatunya, atau memberikan jawab dan menanggung akibatnya.101Tanggung jawab Hukum adalah kesadaran manusia akan tingkah laku atau perbuatan yang disengaja maupun yang tidak disengaja. Tanggung jawab juga berarti berbuat sebagai perwujudan kesadaran akan kewajibannya.

Ridwan Halim mendefinisikan tanggung jawab hukum sebagai sesuatu akibat lebih lanjut dari pelaksanaan peranan, baik peranan itu merupakan hak dan kewajiban ataupun kekuasaan. Secara umum tanggung jawab hukum diartikan sebagai kewajiban untuk melakukan sesuatu atau berprilaku menurut cara tertentu tidak menyimpang dari pertaturan yang telah ada.102

Purbacaraka berpendapat bahwa tanggung jawab hukum bersumber atau lahir atas penggunaan fasilitas dalam penerapan kemampuan tiap orang untuk menggunakan hak atau/dan melaksanakan kewajibannya. Lebih lanjut ditegaskan, setiap pelaksanaan kewajiban dan setiap penggunaan hak baik yangn dilakukan secara tidak memadai maupun yang dilakukan secara memadai pada dasarnya tetap harus disertai dengan pertanggung jawaban, demikian pula dengan pelaksanaan kekuasaan.103

Tanggung jawab hukum dalam hukum perdata berupa tanggung jawab seseorang terhadap perbuatan yang melawan hukum. Perbuatan melawan hukum 101Naufal Muttaqien, Mengenal Arti Kata “Tanggung Jawab”, http://www.kompasiana.com/nopalmtq/mengenal-arti-kata-tanggung jawab_ 5529e68b6ea834257 2552d24, diakses tanggal 15 Agustus 2016, pukul 20.20 WIB.

102

Khairunnisa, Kedudukan, Peran dan Tanggung Jawab Hukum Direksi, Pasca Sarjana, Medan, 2008, hal. 4

memiliki ruang lingkup yang lebih luas dibandingkan dengan perbuatan pidana. Perbuatan melawan hukum tidak hanya mencakup perbuatan yang bertentangan dengan undang-undang pidana saja, akan tetapi jika perbuatan tersebut bertentangan dengan undang-undang lainnya dan bahkan dengan ketentuan-ketentuan hukum yang tidak tertulis. Ketentuan perundang-undangan dari perbuatan melawan hukum bertujuan untuk melindungi dan memberikan ganti rugi kepada pihak yang dirugikan.104

Menurut pasal 1365 KUHPerdata, maka yang dimaksud dengan perbuatan melanggar hukum adalah perbuatan yang melawan hukum yang dilakukan oleh seseorang yang karena salahnya telah menimbulkan kerugian bagi orang lain. Dalam ilmu hukum dikenal 3 katagori dari perbuatan melawan hukum, yaitu sebagai berikut:105

a. Perbuatan melawan hukum karena kesengajaan

b. Perbuatan melawan hukum tanpa kesalahan (tanpa unsur kesengajaan maupun kelalaian)

c. Perbuatan melawan hukum karena kelalaian

Maka model tanggung jawab hukum , yaitu antara lain sebagai berikut:106 a. Tanggung jawab dengan unsur kesalahan (kesengajaan dan kelalaian)

sebagaimanapun terdapat dalam pasal 1365 KUHPerdata, yaitu: “tiap-tiap

104Komariah, SH, Msi, Edisi Revisi Hukum Perdata, Universitas Muhammadiyah Malang, Malang, 2001, hal. 12.

105 Djojodirdjo, M.A. Moegni, Perbuatan melawan hukum : tanggung gugat (aansprakelijkheid) untuk kerugian, yang disebabkan karena perbuatan melawan hukum, Pradnya Paramita, Jakarta, 1979 , hal. 53.

106

Munir Fuady,Perbuatan Melawan Hukum,Cetakan Pertama, Bandung: Citra Aditya Bakti, 2002, hal.3.

perbuatan melanggar hukum, yang membawa kerugian kepada seorang lain, mewajibkan orang yang karena salahnya menerbitkan kerugian itu, mengganti kerugian tersebut”.

Penggantian kerugian sebagai akibat dari adanya perbuatan melawan hukum, dapat berupa penggantian kerugian materiil dan immateriil. Dalam praktek penggantian kerugian dihitung dengan uang, atau disetarakan dengan uang disamping adanya tuntutan penggantian benda atau barang-barang yang dianggap telah mengalami kerusakan/perampasan sebagai akibat adanya perbuatan melawan hukum pelaku.107

Tanggung jawab hukum yang dilaksanakan dalam pelanggaran perbuatan melawan hukum yaitu dengan mengganti kerugian yang diatur dalam Pasal 1365 KUHPerdata. Tanggung jawab hukum ini dilaksanakan setelah melalui proses peradilan dan dengan ketentuan oleh hakim, perumusan ketentuan Pasal 1365 KUHPerdata, secara limitatif menganut asas hukum bahwa penggantian kerugian dalam hal terjadinya suatu perbuatan melawan hukum bersifat wajib.

b. Tanggung jawab dengan unsur kesalahan khususnya kelalaian sebagaimana terdapat dalam pasal 1366 KUHPerdata yaitu: “setiap orang bertanggungjawab tidak saja untuk kerugian yang disebabkan

107

Sahut Marulitua silalahi, minggu 4 agustus 2010, perbuatan melawan hukum dalam hukum perdata, dalam http://sautvankelsen.wordpress.com/di unduh Kamis 22 April 2016 pukul 22:15 WIB

perbuatannya, tetapi juga untuk kerugian yang disebabkan kelalaian atau kurang hati-hatinya.

c. Tanggung jawab mutlak (tanpa kesalahan) sebagaimana terdapat dalam pasal 1367 KUHPerdata yaitu:

(1) seseorang tidak saja bertanggung jawab untuk kerugian yang disebabkan karena perbuatannya sendiri, tetapi juga untuk kerugain yang disebabkan karena perbuatan orang-orang yang menjadi tanggungannya atau disebabkan oleh barang-barang yang berada dibawah pengawasannya;

(2) orang tua dan wali bertanggung jawab tentang kerugian, yang disebabkan oleh anak-anak belum dewasa, yang tinggal pada mereka dan terhadap siapa mereka melakukan kekuasaan orang tua dan wali;

(3) majikan-majikan dan mereka yang mengangkat orang-orang lain untuk mewakili urusan-urusan mereka, adalah bertanggung jawab tentang kerugian yang diterbitkan oleh pelayan-pelayan atau bawahan-bawahan mereka di dalam melakukan pekerjaan untuk mana orang-orang ini dipakainya;

(4) guru-guru sekolah dan kepala-kepala tukang bertanggung jawab tentang kerugian yang diterbitkan oleh murid-murid dan tukang-tukang mereka selama waktu orang-orang ini berada dibawah pengawasan mereka;

(5) tanggung jawab yang disebutkan diatas berakhir, jika orangtua, wali, guru sekolah dan kepala-kepala tukang itu membuktikan bahwa mereka tidak dapat mencegah perbuatan untuk mana mereka seharusnya bertanggung jawab.

Selain dari tanggung jawab perbuatan melawan hukum, KUHPerdata melahirkan tanggung jawab hukum perdata berdasarkan wanprestasti.Diawali dengan adanya perjanjian yang melahirkan hak dan kewajiban. Apabila dalam hubungan hukum berdasarkan perjanjian tersebut, pihak yang melanggar kewajiban (debitur) tidak melaksanakan atau melanggar kewajiban yang dibebankan kepadanya maka ia dapat dinyatakan lalai (wanprestasi) dan atas dasar itu ia dapat dimintakan pertanggungjawaban hukum berdasarkan wanprestasi. Sementara tanggungjawab hukum perdata berdasarkan perbuatan melawan hukum didasarkan adanya hubugan hukum, hak dan kewajiban yang bersumber pada hukum.108

Berikut ini adalah macam-macam dari tanggung jawab, yaitu antara lain sebagai berikut:109

a) Tanggung jawab dan Individu

Pada hakikatnya hanya masing-masing individu yang dapat bertanggungjawab.Hanya mereka yang memikul akibat dari perbuatan mereka. Oleh karenanya, istilah tanggungjawab pribadi atau tanggungjawab sendiri sebenarnya “mubajir”.Suatu masyarakat yang tidak mengakui bahwa

108Djojodirdjo, M.A. Moegni,op.cit, hal. 55

setiap individu mempunyai nilainya sendiri yang berhak diikutinya tidak mampu menghargai martabat individu tersebut dan tidak mampu mengenali hakikat kebebasan.

Friedrich August von Hayek mengatakan, Semua bentuk dari apa yang disebut dengan tanggungjawab kolektif mengacu pada tanggungjawab individu. Istilah tanggungjawab bersama umumnya hanyalah digunakan untuk menutup-nutupi tanggungjawab itu sendiri.Dalam tanggungjawab politis sebuah masalah jelas bagi setiap pendelegasian kewenangan (tanggungjawab).Pihak yang disebut penanggungjawab tidak menanggung secara penuh akibat dari keputusan mereka.Risiko mereka yang paling besar adalah dibatalkan pemilihannya atau pensiun dini.Sementara sisanya harus ditanggung si pembayar pajak.Karena itulah para penganut liberal menekankan pada subsidaritas, pada keputusan-keputusan yang sedapat mungkin ditentukan di kalangan rakyat yang notabene harus menanggung akibat dari keputusan tersebut.

b) Tanggung jawab dan kebebasan

Kebebasan dan tanggungjawab tidak dapat dipisahkan. Orang yang dapat bertanggungjawab terhadap tindakannya dan mempertanggungjawabkan perbuatannya, hanyalah orang yang mengambil keputusan dan bertindak tanpa tekanan dari pihak manapun atau secara bebas. Liberalisme menghendaki satu bentuk kehidupan bersama yang memungkinkan manusianya untuk

membuat keputusan sendiri tentang hidup mereka. Karena itu bagi suatu masyarakat liberal hal yang mendasar adalah bahwa setiap individu harus mengambilalih tanggungjawab.Ini merupakan kebalikan dari konsep sosialis yang mendelegasikan tanggungjawab dalam ukuran seperlunya kepada masyarakat atau negara.Kebebasan berarti tanggungjawab; Itulah sebabnya mengapa kebanyakan manusia takut terhadapnya.

George Bernard Shaw mengatakan, Persaingan yang merupakan unsur pembentuk setiap masyarakat bebas baru mungkin terjadi jika ada tanggungjawab individu. Seorang manusia baru akan dapat menerapkan seluruh pengetahuan dan energinya dalam bentuk tindakan yang efektif dan berguna jika ia sendiri harus menanggung akibat dari perbuatannya, baik itu berupa keuntungan maupun kerugian. Justru di sinilah gagalnya ekonomi terpimpin dan masyarakat sosialis: secara resmi memang semua bertanggungjawab untuk segala sesuatunya, tapi faktanya tak seorangpun bertanggungjawab. Akibatnya masih kita alami sampai sekarang.

c) Tanggungjawab sosial

Dalam diskusi politik sering disebut-sebut istilah tanggungjawab sosial. Istilah ini dianggap sebagai bentuk khusus, lebih tinggi dari tanggungjawab secara umum.Namun berbeda dari penggunaan bahasa yang ada, tanggungjawab sosial dan solidaritas muncul dari tanggungjawab

pribadi dan sekaligus menuntut kebebasan dan persaingan dalam ukuran yang tinggi.

Untuk mengimbangi “tanggungjawab sosial” tersebut pemerintah

Dokumen terkait