• Tidak ada hasil yang ditemukan

Orde satu

TINJAUAN PUSTAKA

2.5 Tukak Lambung

2.5.3 Penyembuhan tukak lambung

Perbaikan jaringan dan penyembuhan luka merupakan proses kompleks yang melibatkan peradangan, granulasi, dan pembentukan kembali jaringan. Sel-sel saluran pencernaan memiliki kecepatan pergantian tinggi yang membuat mukosa saluran pencernaan menjadi jaringan paling cepat berproliferasi dalam

tubuh setelah jaringan kulit (Davenport, 1982). Pada kondisi normal, populasi sel saluran pencernaan dipertahankan pada kondisi stabil dinamis oleh kehilangan sel karena pengelupasan permukaan sel (sebab mukosa lambung sering terpapar senyawa-senyawa yang memiliki pH, osmolaritas, dan suhu dengan rentang luas) diseimbangkan dengan pembaharuan sel yang terus menerus (Lipkin, 1987). Keseimbangan antara sel yang hilang dan pembaharuan sel harus diatur dengan ketat, karena kehilangan sel yang berlebihan dapat menyebabkan atrofi atau pembentukan tukak, sedangkan kelebihan proliferasi atau perpanjangan waktu hidup sel dapat memicu hiperplasia (Johnson dan McCormack, 1994).

Penyembuhan tukak lambung membutuhkan penyusunan kembali struktur epitel dan jaringan penghubung yang menopang, termasuk lapisan pembuluh dan otot. Beberapa faktor pertumbuhan telah dilibatkan dalam proses ini, karena kemampuannya dalam mengatur fungsi penting sel, seperti proliferasi sel, migrasi, diferensiasi, sekresi, dan degradasi matriks ekstraseluler, dimana semuanya penting selama penyembuhan jaringan (Milani dan Calabro, 2001). Penyembuhan luka merupakan proses yang melibatkan peptida faktor pertumbuhan dimana TGF-beta adalah salah satu yang paling penting. Nitric oxide juga merupakan faktor penting penyembuhan dan produksinya diatur oleh inducible nitric oxide synthase (iNOS) (Mani, et al., 2002).

2.6 Kunyit (Curcuma longa L.)

Taksonomi kunyit adalah sebagai berikut (Krishnaswamy, 2009). Kingdom : Plantae (tumbuhan)

Subkingdom : Tracheobionta (tumbuhan pembuluh) Superdivisi : Spermatophyta (tumbuhan berbiji) Divisi : Magnoliophyta (tumbuhan berbunga)

Subkelas : Zingiberidae Order : Zingiberales

Famili : Zingiberaceae (famili jahe-jahean) Genus : Curcuma L.

Species : Curcuma longa Linn. (Kunyit) Sinonim : C. domestica Valeton

Curcuma longa atau kunyit adalah tanaman tropis yang berasal dari Asia Selatan dan Tenggara, yang berupa tanaman berasal dari famili jahe-jahean berukuran hingga 1 meter. Bagian yang dipakai adalah rimpang. Bagian paling aktif dari kunyit adalah kurkumin, yang bisa mencapai 2-5% dari total bagian rimpang. Kunyit dipakai sebagai bumbu masakan, pewarna makanan, dan obat tradisional untuk mengobati bermacam penyakit, seperti pengobatan keseleo dan bengkak akibat cedera, sakit tenggorokan, luka diabetes, kelainan hati, rematik, dan sinusitis seperti tertera pada buku Hindu kuno (Aggarwal, et al., 2003).

Kunyit memiliki sejarah panjang dalam pengobatan Ayurvedasebagai pengobatan untuk keadaan inflamasi. Konstituen kunyit termasuk tiga kurkuminoid: kurkumin (diferuloilmetana; komponen penyusun utama dan yang betanggung jawab atas warna kuning kuat), demetoksikurkumin, dan bisdemetoksikurkumin, dan juga minyak volatil (tumeron, atlanton, dan zingiberon), gula, protein dan resin. Penelitian menunjukkan bahwa kurkumin merupakan molekul yang pleiotropik (menghasilkan banyak ekspresi fenotip) yang bisa berinteraksi dengan banyak molekul target yang terlibat dalam inflamasi. Senyawa kimia utama: senyawa aktif adalah kurkuminoid (3-5%), yang merupakan fenilpropanoid, predominan kurkumin (50-60%), dengan monodesmetoksikurkumin, dihidrokurkumin dan lainnya (Jurenka, 2009).

Komposisi umum dari kunyit ditunjukkan pada tabel di bawah, tetapi komposisi bisa beragam tergantung varietas, penyimpanan, kematangan sampel,

ekstraksi menggunakan pelarut diikuti destilasi. Materi kental semi liquid ini mengandung senyawa aromatik volatil dan bagian non-volatil, yang membuat aroma dan rasa dalam bentuk konsentrat, tanpa bagian serat dan tepung. Warna kunyit dikarenakan kelompok senyawa yang disebut kurkuminoid, terdiri atas diferuloilmethana (C12H20O6) atau kurkumin I (77%), demetoksikurkumin atau kurkumin II (17%) dan bisdemetoksikurkumin atau kurkumin III (3%). Ketiga kurkuminoid menunjukkan fluorosensi di bawah sinar ultraviolet (Krishnaswamy, 2009).

Tabel 2.5 Komposisi kimia Curcuma longa Linn. (Ravindran, et al., 2007; Krishnaswamy, 2009) Senyawa Persentasi Karbohidrat 60-70 Protein 6-8 Serat 2-7 Kandungan mineral 3-7 Lemak 5-10 Minyak lemak 2-3 Kurkumin 2-5 Kadar air 3-7 Kadar abu 4-8 2.6.1 Kurkumin

Kurkumin adalah senyawa polifenol berupa serbuk kristalin kuning tak berbau dengan berat molekul 368,4 dan titik lebur 1840-1860C, sukar larut dalam air, petroleum eter dan benzena dan larut dalam metil dan etil alkohol, kloroform, asam asetat glasial, alkali, aseton dan propilen glikol yang memiliki 2 molekul asam ferulat yang dihubungkan melalui jembatan metilen pada atom C gugus karboksil. Gugus hidroksil dari cincin benzena dan/ atau gugus pusat β-diketon secara struktur dikaitkan dengan aktivitas biologisnya (Krishnaswamy, 2009).

Sifat kurkumin tidak stabil pada suasana netral dan basa karena memicu degradasi asam ferulat dan gugus feruloilmetan. Kurkumin stabil pada saluran pencernaan pH 1-6. Vanilin, asam ferulat dan feruloil diidentifikasi sebagai produk degradasi minor. Melalui sistem reduksi endogen sebagian besar kurkuminakan direduksi menjadi dihidrokurkumin dan tetrahidrokurkumin dan diubah menjadi konjugat monoglukuronosida. Tetrahidrokurkumin (THC) adalah metabolit in vivo utama (Krishnaswamy, 2009).

Gambar 2.1 Degradasi kurkumin dalam pH basa (Kumavat, et al., 2013) 2.6.2 Farmakokinetika kurkumin

Kurkumintidak larut dalam air, sedikit diserap dari saluran pencernaan, dan ketikamelalui saluran pencernaan tidak banyak masuk ke aliran darah, jadi sedikit menghasilkan efek ke tubuh. Dosis besar harus diberikan secara oral untuk memasukkan jumlah kecil ke darah (Jefferson, 2015).Absorpsi, distribusi, metabolisme dan ekskresi kurkumin dalam hewan pengerat telah dijelaskan dalam

asam ferulat aseton vanilin feruloilmethana sebagai radikal produk kondensasi

sedikitnya 10 studi. Tidak ada data farmakokinetik komprehensif manusia sebagai perbandingan studi preklinik dikarenakan bioavailabilitas sistemik yang rendah dari kurkumin. Efek first-pass dan beberapa metabolisme intestinal kurkumin, secara khusus glukuronidasi dan sulfasi, bisa menjelaskan kerendahanbioavailabilitas ketika diberikan via rute oral (Sharma, et al., 2007). Kurkumin sangat sedikit diabsorpsi di saluran pencernaan bagian bawah dan memiliki waktu paruh eliminasi 0,39 jam. Bioavailabilitas yang rendah (<1%) dan degradasi pada pH basa intestin manusia, sangat membatasi aplikasi klinisnya (Anand, et al., 2007). Dalam sebuah studi, kurkumin per oral sebanyak 0,5-8 gram diberikan selama 3 bulan kepada pasien kondisi tumor ganas pada saluran kemih, kulit, lambung, atau mukosa mulut. Konsentrasi plasma kurkumin memuncak pada 1-2 jam setelah pemakaian dan menurun bertahap dalam 12 jam. Dosis 8 g/hari menghasilkan konsentrasi puncak 1,75 ± 0,80 µM (Cheng, et al., 2001).

heksahidrokurkumin heksahidrokurkuminol

tetrahidrokurkumin

kurkumin glukuronida kurkumin sulfat

Gambar 2.2 Metabolit utama kurkumin yang terdeteksi pada hewan pengerat dan manusia (Sharma, et al., 2007)

Dokumen terkait